A. Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan kesempurnaan luar biasa yang
membedakannya dengan hewan meliputi aspek intelektual, moral, sosial, bahasa, dexterity
dan emosi. Menurut Suyanto (2008), otak manusia merupakan bagian syaraf paling besar
dan kompleks yang tidak hanya dibentuk oleh satu milyar sel syaraf otak (neuron) saja
tetapi juga oleh hampir satu triliun sel glia. Neuron tersebut akan menjalarkan impuls
sepanjang serabut syaraf dari satu neuron ke neuron yang lain membentuk jaringan,
sehingga siap memproses informasi yang tak terhingga.
Kecerdasan manusia sangat ditentukan oleh otak. Bahkan menurut Erny dan
Saharso (2006), kualitas hidup seseorang sangat ditentukan terutama oleh proses
perkembangan otak yang dimulai dari konsepsi hingga usia 3 tahun (Batita). Oleh karena
itu diperlukan upaya-upaya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal dan
seimbang dengan meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan otak. Berdasarkan
masalah di atas penulis tertarik membuat referat tentang pertumbuhan dan perkembangan
otak.
Perkembangan merupakan suatu proses yang teratur dan berurutan yang dimulai
dari beberapa hal sederhana, yang berkembang semakin kompleks. Proses perkembangan
otak terjadi sangat cepat dan unik. Proses tersebut melalui beberapa tahapan yaitu induksi
neuroektoderm hingga pembentukan tabung saraf, lipatan cephalic, proliferasi neuron,
migrasi, sinaptogenesis dan pertumbuhan sel-sel penyangga otak. (Sadler, 2006)
Arborisasi neuron
Sinaptogenesis
Apoptosis
40 minggu Myelinisasi
1. Neurulisasi Primer dan Sekunder
a. Neurulisasi Primer
Sejak awal minggu ketiga, sistem syaraf pusat (SSP) mulai muncul berupa
lempeng syaraf (neural plate) di region middorsal di depan primitive node (nodus
primitive). Lempeng syaraf ini dibentuk oleh sel-sel embrionik yang berasal dari
suatu lempeng penebalan ectoderm berbentuk sandal. Setelah itu, tepi-tepi lempeng
syaraf membentuk lipatan syaraf (neural fold) yang selanjutnya akan mengalami
perkembangan pesat.(Sadler, 2006)
3
2. Perkembangan Prosensefalic
3. Proliferasi Neuronal
Seluruh neuron dan glia dibuat pada lokasi subependymal tepatnya di zona
ventrikuler dan subventrikuler yang ada disetiap tingkatan perkembangan susunan
saraf. Dua fase yang terjadi pada fase proliferasi adalah: 1. pada usia 2 hingga 4 bulan
kehamilan, bersamaan secara primer dengan proliferasi neuronal dan radial glia secara
umum; 2. pada usia 5 bulan kehamilan hingga >1 tahun post natal, secara primer
berkaitan dengan multiplikasi glia. (Guble dan Hunting,2003)
Proliferasi prekusor glia akan meningkatkan jumlah sel glia secara cepat,
pada akhirnya akan berpengaruh pada proses migrasi neuronal. Pada tahap akhir,
terjadi proliferasi percabangan vaskuler, sistim arterial terbentuk lebih dahulu daripada
sistim vena, proliferasi tersebut terutama aktif selama fase proliferasi neuronal.
Dimulai dengan terbentuknya pleksus leptomeningeal pembuluh darah; yang terjadi
pada bulan ke 3 kehamilan dengan arah perkembangan secara radial, pada saat
terbentuk tidak bercabang, pada bulan ke 4 kehamilan dan usia selanjutnya akan
terbentuk percabangan arah horisontal.(DeBord, 2003)
5
Aspek yang mendasar dari proliferasi sel sepanjang dinding tabung saraf
dideskripsikan pertama kali oleh Sauer, 1935. Sel-sel ditepi zona ventrikuler yang
menunjukkan aktivitas replikasi DNA, mengadakan migrasi kearah permukaan lumen
dan membagi diri; 2 sel yang pertama akan migrasi kembali ke tepi zona ventrikuler.
Migrasi dari dan kearah yang sama atau migrasi interkinetik nuklear berulang selama
terjadi replikasi DNA dan mitosis sering terjadi di zona ventrikuler. Pada beberapa
bagian otak, sel-sel di zona subventrikuler dapat diidentifikasi. Sel-sel tersebut
membelah tanpa berpindah kembali ke permukaan lumen. Penelitian yang dilakukan
oleh Rakic dkk, zona ventrikuler pertama kali dibentuk pada saat pembentukan neuron
pertama, dan zona subventrikuler merupakan titik awal dari neuron-neuron yang
terbentuk selanjutnya dan glia. Pada saat sel dihasilkan dari siktus mitosis dan aktivitas
proliferasinya terhenti, mereka akan mengadakan migrasi masuk ke zona intermediate
dalam rangka membentuk lempeng cortikal. Dapat disimpulkan, pada fase awal
proliferasi, sel stem membelah secara simetris menjadi 2 dengan cara tersebut unit
proliferasi sel stem neuronal-glia berkembang. Proses-proses diatas menentukan
jumlah unit proliferasi dalam zona ventrikuler-subventrikuler. Pada usia kehamilan
selanjutnya, jika dibandingkan dengan pertengahan bulan ke dua kehamilan, jumlah
unit proliferasi relatif stabil seperti pada saat sel stem membelah secara asimetris.
