Anda di halaman 1dari 43

BAB I

Radikal Bebas
1.1 Pengertian Radikal Bebas
Radikal bebas berasal dari kata latin

radix yang berarti akar, istilah ini

dipilih karena kelompok kelompok atom tersebut menggantung dari sebuah


molekul seperti akar dan bisa mengakarkan diri pada molekul lain, jadi radikal bebas
adalah suatu atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena memiliki
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk
mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan
molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan
berlangsung terus menerus di dalam tubuh dan apabila tidak dihentikan akan
menimbulkan berbagai penyakit.
1.2 Sumber sumber radikal bebas
Sumber-sumber radikal bebas semakin sering dijumpai di masyarakat sekarang
ini seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya semakin banyaknya
kendaraan baru yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat yang
nantinya semakin memperbanyak polusi udara akibat penggunaannya, dimana
polusi udara merupakan salah satu sumber radikal bebas. Selain itu, gaya hidup
yang semakin berkembang juga dapat berpengaruh terutama di daerah perkotaan.
Banyak masyarakat yang lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji, banyak
mengandung lemak serta zat-zat kimia berbahaya dan penggunaan rokok, dimana
bahan-bahan tersebut merupakan sumber radikal bebas juga. Dengan demikian,
semakin meningkatnya sumber radikal bebas yang terpapar pada masyarakat, maka
resiko untuk menderita penyakit-penyakit.
Radikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber :
1.2.1 Sumber endogen
Sumber yang berasal dari proses metabolik yang normal dalam tubuh manusia,
lebih dari 90% oksigen diproduksi dari proses metabolik tubuh yaitu melalui, proses
oksidasi makanan dalam menghasilkan tenaga di mitokondria yang dikenal sebagai
electron transport chain dan akan memproduksikan radikal bebas superoxide anion

(O2 -), sel darah putih seperti neutrofil secara khusus memproduksi radikal bebas
yang digunakan dalam pertahanan pejamu untuk menghancurkan patogen yang
menyerang, sejumlah obat yang memiliki efek oksidasi pada sel dan menyebabkan
produksi radikal bebas, radikal bebas yang terbentuk sebagai perantara dan
diperlukan dalam berbagai reaksi enzim, proses oksidasi xanthin (senyawa yang
ditemukan di sebagian besar jaringan tubuh dan cairan bertindak sebagai enzim
yang terlibat dalam mengkatalis perubahan hypoxanthine kepada xanthine dan
seterusnya kepada uric acid yang menghasilkan hydrogen peroxide), reaksi yaang
melibatkan besi dan logam lain, olahraga yaitu dengan latihan yang lebih lama dan
lebih intensif, oksigen akan lebih banyak dikonsumsi, sementara oksigen adalah
mutlak penting untuk produksi energi, tetapi terdapat juga oksigen yang akhirnya
akan membentuk radikal bebas. Selain sumber endogen yang disebutkan diatas.
Terdapat beberapa sumber edogen radikal bebas lainya yaitu :
a. Autoksidasi
Merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang
mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin,
sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas
menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok
reaktif oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous
juga dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat
superoksida dan Fe III melalui proses autoksidasi.
b. Oksidasi enzimatik
Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam
jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in
ischemiareperfusion),

prostaglandin

synthase, lipoxygenase,

aldehyde

oxidase, dan amino acid oxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi


netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida
menjadi suatu oksidan yang kuat asam hipoklor.
c. Respiratory burst

Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses


dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama
fagositosis. Lebih kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat
diperhitungkan dalam produksi superoksida. Fagositik sel tersebut memiliki
sistem membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase.
Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif.
Paparan terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks imun,
komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPH-oxidase.
Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada membran sel untuk
memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida
dengan cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh
bakteri.
1.2.2 Sumber eksogen
Pencemaran udara, penipisan lapisan ozon, sumber radiasi, bahan kimia, toksin,
asap rokok, mikroorganisme yang patologik, sinar UV yang akan meningkatkan
kadar radikal bebas secara mendadak, sebagian obat seperti anastesi dan pestisida
serta pelarut yang digunakan untuk industri merupakan sumber eksogen radikal
bebas.
a. Obat-obatan
Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam
bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi
bersama hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk
didalamnya antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk
aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines
(adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain
itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan
komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease,
dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak empercepat
peroksidasi lemak.
b. Radiasi

Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan


oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan
radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta)
menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan energinya pada
komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami
reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler.
c. Asap rokok
Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan
peranan yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui
bahwa oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam
sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan
oksidan. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan
dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan
radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan
hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti nitrit oksida,
radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas.
Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil alam fase tar. Contoh
radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties dihasilkan dari
bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil berulang
merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam
jaringan

paru

perokok.

Besi

dalam

bentuk

tersebut

meyebabkan

pembentukan radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen peroksida.


Juga ditemukan bahwa perokok mengalami peningkatan netrofil dalam
saluran napas bawah yangmempunyai kontribusi pada peningkatan lebih
lanjut konsentrasi radikal bebas.
1.3 Jenis-jenis Radikal Bebas
Ada banyak jenis radikal bebas, tetapi yaang paling banyak dalam sistem
biologis tubuh adalah radikal yang berasal dari oksigen, dan dikenal sebagai ROS
( Reactive oxygen species ). ROS meliputi hydrogen peroxide (H2O2),
hyhypochlorous acid (HOOCl), superoxide anion (O2-), singlet oxygen (11O2) dan
hydroxyl radical (OH-) di mana radikal bebas tersebut berbahaya namun dapat

menjadi sangat berbahaya dengan adanya faktor dari lingkungan sekitar yang
mendukung
1.4 Proses Pembentukan Radikal Bebas dalam Tubuh
Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk ke dalam tubuh melalui pernafasan,
kondisi

lingkungan

yang

tidak

sehat,

dan

makanan

berlemak.

Menurut

Kumalaningsih (2006) penjabaran ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut.


1.4.1 Melalui pernafasan
Saat kita melakukan pernafasan akan masuk oksigen (O2) yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pembakaran gula menjadi CO2, H2O, dan
energi. Dalam hal ini O2 sangat berperan karena bila tidak ada O2 proses
kehidupan akan tidak lancar dan membahayakan bagi tubuh kita sendiri. Tetapi
dengan bernafas atau oksigen yang berlebihan saat olahraga terjadi reaksi yang
kompleks dalam tubuh dan menghasilkan produk-produk sampingan berupa radikal
bebas, yaitu radikal oksigen singlet, radikal peroksida lipid, radikal hidroksil, radikal
superoksida. Semua radikal bebas oksigen ini sangat cepat merusak jaringanjaringan sel.
1.4.2 Lingkungan tidak sehat
Pembakaran yang tidak sempurna misalnya asap rokok yang tidak menghasilkan
CO2 tetapi CO, demikian juga asap dari kendaran bermotor merupakan radikal
bebas yang berbahaya sekali bagi paru-paru. Di samping itu juga dari asupan
makanan yang mengandung logam-logam berat memungkinkan terbentuknya
radikal bebas akibat oksidasi dari luar. Beberapa macam radikal bebas antara lain
superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), hidroxyl radical OH, singlet oxygen
O2, hypoclorus radical OCL, ozone O3.
1.4.3 Makanan berlemak
Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita tetapi konsumsi lemak yang berlebihan
khususnya konsumsi lemak polyunsaturated dan lemak hydrogenasi sangat
berpotensi menghasilkan radikal bebas. Lemak polysaturated, lemak ini disebut juga
lemak tidak jenuh artinya lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada atom C-nya.
Adanya ikatan rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi atau terserang peroksidasi
lipid membentuk radikal peroksida lipid. Makanan yang banyak mengandung lemak
polyunsaturated antara lain mayones dan saos salad akan mudah sekali terserang

radikal bebas. Lemak hidrogenasi, adalah lemak yang ikatan rangkap tak jenuhnya
telah disubtitusi dengan hidrogen, lemak ini disebut margarin atau mentega tiruan.
Lemak hidrogenasi sangat berbahaya karena dapat mengubah kemampuan serap
selaput sel sehingga mengakibatkan fungsi selaput sel sebagai pelindung menjadi
tidak berarti (Kumalaningsih, 2006).
1.5 Pembentukan radikal bebas dalam sel
Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan
elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal
bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap
rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit
dan reaksi katalisa. seperti ribonukleotida reduktase. Sedangkan pembentukan
melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan
kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan
fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah
kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada
dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang
menghasilkan superoksida. Dalam kondisi yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar
ultraviolet, dan paparan energy tinggi lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat
berlebihan.
1.6 Reaksi perusakan oleh radikal bebas
Definisi tekanan oksidatif (oxidative stress) adalah suatu keadaan dimana
tingkat oksigen reaktif intermediate (ROI) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan
bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan
lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan
terhadap serangan radikal bebas.
1.6.1 Peroksidasi lemak
Membran sel kaya akan sumber poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang
mudah dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi; proses tersebut dinamakan
peroksidasi lemak. Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses
berkelanjutan. Pemecahan hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis
ion logam transisi. asam lemak, khususnya asam lemak tak jenuh yang

