Anda di halaman 1dari 42

Judul Asli : Benign Neoplasias and Hyperplasias of Melanocytes

Penulis : James M. Grichnik, Arthur R. Rhodes & Arthur J. Sober


Diambil dari : Grichnik JM, Rhodes AR, Sober AJ. Benign Neoplasias and
Hyperplasias of Melanocytes. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatricks
dermatology in general medicine. Edisi ke-8. Volume 1. New York:
Mc. Graw-Hill Companies; 2012. Hal. 1377-1392
Penerjemah : Husnul Cut Wahyuni

NEOPLASIA JINAK DAN HIPERPLASIA MELANOSIT

Lesi-lesi proliferatif melanositik jinak membentuk suatu spektrum kelainan


yang berkisar dari akumulasi sel masif di beberapa elemen jaringan sampai fokus
epidermal dengan peningkatan jumlah melanosit epidermal. Sejumlah lesi ini dapat
dibagi menjadi neoplasia melanositik dan hiperplasia melanositik. Istilah neoplasia
melanositik digunakan untuk menunjukkan adanya sel melanositik dalam sarang
epidermis [didefinisikan sebagai adanya tiga atau lebih sel melanositik yang
mengalami kontak langsung (juga dikenal sebagai thque)], di dalam dermis, atau di
jaringan lain. Neoplasma melanositik disebut sebagai nevi (tunggal: nevus) dan sel
melanositik yang membentuk sejumlah nevus ini disebut sebagai nevomelanosit.
Istilah hiperplasia melanositik digunakan untuk menunjukkan peningkatan jumlah
melanosit yang terbatas hanya di lapisan basal epidermis.
Kejadian molekuler spesifik yang menyebabkan noplasia dan hiperplasia
melanositik mulai diketahui lebih jelas. Mengingat adanya sel imatur (lebih sedikit
melanisasi) di sejumlah neoplasia melanositik, kemungkinan ada mutasi spesifik yang
mendasari (seperti N-RAS, GNAQ, dan B-RAF) dan mengganggu perkembangan
melanositik normal serta menyebabkan akumulasi nevosel melanositik yang tidak
menyelesaikan proses migrasi dan diferensiasi normal. Hiperplasia melanositik terdiri
atas melanosit epidermal dengan konsentrasi yang lebih banyak sehingga nampak
terjadi perubahan mekanisme homeostatik melanositik normal. Berbagai perubahan
ini dapat terjadi akibat kelainan melanositik primer [seperti mutasi yang dipicu sinar
ultraviolet (UV)] atau perubahan sinyal homeostatik di lingkungan lokal (mungkin
dipicu oleh mutasi di dalam keratiosit, fibroblast, atau sel lokal lain).
Kelompok kelainan heterogen ini sekarang sudah mulai dikelompokkan
berdasarkan gambaran klinis dan karakteristik mikroskopiknya. Neoplasia yang
dilaporkan meliputi nevus nevomelanositik kongenital (NNK), nevus spilus, nevus
nevomelanositik didapat biasa (kecuali nevus atipik/displastik yang di bahas di Bab
123), nevus biru, nevus sel spindel berpigmen (NSSB), nevus Spitz, dan nevus
nodalis. Melanoma kutaneus dibahas secara terpisah di Bab 124. Hiperplasia
melanositik jinak yang dibahas di bab ini meliputi lentigo simpleks (termasuk lentigo
yang berkelompok atau agminated lentigenes) dan lentigo solaris.

NEVUS NEVOMELANOSITIK KONGENITAL


Sekilas tentang nevus nevomelanositik kongenital
Neoplasma melanositik sering menunjukkan adanya gambaran infiltrasi
nevomelanositik luas di dermis yang dapat turut melibatkan jaringan adiposa dan
otot di bawahnya.
Lesi dapat berukuran kecil atau menutupi sebagian besar permukaan tubuh. Nevus
umumnya berwarna lebih gelap dari kulit di sekitarnya, memiliki permukaan
rugosa atau halus yang meninggi, dan dapat menunjukkan gambaran rambut yang
lebih panjang, gelap dan tebal.
Sudah ditemukan sejak lahir (atau segera setelahnyanevus nevomelanositik
kongenital tarda).
Lesi berukuran besar memiliki risiko yang bermakna untuk berkembang menjadi
melanoma. Lesi di kepala atau linea mediana serta lesi nevus nevomelanositik
kongenital berukuran besar dengan lesi satelit menunjukkan peningkatan risiko
terjadinya kelainan leptomeningeal.
Sinonim: nevus garmen, nevus pigmentosus et pilosus, nevus raksasa, nevus
verukosa, dan nevus berpigmen raksasa.

