Anda di halaman 1dari 10

JKK, Volume 4, No 1, Januari 2017: 39-48

p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Antioksidan dalam dermatologi


Rosi Andarina1, Tantawi Djauhari2
1
Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
OTH133@gmail.com

Abstrak

Pembentukan Reactive oxygen spesies (ROS) berperanan penting dalam kerusakan sel. ROS ini akan terus dikontrol
oleh sistem antioksidan endogen, berupa antioksidan enzimatik ataupun non enzimatik. Antioksidan enzimatik adalah
superoksida dismutase, katalase dan glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatik adalah alfa tokoferol (vitamin
E), asam askorbat (Vitamin C), glutation dan ubiquinon. Keseimbangan antara ROS dan antioksidan ini akan terus
dipertahankan. Apabila terjadi peningkatan ROS yang berlebihan dan atau penurunan jumlah antioksidan yang di
hasilkan tubuh baik akibat pengaruh faktor eksogen dan endogen, maka terjadi ketidakseimbangan antara antioksidan
dan ROS. Hal ini menyebakan terjadinya keadaan patologis dan stess oksidatif. Antioksidan bekerja secara sinergis
untuk menstabilkan peran ROS pada proses photoaging, karsinogenesis dan inflamasi. Terdapat berbagai ROS yang
dihasilkan tubuh, masing-masing ROS ini dapat dinetralisir oleh antioksidan tertentu melalui suatu antioksidan network.

Kata kunci: reactive oxygen spesies, antioksidan, photoaging

Abstract
Antioxidant in dermatology. Reactive oxygen spesies (ROS) generation plays an important role in cell damage. ROS
will continue to be controlled by endogenous antioxidant systems, such as enzymatic and non-enzymatic antioxidants.
Enzymatic antioxidants are superoxide dismutase, catalase and glutathione peroxidase. Non-enzymatic antioxidant are
alpha-tocopherol (vitamin E), ascorbic acid (vitamin C), glutathione and ubiquinon. The balance between ROS and
antioxidants will be maintained. In the event of excessive increasing ROS or decreasing the amount of antioxidants in
the body produced either as a result of the influence of exogenous and endogenous factors, then there is an imbalance
between antioxidants and ROS. This caused the pathological state and oxidative stess. Antioxidants work
synergistically to stabilize the role of ROS in the process of photoaging, carcinogenesis and inflammation. There are a
variety of ROS produced by the body, each of these ROS can be neutralized by specific antioxidants through an
antioxidant network.

