dari gen Wnt. Morfogen memicu rentetan peristiwa di dalam sel yang memberi
tanggapan, dan pada banyak kasus, proses pembukanya adalah aktivasi gen
homeoboks. Gen-gen ini memberikan kode faktor-faktor transkripsi yang
kemudian akan mengatur ekspresi gen-gen lain.
Begitu induksi terjadi, lempeng saraf yang memanjang dan berbentuk
mirip "sandal" berangsur-angsur meluas menuju ke garis primitif (Gb. 5.2, B dan
C). Pada akhir minggu ketiga, tepi-tepi lateral lempeng saraf menjadi lebih
terangkat naik membentuk lipat-lipat saraf, sementara di daerah tengah yang
cekung terbentuk alur, yaitu alur saraf (Gb. 5.2 dan 5.3, A dan B). Perlahan-
lahan, kedua lipat saraf saling mendekat di garis tengah, tempat mereka menyatu
(Gb. 5.3C). Penyatuan ini mulai di daerah bakal leher (somit keempat) dan
berjalan menuju ke arah kepala dan kaudal (Gambar 5.5 dan 5.6).
75
Gambar 5.1.A. Mudigah presomit 16 hari dilihat dari dorsal. Dapat terlihat garis dan nodus
primitif. B. Mudigah presomit 18 hari dilihat dari dorsal. Mudigah berbentuk seperti buah pir
dengan daerah kepala sedikit lebih luas daripada ujung kaudalnya. C. Foto embrio manusia
18 hari. Perhatikan nodus primitif dan, yang menjulur ke depan dari nodus ini, notokord. Kantung
kuning telur tampak agak bertotol-totol. Panjang embrio 1,25 mm, dan lebar terbesar adalah
0,68 mm.
76
Gambar 5.2.A. Mudigah presomit lanjut (kira-kira 19 hari) dilihat dari dorsal. Amnion telah
dibuang. Lempeng saraf tampak dengan jelas. B. Mudigah manusia kira-kira 20 hari dilihat dari
dorsal. Perhatikan bentuk somit dan pembentukan alur saraf dan lipatan saraf. C. Foto mikroskop
elektron dari mudigah tikus (kira-kira 20 hari pada manusia) yang memperlihatkan bentuk khas
stadium alur saraf. Lipatan saraf kranial sudah memisahkan did menjadi daerah otak depan (F,
prosensefalon), otak tengah (M, mesensefalon) dan otak belakang (H, rombensefalon).
77
Gambar 5.3 Gambar dan foto mikroskop elektron yang memperlihatkan pembentukan dan
migrasi sel-sel krista neuralis di sumsum tulang belakang. A dan B. Sel-sel krista terbentuk di
ujung-ujung lipatan saraf dan tidak bermigrasi keluar dari daerah ini hingga penutupan tuba
neuralis selesai (C dan D). E. Dalam foto mikroskop elektron embrio tikus, sel-sel krista di
puncak tuba neuralis yang telah tertutup tersebut dapat dilihat bermigrasi dan daerah ini
(panah). F. Dilihat dari lateral dengan ektoderm pelapisnya telah dibuang, sel-sel krista tampak
fibroblastik ketika mereka menuruni sisi-sisi tuba neuralis menuju ke somit (S). Sel-sel krista
dari badan membentuk ganglia radiks dorsal, ganglia sistem simpatik dan parasimpatik,
melanosit, dan struktur-struktur lainnya.
Gambar 5.4.A. Potongan melintang melalui lipatan sarat kranial pada embrio tikus. Sel-sel
krista neuralis di ujung lipatan (panah) bermigrasi dan ikut membentuk mesenkim kraniofasial.
B. Lipatan saraf kranial embrio tikus dilihat dari belakang, ektoderm permukaan sudah dibuang.
Banyak sel krista neuralis dapat diamati meninggalkan lipatan saraf (NF) dan bermigrasi di
bawah ektoderm yang telah diangkat. Sel-sel krista ikut membentuk banyak struktur
kraniofasial, termasuk ganglia saraf kranial (V, VII, IX, dan X), tulang dan jaringan
penyambung di wajah dan tengkorak, dan septum aortikopulmonalis pada pembuluh-pembuluh
darah besar. Tidak seperti sel-sel krista medulla spinalis, krista kranialis tetap berbentuk lipatan
saraf sebelum akhirnya menyatu.
