Anda di halaman 1dari 18

Judul : The Role of antioxidants in photoprotection : A critical review

Penulis : Lucy Chen, BA, Judy Y. Hu, MD dan Steven Q. Wang, MD


Diambil dari : Journal of American Academy of Dermatology 2012 ;67:1013-24
Penerjemah : Meira Fitriah

PERAN ANTIOKSIDAN DALAM FOTOPROTEKSI :


SEBUAH ULASAN KRITIS

Abstrak
Radikal bebas telah lama diteliti berperan dalam proses penuaan dan proses-proses
penyakit. Produksi radikal secara endogen dari metabolisme seluler dan sumber eksogen yang
berasal dari radiasi ultraviolet dan polusi dapat merusak kulit pada tingkat seluler dan jaringan.
Meskipun tubuh memiliki sistem perlindungan yang sangat baik untuk mencegah kerusakan
radikal, sistem bawaan ini dapat tertekan dan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif atau
kondisi imunosupresi, bahkan dapat memicu karsinogenesis. Suplementasi antioksidan topikal
mampu menyediakan perlindungan tambahan untuk menetralkan ROS (reactive oxygen species)
dari kedua sumber endogen dan eksogen. Ulasan ini akan membahas pemahaman terbaru tentang
mekanisme kerusakan radikal bebas dan mengevaluasi manfaat penting dari antioksidan topikal
dalam tabir surya dan produk perawatan kulit.
Kata kunci: antioksidan, radikal bebas, photoaging, fotoproteksi, ROS, tabir surya

Paparan radiasi ultraviolet (UV) yang berlebihan dari matahari berperan


penting dalam timbulnya kanker kulit dan penuaan kulit. Selama dekade terakhir,
terdapat peningkatan pemahaman terhadap cara kerja UVA merusak kulit.
Keadaan ini tercermin dalam perkembangan formulasi tabir surya yang terbaru
dengan perluasan perlindungan mencapai batas panjang gelombang tertentu dari
UVA. Wawasan ini, dikombinasikan dengan pengetahuan tentang UVA yang
menginduksi radikal bebas, telah menununjukkan pada pembaharuan penelitian
yang terfokus pada peran radikal bebas yang merugikan kesehatan kulit.
Meskipun tubuh memiliki sistem pertahanan antioksidan bawaan alami (AOx)
untuk menetralisir radikal-radikal bebas yang dihasilkan oleh kedua sumber
eksogen maupun endogen, penyimpanan AOx ini dapat dengan cepat habis.
Karenanya, suplementasi topikal tentang AOx, setidaknya dalam teori, akan
menyediakan manfaat lebih terhadap kulit, khususnya pada stres oksidatif dari
paparan UVA yang berlebihan.

1
Pada ulasan ini, kami akan membahas sumber radikal bebas, menjelaskan
mekanisme kerusakan dari radikal bebas ini, dan sekilas mengenai konsekuensi
seluler dan klinis. Di samping itu, kami akan mengulas AOX secara umum
dengan menunjukkan manfaatnya. Terakhir, kami akan membahas batasan-
batasan dalam merumuskan formulasi tabir surya dan perawatan kulit dengan
AOX aktif.
Singkatan Yang Digunakan
AOx : antioksidan
AP-1 : activation protein-1
ATP : adenosine triphosphate
GSH : glutathione
H2O2 : hydrogen peroxidase
LC : Langerhans cell
MMP : matrix metalloproteinase
NF-kB : nuclear factor kB
O2 - : superoxide anion
OH : Hydroxyl radical
ROS : reactive oxygen species
SOD : superoxide dismutase
UV : ultraviolet
UVR : ultraviolet radiation
1
O2 : : singlet oxygen

BAGIAN I : RADIKAL BEBAS


Radikal bebas didefinisikan sebagai spesies yang ada secaraa bebas
dengan satu atau lebih elektron-elektron yang tidak berpasangan lainnya. Dalam
sistem kehidupan, radikal bebas ditunjukkan terutama sebagai ROS, dalam bentuk
produk teroksidasi oxygen centered. Oxygen based ROS yang paling umum
adalah: anion superoksida (O2 -), peroksida, radikal hidroksil (OH), ion
hidroksil, dan oksigen tunggal (1O2), oksigen molekuler yang banyak tereksitasi.
ROS mudah menguap dan tidak stabil. Dalam sistem biologis, ROS
menambahkan elektron-elektron (oksidasi) pada molekul-molekul terdekat lain
untuk melepaskan kelebihan energi dan kembali menjadi bentuk stabil. Ketika
tidak teratasi oleh AOXs, reaksi oksidasi dapat berlanjut, atau terurai menjadi
aliran-aliran kecil dengan konsekuensi yang dapat merusak.

2
Sumber ROS endogen yang penting berasal dari produk metabolisme
oksidatif dalam mitokondria dimana ATP dihasilkan dari glukosa. Pada reaksi
yang sesuai, elektron melewati 4 kompleks rantai transpor elektron untuk
menghasilkan ATP dan air.