EPIDEMIOLOGI
Mayoritas NNK yang ditemukan saat lahir berukuran kecil dan tunggal, serta
tidak ditemukan adanya predileksi berdasarkan jenis kelamin. Angka prevalensi NNK
yang dianggap paling akurat diperoleh dari suatu kelompok etnik homogen yang
menjalani pemeriksaan biopsi untuk semua lesi berpigmen dan terdiri atas 841 bayi
kulit putih yang diperiksa dalam waktu 72 jam setelah lahir: dari 21 bayi dengan lesi
berpigmen, 7 bayi (0,83% dari 841) terbukti memiliki nevus nevomelanositik dari
hasil biopsi. Menurut penelitian lain, prevalensi NNK nampak sedikit lebih tinggi
pada keturunan non-kulit putih dibandingkan kulit putih. Banyak penelitian lain yang
juga memperoleh hasil serupa. NNK dengan diameter 99 mm atau lebih hanya
ditemukan pada 1 dari 20.000 neonatus, dan NNK dengan distribusi garmen hanya
ditemukan pada 1 dari 500.000 neonatus. Telah ditemukan adanya agregasi familial
pada NNK yang berukuran besar maupun kecil (Gambar 122-1).
Gambar 122-1. Agregasi familial dari nevus nonmelanositik kongenital kecil. Perhatikan adanya
nevus kongenital kecil di paha seorang anak laki-laki usia 3 tahun dan di punggung kakak laki-lakinya
yang berusia 5 tahun.

Perbedaan untuk adanya NNK raksasa telah ditemukan pada sekurangnya tiga kasus
bayi kembar dan dua kasus kembar non-identik.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


NNK merupakan suatu abnormalitas pada proses perkembangan melanositik
normal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh mutasi (seringnya NRAS) yang terjadi
pada sel progenitor yang menyebabkan akumulasi sel melanositik abnormal yang
berlebihan sepanjang jalur migrasi pada masa perkembangan normal. Kejadian yang
menyebabkan akumulasi nevomelanosit juga dapat memiliki efek pada jaringan di
sekitarnya (seperti adanya rambut yang lebih panjang/gelap) mungkin karena
terjadinya perubahan lingkungan sitokin lokal dari nevosel melanositik. Gambaran
klinis seperti adanya nevus kongenital yang terbelah di kelopak mata (Gambar 122-2)
dapat memberikan petunjuk pada kita mengenai kapan kejadian ini terjadi.

Gambar 122-2. Nevus nevomelanositik kongenital yang terbelah. Nevus ini nampak menyatu saat
kelopak mata tertutup, yang menunjukkan bahwa lesi ini terbentuk pada masa perkembangan janin
sebelum kelopak mata mulai terbelah (yaitu sebelum usia kehamilan 24 minggu).

Kelopak mata terbentuk antara masa 5 sampai 6 minggu in utero, mulai menyatu pada
masa 8 sampai 9 minggu, dan kembali terbuka pada bulan ke enam kehamilan.
Karena lesi ini nampak berlanjut dari kelopak mata atas dan bawah, dapat
diperkirakan bahwa nevomelanosit bermigrasi ke lokasi ini selama atau setelah
kelopak mata menyatu namun sebelum kelopak mata ini kembali terbelah.

GAMBARAN KLINIS

Gambar 122-3. Pendekatan untuk pasien dengan nevus nevomelanositik kongenital (NNK). MRI =
magnetic resonance imaging.
RIWAYAT
Sebagian besar NNK sudah ditemukan sejak lahir; namun, juga ada varian
nevus nevomelanositik langka berukuran besar (>1,5 cm) yang baru muncul antara
usia 1 bulan sampai 2 tahun, menurut pengamatan orang tua dan didukung oleh bukti
foto (nevus kongenital tarda). Saat anak tumbuh, NNK seharusnya turut berkembang
secara proporsional dan akan terus mengalami maturasi. Riwayat adanya
pertumbuhan yang tidak proporsional, terutama setelah 6 bulan, atau terjadinya
perubahan yang tidak seragam dapat menimbulkan kecurigaan untuk adanya
melanoma. Varian NNK besar maupun kecil pernah dilaporkan mengalami
kehilangan pigmen, depigmentasi bentuk halo, dan bahkan regresi.

LESI KUTANEUS
Meskipun NNK secara umum berukuran lebih besar dari nevus didapat, untuk
lesi dengan diameter kurang dari 1,5 cm tidak ada batasan ukuran spesifik yang dapat
digunakan untuk memprediksi apakah suatu nevus bersifat kongenital atau didapat
secara akurat. Lesi yang mencapai diameter 1,5 cm atau lebih kemungkinan
merupakan nevus kongenital, nevus melanositik atipik, atau melanoma.
Belum ada cara yang cukup baik untuk menentukan apakah NNK berukuran
kecil atau besar. Definisi umumnya didasarkan pada kemudahan dalam mengangkat
nevus dan akan disebut kecil bila mereka dapat dieksisi dan luka yang terbentuk dapat
menutup secara primer tanpa menyebabkan deformitas yang bermakna. Ada kriteria
tanpa dasar jelas yang juga membagi ukuran sebagai kecil (<1,5 cm), sedang (1,5
19,9 cm), dan besar (20 cm). Ukuran ini tentunya bersifat relatif menurut lokasi
anatomis dan pasien. Ukuran raksasa umumnya didefinisikan sebagai lesi yang
ukurannya sebesar telapak tangan pasien bila muncul di kepala dan leher (dan dua
kali luas area tersebut untuk lokasi anatomis lain), 30% luas permukaan tubuh, atau
900 cm2 pada dewasa (atau kurang bila melibatkan area anatomis utama).