Keywords: reactive oxygen spesies, antioxidants, photoaging

39
40 Rosi Andarina: Antioksidan dalam dermatologi

1. Pendahuluan mendorong banyak farmasi memproduksi


berbagai antioksidan dalam diet ataupun
Sebagai organ paling luar tubuh, kulit langsung digunakan pada kulit secara topikal,
langsung terpapar dengan lingkungan sekitar 70% populasi di Amerika Serikat
prooksidan seperti radiasi ultraviolet, obat, diperkirakan menggunakan antioksidan.8
polusi udara, dan asap rokok.1 Paparan Masih banyak kontrovensi mengenai
lingkungan ini memicu pembentukan radikal penggunaan antioksidan. Terdapat beberapa
bebas yang disebut juga reactive oxygen teori yang membahas cara kerja antioksidan
spesies (ROS).2 Selain disebabkan faktor dan manfaatnya dalam bidang dermatologi.8
eksogen, radikal bebas juga dibentuk secara Antioksidan bekerja secara sinergis
alamiah melalui metabolisme sel fisiologis.3 menstabilkan radikal bebas yang berperanan
Radikal bebas dibentuk apabila molekul pada proses photoaging, karsinogenesis dan
oksigen mempunyai satu atau lebih elektron imunosupresi.9 Pada referat ini akan lebih
yang tidak berpasangan.4 Mekanisme dibahas peranannya pada photoaging. Referat
kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas ini membahas tentang teori radikal bebas, teori
cukup kompleks melalui reaksi berantai antioksidan, berbagai macam antioksidan serta
hingga terjadi stres oksidatif yang manfaatnya dalam bidang dermatologi
2
menyebabkan kerusakan sel. Pengetahuan terutama aspek photoaging.
mengenai radikal bebas ini menuntun kita pada
peran radikal bebas terhadap kelainan kulit.4 2. Pembahasan
Tubuh memiliki antioksidan sebagai
mekanisme pertahanan tubuh untuk 2.1 Teori Radikal Bebas
menetralisir radikal bebas yang terbentuk.4
Antioksidan merupakan inhibitor proses Radikal bebas atau ROS adalah molekul yang
oksidasi, bahkan pada konsentrasi yang relatif terbentuk ketika molekul oksigen bergabung
kecil.5 Antioksidan ini dapat berkurang dan dengan molekul lain menghasilkan elektron
habis dengan cepat, menyebakan gangguan ganjil. Molekul oksigen memiliki elektron
pada status equilibrium dari sistem prooksidan berpasangan yang stabil, bila terdapat elektron
dan antioksidan pada sel intak.3 Faktor yang tidak berpasangan pada orbit luarnya maka
berperanan atas penurunan produksi oksigen akan bersifat reaktif dan tidak stabil.9
antioksidan adalah infeksi bakteri, virus atau Molekul oksigen yang tidak berpasangan ini
inflamasi kronik dan proses penuaan.4 akan mencari dan merebut elektron dari
Proses yang terjadi akibat ROS ini menjadi komponen vital didekatnya untuk melepaskan
perhatian penting seiring angka harapan hidup energi ekstra dan kembali ke kondisi stabil.
yang semakin meningkat. Proporsi penduduk Apabila radikal bebas tidak berikatan dengan
usia lanjut mengalami peningkatan signifikan, antioksidan maka reaksi oksidasi akan terus
proporsi individu usia diatas 55 tahun berlanjut atau membentuk kaskade yang
diperkirakan sebesar 31% populasi pada tahun menyebabkan kerusakan sel (Gambar 1).4,10
2030 di Amerika Serikat. Pergeseran
demografi ini juga diperkirakan sama di Eropa
dan Jepang.6 Prediksi persentase penduduk
lanjut usia di Indonesia pada tahun 2020
diperkirakan mencapai angka 11,34% atau
28,8 juta orang.7 Penambahan antioksidan
dalam diet ataupun langsung digunakan pada
kulit secara topikal untuk mencegah
pembentukan radikal bebas secara teoritis
memberikan manfaat. Hal inilah yang
JKK, Volume 4, No 1, Januari 2017: 39-48 41
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Gambar 1. Pembentukan radikal bebas dan peran