merupakan komponen penting fosfolipid penyusun membran sel. Komponen


terpenting membran sel adalah fosfolipid, glikolipid dan kolesterol. Dua
komponen pertama mengandung asam lemak tak jenuh. Justru asam lemak
tak jenuh ini (asam-asam linoleat, linolenat dan arakidonat) sangat rawan
terhadap serangan-serangan radikal, terutama radikal hidroksil. Radikal
hidroksil dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal dengan nama
peroksidasi lipid, Akibat akhir dari rantai reaksi ini adalah terputusnya rantai
asam lemak menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksis terhadap sel,
antara lain berbagai macam aldehida, seperti malondialdehida, 9-hidroksinonenal serta bermacam-macam hi-drokarbon seperti etana (C2H6) dan
pentana (C5H12). Dapat pula terjadi ikatan silang (cross-linking) antara dua
rantai asam lemak atau antara asam lemak dan rantai peptida (protein) yang
timbul karena reaksi dua radikal. Semuanya itu menyebabkan kerusakan
kerusakan parah membran sel sehingga membahayakan kehidupan sel
1.6.2 Kerusakan protein
Protein yang memegang berbagai peran penting seperti enzim, reseptor,
antibodi dan pembentuk matriks serta sitoskeleton. Protein dan asam nukleat
lebih tahan terhadap radikal bebas dari pada PUFA, sehingga kecil
kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat. Serangan radikal
bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat ekstensif. Hal ini
terjadi hanya jika radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang pada sel
normal), atau bila kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam protein.
Salah satu penyebab kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan
dengan ion logam transisi. Oksidan dapat merusak protein karena dapat
mengadakan reaksi dengan asam-asam amino yang menyusun protein
tersebut. Diantara asm-asam amino penyusun protein yang paling rawan
adalah sistein. Sistein mengandung gugusan sulfidril (SH) dan justru gugusan
inilah yang paling peka terhadap serangan radikal bebas seperti radikal
hidroksil . Pembentukan ikatan disulfida (-S-S-) menimbulkan ikatan intra atau
antar molekul protein tersebut kehilangan fungsi biologisnya (misalnya enzim
kehilangan aktivitasnya).

1.6.3 Kerusakan DNA


Seperti pada protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA
menjadi suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada lesi pada
susunan molekul, apabila tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi
maka akan terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat menyerang DNA jika
terbentuk disekitar DNA seperti pada radiasi biologis. Radikal bebas dapat
menimbulkan berbagai perubahan pada DNA yang antara lain .berupa :
hidroksilasi basa timin dan sitosin, pembukaan inti purin dan pirimidin serta
terputusnya rantai fosfodiester DNA. Bila kerusakan tak terlalu parah, maka
masih bisa diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA (DNA repair system ).
Namun apabila kerusakan terlalu parah, misalnya rantai DNA terputus-putus
diberbagai tempat, maka kerusakan tersebut tak dapat diperbaiki dan
replikasi sel akan terganggu.. Susahnya, perbaikan DNA ini sering justru
menimbulkan mutasi, karena dalam memperbaiki DNA tersebut sistem
perbaikan DNA cenderung membuat kesalahan (error prone ), dan apabila
mutasi ini mengenai gen-gen tertentu yang disebut onkogen, maka mutasi
tersebut dapat menimbulkan kanker.

BAB II

ANTIOKSIDAN
2.1 Pengertian Antioksidan
(Menurut, winarsih 2007) Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal
atau meredam efek negatif oksidan dalam tubuh, bekerja dengan cara mendonorkan
satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat.
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya cuma- cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal
bebas.

Gambar 1 Antioksidan Menangkal Radikal bebas dengan mentransfer satu elekton.


Selama bertahun-tahun para ahli kimia telah mengetahui bahwa tindakan
oksidasi dari radikal bebas bisa dikendalikan bahkan dicegah dengan oleh berbagai
bahan antioksidan. Misalnya, makanan yang disimpan terlalu lama juga menjadi
rusak karena oksidasi. Seperti lemak menjadi tengik karena mengalami reaksi
oksidasi radikal bebas. Lemak tersebut teroksidasi menjadi senyawa baru yang rasa
dan baunya tidak enak dan segala sesuatu yang dapat mencegah hal ini akan
memiliki nilai ekonomis oleh karena itu para ahli kimia mencari antioksidan untuk
tujuan ini. Seperti pengawet makanan tocopherol Vitamin E, Propyl galate, dan BHT
( butyrated hydroksiltulena). Antioksidan ini bekerja dengan mendonorkan atom

hydrogen ke radikal hidroksil sehingga terbentuk air. Rumusnya sederhana


H+OH=H2O .Dengan kata lain,dua radikal aktif yang bergabung membentuk sutu
molekul yang tidak berbahaya yaitu air.
2.2 Klasifikasi Antioksidan
Antioksidan memiliki pengelompokkan yang beragam berdasarkan sumber, Jenis
dan mekanisme kerjanya. Pengelompokkan Antioksidan yang utama adalah
Antioksidan berdasarkan jenisnya yaitu : Antioksidan Enzimatis dan Antioksidan non
Enzimatis.
2.2.1 Klasifikasi berdasarkan Jenis utamanya.
Antioksidan enzimatis: merupakan antioksidan endogenus, yang termasuk di
dalamnya adalah enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation
peroksidase (GSH-PX), serta glutation reduktase (GSHR). Sebagai antioksidan,
enzim-enzim ini bekerja menghambat pembentukan radikal bebas, dengan
mengubahnya menjadi produk lain yang stabil, sehingga antioksidan kelompok ini
disebut juga chain-breaking-antioxidant (Winarsih, 2007).
a. Superoksid Dismutase (SOD)
SOD adalah enzim intraseluler. SOD terdapat dalam tiga bentuk: (1) CuZn SOD yang terdiri dari dua sub unit dan terdapat di dalam sitoplasma (2)
Mn-SOD di dalam mitokondria dan (3) Cu-SOD yang terdapat di
ekstraseluler.
SOD bereaksi dengan radikal bebas sebagai pereduksi superoksid untuk
membentuk H2O2. Enzim katalase dan glutathione peroksidase mereduksi
H2O2 menjadi H2O. Masing-masing enzim tersebut bekerja dengan sistem
umpan balik. Peningkatan superoksid akan menghambat glutathione
peroksidase dan katalase. Peningkatan H 2O2 akan menurunkan aktifitas
CuZn-SOD. Sementara katalase dan glutathione peroksidase dengan
mereduksi H2O2 akan menghemat SOD. SOD dengan mereduksi superoksid
akan menghemat katalase dan glutathione peroksidase. Melalui sistem

umpan balik ini tercapailah keadaan SOD, katalase, glutathione peroksidase,


superoksid dan H2O2 dalam keadaan seimbang.
Penimbunan superoksid (O2-) dicegah oleh enzim superoksida Dismutase
dengan mengkatalis reaksi superoksid :
2O2 + 2 H+

H2O2 + O2

b. Katalase
Enzim ini adalah protein yang terdapat di semua sel aerob pada jaringan
tubuh. Katalase terutama terkonsentrasi pada hati dan eritrosit. Otak, otot
rangka, jantung

hanya mengandung katalase dalam jumlah sedikit.