Gambar 122-4. Nevus berpigmen kongenital raksasa dengan distribusi menyerupai pakaian renang.
Perhatikan adanya nevi satelit.

Tergantung pada definisi yang digunakan, lesi yang dianggap berukuran lecil atau
sedang selama masa neonatus masing-masing dapat dianggap berukuran sedang atau
besar pada akhir masa kanak-kanak atau dewasa, mengingat bahwa NNK dapat
berkembang sesuai dengan proporsi lokasi anatomis yang terkena.
Kontur NNK biasanya halus, rata, dan berbatas tegas, dan tanda pada kulit
nampak menunjukkan sedikit distorsi pada permukaan kulit bila diperiksa
menggunakan lampu dari arah yang miring. Beberapa NNK relatif tidak berambut.
Namun, dapat diemukan adanya rambut yang kasar, panjang, dan berpigmen gelap
pada saat lahir, muncul pada usia satu sampai dua tahun, atau baru muncul beberapa
tahun kemudian. Lesi dapat menunjukkan permukaan yang halus, bergelombang,
rugosa, verukosa, serebriformis, atau berlobus kasar. NNK dengan gambaran
serebriformis dapat nampak sebagai suatu cutis verticis gyrata.
Dermoskopi dapat menunjukkan pola retikularis atau globuler/cobblestone
pattern dan dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi fokus melanoma kecil. pada
nevus konenital yang berukuran besar, dapat ditemukan adanya variabilitas yang
cukup besar dalam hal pigmentasi dan struktur, dan melanoma dapat terbentuk di
komponen bagian dalam sehingga pemeriksaan dermoskopi mungkin kurang
bermanfaat pada sejumlah lesi ini.
Beberapa varian NNK tertentu yang menunjukkan gambaran atipik dan khas
karena adanya pigmentasi yang tidak merata, berwarna coklat gelap, hitam, atau
pigmentasi birukehitaman maupun adanya pigmentasi yang terputus-putus serta tepi
lesi yang tidak berbatas tegas dan/atau ireguler, sering berhubungan dengan gambaran
histopatologis atipik. NNK dengan pigmentasi yang sangat gelap jarang ditemukan
pada individu kulit putih dan menunjukkan kemungkinan adanya gambaran
histopatologis atipik. Pada bayi berkulit gelap, NNK biasanya nampak berpigmen
gelap.

KELAINAN FISIK TERKAIT


NNK di kepala, leher atau linea mediana posterior, dan/atau adanya lesi satelit
multipel terkait dengan NNK berukuran besar dapat dipersulit dengan adanya
melanositosis leptomeningeal kranial dan/atau spinal. Fenomena ini dapat nampak
asimptomatik atau dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus komunikata maupun
nonkomunikata, kejang, defisit neurologis fokal, retardasi mental, atau bahkan
melanoma. NNK tidak harus berukuran raksasa untuk dapat berhubungan dengan
sejumlah kelainan ini.
Ditemukan hubungan yang bermakna antara neurofibromatosis dan NNK
raksasa. Pada sebuah penelitian dari Crowe dkk, 3 dari 223 pasien dengan
neurofibromatosis menunjukkan gambaran NNK luas. Pada sebuah monograf
mengenai neurofibromatosis, von Recklinghausen melaporkan bahwa 1 dari 28
pasien mengalami NNK raksasa. Dapat terbentuk suatu tumor terkait dengan varian
NNK raksasa yang tidak dapat dibedakan dari neurofibroma tanpa adanya
neurofibromatosis von Recklinghausen.
Degenerasi ganas dari NNK raksasa dapat berhubungan dengan nodul dermis
atau subkutan yang muncul secara tiba-tiba, pigmentasi yang sangat gelap, rasa gatal,
nyeri, perdarahan, atau ulserasi. Selain itu, melanoma terkait NNK nampak dapat
terbentuk di lokasi nonepidermal. Oleh karena itu, deteksi dini melanoma terkait
NNK raksasa mungkin akan sulit dilakukan dan kelainan ini tidak dapat terdeteksi
sampai muncul suatu nodul dermis atau penyakit metastatik. Pasien dengan
melanoma terkait NNK raksasa biasanya menunjukkan prognosis yang buruk.
Berbeda dengan melanoma pada umumnya, tidak terdapat predileksi etnik untuk
melanoma yang terbentuk pada NNK raksasa. Ada sejumlah kasus dimana terbentuk
melanoma yang mematikan terkait lesi NNK kecil, sedang, besar dan raksasa pada
anak kulit hitam.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HISTOPATOLOGI
NNK ditandai oleh adanya nevomelanosit di epidermis serta thques dan/atau
nevomelanosit yang tersusun rapi di dermis, yang nampak dalam bentuk lembaran,
sarang, untaian, dan/atau sel tunggal. Meskipun gambaran histopatologis dilaporkan
dapat bermanfaat untuk membedakan apakah nevus bersifat kongenital atau didapat,
tidak ada gambaran yang dianggap memiliki spesifisitas dan sensitivitas absolut.
Gambaran histopatologis dari NNK yang sangat besar dapat dibagi menjadi tipe
nevomelanositik, neuroid, sel epitelioid dan/atau sel spindel, tipe blue, dan tipe
campuran.
Pada NNK luas tipe nevomelanositik, gambaran histopatologis dapat serupa
dengan nevus didapat biasa, dengan gambaran nevomelanosit di epidermis serta
thques dan/atau nevomelanosit di papila dermis dalam bentuk lembaran, untaian,
atau sarang. Dibandingkan dengan nevus didapat, NNK lebih mungkin menunjukkan
adanya novomelanosit di dua pertiga bawah lapisan retikularis dermis dan
berhubungan dengan struktur adneksa serta neurovaskuler (Gambar 122-5).