antioksidan menstabilkan radikal bebas.10

Bentuk ROS yang dikenal adalah singlet Gambar 2. Pembentukan ROS.4


oxygen (1O2), anion superoksida (O2‾),
hidrogen peroksida (H2O2) dan hidroksil ROS terbentuk secara endogen atau
(OH‾) (4). Singlet oxygen adalah oksigen yang fisiologis dan eksogen. ROS endogen
mempunyai satu elektron yang tidak terbentuk secara fisiologis dari hasil
berpasangan di orbit luarnya dan memiliki metabolisme normal tubuh.4,11 ROS ini dapat
tingkat energi lebih besar, sehingga dibentuk dari sumber enzimatik dan non
membentuk oksigen yang lebih reaktif. Singlet enzimatik. Sumber endogen enzimatik ROS
oxygen memiliki dua pilihan yaitu mentransfer berasal dari metabolisme oksigen pada
energi tersebut ke bahan organik disekitarnya mitokondria yaitu mitokondrial oksidase,
atau terus membentuk oxygen spesies yang monoamin oksidase, mieloperoksidase, xantin
lebih reaktif. Anion superoksida dibentuk bila oksidase dan nitrit oksida sintatase.11 Pada
satu elektron ditambahkan pada atom oksigen. proses metabolisme oksidatif mitokondria
Hidrogen peroksida dibentuk bila O2‾ glukosa akan dipecah menjadi adenosin
mendapat elektron lain ditambahkan dua atom trifosfat (ATP) dan air. Sebagai reaksi
oksigen dan dua atom hidrogen. Hidrogen samping molekul oksigen juga akan dikonversi
peroksida memiliki life span hingga dengan 10 menjadi anion superoksida yang merupakan
detik, waktu ini pada skala molekular sangat ROS poten. Diperkirakan bahwa 1% sampai
lama sehingga menyebabkan kerusakan sel.8 2% oksigen dalam sel menghasilkan anion
Apabila satu elektron ditambahkan lagi maka superoksida.4 Selain proses degenerasi ATP,
akan terbentuk hidroksil yang memiliki life ROS juga dihasilkan oleh xantin oksidase yang
span sangat singkat yaitu 10-9 detik tetapi mendegradasi nukleotida purin dan
merupakan bentuk oksidan paling reaktif dan mengakatalisis hipoksantin menjadi xantin lalu
memiliki afinitas paling tinggi (Gambar 2).4,8 menjadi asam urat oleh nitrit oksida sintase
untuk memproduksi nitrit oksida. Pada proses
ini akan terbentuk sejumlah besar anion
superoksida yang akan dikonversi secara
spontan oleh superoksida dismutase (SOD)
menjadi hidrogen peroksida (H2O2).4,11
Sumber endogen nonenzimatik ROS
adalah hidrogen peroksida yang merupakan
kunci reaksi Fenton. Pada reaksi Fenton
hidrogen peroksida bereaksi dengan besi atau
42 Rosi Andarina: Antioksidan dalam dermatologi

tembaga dan terbentuk radikal hidroksil (OH-) rentan terhadap oksidasi. Proses peroksidasi
yang merupakan ROS paling tidak stabil.4,11 pada lipid menyebabkan pembentukan radikal
Faktor eksogen berasal dari sumber peroksil. Radikal peroksil ini apabila tidak
lingkungan seperti radiasi ultraviolet, obat, distabilkan akan menyerang molekul lipid lain
polusi udara dan asap rokok (Gambar 3).1,4 sehingga mempengaruhi integritas dan
Pembentukan ROS paling banyak disebabkan permeabilitas membran sel sehingga terjadi
UVA. Pajanan UV berarti terdapat transmisi kerusakan membran sel.4,8 Pada karbohidrat
foton energik melalui lapisan kulit dan terbentuk radikal bebas karbon bebas dan
diabsorbsi molekul sel kromofor atau hidrogen bebas. Radikal bebas ini mengikat
photosensitizer sehingga timbul efek biologik. komponen karbohidrat membran plasma
Ultraviolet A bereaksi dengan photosensitizer secara kovalen sehingga membentuk carbon
atau kromofor pada kulit, seperti sitokrom, centered radical. Carbon centered radical
riboflavin, heme dan porfirin. Kromofor berinteraksi dengan molekul karbohidrat lain
menyerap energi dari panjang gelombang sehingga terjadi reaksi rantai autokatalitik dan
UVA. Energi dilepaskan sehingga stabil menyebabkan kerusakan membran sel. Proses
dengan mentransfer molekul oksigen dan oksidasi pada protein akan membentuk radikal
terbentuk singlet oxygen dan ROS lain. bebas berupa alkilperoksida dan radikal
Polutan lingkungan seperti hidrokarbon karbonil.8,11 Alkilperoksida menyebabkan
aromatik polisiklik dapat diubah menjadi ROS fragmentasi protein sedangkan radikal karbonil
diperantarai quinon. Suatu penelitian in vitro menyebabkan pemecahan rantai polipeptida
dan in vivo memperlihatkan hidrokarbon sehingga meningkatkan proses proteolisis.11
aromatik polisiklik dan benzoapyrene bekerja ROS berperan dalam proses photoaging,
sebagai photosensitizer bersama paparan UVA imunosupresi dan karsinogenesis.4 Akumulasi
secara sinergis menghasilkan superoksida dan ROS menyebabkan terjadi stres oksidatif yang
singlet oxygen.4 menginduksi ekspresi sitokin proinflamasi dan
Tubuh memiliki antioksidan sebagai growth factor. Ekspresi tersebut menyebabkan
pertahanan untuk menetralisir radikal bebas upregulasi hypoxia-inducible factor (HIFs),
baik dari eksogen maupun endogen, tetapi nuclear factor-κB (NF-κB) dan transforming
seiring pertambahan usia dan akumulasi ROS growth factor β (TGFβ). ROS menginduksi
bertambah banyak efektivitas sistem ini faktor transkripsi c-Jun dan c-FOS melalui
berkurang.4,12 Ketidakseimbangan faktor MAPK (mitogen-activated protein kinase).
prooksidan (ROS) dan antioksidan Induksi ini mengaktifkan faktor transkripsi
menyebabkan stres oksidatif, menyebabkan activator protein 1 (AP-1). Activator protein-1
kerusakan seluler pada lipid, karbohidrat (AP-1), NF-κβ dan TGFβ menyebabkan
protein, dan struktur DNA irreversibel upregulasi matrix metalloprotein (MMP) yaitu
(Gambar 3).4,8,13 Pada lipid terjadi proses MMP-1, MMP-3, MMP-8 dan MMP-9. Enzim
peroksidasi oleh enzim lipid peroksidase protease menurunkan produksi kolagen,
dengan mengambil atom hidrogen yang meningkatkan pemecahan kolagen dan
berasal dari poly unsaturated fatty acid akumulasi elastin matriks ekstraseluler
(PUVA), sehingga membran yang sehingga terjadi photoanging (Gambar 4).4.9
mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi
JKK, Volume 4, No 1, Januari 2017: 39-48 43
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Gambar 3. Pembentukan ROS4