Sitoplasma

Monoamin
Gambar 1. Pembentukan superoksida dalam rantai pernapasan
oksidase mitokondria .

Membran sitoplasma

Kompleks I
Kompleks III Kompleks IV
Kompleks
II oksidase

oksidas
e

Hidrogen Peroksidase
Matriks

Gambar 1. Pembentukan superoksida dalam rantai pernapasan mitokondria. Kompleks dalam


rantai pernapasan mitokondria elektron rantai mengalami kebocoran elektron hingga oksigen yang
memproduksi anion superoksida (O2 -). Peningkatan konsentrasi O2 - dapat mengurangi logam
transisi, yang pada suatu ketika bereaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2 ) memproduksi radikal
hidroksil ( OH ) atau dapat bereaksi dengan oksida nitrat untuk membentuk peroxynitrite . Kedua
OH dan peroxynitrite adalah oksidan kuat yang tanpa pandang bulu bereaksi dengan DNA, lipid ,
dan protein. O2 -d dapat dikonversi menjadi H2O2 dan oksigen di kedua ruang antar membran dan
matriks mitokondria. Dicetak ulang dengan izin dari Turrens.114 Cyt c , Sitokrom c ; SOD ,
superoksida dismutase

Sebagai reaksi efek samping, oksigen molekuler juga dikonversikan


menjadi O2 -), sebuah ROS yang kuat dan mudah menguap. Diperkirakan 1-2%
oksigen yang terdapat dalam sel akan dialihkan menjadi reaksi efek samping ini.
Disamping proses yang menghasilkan ATP, O2 - juga dapat dihasilkan oleh
xanthine oksidase untuk degradasi nukleotid purin dan dengan sintesis oksida
nitrit e untuk memproduksi oksida nitrit, pembawa sekunder. O2- dikonversi
menjadi hidrogen peroksida H2O2 melalui konversi spontan atau superokside
dismutase (SOD).

3
fotosensitisizer

Oksigen Oksigen singlet


Proses eksogen

Stressor eksogen

Anion superokside Peroksinitrit


GSH Peroksidase
katalase

Hidrogen Peroksidase Asam hipoklorit

Radikal Hidroksil

Protein Karbonil
Peroksida lipid Oksidasi DNA

Gambar 2. Generasi spesies oksigen reaktif ( ROS ). Molekul oksigen dapat dikonversi menjadi
oksigen singlet ( 1O2 ) atau anion superoksida ( O2-). O2- sangat tidak stabil dan dapat diubah
lebih lanjut menjadi hidrogen peroksida ( H2O2 ) baik secara spontan atau secara enzimatis oleh
superoksida dismutase ( SOD ). H2O2 lebih stabil dari O2- dan dapat menyerap melalui lipid
membran sel. ROS dapat dinetralkan untuk menjadi air dan oksigen atau asam hipoklorit . H2O2
juga dapat dikonversi ke radikal hidroksil ( OH ) pada besi ( Fe 2+ ) melalui Reaksi Fenton ( yaitu
Fe 2+ + H2O2 Fe 3+ + OH + ion hidroksil ) . OH dapat bereaksi dengan nukleotida, lipid tidak
jenuh, dan asam amino atau dinetralkan menjadi air. GSH , Glutathione ; O2 , molekul oksigen.

H2O2 adalah agen kunci dalam reaksi Fenton, yang sudah tampak pada
katalis logam (besi atau tembaga) dan menghasilkan OH, salah satu ROS yang
paling tidak stabil yang terdapat pada sistem biologis. Waktu paruh OH sangat
singkat (10-9 detik) yang mampu mendorong efek kerusakannya mendekati tempat
pada bagian generasi berikutnys hampir secara khusus.

4
Produksi ROS eksogen berasal dari sumber lingkungan seperti radiasi
UV, polutan, dan xenobiotik (gambar 3).

Eksogen Endogen

Radiasi ultraviolet Polutan lingkungan Xenobiotik Proses intraseluler :


Generasi ATP
Pertahanan fagosit
Degradasi nukleotida
Messenger sekunder

Produksi ROS ( Gb. 2)

Sistem pertahanan antioksidan Stress oksidatif

Substruktur seluler

Mutasi DNA Peroksidasi lipid Oksidasi protein

Efek klinis

Fotoaging
Imunosupresi
fotokarsinogenesis

Gambar 3. Efek seluler dan klinis dari reactive oxygen species ( ROS ). ROS dihasilkan dari
sumber eksogen dan endogen. Pada tingkat sel, ROS memiliki potensi untuk menyebabkan mutasi
DNA, peroksidasi lipid, dan oksidasi protein. Pada tingkat klinis, ROS berperan dalam
photoaging, imunosupresi, dan fotokarsinogenesis. Antioksidan mempertahankan keadaan reduksi
oksidasi dengan mengentikan ROS berbahaya ini. UV ,Ultraviolet