Gambar 122-5. Gambaran histopatologis nevus nevomelanositik kongenital. Nevomelanosit pada


gambaran dengan pembesaran rendah (A) menunjukkan akumulasi padat di dua pertiga bawah dermis;
pada pembesaran sedang (B), sejumlah sel ini nampak menembus struktur adneksa dermis (folikel,
sebasea, dan ekrin); serta pada pembesaran kuat (C) menunjukkan penumpukan padat dari sel
nevomelanositik kecil.
Pada NNK dapat ditemukan adanya keterlibatan dari satu atau lebih struktur apendiks
seperti duktus ekrin, dan sejumlah struktur ini dapat berjumlah sangat banyak dan
mengalami malformasi. Vena mungkin lebih sering terlibat, dimana terlihat adanya
gambaran inflamatorik dengan nevomelanosit di dalam dan di sekitar dinding
pembuluh darah. Dapat ditemukan protrusi nevomelanosit subendotel yang bermakna
di pembuluh limfe. Erektor pili dapat mengalami malformasi, membesar, dan
diinfiltrasi oleh nevomelanosit. Folikel rambut sering nampak berukuran besar
disertai dengan adanya melanin dalam jumlah besar di bulbus rambut. Nevomelanosit
di lapisan retikularis dermis bagian bawah dapat tersebar dalam bentuk sel tunggal
atau satu untaian sel yang terletak di antara bundel kolagen, lembaran sel, atau
kombinasi dari beberapa pola yang berbeda.
Pada NNK raksasa tipe neuroid, elemen melanositik menunjukkan gambaran
menyerupai korpuskulum WagnerMeissner (lames foliace), suatu susunan sel
seperti pagar mengelilingi massa seluler yang terdiri atas suatu bahan homogen
(badan Verocay), serta adanya saraf yang diselubungi oleh jaringan neuroid (pipa
neuroid). Nevus tipe neuroid dapat menyebabkan terbentuknya lobulasi dan
penumpukan jaringan berlebih (penampilan pakidermatosa atau serebriformis)
terutama akibat produksi elemen jaringan ikat seperti reticulin, kolagen, dan kadang
stroma musinosum. NNK raksasa tipe neuroid dapat menunjukkan penampilan
menyerupai neurofibroma berpigmen dan dapat berhubungan dengan anomali
kongenital tulang (club foot, spina bifida, dan atrofi) serta varian morfologis
neurosarkomatosa dari melanoma.
Pada NNK raksasa tipe sel spindel dan/atau epitelioid, seluruh atau sebagian
dermis dapat mengalami infiltrasi oleh sarang atau lembaran sel epitelioid dan/atau
sel spindel. Berbeda dengan varian sel epitelioid didapat dan/atau nevus sel spindel,
elemen sel epitelioid dan sel spindel pada NNK dapat ditemukan di bagian dalam
lapisan retikularis dermis, sering kali becampur dengan elemen neuroid dan
nevomelanosit. Elemen sel epitelioid dan/atau sel spindel pada NNK raksasa dapat
menunjukkan gambaran sel dan susunan arsitektur atipik, sehingga sangat sulit untuk
dibedakan dari melanoma. Pada beberapa kasus, sel epitelioid besar dapat ditemukan
di bagian superfisialis zona papilaris nevus, dan nevomelanosit yang berukuran lebih
kecil dapat ditemukan di lesi yang sama pada zona yang terletak lebih dalam di
lapisan retikularis dermis, dimana kedua elemen ini nampak dipisahkan oleh suatu
zona grenz.
Pada NNK raksasa tipe biru (melanositik dermis), gambaran dapat
menyerupai nevus biru raksasa, atau lesi dapat menunjukkan adanya elemen nevus
biru (baik tipe biasa atau seluler) berupa sel melanositik berbentuk spindel yang
sangat berpigmen saja atau bercampur dengan nevomelanosit di lapiran retikularis
dermis maupun jaringan yang terletak lebih dalam. Mungkin ditemukan adanya
kesamaan biologis dengan nevus Ito/Ota dan Mongolian spot.
Gambaran khas dari NNK yang berukuran sangat besar adalah dapat
ditemukannya nevomelanosit dalam substansi otot, tulang, plasenta, tali pusat, tulang
kranium, dan dura mater. NNK yang sangat luas dapat bercampur dengan elemen
malformasi vaskuler, hemangioma, meningkatnya jumlah sel mast, tulang rawan,
kalsifikasi, dan bahkan tulang. Mungkin ditemukan sejumlah kecil infiltrat sel
mononuklear pada sejumlah kasus NNK raksasa. Selain melanoma, tumor lain yang
dapat berhubungan dengan NNK meliputi schwannoma, tumor neuroid, lipoma,
rhabdomiosarkoma, neurofibroma, nevus sebasea, hemangioma, limfangioma, dan
mastositoma. Salah satu kemungkinan penyebab terbentuknya sejumlah neoplasma
campuran yang mengandung sel melanositik, neuronal, serta sejumlah elemen lain
tersebut adalah karena sel prekursor NNK, setidaknya pada beberapa kasus,
merupakan suatu stem sel pluripoten yang memiliki kapasitas untuk membentuk
beberapa jenis sel yang berbeda.
Pada NNK raksasa, nevomelanosit telah ditemukan di limfonodi regional
tanpa bukti adanya penyakit metastatik progresif. Masih belum diketahui apakah
penumpukan ini terjadi selama proses migrasi sel melalui dermis atau akibat
terjadinya migrasi dari kulit setelah terbentuk neoplasma. Adanya nevomelanosit dari
sejumlah lesi ini di jaringan limfonodi tidak menunjukkan adanya keganasan (lihat
bagian Nevus Nodalis).
NNK juga dapat membentuk nodul proliferatif yang dapat sulit dibedakan dari
melanoma.