Katalase dan glutathione peroksidase mengubah hidrogen peroksida


menjadi air dan oksigen. Peningkatan produksi hidrogen peroksida oleh
enzim SOD tanpa diikuti peningkatan katalase atau glutathione peroksidase
akan menyebabkan penumpukan hidrogen peroksida.
2H2O2

2 H2O + O2

c. Glutation perioksidase
Glutathione

Peroksidase

adalah

enzim

yang

berperan

aktif

dalam

menghilangkan H2O2 dalam tubuh dan mempergunakannya untuk merubah


glutathione (GSH) menjadi glutathione teroksidasi (GSSG) dengan reaksi
sebagai berikut :
H2O2 + 2GSH

2 H2O + GSSG

Enzim tersebut mendukung aktivitas enzim SOD bersama-sama dengan


enzim katalase dan menjaga konsentrasi oksigen akhir agar stabil dan tidak
berubah menjadi pro-oksidan.
Apabila radikal hidroksil masih saja terbentuk, masih ada saran lain untuk
meredamnya, tanpa memberi kesempatan untuk memulai reaksi rantai
dengan melibatkan senyawa-senyawa yang mengandung gugusan sulfidril
seperti glutation dan sistein :
Glutation (GSH) :
GSH + OH
2 GS

GS+ H2O
GSSG

Sistein (Cys-SH) :

Cys-SH + OH
2 Cys

Cys-S + H2O
Cys-S-S-Cys sistin

Mekanisme kerja Antioksidan Enzimatis :

Enzim SOD memiliki Fungsi : mengubah radikal bebas superioksida yang


berbahaya menjadi hydrogen prioksida yang lebih aman, tetapi hydrogen
perioksida mudah menimbulkan oksidasi, Oleh karena itu Tubuh memerlukan
Enzim lain yaitu Katalase dan gluthation perioksida

Katalase dan gluthation perioksida memiliki fungsi memecah hydrogen


perioksida menjadi air dan oksigen.

Ketiga jenis enzim ini dibuat di dalam sel di bawa instruksi kode genetic yang
panjang di dalam DNA. Setiap sel di dalam tubuh mengandung instruksi untuk
membuat enzim-enzim ini .
Antioksidan Non-Enzimatis disebut juga antioksidan eksogenus, Terbentuknya

senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan metal, atau dirusak
pembentukannya (Winarsih, 2007). Antioksidan non-enzimatis bisa didapatkan dari
komponen nutrisi sayuran, buah dan rempah-rempah. Komponen yang bersifat
antioksidan dalam sayuran, buah dan rempah-rempah meliputi vitamin C, vitamin E,
-karoten, flavonoid, isoflavon, flavon, antosianin, katekin dan isokatekin (Kahkonen
et al., 1999). Senyawa-senyawa fitokimia ini membantu melindungi sel dari
kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas.
a. Alpha tokophertol (Vitamin E)
Alfa tokoferol adalah antioksidan yang larut dalam lemak yang terdapat di
dalam sel. Alfa tokoferol ditemukan sekitar awal 1920-an. Nama tokoferol
pertama kali digunakan oleh Evans. Tokoferol berasal dari kata Yunani, tokos
berarti kelahiran bayi, phero berarti membawa kemajuan dan ol menunjukkan
bahwa molekulnya mengandung alkohol. Vitamin E adalah istilah umum
untuk menunjukkan semua aktifitas biologi vitamin E alami, yaitu d-alfatokoferol. Di alam, terdapat 8 substansi yang memiliki aktifitas vitamin E, yaitu
kelompok tokoferol (d-alfa, d-beta, d-gamma dan d-delta-tokoferol) dan
kelompok tokotrienol (d-alfa, d-beta, d-gamma, dan d-delta-tokotrienol).
Kedua kelompok ini berbeda dalam hal metilasi dan rantainya. Dari

semuanya, d-alfa-tokoferol mempunyai aktifitas biologik yang paling tinggi


sehinga dijadikan sebagai standard bagi yang lain.
Vitamin E adalah nutrisi esensial yang berfungsi sebagai antioksidan di
dalam tubuh manusia. Disebut esensial karena tubuh tidak dapat membuat
sendiri, sehingga harus disediakan dari makanan. Tokoferol terdapat dalam
minyak, kacang, gandum dan padi. Absorbsi tokoferol didalam usus
berhubungan dengan absorbsi lemak. Lebih kurang 40% tokoferol yang
dimakan akan diabsorbsi. Tokoferol masuk ke dalam darah melalui pembuluh
limfe sebagai kilomikron. Vitamin E disimpan di jaringan lemak dan
terkonsentrasi di mitokondria, retikulum endoplasmik dan membran plasma
Fungsi utama vitamin E adalah mencegah peroksidasi membran
fosfolipid. Karakteristik vitamin E yang lipofilik memungkinkan tokoferol
berada

di

lapisan

dalam

sel

membran

(Halliway

dan

Getteridge,

1992).Tokoferol OH dapat memindahkan atom hidrogen dengan satu elektron


ke radikal bebas dan membersihkan radikal bebas sebelum radikal bebas
bereaksi dengan protein

membran sel atau bereaksi membentuk lipid

peroksidasi.
Tokoferol-OH yang bereaksi dengan radikal bebas membentuk tokoferolH. Tokoferol-H sendiri adalah radikal bebas juga. Tokoferol-H akan bereaksi
lagi dengan vitamin C membentuk semidehidroaskorbat, suatu radikal bebas
yang lemah.
b. Asam Askorbat (Vitamin C)
Asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air. Antioksidan yang
terdapat dalam buah jeruk, kentang, tomat dan sayuran yang berwarna hijau.
Manusia tidak mampu mensintesa l-askorbic acid dari d-glukosa karena tidak
mempunyai enzim l-gulakolakton oksidase. Oleh sebab itu manusia
memperoleh asam askorbat dari diet.
Fungsi antioksidan vitamin C adalah kemampuannya sebagai agen
pereduksi (donor elektron) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang
berasal dari asam askorbat membentuk radikal semi-dehidroaskorbat (DHA).
Askorbat bereaksi dengan O2- dan OH untuk membentuk DHA. Menurut

penelitian Jialal,1990, askorbat mempunyai kemampuan yang lebih kuat


daripada tokoferol dalam menghambat oksidasi LDL. Konsentrasi askorbat
yang digunakan untuk menghambat oksidasi LDL adalah sebesar 40-60 ppm
c. Betakaroten
Karotenoid adalah mikronutrien yang memberi warna pada buah dan
sayuran. Karotenoid adalah prekursor vitamin A dan mempunyai efek
antioksidan. Ada lebih dari 600 karotenoid telah ditemukan di dalam
makanan. Yang paling sering adalah alfa-karoten, beta-karoten, likopen,
krosetin, santaantin dan fukosantin. Beta-karoten adalah jenis yang paling
banyak diteliti. Beta karoten terdiri dari dua molekul vitamin A (retinol). Beta
karoten yang berasal dari diet diubah menjadi retinol di mukosa intestinal.
Fungsi beta karoten sebagai antioksidan adalah kemampuannya untuk
bereaksi dengan radikal bebas. Tetapi kemampuan beta karoten bereaksi
dengan radikal bebas juga terbatas karena karotenoid sendiri dapat
mengalami oksidasi (auto-oksidasi).
Mekanisme kerja Antioksidan non Enzimatis :

Vitamin E dan betakaroten bersifat lipofilik, sehingga dapat berperan pada


membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid. Sebaliknya, vitamin C,
glutation dan sistein bersifat hidrofilik, dan berperan dalam sitosol.

Karena keberadaannya dalam membran, vitamin E dapat bereaksi dengan


radikal lipid (L ) dan radikal peroksilipid (LOO)
Toc-H + L

Toc + LH

Toc H + LOO

Toc+ LOOH

Radikal vitamin E (Toc) tidak terlalu reaktif karena terjadinya resonansi.

Meskipun demikian, radikal vitamin E perlu juga dihilangkan. Untuk ini ada

tiga cara, yaitu :


a. Radikal vitamin E mengalami reaksi-reaksi intramolekul menghasilkan
senyawa-senyawa non-radikal
b. Setelah bergeser kearah permukaan molekul, radikal vitamin E bereaksi
dengan vitamin C (Asc-H) dan menghasilkan radikal vitamin C (Asc) :
Toc + Asc-H2

Toc-H + Asc + H+

Radikal vitamin C kemudian dihilangkan melalui reaksi dismutasi yang


menghasilkan vitamin C dan dihidro-asam ascorbat (DHAA) :
2
Asc + 2 H+
Asc-H2 + DHAA
c. Radikal vitamin E dapat pula bereaksi dengan glutation atau sistein yang
juga terdapat dalam sitosol :
Toc+ GSH (CysSH)
2 GS (CysS )

Toc-H + GS (CysS )
GSSG (CysS-Scys)

Vitamin E hanya dapat berperan bila tekanan oksigen (pO2) tinggi. Pada
tekanan oksigen rendah, peranan vitamin E digantikan oleh betakaroten.
Seperti halnya radikal vitamin E, radikal betakaroten agak stabil karena
adanya resonansi dalam molekulnya.
2.2.1 Klasifikasi berdasarkan sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu
antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan
antioksidan alami ( antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).
a. Antioksidan sintetik
Diantara beberapa contoh antioksidan sintetik yang diizinkan penggunaan
untuk makanan yaitu Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT),
propil galat (PG), dan Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ). Antioksidan tersebut
merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk
tujuan komersial (Buck 1991).
Antioksidan BHA memiliki kemampuan antioksidan yang baik. Hal ini
dapat dilihat dari ketahanannya terhadap tahap-tahap pengelolaan maupun
stabilitasnya pada produk akhir seperti lemak hewan yang digunakan dalam
pemanggangan, akan tetapi BHA relatif tidak efektif jika ditambahkan pada
minyak tanaman. Antioksidan BHA bersifat larut lemak dan tidak larut air,
berbentuk padat putih dan dijual dalam bentuk tablet atau serpih, bersifat
volatil sehingga berguna untuk penambahan ke materi pengemas.
Antioksidan sintetik BHT memiliki sifat serupa BHA, antioksidan ini akan
memberi efek sinergis yang baik jika digunakan bersama antioksidan BHA.
Antioksidan BHT berbentuk kristal padat putih dan digunakan secara luas
karena relatif murah.