monohidroksil atau polihidroksil fenol.11
Antioksidan bekerja pada beberapa cara
berbeda terhadap proses oksidatif yaitu
scavenging radikal bebas secara enzimatik
atau dengan reaksi kimia langsung,
scavenging radikal lipid peroksil, berikatan
dengan ion logam dan memperbaiki
kerusakan oksidatif.14 Antioksidan berfungsi
menambahkan atau menghilangkan satu
elektron untuk menetralisir ROS, sehingga
radikal bebas menjadi stabil dan menghambat
proses oksidasi.9
Kulit manusia merupakan gabungan
antara mekanisme pertahanan antioksidan
Gambar 4. Mekanisme ROS pada fotoaging4 enzimatik dan non enzimatik terhadap ROS.
Antioksidan enzimatik terdiri atas
2.2 Teori Antioksidan superoksida dismutase (SOD), katalase dan
glutation peroksidase (GSH peroksidase).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Antioksidan enzimatik bekerja untuk
tubuh memiliki mekanisme pertahanan tubuh menstabilkan H2O2. Superoksida dismutase
terhadap pembentukan ROS dengan mengkatalisis anion superoksida menjadi
membentuk antioksidan.9 Antioksidan adalah H2O2 yang merupakan ROS yang kurang
inhibitor dari proses oksidasi, bahkan pada reaktif. Hidrogen peroksida ini kemudian oleh
konsentrasi yang relatif kecil.5 Antioksidan katalase dan GSH peroksidase akan diuraikan
merupakan komponen kimia yang terdiri atas menjadi H2O dan O2 (Gambar 2).4
44 Rosi Andarina: Antioksidan dalam dermatologi