PEMERIKSAAN KHUSUS
Untuk pasien yang dicurigai mengalami kelainan leptomeningeal, perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan magnetic resonance imaging. Untuk
pasien yang dicurigai mengalami melanoma metastatik, dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan pemeriksaan positron emission tomography scan.

DIAGNOSIS BANDING
Kotak 122-1. Diagnosis banding nevus nevomelanositik kongenital
Makula caf-au-lait
Nevus spilus
Lentigo simpleks
Nevus Ota/Ito
Melanositosis dermis (Mongolian spot)
Melanosis Becker
Hamartoma erektor pili (otot polos)
Nevus epidermal
Nevus sebaseus
Mastositoma tunggal

KOMPLIKASI
Sering ditemukan adanya hubungan antara melanoma dan NNK besar. Risiko
terjadinya melanoma nampak berbanding lurus dengan ukuran nevus kongenital.
Risiko kumulatif 5 tahun adalah sekitar 2,3% sampai 5,7% pada pasien dengan nevus
kongenital yang melibatkan lebih dari 5% luas permukaan tubuh. Risiko melanoma
selama hidup untuk pasien dengan NNK yang berukuran sangat besar diperkirakan
sekurangnya 6,3%, berdasarkan pada hasil penelitian lanjutan menggunakan
kuesioner yang melibatkan 151 individu dengan NNK yang diperiksa antara tahun
1915 sampai 1973 di Denmark. Melanoma dapat terbentuk kapanpun pada lesi NNK
besar, namun diagnosis melanoma umumnya ditegakkan antara usia 35 tahun pada
sekitar separuh kasus yang dipublikasikan dimana pasien pada akhirnya akan
mengalami melanoma terkait NNK raksasa.
Hubungan sebab akibat antara melanoma dan NNK kecil nampak lebih sulit
dibuktikan dari NNK besar. Saat dilakukan pemeriksaan gambaran histopatologis, 6%
sampai 8% melanoma primer ditemukan terhubung dengan nevus yang menunjukkan
gambaran mikroskopik khas NNK. Temuan ini mendukung konsep risiko terjadinya
melanoma bahkan pada nevus kongenital yang berukuran kecil, mengingat
kemungkinan adanya hubungan berdasarkan luas permukaan tubuh yang terlibat.
Untuk NNK di kepala, linea mediana, atau NNK dengan lesi satelit multipel,
terdapat risiko terjadinya kelainan leptomeningeal. Melanositosis leptomeningeal
simptomatik memiliki prognosis yang buruk, bahkan tanpa adanay degenerasi ganas.

PROGNOSIS DAN PERJALANAN KLINIS


NNK menunjukkan evolusi yang dinamis selama pertumbuhan tubuh
manusia. NNK yang muncul saat lahir biasanya akan menyebabkan sedikit distorsi
pada permukaan kulit sehingga akan nampak saat diperiksa menggunakan cahaya dari
posisi miring dan permukaannya dapat makin meninggi seiring berjalannya waktu.
Pigmentasi di permukaan lesi juga dapat mengalami perubahan. NNK berpigmen
terang dapat menjadi berpigmen gelap, dan NNK berpigmen gelap pada akhirnya
dapat menunjukkan pigmentasi yang lebih terang. NNK juga dapat menunjukkan
gambaran depigmentasi berbentuk halo, yang menunjukkan potensi terjadinya regresi
spontan. Hilangnya pigmentasi nampak berhubungan dengan regresi nevomelanosit
yang pada beberapa kasus nampak digantikan oleh sklerosis. NNK yang relatif tidak
berambut saat lahir nantinya dapat membentuk rambut yang panjang, gelap dan kasar,
atau dapat menunjukkan kepadatan rambut yang relatif normal. Dengan beberapa
pengecualian, bertambahnya ukuran NNK umumnya berbanding lurus dengan
besarnya pertumbuhan dari tiap zona anatomis, meskipun dapat terjadi ekspansi cepat
yang tidak proporsional pada sejumlah nevus kongenital selama satu tahun pertama
setelah lahir. Ukuran lesi pada individu dewasa umumnya nampak stabil.