79
Populasi sel ini dikenal sebagai krista neuralis (Gambar 5.3 dan 5.4), dan sel-sel
ini akan mengalami transisi dari epitel menjadi sel mesenkim ketika
meninggalkan neuroektoderm dengan migrasi aktif dan bergeser memasuki
mesoderm yang ada di bawahnya. (Mesoderm merujuk pada sel yang berasa) dari
epiblas dan jaringan ekstraembrional. Mesenkim adalah jaringan penyambung
embrional yang tersusun longgar, tanpa memperhatikan asalnya.) Sel-sel krista
kemudian menghasilkan sederetan aneka macam jaringan, termasuk ganglia
spinalis (sensorik) dan ganglia otonom; bagian dari ganglia saraf kranial V, VII,
IX, dan X; sel Schwann dan selaput otak (pia dan arakhnoid); melanosit; medulla
kelenjar suprerenal (adrenal); tulang dan jaringan penyambung untuk struktur-
struktur kraniofasial; dan sel-sel bantalan konotrunkal untuk jantung .
Gambar 5.5.A. Mudigah manusia kira-kira hari ke-22 dilihat dari dorsal. Tujuh buah somit jelas
terlihat pada kedua sisi tuba neuralis. B. Mudigah manusia kira-kira hari ke-23 dilihat dari dorsal.
Perhatikan tonjolan perikardium pada kedua sisi garis tengah di bagian kepala mudigah.
80
Gambar 5.6 Foto mikroskop elektron mudigah tikus (kira- kira hari ke-22 pada manusia) dilihat
dari dorsal (A) dan ventral (B). A. Alur saraf sedang menutup ke arah kranial dan kaudal dan
dihiasi dengan pasangan-pasangan somit (S) di sisi kanan-kiri. B. Mudigah yang sama dilihat dari
ventral, memperlihatkan pembentukan tabung pencernaan dengan pintu gerbang usus anterior dan
posterior (ujung anak panah), jantung (H) di dalam rongga perikardium (*) dan septum
tranversum (anak panah) menunjukkan primordium diafragma (lihat Bab 11). Lipatan sarafnya
tetap terbuka, sehingga daerah otak depan dan otak tengah terbuka.
Gambar 5.7 Foto mudigah 12-13 somit (kira-kira 23 hari). Mudigah yang berada di dalam
kantong amnionnya menempel ke korion melalui tangkai penghubung. Perhatikan villi korion
yang berkembang dengan baik.
81
Gambar 5.8.A. Mudigah 14 somit dilihat dari lateral (kira-kira 25 hari). Perhatikan daerah
penonjolan perikardium dan lengkung faring pertama dan kedua. B. Gambar skematik yang
memperlihatkan sisi kiri mudigah 25 somit kira-kira berusia 28 hari. Dapat dilihat tiga lengkung
faring pertama, lempeng lensa mata, dan lempeng telinga.
lateral, jaringan ini terpecah menjadi dua lapisan (Gambar 5.9, B dan C):
(a) satu lapisan yang bersambungan dengan mesoderm yang membungkus
amnion, disebut sebagai lapisan mesoderm somatik atau parietal; dan (b) satu
lapisan yang bersambungan dengan mesoderm pembungkus kantung kuning telur;
dikenal sebagai lapisan mesoderm splanknik atau viseral (Gambar 5.9, C dan D
dan 5.10). Bersama-sama, kedua lapisan ini membatasi sebuah rongga yang baru
terbentuk, rongga selom intraembrional, yang mempunyai hubungan dengan
83
Gambar 5.10 Foto mikroskop elektron dari potongan melintang melalui daerah somit pada
mudigah tikus (kira-kira 21 had pada manusia). A. Potongan melalui somit leher, B. Potongan di
antara somit tepat di sebelah posterior otak belakang. Panah, notokord; kepala panah, saluran
saraf; (') mesoderm intermediat; E, ektoderm; En, endoderm; Ic, selom intraembrional; Ne,
neuroektoderm; S, Somit; So, mesoderm somatik; Sp, mesoderm splanknik.
baru terlihat berurutan dari kepala ke arah kaudal, dengan kecepatan kira-kira tiga
pasang/hari, hingga pada akhir minggu kelima terdapat 42 sampai 44 pasang
somit (Gambar 5.3, 5.5, dan 5.8). Ada 4 pasang somit oksipital, 8 pasang
servikal, 12 pasang torakal, 5 pasang lumbal, 5 pasang sakral, dan 8 sampai 10
pasang koksigeal. Somit oksipital pertama dan 5-7 somit koksigeal yang
terakhir kemudian hilang, sedangkan somit-somit lainnya membentuk
kerangka sumbu badan . Selama masa perkembangan ini, umur mudigah
biasanya dinyatakan dalam jumlah somit, dan Tabe1 5.1 menunjukkan umur
perkiraan mudigah dalam kaitan dengan jumlah somit.