Antioksidan non enzimatik adalah alfa antioksidan yang terbentuk. Rhie dkk.
tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin membandingkan konsentrasi tokoferol, asam
C), glutation dan ubiquinon.9 L-askorbat, dan jumlah GSH pada orang tua
Antioksidan melindungi sel dari dengan usia dewasa muda, ternyata jumlah
kerusakan radikal bebas dengan mendonorkan antioksidan 70% lebih sedikit.4
satu elektron bebas ke radikal bebas atau
menerima satu elektron yang tidak stabil 2.3 Macam-Macam Antioksidan
sehingga menjadi stabil dan menghentikan
reaksi rantai serta mencegah kerusakan lipid, Saat ini telah banyak diteliti antioksidan
protein dan DNA. Antioksidan yang topikal yang digunakan untuk melawan stres
mendonorkan elektron untuk radikal bebas oksidatif. Meskipun antioksidan dapat
akan menjadi antioksidan “radikal”. diberikan melalui diet tetapi terdapat
Meskidemikian antioksidan merupakan pengaruh absorbsi dan kelarutan antioksidan
radikal yang paling tidak reaktif. Antioksidan sehingga yang sampai ke kulit hanya dalam
“radikal” dapat distabilkan oleh antioksidan jumlah terbatas. Pemakaian langsung pada
lain.15 Antioksidan enzimatik dan non kulit akan menambah perlindungan terhadap
enzimatik bekerja sama secara sinergis untuk paparan radikal bebas.16
menetralkan ROS. Antioksidan yang saling Buettner dan Vertuani membagi
bekerja sama ini disebut antioksidan antioksidan berdasarkan cara kerjanya yaitu
network.9 antioksidan primer dan sekunder. Antioksidan
Lima antioksidan yang bekerja primer disebut juga antioksidan pemecah
sebagai antioksidan network adalah vitamin C rantai, antioksidan ini bekerja dengan
dan E, glutation, asam lipoleat dan ubiquinon memecah rantai reaksi sehingga radikal bebas
(CoQ10) (Gambar 5).2,9 Glutation salah satu menjadi kurang reaktif. Antioksidan sekunder
antioksidan yang dapat mendonorkan atom atau disebut juga antioksidan preventif yang
hidrogen untuk hidroksil untuk bekerja dengan menginaktifkan logam,
menetralkannya. Glutation yang teroksidasi scavenge singlet oxygen dan menstabilkan
akan diubah kembali menjadi bentuk glutation ROS. Antioksidan juga dapat dibagi
reduktase.15 Glutation dapat menghindarkan berdasarkan kelarutannya menjadi antioksidan
vitamin C dan vitamin E dari proses oksidasi.4 hidrofilik dan hidrofobik. Antioksidan
Vitamin C atau CoQ10 dapat menetralkan hidrofilik atau water soluble adalah
vitamin E, dengan mendonorkan elektron antioksidan yang bereaksi dengan ROS pada
kepada vitamin E agar dapat kembali ke sitoplasma sel dan plasma darah, contohnya
bentuk antioksidan. Vitamin C dan glutation asam askorbat, glutation dan asam urat.
dapat dinetralkan oleh asam lipoik atau Antioksidan hidrofobik atau lipid soluble
vitamin C.9 adalah antioksidan yang melindungi membran
Pembentukan antioksidan secara sel dari lipid peroksidase, contohnya karoten,
fisiologis akan menyeimbangkan antara faktor α-tokoferol dan ubiquinon.9,11
prooksidan (ROS) dan antioksidan sehingga Pembagian yang paling sering dipakai
stres oksidatif tidak terjadi. Pada kondisi adalah antioksidan enzimatik dan
normal penambahan antioksidan dalam diet nonenzimatik. Antioksidan enzimatik yang
ataupun langsung digunakan pada kulit secara terdapat pada kulit yaitu superoksida
topikal untuk mencegah pembentukan radikal dismutase (SOD), katalase dan glutation
bebas tidak diperlukan. Meskidemikian, peroksidase (GSH peroksidase). Sedangkan
paparan sinar UV berlebihan akan antioksidan non enzimatik adalah vitamin C
menyebabkan antioksidan dalam stratum (asam askorbat), vitamin E (alfa tokoferol),
korneum rentan terhadap deplesi. Selain itu vitamin A (retinoid) dan ubiquinon.4,9 Berikut
proses penuaan juga dapat mengurangi kadar
JKK, Volume 4, No 1, Januari 2017: 39-48 45
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