Antioksidan sintetik lainnya yaitu propil galat. Propil galat mempunyai


karakteristik sensitif terhadap panas, terdekomposisi pada titik cairnya 148 C,
dapat membentuk komplek warna dengan ion metal, sehingga kemampuan
antioksidannya rendah. Selain itu, propil galat memiliki sifat berbentuk kristal
padat putih, sedikit tidak larut lemak tetapi larut air, serta memberi efek
sinergis dengan BHA dan BHT.
Antioksidan TBHQ dikenal sebagai antioksidan paling efektif untuk lemak
dan minyak, khususnya minyak tanaman karena memiliki kemampuan
antioksidan yang baik pada proses penggorengan tetapi rendah pada proses
pembakaran. Jika antioksidan TBHQ digabungkan dengan antioksidan BHA,
maka akan memiliki kemampuan antioksidan yang baik pada proses
pemanggangan dan akan memberikan manfaat yang lebih luas. Antioksidan
TBHQ dikenal berbentuk bubuk putih sampai coklat terang, mempunyai
kelarutan cukup pada lemak dan minyak, tidak membentuk kompleks warna
dengan Fe dan Cu tetapi dapat berubah pink dengan adanya basa.
b. Antioksidan Alami
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari senyawa
antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan,
senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses
pengolahan, senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan
ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Pratt 1992).
Menurut Pratt dan Hudson (1990), kebanyakan senyawa antioksidan yang
diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan.
Menurut Pratt dan Hudson (1990) senyawa antioksidan alami umumnya
adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan
flavonoid,turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik
polifungsional. Ditambahkan oleh Pratt (1992), golongan flavonoid yang
memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin,
flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat,
asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain. Senyawa antioksidan alami
polifenolik ini adalah multifungsional dan dapat beraksi sebagai pereduksi,

penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam terbentuknya


singlet oksigen.
2.2.3 Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya.
Atas dasar fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi Tiga seperti berikut.
1. Antioksidan Primer
Antioksidan primer berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru
karena ia dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya, yaitu sebelum sempat bereaksi. Antioksidan
primer yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim superoksida
dismutase. Enzim ini sangat penting sekali karena dapat melindungi hancurnya
sel-sel dalam tubuh akibat serangan radikal bebas. Bekerjanya enzim ini sangat
dipengaruhi oleh mineral-mineral seperti mangan, seng, tembaga dan selenium
yang harus terdapat dalam makanan dan minuman. Selain Enzim superoksida
dismutase Enzim Antioksidan lainya juga merupakan salah satu contoh dari
Antioksidan Primer yaitu Enzim katalase dan Enzim Glutation Perioksidase.
2. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal
bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi
kerusakan yang lebih besar. Contoh yang populer, antioksidan sekunder adalah
vitamin E, Vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.
3. Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan
yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk kelompok
ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat
memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan
DNA pada penderita kanker.

BAB III
Hubungan Penyakit Terhadap
Radikal Bebas dan Antioksidan

Sebagian besar penyakit diawali dan disebabkan oleh adanya reaksi radikal
bebas yang berlebihan di dalam tubuh. Oleh karena adanya pengaruh radikal bebas
yang tidak baik bagi kesehatan tubuh, maka tubuh memerlukan suatu komponen
penting yang menangkal serangan radikal bebas. Komponen penting yang mampu
menyelamatkan sel-sel tubuh manusia dari bahaya radikal bebas adalah
antioksidan. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa antioksidan berperan
dalam menangkal serangan radikal bebas.
Keseimbangan antara kandungan antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan tubuh. Apabila jumlah
radikal bebas terus bertambah sedangkan antioksidan endogen jumlahnya tetap,
maka kelebihan radikal bebas tidak dapat dinetralkan. Akibatnya radikal bebas akan
bereaksi dengan komponenkomponen sel dan menimbulkan kerusakan sel (Arnelia
2002). Dampak reaktifitas senyawa radikal bebas bermacam-macam, mulai dari
kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif seperti kanker,
asterosklerosis, penyakit jantung koroner (PJK), dan diabetes mellitus.
1. Asteroklerosis

Asteroklorosis dan Radikal Bebas


Reactive oxygen species (ROS) berperan dalam aterosklerosis. Radikal

bebas yang banyak berperan dalam fisiologi dan patofisiologi vaskuler adalah
nitric okside (NO.), superokside (O2 -), hydrogen peroksida (H2O2) dan
peroksinitrit (ONOO-). Masing-masing radikal bebas ini dihasilkan oleh reaksi
enzimatik dan kimiawi yang spesifik.
Pada pembuluh darah, dalam keadaan normal NO dihasilkan oleh
endothelial nitrik okside sintetase (eNOS), tetapi jika terjadi peradangan NOS
juga terdapat pada makrofag dan sel otot polos yang kemudian menghasilkan
NO. Sedangkan O2- dan H2O2 dapat dihasilkan oleh semua sel pembuluh
darah.

Nitrik okside (NO) merupakan mediator vasodilatasi pembuluh darah dan


berperan dalam agregasi trombosit, sedangkan O2- dan H2O2 merupakan
mediator pertumbuhan, difrensiasi dan apoptosis sel otot polos pembuluh darah.
O2- dan NO dapat bereaksi membentuk radikal yang sangat reaktif yaitu
peroksinitrit (ONOO-). Peroksinitrit merupakan mediator terjadinya peroksidasi
lipid, termasuk oksidasi LDL.

Asteroklorosis dan Antioksidan


Antioksidan yang umumnya berperan dalam Asteroklorosis adalah Enzim

glutathione peroksidase. Seluler

glutathione peroksidase (GPx-1) merupakan

bentuk yang paling banyak terdapat di hampir seluruh sel, termasuk di


endothelium pembuluh darah. Pada sel endotel, 70% H 2O2 yang terbentuk oleh
lekosit PMN didetoksifikasi oleh Glutathione peroksidase.
Glutation perioksidase berfungsi untuk mereduksi hydrogen peroksida
menjadi air dan lipid peroksida menjadi alkohol. Marc A Forgione berpendapat
bahwa defisiensi GPx-1 berhubungan langsung dengan meningkatnya stress
oksidatif pada pembuluh darah sehingga terjadi disfungsi endotel.
2. Kanker

Kanker dan Radikal bebas


Kanker dapat disebabkan oleh adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal akan merusak jaringan. Selain itu, kanker timbul karena didalam tubuh
kita juga terdapat senyawa penyebab timbulnya kanker atau karsinogen akibat
pembakaran yang tidak sempurna. Salah satu paling berbahaya adalah
hidrokarbon aromatik.
Kanker dan Antioksidan
Peran antioksidan dalam kanker. Antioksidan akan berperan dalam
memelihara sel dan DNA. Antioksidan tersebut akan menurunkan produksiu
radikal bebas, mencegah kerusakan pada sel, serta menurunkan peluang sel