Diferensiasi Somit
Pada awal minggu keempat, sel-sel yang membentuk dinding ventral dan
medial somit kehilangan organisasinya yang kompak, menjadi polimorf, dan
bergeser posisinya hingga mengelilingi notokord (korda dorsalis) (Gambar 5.11,
A dan B). Sel-sel ini, yang semuanya disebut sklerotom, membentuk jaringan
yang tersusun longgar, dikenal sebagai mesenkim. Mereka akan mengelilingi
sumsum tulang belakang dan korda dorsalis membentuk kolumna vertebralis .
85
Gambar 5.11 Urutan tingkatan perkembangan somit. A. Sel-sel mesoderm tersusun mengelilingi
sebuah rongga kecil. B. Sel-sel dinding ventral dan medial somit kehilangan sistem epitelnya dan
bermigrasi ke arah korda dorsalis. Sel-sel ini semuanya disebut sklerotom. C. Dinding dorsal somit
membentuk sebuah lapisan sel baru, miotom. D. Setelah miotom meluas ke arah ventral, sel-sel
86
dermatom kehilangan konfigurasi epitelialnya dan menyebar di bawah ektoderm yang menutupnya
untuk membentuk dermis.
MESODERM INTERMEDIAT
Jaringan, yang untuk sementara menghubungkan mesoderm paraksial
dengan lempeng lateral (Gambar 5.9D dan S.10A), ini berdiferensiasi dengan
cara yang berbeda sama sekali dengan diferensiasi somit. Di daerah servikal dan
torakal atas, jaringan ini secara segmental menyusun kelompok-kelompok sel
(kelak menjadi nefrotom), sedangkan di sebelah lebih kaudal lagi membentuk
massa jaringan yang tak bersegmen, yang dikenal sebagai korda nefrogenik.
Dari mesoderm intermediat yang sebagian bersegmen dan sebagian lagi tidak
bersegmen ini berkembanglah unit-unit ekskresi sistem kemih dan gonad.
Gambar 5.12.A. Potongan melintang melalui mudigah berusia 21 hari di daerah mesonefros.
Perhatikan lapisan mesoderm parietal dan viseral. Rongga selom intraembrional berhubungan
dengan selom ekstraembrional (rongga korion). B. Potongan pada akhir minggu keempat. Meso-
derm parietal dan ektoderm yang ada di atasnya membentuk dinding ventral dan lateral tubuh.
Perhatikan selaput paritoneum (serosa).
Gambar 5.13 Tingkat-tingkatan pembentukan pembuluh darah secara berurutan. A. Sel mesenkim
yang belum berdiferensiasi. B. Pembentukan pulau-pulau darah. C. Kapiler primitif. Perhatikan
diferensiasi sel-sel mesenkim menjadi sel darah primitif dan sel endotel.
Gambar 5.14 Pembentukan pembuluh darah ekstraembrional di pada villi, korion, tangkai
penghubung, dan dinding kantung kuning telur pada suatu mudigah presomit kira-kira 19 hari.
mulanya lebar menjadi menyempit hingga hanya tinggal menjadi sebuah saluran
yang sempit dan panjang, duktus vitellinus.
Lapisan mudigah endoderm menutupi permukaan ventral embrio dan
membentuk kantung kuning telur (Gambar 5.15A). Tetapi, dengan berkembang
dan tumbuhnya gelembung otak, cakram mudigah tersebut mulai menonjol ke
dalam rongga amnion dan melipat ke arah sefalo-kaudal.
Gambar 5.16 Gambar skematis potongan melintang melalui mudigah pada berbagai tingkat
perkembangan untuk memperlihatkan pengaruh pelipatan lateral pada rongga yang dilapis
endoderm. A. Pelipatan sedang dimulai. B. Potongan melintang melalui usus tengah untuk
memperlihatkan hubungan antara usus dan kantung kuning telur, C.Potongan tepat di bawah
usus tengah untuk memperlihatkan dinding abdominal ventral yang sudah menutup dan usus
yang digantung pada dinding dorsal perut oleh mesenteriumnya.