Kadar H2O2 dan OH terukur dalam 15 menit setelah paparan UV dan


berlanjut sampai 60 menit. Aksi spektrum generasi ROS terutama terjadi dalam
jangkauan UVA (320-400 nm), meskipun tumpang tindih dengan UVB. UVA
bereaksi dengan fotosensitisizer atau kromofor pada kulit, seperti sitokrom,
riboflavin, heme, dan porfirin. Kromofor tersebut menyerap energi dari
gelombang dan transisi UVA menjadi bentuk tereksitasi dan tidak stabil. Energi
yang dikeluarkan kembali pada bentuk stabil dan ditransfer ke molekul oksigen
terdekat untuk membentuk O2 dan ROS yang lain. Secara kolektif, ROS ini dapat
menyebabkan kerusakan seluler nonspesifik pada struktur DNA, protein, dan
lipid. Polutan dari lingkungan seperti hidrokarbon aromatik polisiklik yang

5
berasal dari pembakaran bahan bakar dapat diaktivasi dan diubah menjadi ROS
endogen melalui perantara quinon. Penelitian secara in vitro dan in vivo
menunjukkan bahwa hidrokarbon aromatik polisiklik yang biasa, benzoapyrene
dan zat antara yang, bertindak sebagai fotosensitizer, yang terpapar UVA,
meningkatkan produksi superoksida dan O2 secara sinergis

KERUSAKAN SELULER AKIBAT RADIKAL BEBAS


Paparan radiasi UV dan polutan yang berlebih menyebabkan kondisi pro-
oksidan. Stres oksidatif yang dihasilkan dapat berdampak pada integritas genetik
dari organisme. UVB secara langsung merusak DNA, sedangkan UVA beraksi
dengan ROS intermediet. Kerusakan DNA akibat induksi ROS dapat
menyebabkan terbentuknya modifikasi guanin nukleotida (8-hydroxyguanine),
putusnya untai tunggal, dan mengoksidasi basa pirimidin. Kerusakan ini,
meskipun sebagian besar berkaitan dengan UVA, telah diamati dalam sel yang
mendapat radiasi UVB. Pembentukan 8-hydroxyguanine menjadi untai DNA
menimbulkan efek peningkatan tumor, mendukung bahwa kerusakan DNA yang
permanen menyebabkan mutagenesis dan karsinogenesis. Selain DNA nuklir,
penghapusan pasangan 4977-basa DNA mitokondria, dikenal sebagai
''penghapusan umum'' lazim pada kulit manusia disinari dengan UVA.
Mekanismenya telah dikaitkan dengan generasi 1O2.
Membran fosfolipid seluler dan protein juga merupakan target dari reaksi
oksidatif yang dihasilkan oleh sinar UV dan ROS. Peroksidasi lipid diawali oleh
OH yang tidak stabil yang memisahkan atom hidrogen dari asam lemak tak
jenuh di dekatnya. Ini membentuk molekul lipid dengan ekstra elektron, yang
membentuk radikal peroksil di hadapan molekul oksigen. Jika tidak cepat
dihentikan, reaksi berantai dapat terjadi, menyebabkan kerusakan pada lipid di
dekatnya dan terjadi disintegrasi membran sel. Kerusakan oksidatif pada tingkat
protein tercermin dalam modifikasi rantai polipeptida untuk membentuk turunan
karbonil. Adanya produk oksidasi protein mengumpul dan bertahan khususnya di
dermis. Seperti DNA, lipid, dan kerusakan protein yang bertambah dalam sel
melalui stres oksidatif, hal tersebut berpotensi secara spiral melawan apoptosis.

6
Peran 1O2 dan O2 - dalam apoptosis telah ditunjukkan dalam penelitian dengan
kultur sel.
KERUSAKAN KULIT AKIBAT RADIKAL BEBAS

Photoaging
Harman pertama kali mengajukan teori radikal bebas pada penuaan pada
tahun 1956, ia menyatakan bahwa akumulasi radikal bebas berkontribusi terhadap
perubahan kumulatif yang terlihat pada penuaan. Memang, kerusakan radikal
bebas pada kulit oleh ROS kronis dan tekanan UV memainkan peran utama dalam
photoaging (Gambar 4).

Sitokin inflamasi, growth


factor, aktivasi reseptor

nukleus

Sitokin inflamasi Ekspresi MMP Sintesis prokolagen Ekspresi elastin

Produksi kolagen
Perusakan kolagen
Akumulasi elastin
Matriks ekstraseluler

Tanda klinis foto aging : solar


elastosis, keriput dalam, tekstur
Kulit yang kasar, telengiektasis,
pigmentasi

Gambar 4. Peran reactive oxygen species (ROS) dalam photoaging. ROS yang berasal dari faktor
eksogen (mis. Radiasi ultraviolet) dan sumber endogen yang memulai kaskade transduksi sinyal
menghasilkan up-regulation dari AP-1, NF-kB, dan down regulation dari pembentukan growth
factor (TGF)-. Selanjutnya, , sinyal NF-kb meningkat pada kadar interleukin-1 dan tumor
necrosis factor-, dan AP-1 mengaktivasi matrix metalloproteinase ( MMP ). Penurunan pada
ekspresi (TGF)- .menyebabkan penurunan sintesis kolagen. Secara akumulatif, perubahan ini
mengakibatkan peningkatan kerusakan kolagen, dan meningkatkan produksi elastin pada matrix
extraceluller