menjadi sel kanker. Antioksidan tersebut dapat di temukan pada makanan seperti
makanan yang mengandung senyawa flavonoid, vitamin C, Vitamin E.
3. Penuaan.
Penuaan dan Radikal Bebas
Proses penuaan, radikal bebas merupakan salah satu aspek penyebab
penuaan sel yang ditandai dengan penimbunan pigmen lipofusin intrasel
terutama pada jantung, hati dan otak. Pigmen ini berasal dari hasil peroksidasi
polilipid tak jenuh membran seluler dalam jangka waktu yang lama dan
menyebabkan akumulasi radikal bebas yang terbentuk secara fisiologik dan
merupakan hasil reaksi agen eksogen. Peroksidasi molekul lemak selalu
mengubah atau merusak struktur molekul lemak. Selain sifat peroksidasi
membran lemak yang secara alami menghancurkan dirinya sendiri, aldehida
yang terbentuk dapat menimbulkan ikatan silang pada protein. Apabila lemak
yang rusak adalah konstituen suatu membran biologis, susunan lapis ganda
lemak yang kohesif dan organisasi struktural akan terganggu. Akibat dari
kerusakan jaringan ini secara pelan-pelan menyebabkan elastisitas kolagen
merosot dan kulit menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan.
Penuaan dan Antioksidan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya penuaan dapat di sebabkan oleh
adanya radikal bebas. Hal tersebut dapat dicegah dengan Antioksidan.
Antioksidan umumnya di temukan di dalam makanan. Sistem antioksidan kulit
meliputi komponen enzimatik dan nonenzimatik. Komponen enzimatik berupa
SOD, katalase, glutation peroksidase, dan glutation reduktase, sedangkan
komponen nonenzimatik berupa flavonoid, vitamin A, vitamin C, vitamin E,
selenium, seng, dan glutation. Antioksidan enzimatik yang terpenting dalam
melindungi sel dari Radikal bebas eksogen adalah SOD. Aktivitas SOD akan
meningkat guna melawan ROS yang terbentuk akibat pajanan sinar UV. Sistem
yang kompleks ini merupakan mekanisme pertahanan pertama kulit untuk
melawan serangan radikal bebas.
4. Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus dan Radikal bebas
Diabetes Mellitus (DM), atau yang lebih dikenal awam sebagai kencing
manis, tidak hanya berkaitan dengan gula di dalam makanan, namun ternyata

juga dapat disebabkan oleh radikal bebas. Paparan radikal bebas akan merusak
sistem tubuh yang berkaitan dengan metabolisme gula dan akibatnya tubuh
menjadi tidak berdaya dalam mengontrol kadar gula darah agar tetap normal.
Paparan radikal bebas yang menyerang sel-sel di dalam tubuh akan
mengacaukan sistem endokrin, termasuk insulin yang merupakan hormon
pengatur metabolisme gula. Kekacauan yang ditimbulkan oleh radikal bebas
akan membelokkan arah kerja molekul penghantar sehingga kepekaan
(resistensi) terhadap insulin menurun. Sel tubuh yang resisten terhadap gula dan
insulin merupakan dasar pemicu terjadinya DM. Paparan berbagai macam racun
(xenobiotik) yang masuk ke dalam tubuh juga akan memaksa tubuh untuk
bekerja keras melakukan detoksifikasi agar molekul racun tidak berubah menjadi
radikal bebas. Tugas tambahan ini menyebabkan sistem imun di dalam tubuh
menjadi kacau. Akibatnya, terjadi peradangan dimana-mana dan sel-sel yang
seharusnya bekerja memproses gula menjadi energy pun tidak mampu lagi
bekerja sebagaimana mestinya.
DM bukanlah penyakit sepele karena DM mampu menyebabkan berbagai
macam komplikasi yang luas dan berbahaya. Salah satu contohnya adalah
gangguan penglihatan (retinopati), dimana terjadi penurunan fungsi penglihatan.
Retinopati tidak hanya disebabkan oleh gangguan fungsi syaraf akibat kadar
gula yang terlalu tinggi di dalam darah, namun juga disebabkan oleh
penumpukan radikal bebas pada lensa dan makula penderita DM. Pada kondisi
yang serius, paparan radikal bebas pada mata ini dapat menyebabkan
terbentuknya katarak dan kebutaan permanen. Contoh komplikasi lainnya adalah
diabetes neuropati, yaitu gangguan pada syaraf motorik dan sensorik. Pengaruh
radikal bebas akan semakin ganas saat sel-sel syaraf mengalami peradangan
akibat gula. Penderita DM yang mengalami diabetes neuropati dapat merasakan
gejala-gejala seperti kesemutan hingga kebas atau mati rasa.

Diabetes Melitus dan Antioksidan.


Peran antioksidan bagi penderita DM sangat penting. Berbagai studi

secara konsisten menunjukkan defisiensi status pertahanan antioksidan total


pada penderita diabetes. Status pertahanan tersebut meliputi glutation, vitamin

C, antioksidan enzim superoksida dismutase (SOD), dan katalase. Beberapa


peneliti mengungkapkan adanya penurunan vitamin E pada penderita diabetes.
Selain vitamin E, glutation juga ditemukan menurun pada penderita diabetes.
Glutation dalam bentuk tereduksi (GSH) terdapat dalam plasma manusia,
intraseluler, dengan kemampuan sebagai antioksidan untuk menghambat radikal
bebas dengan fungsi secara umum sebagai buffer redoks, dan kofaktor enzim
GPX. Bukti terbaru mengungkapkan bahwa GSH berperan penting pada
diabetes

melitus.

Perubahan

terhadap

rasio

GSH

tereduksi/teroksidasi

(GSH/GSSG) mempengaruhi respons sel beta terhadap glukosa dan perbaikan


aksi insulin. Aksi insulin tersebut sangat mempengaruhi kadar gula darah dalam
tubuh yang akan mencegah terjadinya DM dalam tubuh.
5. Katarak
Katarak dan Radikal Bebas
Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat
mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak
yang banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebakan katarak
Katarak dan Antioksidan
Beta karoten, lutein dan zeaxantin ditemukan yang bertindak sebagai antioksidan
yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas di mata dan dapat
mencegah terjadinya katarak atau mengontrol terjadinya proses katarak.
Lutein dan zeaxanthin sebagai antiosidan menangkap radikal bebas tersebut
(dengan cara berikatan dengannya) sebelum mereka merusak protein atau lipid
lensa. Dalam hal ini lutein dan zeaxathin dapat diibaratkan sebagai pelindung
lensa mata terhadap serangan radikal bebas.

BAB IV
Penatalaksanaan Terhadap
Radikal Bebas dengan Antioksidan

Upaya untuk mencegah atau mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh aktivitas
radikal bebas adalah dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen yang
mengandung antioksidan. Dengan

menkosumsi makanan yang mengandung

antioksidan diharapkan dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat


timbulnya penyakit degenerative. Makanan yang mengandung Antioksidan pada
umumnya adalah sayuran dan buah. Berikut adalah makanan yang banyak
JENIS ANTIOKSIDAN
VITAMIN A DAN

SUMBER PADA BAHAN PANGAN


Mentega, margarin, buah-buahan

KARATENOID

berwarna kuning, sayur-sayuran hijau


Biji bunga matahari, biji-bijian yang

VITAMIN E

mengandung kadar minyak tinggi,


kacang-kacangan, susu dan hasil
olahannya
Buah-buahan (jeruk, kiwi, dan lain-

VITAMIN C

lain), sayur-sayuran (sebagian rusak

SENG (Zn)

selama pemasakan), kentang


Bahan pangan hewani : daging, udang,
ikan, susu dan hasil olahannya
Hati, udang, biji-bijian, serealia (kadar

Tembaga (Cu)

dalam makanan tergantung pada

Selenium (Se)

konsentrasi Cu dalam tanah)


Serealia, daging, ikan (kadar dalam
makanan tergantung pada konsentrasi
Se dalam tanah)

mengandung antioksidan

Bahan pangan mengandung senyawa-senyawa yang tidak dikategorikan sebagai


zat gizi, tetapi mempunyai aktivitas antioksidan.
Pada Tabel 2 ada beberapa contoh senyawa antioksidan non-gizi yang
terdapat dalam bahan pangan sebagai berikut :
Jenis Antioksidan

Sumber pada bahan Pangan

Biogenik amin

Antioksidan berdasarkan fungsi amin


dan fenol, contohnya dalam keju

Senyawa Fenol :
- Tirosol, hidroksitirosol
- Vanilin, asam vanilat
- Timol
- Karpakrol
- Gingerol

Minyak olive
Panili
Minyak atsiri dari thyme
Minyak thyme
Minyak jahe

- Zingeron

Senyawa polifenol

Efektivitas sebagai antioksidan

Flavonoid
Flavon
Heterosida flavonoat

tergantung pada jumlah dan posisi

Kalkon auron

Biflavonoid

OH, senyawa polifenol banyak


terdapat dalam sayur-sayuran daun

Tanin

Banyak terdapat dalam teh, sayuran

Asam galat
Protosinidol

dan buah-buahan

Komponen tetrapirolik

Antioksidan sinar, banyak terdapat


dalam sayur-sayuran (hijau).