Sebagai akibat pertumbuhan somit yang cepat, cakram mudigah yang pada
mulanya rata, mulai melipat ke arah lateral dan mudigah menjadi berbentuk
bulat (Gambar 5.16). Bersamaan dengan itu, terbentuklah dinding badan ventral
mudigah, kecuali sebagian kecil di daerah ventral perut, tempat tangkai kantung
kuning telur berhubungan.
Meskipun usus depan dan usus belakang terbentuk, sebagai hasil dari
pembentukan lipat kepala dan lipat ekor, usus tengah tetap berhubungan dengan
kantung kuning telur. Mula-mula, hubungan ini lebar (Gambar 5.16A), tetapi
karena terjadi pelipatan lateral, hubungan ini menjadi panjang dan sempit,
hingga membentuk duktus vitellinus (Gambar 5.16B dan 5.17). Lama sesudah
itu, ketika duktus vitellinus mengalami obliterasi, usus tengah kehilangan
Gambar 5.17. Gambar skematis potongan sagital melalui mudigah pada berbagai tingkat
perkembangan untuk memperlihatkan derivat-derivat lapisan mudigah endoderm. Perhatikan
kantong faring dan epitel yang melapisi tunas paru-paru dan trakea. Perhatikan hati, kandung
empedu, dan kelenjar pankreas. Kandung kemih berasal dari kloaka dan pada tingkat
perkembangan ini berhubungan secara terbuka dengan allantois.
tangkai penghubung. Pada minggu kelima, tangkai kantung kuning telur dan
tangkai penghubung bersatu membentuk tali pusat (Gambar 5.17 dan 7.9).
Gambar 5.18.A. Mudigah manusia 28 somit dilihat dari lateral. Bentuk luar utama adalah
lengkung faring dan somit. Perhatikan tonjolan perikardium-hati. Tunas-tunas anggota badan
tidak terlihat. B. Foto mudigah yang sama, tetapi diambil dari sudut yang berlainan untuk
menunjukkan besarnya kantung kuning telur.
Pada manusia, kantung kuning telur hanya terdapat sepintas saja dan
mungkin sekali hanya memainkan peranan sebagai sumber makanan pada
tingkat perkembangan dini (Gambar 5.18). Pada perkembangan bulan kedua,
organ ini ditemukan di dalam rongga korion (Gambar 5.21).
93
Gambar 5.19 Foto mudigah manusia (PPB 9,8 mm, minggu kelima) (x29,9). Perhatikan
tungkai depan berbentuk seperti dayung.
PPB adalah ukuran dari puncak kepala (verteks) sampai titik tengah antara
kedua apeks bokong. Berhubung besarnya perbedaan derajat pembengkokan dari
satu mudigah ke mudigah lainnya, dapatlah dimengerti bahwa ukuran yang
diberikan pada Tabel 5.2 hanya dapat merupakan petunjuk perkiraan umur
mudigah yang sebenarnya.
Pada bulan kedua, bentuk luar mudigah berubah banyak dengan sangat
besarnya kepala dan pembentukan anggota badan, muka, telinga, hidung dan
mata. Pada permulaan minggu kelima, anggota badan depan dan belakang
nampak sebagai tunastunas yang berbentuk dayung (Gambar 5.19). Anggota
badan depan terletak sebelah dorsal tonjolan perikardium setinggi somit servikal
keempat hingga torakal pertama, oleh karena itu dapat menerangkan
persarafannya oleh pleksus brakhialis. Tunas anggota badan belakang terbentuk
beberapa saat kemudian tepat di sebelah kaudal tempat melekatnya tangkai tali
pusat setinggi somit lumbal dan sakral bagian atas. Dengan berlanjutnya
pertumbuhan, ujung tunas-tunas tersebut memipih dan menjadi terpisah dari
bagian proksimalnya, yang merupakan bagian yang lebih silindris karena suatu
konstriksi melingkar (Gambar 5.20). Tidak lama kemudian, pada ujung tunas
yang memipih tersebut, nampak empat alur radial yang memisahkan lima daerah
yang agak menebal, yang menggambarkan akan terbentuknya jari-jari (Gambar
5.20).
awal daripada pertumbuhan tungkai bawah. Sementara jari-jari tangan dan kaki
terbentuk (Gambar 5.21), suatu penyempitan kedua membagi bagian proksimal
tunas tersebut menjadi dua bagian, sehingga dapat dikenali ketiga bagian khas
seperti pada anggota badan dewasa (Gambar 5.22).