7
Setelah paparan UV, ROS memicu pelepasan proinflamasi sitokin dan
growth factor. Secara khusus, aktivasi faktor proteinuria 1 (AP-1) dan nuklir
faktor-B (NF-kB) mengatur kunci matriks metaloproteinase (MMP) seperti MMP-
1, MMP-3, MMP-8, dan MMP-9. Secara kolektif, protease mendegradasi kolagen
dan elastin serat dari matrix ekstraseluler. Menariknya, ekspresi MMP-1 dikaitkan
dengan adanya penghapusan umum DNA dalam mitokondria, memperkuat
kemungkinan bahwa ROS mempengaruhi banyak hal sepanjang jalur ini.
Selanjutnya, ROS yang diinduksi radiasi UV telah terbukti menurunkan
perubahan ekspresi pertumbuhan faktor B, yang menurunkan produksi kolagen
dan meningkatkan produksi elastin. Oleh karena itu, ROS menurunkan integritas
struktural dari kulit dengan cara mengubah kolagen dan komponen elastin matriks
ekstraselular.
Imunosupresi
Diketahui bahwa kedua UVA dan UVB dapat menginisiasi kondisi
imunosupresi pada kulit. Mekanisme imunosupresi oleh UVA tidak sepenuhnya
diketahui tetapi mekanisme ROS-dependent ikut terlibat. ROS akibat UVA dapat
menyebabkan peroksidasi lipid, mengganggu potensi redoks, memulai transkripsi
AP-1 dan NF-kB, dan akhirnya mengaktifkan sitokin (interleukin-4 dan -10), yang
menyebabkan immunosupresi. Penelitian mekanistik menggunakan tabir surya
dan antioksidan secara khusus melibatkan ROS pada imunosupresi akibat UV,
diukur dengan penurunan sel Langerhans epidermal (LC) dan penekanan
hipersensitifitas kontak dalam penelitian pada kulit. Dengan pemakaian tabir
surya, penurunan sel Langerhans epidermal dicegah dan hipersensitivitas tipe
lambat ditingkatkan. Tingkat proteksi secara langsung berkaitan dengan tingkat
proteksi UVA. Dalam penelitian menggunakan tikus, Halliday dkk, AOx
digunakan untuk mengevaluasi imunosupresi akibat induksi UVA. Dengan
adanya L-NMMA (inhibitor oksida nitrat)topikal, besi kelator 2,2'- dipyridl, dan
agen SOD-meniru 4-hidroksi tempol, induksi antigen pada kulit yang diradiasi
berkurang ke tingkat yang tidak diketahui. Hasil yang sama menggunakan AOx
biologis aktif, seperti polifenol teh hijau, telah menunjukkan penurunan dalam
penanda immunosupresi. Dalam penelitian manusia, penerapan formulasi AOx

8
topikal, bahkan dengan tidak adanya tabir surya, juga dapat mencegah hilangnya
LC. Proses mekanistik lebih dipertimbangkan untuk dilakukan dalam bidang ini
untuk menentukan peran ROS dalam imunosupresi.
Fotokarsinogenesis
Meskipun hubungan antara radiasi UV dan photoaging telah dijelaskan
dengan baik, hubungan mekanistik antara ROS dan kanker kulit masih belum
jelas. Pada tingkat molekuler, telah ditunjukkan bahwa ROS mengganggu sinyal
sel normal dengan mempengaruhi ekspresi gen transduksi sinyal.
Menyimpangnya jalur AP-1 dan NF-kB telah berakibat terhadap proliferasi sel
dan apoptosis menyebabkan karsinogenesis. Halliday memeriksa DNA dari
keratosis aktinik manusia dan karsinoma sel skuamosa untuk menandai mutasi
ROS. Sejumlah besar mutasi ditemukan pada kedua kelompok, ternyata ROS
yang terinduksi gen p53, dapat menjadi mutagen, menyebabkan luka awal
menjadi ganas. Selain itu, kehadiran AOxs topikal dan ROS inhibitor mengurangi
karsinogenesis pada kulit yang diinduksi tikus, menunjukkan bahwa metode untuk
melemahkan proses karsinogenik yaitu dengan mengurangi ROS.