BAB V
FRAKTURA
3.1 Pengertian Fraktur
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2000).
Fraktur merupakan setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves,
Roux, Lockhart, 2001). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang
femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
penderita jatuh dalam syok (FKUI, 1995).
Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur. Yang beresiko tinggi
terjadinya fraktur adalah orang yang lanjut usia, orang yang bekerja yang
membutuhkan kesimbangan, masalah gerakan, pekerjaan-pekerjaan yang
beresiko tinggi (tukang besi, supir, pembalap mobil, orang dengan penyakit
degeneratif atau neoplasma) (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
3.2 Penyebab Terjadinya Fraktur
1. Peristiwa Trauma (kekerasan)
a) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik
terjadinya kekerasan. Misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka
tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang
demikian sering bersifat terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contohnya
seseorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. Yang
patah adalah tulang tumit dan terjadi pula patah tulang pada tibia, serta
kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang.
c) Kekerasan akibat tarikan otot
Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah
tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya
patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps
mendadak berkontraksi.
2. Peristiwa Patologis
a) Kelelahan atau stres fraktur
Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas
berulang ulang pada suatu daerah tulang atau dengan menambah

tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami
perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang
sama, serta peningkatan beban secara tiba tiba pada suatu daerah
tulang dapat terjadi retak tulang.
b) Kelemahan Tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya
suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya
osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah
tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.
3.3 Jenis-Jenis Fraktur
1. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar
a) Fraktur tertutup, tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar.
b) Fraktur terbuka, terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar karena adanya perlukaan di kulit.
2. Berdasarkan bentuk patahan tulang
a) Transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang
dari tulang.
b) Spiral adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang
timbul pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan
sedikit kerusakan jaringan lunak.
c) Oblik adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring
dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
d) Segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang,
segmen

tulang

yang

retak

dan

ada

yang

ada

terlepas

menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.


e) Kominuta adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen,
terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua
fragmen tulang.
f) Greenstick adalah fraktur tidak sempurna atau garis
patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian

atau

masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini


sering terjadi pada anak anak.
g) Fraktur Impaksi adalah fraktur yang terjadi ketika dua
tulang

menumbuk

tulang

ketiga

yang

berada

diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua


vertebra lainnya.
h) Fraktur Fissura adalah fraktur yang tidak disertai perubahan
letak tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di
tempatnya setelah tindakan reduksi.
3. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis
Tulang

fisis adalah

bagian

tulang

yang

merupakan

lempeng

pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat
berakibat pemisahan fisis pada anak anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat
jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena
kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga.

3.4 Penatalaksanaan Fraktur


1. Penatalaksanaan secara umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan
(breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila
sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden
period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan
lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan
untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih
berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
2. Penatalaksanaan kedaruratan

Segera setelah Cedera, penting untuk mengimobilisasi bagain tubuh


yang fraktur sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami
cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan
pembidaian, ekstremitas harus disangga di atas dan di bawah tempat fraktur
untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan
tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan
lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi
dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur.
Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan
jaringan lunak oleh fragmen tulang
Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara
dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang.
Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan
membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak
sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas,
lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung
pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menntukan
kecukupan perfusi jaringan perifer.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril)
untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali
melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar
melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan diatas.
Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap.
Pakaian dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan
kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi
cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut.
3. Penatalaksanaan bedah ortopedi

Banyak pasien yang mengalami disfungsi muskuloskeletal harus


menjalani pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Masalah yang dapat
dikoreksi meliputi stabilisasi fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan
infeksi

atau

nekrosis,

gangguan

peredaran

darah

(mis;

sindrom

komparteman), dan adanya tumor. Prosedur pembedahan yang sering


dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat
ORIF (Open Reduction and Fixation).
Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortoped dan indikasinya
yang lazim dilakukan :

Reduksi terbuka, yaitu melakukan reduksi dan membuat kesejajaran


tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan

pemajanan tulang yang patah.


Fiksasi interna, yaitu stabilisasi tulang patah yang telah direduksi

dengan skrup, plat, paku dan pin logam.


Graft tulang, yaitu penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi

atau mengganti tulang yang berpenyakit.


Amputasi, yaitu penghilangan bagian tubuh.
Artroplasti, yaitu memperbaiki masalah sendi dengan artroskop
(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya
sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi

terbuka.
Menisektomi, yaitu eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
Penggantian sendi, yaitu penggantian permukaan sendi dengan

bahan logam atau sintetis.


Penggantian sendi total, yaitu penggantian kedua permukaan

artikuler dalam sendi dengan logam atau sintetis.


Transfer tendo, yaitu pemindahan insersi tendo untuk memperbaiki

fungsi.
Fasiotomi, yaitu pemotongan fasia otot untuk menghilangkan
konstriksi otot atau mengurangi kontraktur fasia.

4. Prinsip penanganan fraktur

Prinsip-prinsip

tindakan/penanganan

fraktur

meliputi

reduksi,

imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan


rehabilitasi :
a. Reduksi
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen
tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Sasarannya adalah
untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik
normalnya. Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup,
traksi, dan reduksi terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung
sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. Biasanya
dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah
jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema
dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi
semakin sulit bila cedera sudah mengalami penyembuhan.
I. Reduksi tertutup
Pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan
dengan mengembalikan fragmen

tulang ke posisinya

dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi


dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan
tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan
diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi
yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain
dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi
dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang.
Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen
tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
II.

Traksi
Digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot
yang terjadi.

III.

Reduksi terbuka

Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka.


Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat
fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, palt, paku
atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan
kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang yang solid terjadi.
b. Imobilisasi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi,
atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di
tempatnya

sampai

terjadi

penyembuhan.

Metode

untuk

mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal bebat,


brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan
alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).
Tabel.1. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan
tulang fraktur
No
1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.
8.
9.
10.

Posisi / lokasi fraktur


Falang (jari)
Metakarpal
Karpal
Skafoid
Radius dan ulna
Humerus :
Supra kondiler
Batang
Proksimal (impaksi)
Proksimal (dengan
pergeseran)
Klavikula
Vertebra
Pelvis
Femur :
Intrakapsuler
Intratrokhanterik
Batang

Lamanya dalam minggu


3-5
6
6
10
10-12
3
8-12
3
6-8
6-10
16
6
24
10-12
18
12-15

11.
12.
13.
14.

Suprakondiler
Tibia :
Proksimal
Batang
Maleolus
Kalkaneus
Metatarsal
Falang (jari kaki)

8-10
14-20
6
12-16
6
3

c. Rehabilitasi
Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal
pada bagian yang sakit. Untuk mempertahankan dan memperbaiki
fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi adalah
peninggian

untuk

neurovaskuler

meminimalkan

(misalnya;

bengkak,

pengkajian

memantau

peredaran

darah,

status
nyeri,

perabaan, gerakan), mengontrol ansietas dan nyeri (mis; meyakinkan,


perubahan posisi, strategi peredaran nyeri, termasuk analgetika),
latihan isometrik dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup
sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap dapat
memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri. Pengembalian
bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.
III.5

Penyembuhan atau Perbaikan Fraktur


Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak.

Periosteum terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat.
Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk
jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang premitif (osteogenik)
berdeferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi
fosfat yang akan merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus
disekitar lokasi fraktur). Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan
lapian kalus dari fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen
terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat
pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur. Persatuan (union) tulang

provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat
dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami re-modelling dimana
osteoblas

akan

membentuk

tulang

baru

sementara

osteoklas

akan

menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang
menyerupai keadaan tulang aslinya.
Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar dibedakan atas 5 fase,
yakni fase hematom (inflamasi), fase proliferasi, fase kalus, osifikasi dan
remodelling. (Buckley, R., 2004, Buckwater J. A., et al,2000).
1. Fase Inflamasi:
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang
dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi
perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan
hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah terjadi hipoksia dan
inflamasi yang menginduksi ekpresi gen dan mempromosikan pembelahan sel
dan migrasi menuju tempat fraktur untuk memulai penyembuhan.
Berkumpulnya darah pada fase hematom awalnya diduga akibat robekan
pembuluh darah lokal yang terfokus pada suatu tempat tertentu. Namun pada
perkembangan selanjutnya hematom bukan hanya disebabkan oleh robekan
pembuluh darah tetapi juga berperan faktor-faktor inflamasi yang menimbulkan
kondisi pembengkakan lokal. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur
terjadi sampai 2 3 minggu.
2. Fase proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benangbenang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi,
dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari
osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan
ikat fibrous dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan

melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang


oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah
tulang.