Gambar 5.20 Foto mudigah manusia (PPB 13 mm, minggu keenam). Perhatikan kantung
kuning
96
Gambar 5.21 Foto mudigah manusia (PPB 21 mm, minggu ketujuh) (X4). Kantong korion
dibuka lebar untuk memperlihatkan mudigah di dalam kantong amnionnya. Kantung kuning
telur, tali pusat, dan pembuluh darah di lempeng korion plasenta nampak jelas. Perhatikan
ukuran kepala yang sangat besar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
Ringkasan
Masa mudigah berlangsung dari perkembangan minggu keempat
hingga kedelapan dan merupakan masa terbentuk jaringan dan sistem organ
dari masing-masing lapisan mudigah. Sebagai akibat pembentukan organ, ciri-
ciri utama bentuk tubuh mulai jelas (Tabel 5.3).
97
Gambar 5.22 Foto mudigah manusia (PPB 25 mm, minggu ketujuh hingga kedelapan). Korion
dan amnion telah dibuka. Perhatikan ukuran kepafa, mata, daun talinga, jari-jari kaki yang telah
terbentuk dengan baik, tonjolan tali pusat yang disebabkan oleh lingkar-lingkar usus, dan
kantung kuning telur di dalam rongga korion.
Panjang
Hari Somit (mm) Gambar Ciri khas
14-15 0 0,2 5.1A Munculnyagarisprimitif
16-18 0 0,4 5.1B Tonjol korda dorsalis muncul; sel-sel hemopoietik
mulai ada di kantung kuning telur.
19-20 0 1-2,0 5.2A Mesoderm intraembrional menyebar di bawah
seluruh ektoderm; garis primitif sudah sempurna;
pembuluh-pembuluh tali pusat dan lipatan saraf
kranial mulai terbentuk
20-21 1-4 2,0-3,0 5.2. B Lipatan-lipatan saraf kranial menaik, dan
dan C terbentuklah alur saraf yang dalam; embrio mulai
membengkok
22-23 5-12 3,0-3,5 5.5. A Fusi lipatan-lipatan saraf di daerah leher;
dan B, neuropore kranial dan kaudal terbuka lebar;
5.6, 5.7 lengkung viseral 1 dan 2 muncul; tabung jantung
mulai melipat
24-25 13-20 3,0-4,5 5.8A Pelipatan sefalokaudal sedang berjalan;penutupan
neurofor kranial atau sudah tertutup; terbentuk
vesikel optik; tampak lempeng telinga
26-27 21-29 3,5-5,0 5.8 B, Penutupan neurofor kaudal atau sudah menutup;
5.18, A tampak kuncup-kuncup tungkai atas; 3 pasang
dan B lengkung viseral sudah ada
28-30 30-35 4,0-6,0 5.8B Terbentuk lengkung viseral keempat; tampak
kuncup tungkai bawah; gelembung telinga dan
lempeng lensa sudah muncul
31-35 7,0-10,0 5.19 Tungkai atas berbentuk seperti dayung; lobang-
lobang hidung terbentuk; mudigah berbentuk
huruf C rapat
36-42 9,0-14,0 5.20 Mulai tampak gambaran jari-jari di tangan dan
lempeng kaki; gelembung-gelembung otak
tampak menonjol; daun telinga luar terbentuk dari
hillock telinga; mulai terbentuk herniasi umbilikus
43-49 13,0-22,0 5.21 Tampak pigmentasi retina; jari-jari mulai
memisah; puting susu dan kelopak mata sudah
terbentuk; tonjol-tonjol maksila menyatu dengan
tonjol hidung ketika bibir atas terbentuk; herniasi
umbilikus tampak menonjol
50-56 21,0-31,0 5.22 Tungkai memanjang dan membengkok di siku
dan lutut; jari-jari tangan dan kaki sudah bebas;
wajah lebih menyerupai manusia; ekor sudah
hilang; herniasi masih ada sampai pada akhir
bulan ketiga.
Daftar Pustaka