SISTEM PERTAHANAN BAWAAN MELAWAN RADIKAL BEBAS


Kulit manusia telah membentuk jaringan pertahanan enzimatik dan non
enzimatik melawan ROS (Tabel I).
Tabel I. Antioksidan Endogen

Antioksidan Nonenzimatis
-Tokoferol ( vitamin E )
Asam Askorbat ( vitamin C )
Glutation
Karotenoid
Ubiquinone
Flavonoid
Asam urat
Antioksidan Enzimatis
Superoxide dismutase
Glutathion peroxidase
Glutathione reductase
Catalase

9
Enzim kunci AOX meliputi SOD, katalase, dan glutation (GSH)
peroksidase. SOD mengkatalisis konversi dua radikal superoksida yang mudah
menguap menjadi H2O2 dan oksigen yang tidak mudah menguap. Selanjutnya
direduksi menjadi air dan oksigen dengan bantuan katalase dan GSH peroksidase
(Gambar 2).
fotosensitisizer

Oksigen Oksigen singlet


Proses eksogen

Stressor eksogen

Anion superokside Peroksinitrit


GSH Peroksidase
katalase

Hidrogen Peroksidase Asam hipoklorit

Radikal Hidroksil

Protein Karbonil
Peroksida lipid Oksidasi DNA

Gambar 2. Generasi spesies oksigen reaktif ( ROS ). Molekul oksigen dapat dikonversi menjadi
oksigen singlet ( 1O2 ) atau anion superoksida ( O2-). O2- sangat tidak stabil dan dapat diubah
lebih lanjut menjadi hidrogen peroksida ( H2O2 ) baik secara spontan atau secara enzimatis oleh
superoksida dismutase ( SOD ). H2O2 lebih stabil dari O2- dan dapat menyerap melalui lipid
membran sel. ROS dapat dinetralkan untuk menjadi air dan oksigen atau asam hipoklorit . H2O2
juga dapat dikonversi ke radikal hidroksil ( OH ) pada besi ( Fe 2+ ) melalui Reaksi Fenton ( yaitu
Fe 2+ + H2O2 Fe 3+ + OH + ion hidroksil ) . OH dapat bereaksi dengan nukleotida, lipid tidak
jenuh, dan asam amino atau dinetralkan menjadi air. GSH , Glutathione ; O 2 , molekul oksigen.

AOx nonenzimatik dapat menempati kompartemen lipid dan sel yang


larut dalam air, dan konsentrasi dan aktivitas tingkat AOx ini lebih tinggi pada
epidermis dari dermis. Kedua AOx enzimatik dan nonenzimatik bekerja secara
terkoordinasi untuk menetralkan ROS. Misalnya, GSH reduktase dapat
meregenerasi GSH dari GSH disulfida, bentuk yang teroksidasi dari GSH. Pada

10
saatnya, GSH dapat mengembalikan vitamin C dan E teroksidasi menjadi
tereduksi, dengan demikian dapat mengaktifkan dua AOX ini untuk menetralkan
ROS. Pada tingkat molekuler, mekanisme kunci terhadap kerusakan oksidatif
adalah faktor transkripsi, NF-E2 terkait faktor 2 (Nrf2), dan aktivasi transkripsi
enzim AOX. Banyak penelitian terbaru menunjukkan bahwa Nrf2 adalah
pelindung dari keratinosit dan fibroblas kulit terhadap kerusakan oksidatif akibat
UVA. Ini mungkin bidang yang menjanjikan untuk aplikasi terapi mengenai
pertahanan bawaan dari AOX.
Meskipun pertahanan bawaan, meningkatnya stres oksidatif dapat
memberatkan cadangan AOX kulit dan mesin enzimatiknya. Shindo dkk
menunjukkan penurunan kadar kedua enzimatik (SOD, GSH peroksidase,
aktivitas katalase) dan nonenzimatik (-tokoferol , GSH, dan L-ascorbic acid )
AOxs pada kulit tikus ketika hewan-hewan itu terkena radiasi UV akut. Pada
manusia, bahkan pada dosis radiasi UV suberythmogenic, AOx di stratum
korneum rentan terhadap penurunan. Penuaan juga mengurangi tingkat AOx :
dibandingkan dengan subyek manusia yang lebih muda, subyek lansia memiliki
konsentrasi 70 % lebih sedikit dari -tokoferol, asam L - askorbat, dan jumlah
GSH di kulit mereka.

BAGIAN II: ANTIOKSIDAN TOPIKAL


Ada tren yang berkembang dalam menggabungkan AOx dalam tabir
surya dan produk perawatan kulit untuk memenuhi cadangan alami di kulit. AOx
topikal memiliki potensi untuk mengurangi ROS yang dihasilkan dari radiasi
UVA. Pada bagian selanjutnya AOxs topikal yang umum digunakan dan
efektivitasnya sebagai komponen dari fotoproteksi dinilai, dan tambahan senyawa
dengan sifat AOX ditampilkan dalam Tabel II.

11
Tabel II. Manfaat Antioksidan pada formulasi topikal
Senyawa Antioksidan Sumber Titik akhir klinis yg telah dipelajari

