Anda di halaman 1dari 8

LTM SGBM QBD 1

Disusun Oleh

MARIA HOMER

NIM. 202270005

Dosen Pengampu

ROSDIANA NAIBEY, S.Kep, M.Sc

NIP. 19891014201903 2 013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................2

1.1 Latar Belakang................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................4

1.3 Tujuan.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5

2.1 Reactive oxygen species (ROS) .....................................................5

BAB III PENUTUP..........................................................................................6

3.1 Kesimpulan.....................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stres oksidatif adalah fenomena yang disebabkan oleh ketidakseimbangan


antara produksi dan akumulasi spesies reaktif oksigen (ROS) dalam sel dan
jaringan dan kemampuan sistem biologis untuk mendetoksifikasi produk reaktif
ini. ROS dapat memainkan, dan sebenarnya mereka melakukannya, beberapa
peran fisiologis (yaitu, pensinyalan sel), dan mereka biasanya dihasilkan sebagai
produk sampingan dari metabolisme oksigen; meskipun demikian, stresor
lingkungan (yaitu, UV, radiasi pengion, polutan, dan logam berat) dan xenobiotik
(yaitu, obat antiblastik) berkontribusi untuk meningkatkan produksi ROS,
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan yang menyebabkan kerusakan sel dan
jaringan (stres oksidatif).

Beberapa antioksidan telah dieksploitasi dalam beberapa tahun terakhir untuk


efek menguntungkan mereka yang sebenarnya atau diduga melawan stres
oksidatif, seperti vitamin E, flavonoid, dan polifenol. Sementara kita cenderung
menggambarkan stres oksidatif sama berbahayanya bagi tubuh manusia, benar
juga bahwa itu dieksploitasi sebagai pendekatan terapeutik untuk mengobati
kondisi klinis seperti kanker, dengan tingkat keberhasilan klinis tertentu. Dalam
ulasan ini, kami akan menjelaskan temuan terbaru di bidang stres oksidatif,
menyoroti sisi buruk dan baiknya bagi kesehatan manusia.

Efek stres oksidatif bervariasi dan tidak selalu berbahaya. Misalnya, stres
oksidatif yang dihasilkan dari aktivitas fisik mungkin bermanfaat, efek regulasi
pada tubuh. Olahraga meningkatkan pembentukan radikal bebas, yang dapat
menyebabkan stres oksidatif sementara pada otot. Namun, radikal bebas yang
terbentuk selama aktivitas fisik mengatur pertumbuhan jaringan dan merangsang
produksi antioksidan.

Namun, stres oksidatif jangka panjang merusak sel, protein, dan DNA tubuh. Ini
dapat berkontribusi pada penuaan dan mungkin memainkan peran penting dalam
perkembangan berbagai kondisi.
1.2 Rumusan Masalah

Apakah yang dimaksud dengan reactive oxygen species?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami Apa yang dimaksud dengan peran


reactive oxygen species?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Reactive oxygen species (ROS)

Reactive Oxygen Species (ROS) yang merupakan radikal yang sangat reaktif atau
molekul yang diproduksi secara intraseluler seperti mitokondria, retikulum endoplasma,
peroksisom. ROS juga dapat disebabkan oleh sumber yang berasal dari luar seperti bahan
yang mengalami ionisasi, vitamin, atau herbisida dan ROS ini dapat berinteraksi secara
biomolekul dengan hasil oksidasi protein berupa residu amino asil dan menyebabkan
mutasi pada DNA, serta bereaksi juga dengan peroksidasi lipid untuk memproduksi
radikal bebas yang lebih banyak lagi. Kelebihan produksi ROS dalam sel dapat melebihi
sistem detoksifikasi seluler yang ada sehingga menyebabkan stres oksidatif

ROS sebagian besar merupakan hasil dari respon fisiologis (ROS endogen) yaitu hasil
metabolisme sel normal dan 3 sebagian kecil merupakan hasil paparan dari luar tubuh (ROS
eksogen) yaitu oksigen reaktif yang berasal dari polutan lingkungan, radiasi, infeksi bakteri,
jamur dan virus. ROS terdiri dari superoksida (*O2), hidroksil (*OH), peroksil (ROO*),
hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen (1O2), oksida nitrit (NO*), peroksinitrit
(ONOO*), asam hipoklorit (HOCl), dan hasil oksidasi lemak pada makanan. Radikal bebas
yang paling banyak terbentuk di dalam tubuh adalah superoksida. Superoksida ini akan
diubah menjadi hidrogen peroksida (H2O2) . Hidrogen ini dalam tahap propagasi akan
diubah menjadi radikal hidroksil (*OH). Radikal hidrosil inilah yang menyebabkan
terjadinya peroksidasi lemak pada membran sel sehingga sel mengalami kerusakan. Keadaan
ini kalau dibiarkan terus akan menyebabkan ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan endogen yang dikenal dengan nama stres oksidatif.
 Jenis bebas radikal

Bebas Ada dua bentuk umum dari radikal bebas yaitu ROS dan Reactive Nitrogen
Species (RNS). Termasuk ROS di antaranya ion Superoxide (O2 ), Hydrogen
peroxide (H2O2), Hydroxyl radical (OH), dan Peroxyl radical (OOH).
Sementara RNS sering dianggap sebagai subklas dari ROS, di antaranya Nitric
oxide (NO), Nitrous oxide (N2O), Peroxynitrite (NO3  ), Nitroxyl anion (HNO)
dan Peroxynitrous Acid (HNO3  ) (Marciniak et al., 2009; Kothari et al., 2010).
ROS (Reactive Oxygen Species) terdiri dari kelompok radikal bebas dan
kelompok non radikal. Kelompok radikal bebas antara lain Superoxide Anion
(O2), Hydroxyl Radical (OH) dan Peroxyl Radicals (RO2), sedangkan yang
termasuk kelompok non radikal misalnya Hydrogen peroxide (H2O2) dan Organic
peroxides (ROOH) (Halliwell dan Whiteman, 2004).

 Pembentukan Radikal Bebas

Radikal bebas di produksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan
elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non enzimatik. Produksi radikal
bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai raeksi terhadap
rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi
fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedangkan reaksi
melalui rangsangan disebabkan oleh karena kebocoran superoksida, hidrogen
peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya
bakteri dengan fagosit teraktifasi (Droge, 2002)
BAB III

KESIMPULAN

Stres oksidatif dapat ditimbulkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS) dan juga
Nitroxidative stress melalui Reactive Nirogen Species (RNS). Stres oksidatif mempunyai
efek yang menguntungkan dan efek merugikan bila berlebihan serta berperan pada proses
penyembuhan luka melalui mekanisme inflamasi, angiogenesis dan pembentukan matrik
pada proses penyembuhan luka. Stres oksidatif dapat dikurangi atau dihambat dengan
pemberian antioksidan yang bersifat scavenger terhadap radikal bebas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

1. Akhlaghi, M., Brian, B. 2009. Mechanisms of flavonoid protection against


myocardial ischemia–reperfusion injury. Journal of Molecular and Cellular
Cardiology. 46 : 309–17.

2. Almey, A., Khan, A.J., Zahir S., Suleiman M., Aisyah Rahim K., 2010. Total
phenolic content and primary antioxidan activity of methanolic and ethanolic
extract of aromatic plants’ leaves. International Food Research Journal. 17 :
1077-88.

3. Luchi, Y., et al, 2010. Spontaneous skin damage and delayed wound healing in
SOD1-deficient mice. Mol Cell Biochem. 341; 181-194.

Anda mungkin juga menyukai