TERAPI
Terapi untuk NNK, besar maupun kecil, umumnya bergantung pada risiko
terjadinya melanoma ditambah dengan pertimbangan kosmetik dan fungsional.
Melanoma dapat muncul pada NNK yang berukuran sangat besar bahkan pada
beberapa tahun pertama setelah lahir. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk
melakukan eksisi sesegera mungkin pada NNK yang berukuran sangat besar, namun
mungkin sebaiknya ditunggu sampai setelah usia 6 bulan untuk mengurangi risiko
akibat pembedahan dan anestesi. Penanganan pasien dengan NNK yang sangat besar
harus ditentukan secara individual. Pada kasus dengan keterlibatan permukaan tubuh
yang sangat luas, dimana hanya ada sedikit atau tidak tersisa kulit normal yang dapat
digunakan untuk cangkok kulit, mungkin sebaiknay tidak dilakukan eksisi profilaksis
dan dilakukan pemeriksaan kontrol semasa hidup untuk mendeteksi tanda awal
munculnya keganasan. Mungkin kita tidak dapat mengangkat seluruh nevomelanosit
pada NNK yang berukuran sangat besar, terutama bila lesi melibatkan struktur yang
vital atau zona anatomis dalam. Tujuan terapi adalah membuang sebanyak mungkin
nevus sembari mempertahankan fungsi serta memperbaiki penampilan secara
kosmetik. Indikasi lain untuk eksisi bedah pada NNK yang berukuran sangat besar
meliputi pruritus kronik, ulserasi, dan infeksi. Berbeda dengan bedah eksisi,
dermabrasi dan jenis terapi destruktif lain tidak dapat menghilangkan potensi
keganasan dari NNK; nevomelanosit mungkin masih tersisa di dermis, dan hasil
kosmetik setelah dilakukan terapi destruktif umumnya tidak dapat diprediksi. Pernah
dilaporkan adanya melanoma setelah dilakukan terapi dermabrasi untuk NNK
berukuran besar. Pseudomelanoma pernah ditemukan setelah dilakukan terapi laser
untuk NNK raksasa.
Terapi untuk NNK kecil perlu dipertimbangkan dengan seksama. Nampaknya
risiko terjadinya melanoma bergantung pada ukuran NNK, sehingga, lesi yang
berkuran lebih kecil nampak memiliki risiko yang lebih rendah. Namun, karena
ukuran yang lebih kecil, nevus kongenital yang berukuran kecil umumnya dapat
dieksisi total dengan relatif mudah, sehingga dapat diperoleh hasil kosmetik yang
sangat baik. Meskipun NNK dengan gambaran atipik mungkin perlu segera dieksisi,
dapat dilakukan pengawasan ketat tanpa eksisi pada lesi yang secara klinis nampak
jinak, dengan mempertimbangkan gambaran makroskopik, ukuran, lokasi, serta efek
kosmetik dan gangguan fungsional (atau perbaikan) yang dapat terjadi akibat eksisi,
serta kondisi kesehatan pasien secara umum. Mengingat risiko dari pemberian
anestesi umum, untuk lesi yang dianggap risiko rendah selama sepuluh tahun pertama
setelah lahir, sebaiknya ditunggu sampai anak cukup usia untuk dapat mentoleransi
anestesi lokal. Semua NNK perlu dicatat saat lahir, terutama dalam bentuk foto
resolusi tinggi yang dapat digunakan untuk membantu pemeriksaan kontrol lanjutan
oleh orang tua dan dokter. Pemeriksaan lanjutan dapat dipersulit oleh perubahan
evolusioner alamiah yang terjadi pada nevus selama masa pertumbuhan tubuh
(misalnya pada permukaan, ukuran, warna, dan rambut), dan mungkin perlu diambil
foto ulang secara berkala. Bila ditemukan adanya perubahan warna, permukaan, atau
ukuran yang dianggap mencurigakan, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan.

PENCEGAHAN
Sampai saat ini belum ada usaha pencegahan yang dapat membantu untuk
menghindari terbentuknya nevus kongenital. Mutasi yang dipicu radiasi UV (UVR)
jelas tidak berperan pada pembentukan awal lesi yang sudah ada sejak lahir. Belum
ada data mengenai paparan pada orang tua yang dapat menyebabkan terbentuknya
nevus kongenital pada anak mereka. Peranan paparan UVR di kemudian hari untuk
terjadinya melanoma sekunder masih belum jelas. Namun, sebaiknya lesi dilindungi
dari paparan UVR berlebih.