Vitamin C Buah-buahan, sayuran Eritema


(ascorbyl palmitate, magnesium, Imunosupresi
ascorbyl phosphate) Photoaging
Fotokarsinogenesis
Vitamin E minyak sayur, biji-bijian, Eritema
(-tokoferol asetat, kacang-kacangan, daging Imunosupresi
-tokoferol suksinat Photoaging
Fotokarsinogenesis
Vitamin A buah-buahan dan sayuran Photoaging
(retinols, karotenoid) berwarna
(Misalnya, tomat, ubi jalar)
Selenium Jagung, gandum, kedelai Eritema
Fotokarsinogenesis
Silymarin Milk thistle Fotokarsinogenesis
Imunosupresi
Teh hijau polifenol Fraksi diisolasi dari teh Eritema
(epicatechin, epicathechin-3-gallate, imunosupresi
epigallocatechin, epigallocatechin-3-gallate Photoaging
Fotokarsinogenesis
isoflavon kedelai Kedelai, semanggi merah, Eritema
(genistein, daidzein, equol) ginkgo biloba imunosupresi
Photoaging
Fotokarsinogenesis
Asam caffeic biji kopi, propolis, biji tanaman Eritema
(ferulic acid, asam caffeic phenethyl ester) imunosupresi
Apigenin Buah dan sayuran berdaun, Photoaging
teh, anggur Fotokarsinogenesis
Ekstrak Polypodium leucotomos tanaman pakis tropis Eritema
Polypodium leucotomos Photoaging
Fotokarsinogenesis
Pycnogenol Ekstrak dari kulit kayu Inflamasi
pohon pinus maritim imunosupresi
Fotokarsinogenesis
Resveratrol Kulit dan biji anggur, Eritema
kacang-kacangan, buah-buahan, Fotokarsinogenesis
anggur merah

Vitamin C
Vitamin C adalah AOX larut dalam air dan AOX dominan di kulit
berdasarkan konsentrasi molar. Vitamin C menetralisir radikal bebas dalam
kompartemen air pada kulit, dan juga memainkan peran dalam regenerasi vitamin
E. Selain berperan sebagai sebuah AOX, juga merupakan kofaktor untuk enzim
penting dalam sintesis kolagen dan dapat menghambat biosintesis elastin untuk
mengurangi akumulasi elastin. Hal ini juga mengurangi pigmen gelap dengan
menghambat tirosinase dan mempertahankan hidrasi dengan melindungi sawar

12
kulit di epidermis. yang Pada tingkat molekuler, topikal 1% vitamin C
meningkatkan sintesis kolagen dan mengurangi ekspresi MMP (kolagenase) .
Pemakaian dari L-ascorbic acid topikal telah menunjukkan efek
fotoprotektif termasuk mengurangi eritema, pembentukan sunburn cell, dan
imunosupresi.
Pemakaian topikal pada kulit merupakan suatu tantangan. Untuk
menembus stratum korneum, L-ascorbic acid harus menghilangkan beban ion dan
berada dalam sebuah formula di mana pH nya kurang dari 3.5. Pada pengaturan
pH seperti ini kelompok hidroksil dari L-ascorbic acid menjadi tidak stabil.
Akibatnya, banyak pembuat formula yang menggunakan pengganti ester yang
lebih stabil, contohnya magnesium ascorbyl phosphate dan ascorbyl-6-palmitat.
Bila dibandingkan dengan L-ascorbic acid, akitivitas antioksidan pengganti ini
berada di bawahnya dan tidak mencapai kadar aktivitas yang sama pada in vivo.
Vitamin E
Vitamin E adalah antioksidan yang larut lemak, dan terdiri dari 8
komponen besar (4 tokoferol dan 4 tokotrienol) dengan bentuk yang paling
banyak adalah -Tokoferol. Fungsi utamanya adalah untuk melindungi membran
sel dari stress oksidatif. Konsentrasi yang paling tinggi dari vitamin E dibawa ke
lapisan yang paling dalam daru stratum korneum oleh sekresi kelenjar sebasea.
Kadar vitamin E dapat menurun bahkan setelah sekali paparan dosis dari UVR
yang suberitemogenik,
Penelitian pada binatang dan manusia dalam jumlah besar telah
menunjukkan terjadinya penurunan pada peroksidasi lipid, photoaging,
imunosupresi dan fotokarsinogenesis setelah pemakaian vitamin E topikal. Pada
tingkat molecular, -tokoferol menurunkan kadar transkripsi MMP-1 dan
menghambat pembentukan thymine dimer, yang mengakibatkan pelambatan
proses perusakan kolagen dan mutagenesis secara bertuut-turut. Perlindungan
melawan pembentukan dimer telah dipercaya sebagai hasil dari antioksidan dan
ROS yang saling mempengaruhi daripada efek penyerapan UV-B oleh tabir surya.