akan dibahas lebih lanjut masing-masing mengaktifkan antioksidan lain seperti vitamin E
antioksidan. melalui pengaktifan kembali α-tokoferol dari
radikal tokoferol.17 Vitamin C bekerja secara
2.3.1. Vitamin C (Asam Askorbat) sinergis dengan vitamin E untuk menstabilkan
radikal perosil lemak.16,17 Darr dkk, menemukan
Peranan vitamin C sebagai antioksidan saat ini pemakaian vitamin C topikal yang dikombinasi
banyak di teliti. Vitamin C bersifat sangat larut dengan agen lain dapat meningkatkan
dalam air dan bentuk non ionik dapat menembus efektifitasnya sebagai fotoprotektif.9 Efek
dan berakumulasi di kulit. Agar tetap berada vitamin C pada sintesis kolagen adalah dengan
dalam bentuk nonionik, pH nya harus tetap menghambat biosintesis elastin dan mengurangi
berada di bawah 3,5.16,17. Vitamin C dapat akumulasi elastin. Vitamin C mengurangi
dihasilkan pada hampir semua tumbuhan dan pembentukan pigmen pada kulit dengan
hewan. Pada manusia vitamin C tidak dapat menghambat tirosinase dan meningkatkan fungsi
dihasilkan karena karena tidak terdapat enzim L- barier epidermis dengan merangsang produksi
gulono-λ- laktonoksidase sehingga asam sfingolipid.13,17
askorbat didapatkan melalui nutrisi untuk Penggunaan vitamin C 1% topikal dapat
memenuhi kebutuhan.17 meningkatkan sintesis kolagen dan
4
Selain sebagai antioksidan vitamin memiliki menurunkan ekspresi MMP. Lin YJ dkk,
beberapa peranan penting yaitu bekerja pada melaporkan bahwa pemakaian vitamin C 15%
sintesis kolagen dan memiliki efek fotoprotektif dan vitamin E 1% dapat berefek fotoprotektif
terhadap sinar UV. Sebagai antioksidan vitamin dengan terlihatnya penurunan eritema, sel
C menetralisir ROS yaitu anion superoksida dan sunburn, pembentukan dimer timin dan
radikal hidroksil pada kompartemen aquous pada mengurangi apoptosis sel.4,17
kulit.4,9 Di samping itu vitamin C dapat