NEVUS SPILUS
Sekilas tentang nevus spilus
Kelompok neoplasia melanositik lokalisata yang terbentuk di atas lesi hiperplasia
melanositik. Elemen neoplastik di dalam lesi cenderung menunjukkan gambaran
histologis yang sama. Pada beberapa lesi, elemen yang lebih gelap mungkin hanya
menunjukkan peningkatan gambaran hiperplasia dibandingkan lesi di bawahnya.
Secara klinis, lesi terlihat sebagai sejumlah makula hiperpigmentasi dengan
elemen gelap yang datar atau meninggi dengan gambaran klinis yang serupa satu
sama lain.
Lesi awal dapat ditemukan sejak lahir, namun biasanya akan terbentuk selama satu
tahun pertama setelah lahir atau awal masa kanak-kanak. Elemen neoplastik atau
elemen hiperplastik dapat terus terbentuk di dalam lesi seiring berjalannya waktu.
Meskipun secara keseluruhan risikonya relatif rendah, pernah ditemukan adanya
melanoma di nevus spilus.
Nevus spilus (berasal dari bahasa Yunani spilos, yang berarti bintik)nevus
berbintik. Sinonim: nevus lentiginosa berbintik dan nevus lentiginosa
zosteriformis.
Varian yang terkait dengan terbentuknya kelompok neoplasia nevomelanositik
lokalisata tanpa latar belakang lesi hiperplasia melanositik umumnya disebut
sebagai nevus nevomelanositik berkelompok.
Varian terkait dengan terbentuknya kelompok hiperplasia melanositik lokalisata
tanpa latar belakang lesi hiperplasia melanositik disebut sebagai agminated
lentigines (lihat bagian Lentigo Simpleks).

Gambar 122-6. Pendekatan untuk pasien dengan nevus spilus.

EPIDEMIOLOGI
Nevus spilus terbentuk pada kurang dari 0,2% neonatus, 1% sampai 2% anak
usia sekolah kulit putih, dan 2% dewasa kulit putih. Belum ada data mengenai
prevalensi untuk individu berpigmen gelap. Nampaknya tidak ada predileksi
berdasarkan jenis kelamin. Bila dilihat sebagai penanda risiko melanoma, nevus
spilus menunjukkan kecenderungan untuk lebih sering ditemui pada kasus melanoma
dibandingkan kontrol. Kopf dkk. mendeteksi adanya nevus spilus pada 5 (4,8%) dari
105 pasien dewasa kulit putih dengan melanoma dibandingkan dengan 14 (2,3%) dari
601 pasien di poliklinik kulit dan kelamin.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Nevus spilus diperkirakan terbentuk melalui jalur yang sama dengan nevus
kongenital, namun mutasi yang mendasari terjadinya akumulasi nevosel melanositik
masih pada dermis, defek genetik akan menghasilkan kelompok sel yang rentan
mengalami kelainan sekunder yang menyebabkan terbentuknya neoplasma
melanositik individual fokal di dalam lesi hiperplasia melanositik lokalisata. Mutasi
spesifik, kelainan kromosom (mosaikisme), dan/atau disregulasi jalur yang terlibat
dalam proses ini masih belum diketahui.

GAMBARAN KLINIS
RIWAYAT
Nevus spilus kadang dapat ditemukan saat lahir. Namun, lesi lebih sering
ditemukan selama satu tahun pertama setelah lahir atau awal masa kanak-kanak.
Biasanya ditemukan elemen dengan pigmentasi lebih gelap yang nampak datar atau
meninggi saat lesi pertama kali ditemukan, namun dapat muncul elemen berpigmen
baru seiring berjalannya waktu.

LESI KULIT
Secara klinis, lesi nampak sebagai makula/petak pigmentasi kecoklatan
sirkumskripta dengan gambaran yang serupa dengan lentigo atau makula caf-au-lait
termasuk adanya sejumlah elemen makula dan/atau papula nevomelanositik (atau
yang lebih hiperplastik) dengan pigmen yang lebih gelap. Diameter pigmentasi pada
makula awal berkisar antara kurang dari 1 cm sampai lebih dari 10 cm (Gambar 122-
7).
Gambar 122-7. Nevus spilus. A. Nevus spilus yang pertama muncul pada usia 3 tahun di pergelangan
kaki dan kaki dari seorang wanita kulit putih berusia 25 tahun. B. Nevus spilus kongenital pada lengan
seorang anak laki-laki kulit putih berusia 10 tahun.

Meskipun nevus spilus dapat terbentuk di mana saja, lesi terutama ditemukan di dada
dan ekstremitas. Pernah dilaporkan adanya nevus spilus yang terbelah di kelopak
mata. Lesi dapat terlokalisasi atau menunjukkan distribusi segmental. Dapat
ditemukan varian nevus spilus raksasa.