Pembelahan secara asimetris menentukan ukuran dari setiap unit proliferasi. Pada fase
proliferasi akan didapatkan perbandingan produksi jumlah sel neronal post mitotik
lebih banyak dibanding dengan sel stem (Hardwick et al, 2015)
4. Migrasi Neuronal
Dua pola dasar migrasi neuronal berupa migrasi kearah radial dan tangensial.
Rakic (1972) menyatakan bahwa dalam perkembangan korteks otak, proyeksi neuron
dihasilkan terutama di zona vertikal dan kemudian berpindah ke cortical plate.
Bagaimanapun, GABAergic antar neuron paling banyak dimulai di ganglion pada tikus
yang unggul dan masuk dalam cortical plate melalui migrasi tangensial (Marin and
Rubenstein, 2001).
Migrasi radial dibedakan lagi menjadi dua yaitu locomotion dan somal
transloction (Tabata dan Nakajima, 2003). Menurut Rakic (1972), locomotion ditandai
dengan adanya migrasi sel sepanjang serat radial dari radial sel glia. Seluruh serat
tersebut saling menyilang untuk membentuk ketebalan dinding cerebral. Migrasi radial
jenis ini mempunyai morfologi sel bipolar dan berjalan dari cortical plate menuju ke
zona marginal. Sedangkan somal translocation, neuron berpindah dari zona ventrikular
lalu berakhir di pial surface (Nadarajah et al., 2001). Selain itu, terdapat pula
perbedaan antara migrasi radial yang terjadi di cerebrum dan cerebellum. Di cerebrum,
migrasi radial menyebabkan pembentukan korteks dan struktur nukleus profundus.
Sedangkan di dalam cerebellum, migrasi radial menyebabkan terbentuknya sel
purkinje, nukleus dentatus dan nukleus bagian atas yang lainnya. (Mauch et al, 2001).
a. Neuron Subplate
Mauch et al, 2001 menyatakan bahwa pada masa bayi, sel-sel otak (neuron)
berhubungan satu dan lainnya dengan perantaraan 50 triliun sinaps, sedangkan pada
usia dewasa, densitas sinaps meningkat 10 kali lipat hingga mencapai jumlah 500
triliun. Pada usia 3 tahun, jumlah hubungan sinaps akan mencapai 1000 triliun, lebih
banyak dari jumlah sinaps pada usia dewasa. Jumlah sinaps yang besar tersebut
merupakan hal yang penting untuk menunjang mempertajam kemampuan otak melalui
berbagai pengalaman yang didapatnya. Oleh sebab itu menurut Hartanto et al (2011),
11
tiga tahun pertama kehidupan merupakan periode kritis kehidupan anak yaitu ketika
plastisitas otak maksimal pada beberapa tahun pertama kehidupan dan berlanjut
dengan kecepatan yang lebih lambat. Pengalaman sensorik, stimulasi dan pajanan
bahasa selama periode ini dapat menentukan sinaptogenesis, mielinisasi, dan hubungan
sinaptik.
Kematian sel dan eliminasi selektif dalam proses neuronal dan sinaps, atau
peristiwa regresi dari perkembangan otak merupakan periode yang sangat penting yang
terjadi setelah pembentukan bahan-bahan neuronal dengan proses proliferasi dan
migrasi yang progresif.. Proses kematian sel diawali dan ditunjang oleh gen yang
spesifik dan produk transkripsi mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi neuron
tersebut. Fase akhir yang berurutan dengan kematian sel merupakan masa yang penting
dimana terjadi aktivasi kelompok sistin-protease yang dikenal dengan caspases. Istilah
program kematian sel digunakan untuk menekankan bahwa hal ini merupakan proses
perkembangan aktif.(Mauch et al, 2001)
8. Mielinisasi
Mielinisasi dimulai dari sistem saraf perifer, dimana sistem saraf motorik
mengalami mielinisasi sebelum sistem saraf sensoris. Sel Schwan yang bertugas
membentuk selubung mielin untuk saraf tepi, bermigrasi ke tepi lalu menyelubungi diri
mengelilingi akson membentuk selubung neurilema. Penyelubungan akson oleh sel
schwan menyebabkan pengendapan mielin sehingga sejak bulan keempat kehidupan
13
janin banyak serabut saraf tampak keputihan. Setelah itu terjadi mielinisasi pada SSP
oleh sel oligodendroglia yang lebih mendahulukan sistem saraf motorik (Sadler, 2006).