Tetapi

gerakan

yang

berlebihan

akan

merusak struktur kalus. Tulang yang sedang aktif


tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif. Pada fase ini dimulai pada minggu
ke 2 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 8.
3. Fase Pembentukan Kalus
Merupakan fase lanjutan dari fase hematom
dan proliferasi mulai terbentuk jaringan tulang yakni
jaringan tulang kondrosit yang mulai tumbuh atau
umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan. Sebenarnya tulang rawan ini
masih dibagi lagi menjadi tulang lamellar dan wovenbone. Pertumbuhan jaringan
berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah
sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan
fibrous, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume
dibutuhkan untuk menghubungkan efek secara langsung berhubungan dengan
jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu
agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous.
Pusat dari kalus lunak adalah kartilogenous yang kemudian bersama
osteoblast akan berdiferensiasi membentuk suatu jaringan rantai osteosit, hal ini
menandakan adanya sel tulang serta kemampuan mengantisipasi tekanan
mekanis. (Rubin,E,1999). Proses cepatnya pembentukan kalus lunak yang
kemudian berlanjut sampai fase remodelling adalah masa kritis untuk
keberhasilan penyembuhan fraktur. (Ford,J.L,et al,2003).
4. Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang
yang immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan
tulang ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan
debris pada daerah fraktur dan diikuti osteoblast yang akan mengisi celah di

antara fragmen dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan
selama beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk menerima beban yang
normal.
5. Stadium Remodelling.
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang
kuat dengan bentuk yang berbeda dengan tulang normal.
Dalam waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yang terus menerus lamella
yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga
medulla akan terbentuk kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran
semula. Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semulanya, terutama
pada anak-anak. Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis dan
radiologi.
Gangguan Pada Proses Penyembuhan Fraktur
Pada proses penyembuhan patah tulang ini dapat mengalami beberapa
gangguan, diantaranya adalah :
1. Delayed union, yaitu terjadi perlambatan penyembuhan patah tulang
disebut juga pertautan lambat dan dengan berlalunya waktu pertautan
tetap akan terjadi.
2. Non-Union, yaitu patah tulang tidak menyambung sama sekali,
meskipun ditunggu berapa lama. Gagalnya pertautan mengakibatkan
pseudartrosis atau sendi palsu karena bagian bekas patah tulang ini
dapat digerakkan seperti sendi
3. Malunion, yaitu terjadi pertautan namun dalam posisi yang salah.
Keadaan ini disebut juga salah-taut.
III.6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Fraktur


1. Usia
Waktu penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat daripada
orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan aktivitas proses osteogenesis

pada periosteum dan endosteum serta proses pembentukan tulang pada


bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah, proses tersebut semakin
berkurang. Selain itu, hal tersebut juga terkait dengan kemampuan
regenerasi sel pada usia muda yang lebih baik dibandingkan saat lansia.
2.

Imobilisasi fragmen tulang


Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan
kerusakan pembuluh darah yang mengganggu penyembuhan fraktur. Bila
imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi
union, kemungkinan terjadinya non-union sangat besar.

3.

Kontak fragmen tulang


Pada fraktur yang periosteumnya tidak bergeser, penyembuhannya
dua kali lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang bergeser.
Disamping itu, konfigurasi fraktur seperti fraktur transversa lebih lambat
penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak yang
lebih banyak.

4.

Asupan darah yang memadai


Pendarahan jaringan tulang yang mencukupi untuk membentuk
tulang baru merupakan syarat mutlak penyatuan fraktur. Sebab hal itu
berperan sebagai faktor-faktor inflamasi yang menimbulkan kondisi
pembengkakan local.

Dengan adanya pembengkakan lokal, dapat

menginduksi ekpresi gen dan mempromosikan pembelahan sel dan


migrasi menuju tempat fraktur untuk memulai penyembuhan. Selain itu,
darah juga sebagai tempat transportasi nutrisi yang dibutuhkan untuk
proses pembentukan tulang pada fraktur.
a. Pemberian nutrisi yang baik.
Pada pasien fraktur, status nutrisi juga mempengaruhi proses
penyembuhan tulang dan bentuk kesempurnaan tulang. Pasien dengan
status nutrisi yang baik cenderung melewati masa penyatuan tulang yang
lebih awal dan pasien dengan gizi buruk atau malnutrisi mengalami

keterlambatan penyatuan tulang (delayed union) dan bahkan tulang tidak


menyatu (non union).
b. Latihan-pembebanan berat badan untuk tulang panjang
Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan
vaskularisasi daerah fraktur. Akan tetapi, gerakan yang dilakukan pada
daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu
vaskularisasi.
c. Ada tidaknya Infeksi
Infeksi yang terjadi di tempat fraktur akan menghambat kecepatan
penyembuhan dan memudahkan timbulnya osteomyelitis kronis. Sebab
hematom merupakan lingkungan subur untuk kuman patologik yang dapat
menyebabkan osteomyelitis di kedua ujung patah tulang, sehingga proses
penyembuhan sama sekali tidak dapat berlangsung.
Osteomyelitis adalah proses inflamasi akut atau kronik pada tulang
dan struktur sekundernya karena infeksi oleh bakteri piogenik. Bakteri
piogenik adalah bakteri yang memproduksi nanah. Bakteri tersebut
umumnya Streptococus hemolyticus dan Staphylococus aureus.
Ketika tulang terinfeksi maka sumsum tulang akan membengkak
dan menimbulkan tekanan pada dinding tulang, namun karena dinding
tulang bersifat rigid maka pembuluh darah yang ada di dalam sumsum
tulang tersebut akan memeperkecil sehingga menurunkan suplai darah ke
tulang. Tanpa suplai darah yang cukup, bagian-bagian tulang dapat
mengalami nekrosis ( kematian sel pada jaringan tubuh). Bagian tulang
yang mati tersebut sulit untuk diobati karena sel-sel leukosit dan antibiotik
sulit untuk mencapainya.
d. Merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
Zat nikotin di rokok mempercepat penyerapan tulang dan membuat
kadar serta aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga
susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pembentukan
tulang. Zat-zat yang terkandung pada rokok masuk melalui jalan

pernapasan hingga mencapai ke paru-paru, kemudian melalui pembuluh


darah yang ada diparu-paru tersebut dibawa menuju organ-organ tubuh,
termasuk tulang. Bersamaan dengan pemberian oksigenasi dan nutrisi
oleh pembuluh darah, zat-zat tersebut juga ikut diabsorbsi oleh sel-sel
tulang. Didalam sel, zat-zat tersebut mempengaruhi proses metabolisme,
sehingga dapat menggangu pertumbuhan, perkembangan dan regenrasi
sel sehingga disitulah terhambatnya pertumbuahan tulang.
Alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan
massa tulang yang dilakukan oleh sel osteoblas. Minuman beralkohol
dapat mencegah penyerapan kalsium dari makanan sebab alkohol
mengganggu enzim hati yang diperlukan untuk mengubah vitamin D dari
bentuk tidak aktif menjadi bentuk aktif. Tanpa cukup vitamin D aktif, tubuh
tidak dapat menyerap kalsium dari saluran pencernaan. Dimana kalsium
tersebut diperlukan untuk pembentukan massa tulang.
5. Nutrisi yang dibutuhkan untuk perbaikan Fraktur
Pada

pasien

fraktur,

status

nutrisi

juga

mempengaruhi

proses

penyembuhan tulang dan bentuk kesempurnaan tulang. Pasien dengan status


nutrisi yang baik cenderung melewati masa penyatuan tulang yang lebih awal
dan pasien dengan gizi buruk atau malnutrisi mengalami keterlambatan
penyatuan tulang (delayed union) dan bahkan tulang tidak menyatu (non union).
Untuk membantu penyembuhan patah tulang yang harus diperhatikan
adalah konsumsi kalsium dan vitamin D. Kalsium merupakan mineral pembentuk
massa tulang sedangkan vitamin D merupakan hormon pengatur pembentukan
tulang. Terpenuhinya kecukupan vitamin A, vitamin D, kalsium, vitamin C, fosfor,
dan magnesium dapat membantu pertumbuhan dan pembentukan tulang yang
kuat dan sempurna. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah makanan dan
minuman yang dapat menghambat penyerapan kalsium dan vitamin D seperti:
minuman berkola, kafeine, merokok dan alkohol.
Untuk mencoba dan memenuhi tujuan gizi melalui makanan, dengan
tujuan untuk 3 porsi kalsium setiap hari, termasuk sedikitnya 1 cangkir buah dan
2 cangkir sayuran. Sumber kalsium, seperti susu, yogurt, dan keju, adalah bahan

makanan terbaik untuk tulang. Selain itu, juga dapat mengonsumsi makanan
yang diperkaya kalsium, sepeti jus dan sereal sarapan, sarden, salmon kaleng,
almond, dan sayuran berdaun hijau.
1. KALSIUM
Kalsium (Ca) adalah mineral yang paling banyak terkandung dalam
tubuh. Sebagai unsur utama pembentuk tulang, 99% kalsium terkandung
dalam tulang dan gigi dan 1% dalam darah dan jaringan tubuh lainnya.
Kalsium dibantu magnesium juga berfungsi sebagai elektrolit yang bertugas
menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Kalsium disimpan di tulang
atau ditarik dari tulang tergantung kebutuhan tubuh. Bila asupan kalsium
terlalu rendah, maka tubuh menarik kalsium yang dibutuhkan dari tulang.
Seiring berjalannya waktu, jika jumlah kalsium yang ditarik lebih
banyak dari yang disimpan, maka hasilnya adalah tulang yang lemah dengan
kandungan kalsium yang tipis sehingga mudah patah.
Sumber kalsium alami, antara lain:

Susu dan produk susu seperti keju dan yogurt, dan lain-lain.
Kacang-kacangan seperti kacang mede, kedelai/soya dan produk jadi

seperti susu kacang kedelai, tahu, tempe.