Gambar 5. Antioksidan network.2


46 Rosi Andarina: Antioksidan dalam dermatologi

2.3.2 Vitamin E (α Tokoferol) Mekanisme kerja molekul ini adalah berikatan


dengan reseptor nukler, reseptor asam
Vitamin E adalah antioksidan fase lipid utama retinoat, dan retinoid X, yang akan
tubuh. Vitamin E terdiri dari 8 bentuk menghambat ekspresi AP-1 dan MMP-1,
molekuler, 4 tokoferol dan 4 tokotrienol. sehingga meningkatkan produksi kolagen.4
Molekul tokoferol ini terdiri dari prenil
hidrofobik dan kromonal polar. Kromonal 2.3.4 Ubiquinon (Koenzim Q10)
terdiri atas isomer α, β, λ dan δ. Vitamin E ini
banyak terdapat dalam sayuran, minyak, Ubiquinon dapat ditemukan pada ikan dan
kacang, jagung, kedele, tepung gandum, kerang. Ubiquinon merupakan antioksidan
margarin, dan daging Vitamin E dalam bentuk yang larut lemak. Ubiquinon ditemukan pada
α tokoferol merupakan bentuk paling aktif sel yang bertanggung jawab terhadap transpor
dan banyak digunakan. Vitamin E dalam rantai elektron untuk menghasilkan energi.
bentuk oral yang sering di konsumsi adalah Sebagai antioksidan ubiquinon akan
D-α tokoferol, D- α tokoferol dan α tokoferil menetralisir radikal askorbil yang dihasilkan
suksinat sedangkan untuk topikal jenis yang vitamin C. Hoppe dkk. melaporkan ubiquinon
digunakan adalah α tokoferil asetat dan α dapat menekan ekspresi kolagen pada
tokoferil linoleat. Istilah tokoferol dan fibroblas.4,9
tokoferil hanya berbeda dari absorbsinya di
mana ester tokoferol lebih sedikit absorbsinya 2.3.5 Superoxide dismutase (SOD) dan
di kulit.9,13 atalase
Vitamin E mempunyai fungsi utama
mencegah peroksidase lipid. Tokoferol dan Superoksida dismutase merupakan enzim
tokotrienol akan menstabilkan ROS tersebut. yang mengandung logam. Pada manusia
Bila vitamin E teroksidasi maka akan terdapat dua bentuk enzim itu yaitu tembaga-
distabilkan kembali oleh asam askorbat.16,17 zinc SOD yang terdapat pada sitoplasma, dan
Tanaka, melaporkan ROS menyebabkan mangan SOD pada membran mitokondria.
perubahan biosintesis kolagen dan Mekanisme kerja utama SOD adalah
glikosaminoglikan (GAGs) dalam kultur mengkonversi anion superoksida menjadi
fibroblast kulit manusia. Perubahan ini dapat hidrogen peroksida yang tidak terlalu reaktif,
di cegah dengan pemberian vitamin E. kemudian bersama-sama dengan katalase
Vitamin E juga berfungsi menurunkan akan mendegradasi hidrogen peroksida
produksi prostaglandin E2 dan meningkatkan menjadi air dan oksigen.9
produksi IL-2 sebagai anti infamasi dan
aktivitas imunostimulator yang berefek 2.3.6 Flavanoid (Polifenol)
menstabilkan biosintesis kolagen.9,13
Flavanoid banyak dijumpai pada tumbuhan.
2.3.3 Vitamin A (Retinoid) Flavanoid merupakan obat tradisional atau
sering disebut herbal telah sering digunakan.
Dua bentuk utama vitamin A yang digunakan Rusznyak dan Szent menemukan pada tahun
adalah bentuk topikal retinoid dan karotenoid. 1936 memiliki efek sebagai antioksidan, dan
Karotenoid pada kulit scavenge singlet disebut sebagai “vitamin P”. Beberapa
oksigen dan menetralkan lipid peroksidase. literatur memasukkan flavanoid sebagai
Setelah radiasi UV, konsentrasi karotenoid, β- antioksidan walaupun juga dijelaskan bahwa
karoten dan lycopene pada kulit manusia flavanoid ini tidak termasuk antioksidan
berkurang. Retinol dan sedian vitamin A lain enzimatik maupun non enzimatik. Para
seperti (tretinoin, isotretinoin dan tazaroten) peneliti memasukkan flavanoid sebagai
dikatakan memiliki efek antiaging. antioksidan karena dilihat dari struktur
JKK, Volume 4, No 1, Januari 2017: 39-48 47
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

kimianya, flavanoid dapat mentransfer antioksidan non enzimatik adalah vitamin C


elektron hidrogen. Akan tetapi radikal bebas (asam askorbat), vitamin E (alfa tokoferol),
yang sudah terbukti dapat dinetralkan oleh vitamin A (retinoid) dan ubiquinon. Oleh
flavanoid belum dapat dibuktikan. Beberapa karena itu penggunaan antioksidan yang
contoh flavanoid yang sering digunakan efektif adalah diberikan secara bersama sesuai
adalah ekstrak teh hijau, silimarin, kopi dengan network antioksidan. Kombinasi
arabika, ekstrak anggur dan pomegrana. antioksidan yang dilaporkan memberi hasil
Rusznyak dan Szent juga menemukan bahwa yang paling baik adalah kombinasi antara
flavanoid seperti silimarin dapat menghambat vitamin C dan vitamin E.
NF-κβ dan mencegah inflamasi yang
diinduksi UV.3,9