13
Vitamin C dan E bekerja dalam suatu rangkaian dalam sebuah jaringan
rumit dari reaksi redox untuk mencegah stress oksidatif. Vitamin C meregenerasi
vitamin E teroksidasi di tempat peroksidasi lipid. Vitamin C yang teroksidasi
membutuhkan GSH untuk regenerasinya. Interaksi ini menjaga cadangan
antioksidan di dalam jaringan kulit. Dibandingkan dengan vitamin C sendiri,
kombinasi dari 15% L-ascorbic acid dan 1% -tokoferol melipatgandakan
perlindungan terhadap eritema akibat sinar UV, terbentuknya sunburn cell, dan
pembentukan thymine dimer. Terlebih lagi, agen penstabil seperti ferulic acid
1,5% dan phloretin, dua tanaman antioksidan yang berkhasiat, memberi
keuntungan yang lebih besar pada formula kombinasi vitamin C dan E,
kemungkinan dengan meningkatkan penyerapan vitamin ke kulit. Kombinasi ini
menghambat tanning kulit akibat terpapar sinar matahari dan imunosupresi pada
tikus dan tanning kulit pada manusia.
Vitamin A
Terdapat dua bentuk utama dari vitamin A yang digunakan pada preparat
topikal yaitu retinoid dan carotenoid. Carotenoid pada kulit membersihkan O2
dan menghentikan proses peroksidasi lipid. Pada penyinaran sinar UV,
konsentrasi carotenoid pada kulit, -caroten dan likopen, berkurang secara nyata.
Dalam bentuk topikal, retinoid biasanya didapatkan pada tabir surya dan
kosmetik perawatan kulit. Keamanan dari retinyl palmitate, bentuk simpanan dari
vitamin A (retinol) telah mendapat pengawasan karena penelitian pada hewan
menimbulkan kesan terdapat efek photocarcinogenic akibat penyinaran sinar UV.
Meskipun demikian, bukti dari penggunaan retinoid topikal jangka panjang
terhadap kedokteran klinis menunjukkan bahwa mereka aman, Retinol dan
turunannya (tretinoin, isotretinoin, dan tazaroten) telah dipasarkan memiliki
khasiat antiaging. Mekanisme kerja dari molekul ini yaitu mengikat reseptor
nuklir, reseptor asam retinoat, dan retinoid X, yang akan menghambat ekspresi
AP-1 dan MMP-1. Manfaatnya yaitu meningkatkan produksi kolagen dan
peningkatan ketebalan epidermis.

14
Selenium
Selenium merupakan elemen penting untuk mengoptimalkan aktivitas
GSH peroxidase dan thioredoxin reductase, dan juga menjadi kofaktor untuk
regenerasi vitamin E. Secara umum, selenium sulfide dan L-selenomethionine
adalah bentuk umum yang digunakan untuk pemakaian topikal. Bentuk yang
terakhir telah menunjukkan memiliki penghantaran transepidermal yang lebih
baik. L-selenomethionine topikal meningkatkan dosis eritema minimal pada
percobaan terhadap manusia. Ketika dikombinasikan dengan vitamin E, selenium
telah menunjukkan terjadinya pengurangan lepuh akibat sinar UV, pigmentasi,
dan tumor kulit pada penelitian terhadap tikus
Silymarin
Silymarin dari tanaman milk thistle mengandung kombinasi dari 3 macam
flavonoid, silybin, dan silychristin. Diantara tiga macam flavonoid tersebut,
silybin memiliki potensi biologis paling tinggi untuk membersihkan ROS dan
mencegah oksidasi lipoprotein. Pemakaian secara topikal dari silymarin
menghambat sunburn cell, menurunkan pyrimidine dimer dan menurunkan tumor
kulit pada tikus tak berambut.
Teh polifenol
Teh mengandung kadar polifenol yang kaya dalam bentuk epikatekin,
epicatechin-3-gallate, epigallocatechin, dan epigallocathechin-3-gallate. Ekstrak
teh yang tidak difermentasi memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi,
yang telah mengurangi iklan teh hijau, teh hitam dan teh oolong. Seperti
antioksidan lain, teh polifenol tidak stabil dan bagian besar dari aktivitas biologi
mereka hilang dalam durasi yang singkat. Formulasi topikal dari polifenol, telah
distabilisasi oleh butylated hydroxytoluene untuk menurunkan tingkat kerentanan
terhadap oksidasi. Oleh karena itu, penting untuk diketahui bahwa tidak semua
produk yang mengandung ekstrak teh mampu menunjukkan level yang sama
dengan preparat antioksidan lain. Sebagai antioksidan, teh polifenol lebih poten
dibandingkan vitamin C dan E dalam memebersihkan ROS. Sebagai tambahan,
teh polifenol khususnya epigallocathecin-3-gallate,, memiliki efek anti inflamasi

15
dan efek antikarsinogenik, juga mampu menghambat akitivitas kolagenase. Pada
penelitian terhadap manusia, eritema dan penurunan LC telah diperiksa.
Isoflavon Kedelai
Kacang kedelai mengandung isoflavon dalam bentuk genistein dan
daidzein. Diit tinggi kacang kedelai, bersifat protektif melawan berbagai macam
kanker dan penyakit kardiovaskuler. Isoflavon juga diketahui antikarsinogenik
melaui scavenger dari peroxy radikal lemak. Pemakaian genistein secara topikal
telah menunjukkan penurunan terjadinya kerusakan oksidatif, misalnya
imunosupresi dan inflamasi.