Sayur-sayuran seperti brokoli, kubis/kol, bunga kol, bayam, lobak.
Tabel Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan.
Usia (tahun)
13
46
79
10 12
13 15
16 18
19 29
30 49
50 64
65

Pria
(mg/hari)
500
500
600
1000
1000
1000
800
800
1000
1000

Wanita
(mg/hari)
200
500
600
1000
1000
1000
800
800
1000
1000

Hamil
(mg/hari)
1150
1150
950
950

Penting untuk memiliki pola makan yang kaya kalsium dalam setiap
kerusakan tulang. Makanan yang kaya akan kandungan kalsium termasuk susu

yang tidak memiliki atau mengurangi kadar lemak, jus jeruk kaya kalsium, sarden
dengan tulang, tahu salmon, dan brokoli. Panduan porsinya: 1 gelas susu sapi
(250ml) = 250-300 mg, 1 mangkok yoghurt (200gr) = 300 mg, 100 gr keju
cheddar = 750 mg (tinggi lemak jenuh).
2. FOSFOR
Kesehatan tulang juga dipengaruhi oleh asupan fosfor yang hadir pada
tulang dalam bentuk kalsium fosfat. Fosfor digunakan sebagai mineral yang
memperkuat struktur tulang bersama dengan kalsium. Konsumsi daging dan ikan
dapat menyediakan tingkat tinggi fosfor bagi tubuh.
Fosfor terdapat dalam semua makanan, terutama makanan kaya protein
seperti daging, ayam, ikan, telur, susu, kacang-kacangan, dan serealia.
Tabel Angka Kecukupan Fosfor yang Dianjurkan.
Usia (tahun)
13
46
79
10 12
13 15
16 18
19 29
30 49
50 64
65

Pria
(mg/hari)
400
400
400
1000
1000
1000
600
600
600
600

Wanita
(mg/hari)
400
400
400
1000
1000
1000
600
600
600
600

Hamil
(mg/hari)
600
600
600
600

3. MAGNESIUM
Magnesium (Mg) adalah mineral yang paling berlimpah dalam tubuh pada
urutan ke-4 dan sangat penting untuk kesehatan yang baik. Sekitar 50%
dari total

magnesium

tubuh

ditemukan

dalam tulang. Sisanya

terutama

ditemukan di dalam sel jaringan tubuh dan organ. Hanya 1% dari magnesium
ditemukan dalam darah, tetapi tubuh bekerja sangat keras untuk menjaga agar
kadar magnesium tetap konstan.
Dalam tulang, magnesium memiliki 2 peran yang sangat berbeda, antara
lain berperan membantu memberikan struktur fisik tulang, merupakan bagian
dari kisi kristal pembentuk tulang bersama-sama dengan fosfor dan kalsium dan
berperan sebagai tempat penyimpanan/cadangan magnesium yang dapat

diambil jika asupan magnesium tidak cukup, letaknya dipermukaan tulang dan
bukan merupakan bagian dari pembentuk tulang.
Sayuran hijau seperti bayam merupakan sumber magnesium yang baik.
Buncis dan kacang polong, kacang-kacangan dan biji-bijian juga merupakan
sumber magnesium yang baik. Biji-bijian olahan umumnya rendah magnesium.
Roti yang terbuat dari tepung gandum whole grain menyediakan magnesium
lebih dari roti yang dibuat dari tepung terigu halus.
Tabel Angka Kecukupan Magnesium yang Dianjurkan.
Pria
(mg/hari)
60
90
120
170
220
270
290
300
300
300

Usia (tahun)
13
46
79
10 12
13 15
16 18
19 29
30 49
50 64
65

Wanita
(mg/hari)
60
90
120
180
230
240
250
270
270
270

Hamil
(mg/hari)
270
280
290
300

Menyusui
(mg/hari)
230
240
250
270

4. VITAMIN D
Tabel Angka Kecukupan Vitamin D yang Dianjurkan.
Usia (tahun)
13
46
79
10 12
13 15
16 18
19 29
30 49
50 64
65

Vitamin

Pria
(g/hari)
5
5
5
5
5
5
5
5
10
15

Wanita
(g/hari)
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

meningkatkan penyerapan

Hamil
(g/hari)
5
5
5
5

kalsium

di

usus

dan

mempertahankan serum kalsium yang memadai dan konsentrasi fosfat untuk


memungkinkan mineralisasi normal tulang dan mencegah tetany hypocalcemic.

Hal ini juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan remodeling tulang oleh
osteoblas dan osteoklas. Tanpa vitamin D yang cukup, tulang dapat menjadi
tipis, rapuh, ataupun cacat.
Semua mamalia termasuk manusia dapat mensintesis vitamin D dengan
bantuan sinar ultraviolet B dari sinar matahari, normalnya terkena sinar matahari
sekitar selama 15 menit perhari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin
D kita. Kalau tidak, dapat diperoleh dengan mengkonsumsi suplemen, biasanya
vitamin D sudah disertakan dalam suplemen kalsium.
Perlu diperhatikan bahwa vitamin D yang disintesis oleh tubuh kita tidak
akan menyebabkan keracunan, berapapun jumlahnya, tubuh kita punya
mekanisme tersendiri untuk mengantisipasi hal ini. Sedangkan vitamin D
berlebihan dari suplemen bisa menyebabkan keracunan.
Sangat

sedikit

makanan

yang

secara

alami

mengandung

vitamin D. Daging dari lemak ikan (seperti salmon, tuna, dan mackerel) dan
minyak hati ikan adalah salah satu sumber terbaik vitamin D 3. Sejumlah kecil
vitamin D ditemukan dalam hati sapi, keju, dan kuning telur. Sedangkan,
beberapa ragi, jamur, dan tanaman merupakan sumber vitamin D2 dalam jumlah
bervariasi.
Panduan porsinya: 85 gr ikan lele = 425 IU, 100 gr salmon yang dimasak
= 360 IU, 1 telur ayam (60gr) = 20 IU, 100 gr hati sapi yang dimasak = 15 IU.
Sebaiknya konsumsi vitamin D tidak melebihi 4000 IU/hari karena bisa
menyebabkan keracunan.
5. VITAMIN C
Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan
tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa
pembentuk

kolagen

yang

merupakan

protein

penting

penyusun

jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C untuk
hidroksilasi proline sebagai suatu tahap dalam sintesis kolagen yang merupakan
unsur utama jaringan penyambung.
Vitamin C pada umumnya hanya terdapat pada buah terutama yang asam
seperti jeruk, jambu biji, nanas, pepaya, rambutan, tomat, dll. Juga terdapat pada

sayur jenis dedaunan seperti daun singkong, daun katuk, daun melinjo, dan daun
pepaya serta jenis kol.
Tabel Angka Kecukupan Vitamin C yang Dianjurkan.
Usia (tahun)
13
46
79
10 12
13 15
16 18
19 29
30 49
50 64
65

Pria
(mg/hari)
40
45
45
50
75
90
90
90
90
90

Wanita
(mg/hari)
40
45
45
50
65
75
75
75
75
75

Hamil
(mg/hari)
75
85
85
85

6. VITAMIN A
Vitamin

A sangat

diperlukan

untuk

pertumbuhan

sel,

termasuk

perkembangan tulang dan sel epitel. Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani,
sedangkan karoten di dalam pangan nabti. Sumber vitamin A adalah hati, kuning
telur, susu, dan mentega. Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua
dan buah-buahan yang berwarna kuning-jingga.
Tabel Angka Kecukupan Vitamin A yang Dianjurkan.
Usia (tahun)
13
46
79
10 12
13 15
16 18
19 29
30 49
50 64
65

Pria
(RE)
400
450
500
600
600
600
600
600
600
600

Wanita
(RE)
400
450
500
600
600
600
500
500
500
500

Hamil
(RE)
900
900
800
800

Anda mungkin juga menyukai