Menurut Debord (2003) mielinisasi pada manusia secara umum diatur oleh
lima aturan yaitu 1). jalur proksimal mengalami mielinisasi sebelum jalur distal 2).
jalur saraf sensoris mengalami mielinisasi sebelum jalur motorik 3). alur proyeksi
mengalami mielinisasi sebelum jalur yang berhubungan dengan cerebral 4). lokasi
sentral cerebral mengalami mielinisasi sebelum ujung cerebral 5). kutub oksipital
mengalami mielinisasi sebelum bagian frontotemporal. Perubahan cepat dalam
mielinisasi terjadi pada 8 bulan pertama postnatal.
Manusia memiliki sistem syaraf yang terdiri atas syaraf pusat yaitu otak dan
sumsum tulang belakang, serta syaraf tepi yaitu semua syaraf yang menjulur ke seluruh
bagian tubuh dari sistem syaraf pusat. Secara umum otak manusia terdiri atas tiga bagian:
otak besar (cortex), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (pons). Ketiga bagian
tersebut memiliki bagian-bagian yang lebih detail lagi (Suyanto, 2008)
14
Otak terdiri atas belahan kiri dan kanan yang tidak sama fungsinya. Otak kiri
menjalankan fungsi linier, sikuensial, logis, analitis, konvergen, kata, ditail, dan angka.
Otak kanan memiliki fungsi dimensi, intuitif, imajinasi, divergen ritme, gestalt, holistik,
dan spatial. Antara otak kiri dan kanan dihubungkan oleh korpus kolosum. Korpus
kolosum kadang membuka hubungan antara belahan kanan dan kiri (reaksi fusi) dan
kadang memisah (reaksi fisi) sehingga menjadikan otak sebagai reactor (Cerebreaktor).
Dalam waktu yang sangat singkat trilyunan informasi dapat diproses melalui kerja fusi
dan fisi kedua belahan tersebut (Suyanto, 2008).
Otak manusia memiliki 6 lobus yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus
temporalis, lobus occipitalis, lobus insularis, dan lobus limbik. Pada lobus frontalis
terdapat pusat motorik primer dan sekunder. Lobus parietalis berfungsi sebagai Pusat
pengaturan gerak tangan dan kemampuan spatial. Lobus temporalis sebagai pusat bicara.
Lobus occipitalis sebagai pusat pengaturan visual. Sedangkan lobus limbik berfungsi
sebagai pusat pengendalian emosi, seks, cinta, dan kesabaran (Suyanto, 2008).
15
KESIMPULAN
1. Otak manusia merupakan anugerah dari Allah SWT yang luar biasa yang
memungkinkan manusia dapat berpikir, memiliki perasaan, dan menggunakan bahasa.
Kelebihan tersebut menyebabkan manusia mampu belajar dan berpikir tingkat tinggi.
Oleh karena itu perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
3. Pada minggu kedua terbentuk bakal yang tersusun atas dua layer (bilaminar) yaitu
epiblast dan hipoblast. Kemudian minggu ketiga epiblast membentuk tiga layer
(trilaminar) yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm yang memiliki fungsi berbeda.
2. Pertumbuhan dan perkambangan otak melalui beberapa proses yang kompleks yaitu
pembentukan tabung neural, proliferasi neuron (sel saraf) pada region yang berbeda,
migrasi neuron dari tempat pembentukannya ke tempat yang lebih permanen, agregasi
sel sehingga membentuk bagian-bagian otak, selanjutnya neuron-neuron immature
berdiferensiasi, dan terbentuk hubungan antar neuron (sinaps), apoptosis dan eliminasi
selektif, lalu pembentukan mielin.
3. Migrasi neuronal dibagi menjadi dua yaitu migrasi radial dan migrasi tangensial. Migrasi
radial dibagi lagi menjadi locomotion (Glial-guided) dan somal translocation.Sedangkan
migrasi tangensial dibagi menjadi migrasi olfaktori dan migrasi GnRH.
4. Perkembangan otak setelah lahir ada dua yaitu sinaptogenesis dan mielinisasi
5. Pembentukan organ dimulai pada kehamilan trimester awal sehingga harus dijaga baik
secara fisik, mental, maupun gizi
16
DAFTAR PUSTAKA
DeBord,K.2003.Brain Development.
http://www.ces.ncsu.edu/depts./fcs/human/pubs/brain.nc.html. Diakses pada 11
November 2015 pukul 15.40.
Ledesma, M.D., Brugger, B., Bunning, C., Wieland, F.T., Dotti, C.G.1999. Maturation of the
Axonal Plasma Membrane Requires Upregulation of Sphingomyelin Synthesis
and Formation of Protein-lipid Complexes.EMBO.18(7):1761-1771.
Setty,Y., Chen,C.C., Secrier, M., Skoblov, N., Kalamatinos, D., Emmott, S.2011.How
Neurons Migrate : A Dynamic In-Silico Model Of Neuronal Migration In
Developing Cortex.BMC System Biology.5:154.
Tabata, H., Nakajima, K.2003.Multipolar Migration : The Third Mode Of Radial Neuronal
Migration In Developing Cerebral Cortex. The Journal Of
Neuroscience.23(31):9996-10001.