BAGIAN III : ANTIOKSIDAN DALAM FOTOPROTEKSI


Tabir surya masih menjadi salah satu cara yang dipakai masyarakat
secara luas untuk melindungi diri mereka dari sinar UV. Walaupun demikian,
karena pemakaian yang kurang tepat dan juga kompensasi terhadap paparan di
mana pengguna tabir surya cenderung untuk berada di bawah sinar matahari lebih
lama, tingkat perlindungan UV jauh lebih rendah dalam prakteknya daripada yang
tercantum di label produk. Lebih jauh lagi, tabir surya di pasar cenderung untuk
menawarkan lebih banyak perlindungan terhadap UVB dibanding perlindungan
terhadap UVA. Tabir surya mungkin tidak menawarkan perlindungan yang
memadai terhadap UVA yang disebabkan ROS. Bahkan, Haywood dkk. telah
menunjukkan bahwa tabir surya dengan perlindungan terhadap UV spektrum luas
hanya mengurangi pembentukan radikal bebas sebanyak 5 %. Oleh karena itu,
pemakaian antioksidan topikal dapat memberikan manfaat tambahan untuk
perlindungan dari filter UV
Manfaat perlindungan yang berasal dari penggabungan antioksidan
dengan tabir surya telah dibuktikan dalam penelitian terhadap manusia. Dalam
sebuah penelitian oleh Matsui dkk, peserta menerima dua produk topikal: satu
tabir surya dengan SPF 25 (SS) dan tabir surya yang sama dengan antioksidan
campuran kafein, vitamin E dan vitamin C, ekstrak pallida echinacea, ekstrak
gorgonian, dan minyak esensial chamomile (SS+AOx). Setelah penyinaran sinar
UV ke kulit, kelompok SS+AOx mengalami penurunan kadar MMP-1 17% lebih

16
besar dibandingkan dengan kelompok SS. Kedua kelompok SS dan SS+AOx juga
dilindungi terhadap penurunan LC. Wu dkk. menggunakan desain penelitian
serupa dengan preparat antioksidan yang mengandung vitamin C, vitamin E,
ekstrak chamomile, ekstrak Echinacea pallida, dan kafein. Para peneliti
menemukan Kelompok SS+AOx memiliki perlindungan yang signifikan terhadap
induksi MMP-9, pembentukan pigmen, dan penanda terkait dengan
hiperproliferasi epidermis, ketika dibandingkan dengan tabir surya atau
antioksidan sendiri. Data ini menambah pengetahuan yang telah berkembang
bahwa antioksidan dapat meningkatkan perkembangan nilai tabir surya tetapi
penelitian in vivo yang lebih mendalam diperlukan untuk menentukan antioksidan
terbaik untuk digunakan dalam formula tabir surya.
Meski banyak potensi manfaatnya, merumuskan produk yang
menggabungkan antioksidan dengan tabir surya adalah sebuah tantangan. Untuk
memastikan kemanjuran antioksidan pada produk akhir, sejumlah persyaratan
teknis harus terpenuhi. Pertama, antioksidan perlu memiliki kapasitas antioksidatif
yang tinggi dan hadir dalam konsentrasi tinggi. Kedua, antioksidan harus stabil
pada perumusan akhir. Secara umum, antioksidan secara inheren tidak stabil.
Dalam kasus vitamin E dan C, tokoferil asetat (bentuk stabil dari tokoferol) dan
ascorbyl palmitate (bentuk stabil dari asam askorbat) digunakan sebagai
pengganti. Namun, pengganti ini memiliki aktivitas biologis yang sangat rendah.
Antioksidan lainnya, seperti ubiquinone, idebenone, dan kinetin terdegradasi di
bawah paparan sinar UV. Ketiga, antioksidan perlu menembus stratum korneum
dan menjaga konsentrasi yang adekuat di epidermis dan dermis. Di sisi lain, kita
menginginkan filter UV stabil pada permukaan kulit dan tidak menembus kulit.
Tujuan yang bertentangan antara memberikan antioksidan dan filter UV membuat
tantangan tambahan dalam perumusan akhir. Wang dkk. menunjukkan bahwa
tabir surya yang mengandung antioksidan melindungi terhadap radikal bebas, tapi
hampir semua produk tabir surya yang diuji ini tidak memiliki atau sangat minim
kapasitas antioksidannya untuk menetralisir radikal bebas. Faktanya, penelitian
menunjukkan bahwa perlindungan terhadap bebas radikal seluruhnya berasal dari
filter UVA dalam tabir surya.

17
KESIMPULAN
ROS yang berasal dari sumber endogen dan eksogen, seperti radiasi UV
dan polusi, dapat merusak DNA, membran lipid, dan struktur protein, dan juga
berperan dalam percepatan photoaging dan pertumbuhan kanker kulit. Meskipun
pertahanan antioksidan bawaan tubuh dapat menetralisir ROS, agen pelindung ini
mungkin kewalahan dan berkurang kadarnya ketika dihadapkan dengan stres
oksidatif dalam jumlah yang berlebihan. Pemberian antioksidan topikal memiliki
potensi untuk memberikan manfaat tambahan, namun masih banyak tantangan
untuk menggabungkan antioksidan pada perawatan kulit dan formula tabir surya.

Telah dibacakan tanggal 7 Maret 2016


Moderator

Dr. Soejoto, PAK, Sp.KK (K)

18

Anda mungkin juga menyukai