Daftar Pustaka
3. Kesimpulan

ROS dapat berasal dari sumber endogen dan 1. Thiele JJ, Dreher F. Antioxidant defence
eksogen dapat merusak membran lipid, system in the skin. In: Elsner P, Maibach
karbohidrat, struktur protein dan kerusakan HI, editors. Cosmeceuticals and Active
DNA. ROS dan juga berperan dalam Cosmetics Drug Versus Cosmetics. 2nd
percepatan photoaging, imunosupresi dan ed. New York: Taylor and Francis; 2005.
karsinogenesis. Meskipun mekanisme p. 37-88.
pertahanan antioksidan tubuh dapat 2. Dreher F, Thiele J. Antioxidants. In:
menetralisir ROS, agen pelindung ini dapat Baran R, Maibach HI, editors. Textbook
berkurang dan habis apabila berhadapan of Cosmetic Dermatology. 4th ed.
dengan jumlah ROS yang berlebihan. London: Taylor and Francis; 2010. p.
Penurunan antioksidan secara fisiologis 115-22.
disebabkan proses penuaan, sedangkan 3. Weber, SU. Antioxidants. In: Maibach
peningkatan ROS berhubungan dengan HI, editor. Handbook of Cosmetics
radiasi UV, pajanan polusi udara dan Science and Technology. 3rd ed. New
merokok. Ketidakseimbangan antara ROS dan York: Informa Healthcare; 2009. p. 301-
antioksidan ini menyebabkan terjadi stres 10.
oksidatif kemudian menyebabkan terjadi 4. Chen L. The role of antioxidant in
kerusakan sel. photoprotector: a critical review. J Am
Penggunaan Antioksidan tambahan dapat Acad Dermatol. 2012; 67(5): 1013-24.
memberikan manfaat, namun masih masih 5. Nema RK, et al. Antioxidants: a review. J
banyak terdapat tantangan bagaimana Chem Pharm Res. 2009; 1(1): 102-4.
penggunaan antioksidan yang efektif. Hal ini 6. Yaar M. Clinical and histological features
berkaitan dengan terdapat berbagai ROS yang of intrinsic versus extrinsic skin aging.
dihasilkan tubuh, masing-masing ROS ini In: Gilchrest BA, Krutmann J, editors.
dapat dinetralisir oleh antioksidan yang Skin Aging. Berlin: Springer; 2006. p. 9-
berbeda pula. Antioksidan terdiri atas 21.
antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. 7. Badan Pusat Statistik. Data Badan Pusat
Penggunaan antioksidan menginaktifkan ROS Satistik Indonesia. 2012.
dan kemudian antioksidan tersebut menjadi 8. Riad HMA. The Role of antioxidants in
antioksidan “radikal”. Antioksidan enzimatik dermatology. Gulf J Dermatol. 2001;
yang terdapat pada kulit yaitu superoksida 8(2): 1-14.
dismutase (SOD), katalase dan glutation 9. Bauman L, Allemann IB. Antioxidants.
peroksidase (GSH peroksidase). Sedangkan In: Weisberg, E. editor. Cosmetic
48 Rosi Andarina: Antioksidan dalam dermatologi

Dermatology Principles and Practice. 2nd 14. Thiele JJ. Oxidative targets in the stratum
ed. New York: Mc GrawHill; 2009. p. corneum: A new basis for anti oxidative
292-311. strategies. Skin Pharmacol Appl Skin
10. Pai VV, et al. Antioxidants in Physiol. 2001; 14(1): 87-91.
dermatology. Indian Dermatol Online J. 15. Fuller BB. Antioxidant and anti
2014; 5(2): 210-4. inflammatories. In: Draelos ZD editor.
11. Noori S. An overview of oxidative stress Cosmetic Dermatology Product and
and antioxidant defensive system. Sci Prosedure. Oxford: Willey Blackwell;
Rep. 2012; 1(8): 1-9. 2010. pp. 281-4.
12. Yaar M, Gilchrest BA. Aging of skin. In: 16. Pinnell SR. Cutaneous photo damage,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, oxidative stress, and topical anti oxidant
Paller AS, Leffell DJ, Wolff K., editors. protection. J Am Acad Dermatol. 2003;
Fitzpatrick’s Dermatology in General 48(1): 1-12.
Medicine. 8th ed. New York: McGraw- 17. Lin YJ, et al. UV protection by
Hill; 2012. pp. 1213-26. combination topical antioxidants vitamin
13. Tiwari AK. Imbalance in antioxidant C and vitamin E. J Am Acad Dermatol.
defence and human diseases: multiple 2003; 48(6): 866-74.
approach of natural antioxidants therapy.
Curr Sci. 2001; 81(9): 1179-87.

Anda mungkin juga menyukai