GAMBARAN KLINIS TERKAIT


Nevus spilus nampak berhubungan dengan anomali lain dari pembuluh darah,
sistem saraf pusat, atau jaringan ikat. Tumor granularis multipel dan nevus flammeus
pernah ditemukan bersama dengan nevus spilus raksasa. Varian nevus spilus
berukuran besar dapat berhubungan dengan atrofi otot, kelainan neurologis lain, dan
fakomatosis pigmentokeratotika.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HISTOPATOLOGI
Pigmentasi kecoklatan yang menjadi latar belakang lesi biasanya terdiri atas
peningkatan jumlah melanosit dengan pola lentiginosa epidermal. Pemeriksaan
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron dari nevus spilus dapat menunjukkan
gambaran makroglobulus melanin pada beberapa kasus. Elemen gelap dan datar pada
nevus spilus dapat menunjukkan fokus peningkatan hiperplasia melanositik atau
displasia melanositik (kelainan arsitektur dan atipia seluler yang bervariasi),
sementara elemen yang meninggi biasanya menunjukkan sekumpulan nevomelanosit
di epidermis dan/atau dermis. Elemen neoplastik nevus spilus juga dapat terdiri atas
nevus epitelioid dan/atau sel spindel, nevus dengan gambaran displastik, atau nevus
biru.

PEMERIKSAAN KHUSUS
Saat ini belum ada pemeriksaan molekuler yang dianggap bermanfaat.

DIAGNOSIS BANDING
Kotak 122-2. Diagnosis Banding Nevus Spilus
Nevi nevomelanositik berkelompok
Agminated lentigines
Melanosis Becker
Nevus nevomelanositik kongenital dengan pigmentasi heterogen
Makula caf-au-lait

KOMPLIKASI
Belum ada cukup data untuk memastikan perjalanan alamiah penyakit dari
nevus spilus atau untuk menentukan potensi keganasan dari lesi ini; namun, individu
yang mengalami kelainan ini perlu lebih waspada. Telah dilaporkan lebih dari 20
kasus melanoma yang terbentuk bersama dengan nevus spilus, dimana beberapa
kasus menyebabkan metastasis dan kematian.

PROGNOSIS DAN PERJALANAN KLINIS


Secara umum, nevus spilus merupakan lesi jinak yang dapat menghasilkan
lebih banyak elemen bintik seiring berjalannya waktu. Saat sudah terbentuk, lesi
nevus spilus diperkirakan akan menetap selama hidup, meskipun beberapa elemen
dalam nevus spilus atau bahkan keseluruhan lesi nevus spilus sendiri dapat
mengalami regresi seiring berjalannya waktu. Belum pernah dilakukan penelitian
lanjutan jangka panjang untuk nevus spilus.

TERAPI
Belum ada pedoman standar untuk penanganan pasien dengan nevus spilus.
Gambaran klinis (biasa atau atipik), riwayat stabilitas atau instabilitas elemen
berpigmen, onset kongenital atau nonkongenital, risiko terbentuknya melanoma, serta
masalah kosmetik perlu dipertimbangkan saat menentukan apakah akan dilakukan
eksisi atau direkomendasikan untuk melakukan evaluasi klinis secara berkala semasa
hidup. Elemen baru dan/atau tidak stabil yang nampak atipik pada nevus spilus perlu
dievaluasi menggunakan pemeriksaan histopatologis untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya melanoma. Suatu nevus spilus dengan gambaran displastik atau
kongenital dapat berisiko lebih besar untuk terbentuk melanoma.

PENCEGAHAN
Secara teoritis, peningkatan paparan UVR dapat menyebabkan terbentuknya
proliferasi nevomelanositik baru atau meningkatkan potensi ganas dari nevus spilus.

NEVUS NEVOMELANOSITIK DIDAPAT BIASA


Sekilas tentang nevus nonmelanositik didapat biasa
Suatu spektrum neoplasia nevomelanositik sering dibagi berdasarkan lokasi sel: sel
di epidermis (tautan), dermis (intradermal), atau kedua area (campuran). Secara
patologis, sel di bagian dermis yang lebih dalam cenderung berukuran lebih kecil
dan mengekspresikan antigen melanositik yang lebih sedikit. Jumlah melanosit di
epidermis mungkin nampak normal atau meningkat dibandingkan dengan kulit
normal di sekitarnya.
Secara klinis, lesi cenderung nampak seragam dan ukurannya relatif kecil.
Terutama terbentuk selama masa kanak-kanak/dewasa muda.
Meningkatnya jumlah nevus didapat menunjukkan peningkatan risiko
terbentuknya melanoma (Lihat Bab 123 dan 124).
Sinonim: nevus sel nevus, nevus nevoseluler, nevus nevositik, nevus lunak,
neuronevus, nevus berpigmen, tahi lalat berpigmen, tahi lalat biasa, nevus
melanositik, nevus berambut, nevus seluler, dan melanositoma jinak.

EPIDEMIOLOGI
Nevus nevomelanositik didapat biasa (juga disebut nevus tipikal) umumnya
terbentuk setelah lahir, muncul perlahan secara simetris, mengalami stabilisasi, dan
dapat mengalami regresi setelah jangka waktu tertetu. Mayoritas nevus didapat biasa
nampak terbentuk pada usia dua puluh sampai tiga puluhan, meskipun beberapa lesi
dapat muncul pada usia 36 bulan.
Sejumlah penelitian telah menghitung jumlah nevus didapat biasa pada
berbagai kelompok usia yang berbeda. Pada 432 kulit putih di Eropa yang berusia
antara 4 hari sampai 96 tahun, nevus yang berdiameter 3 mm atau lebih dapat
ditemukan pada wanita dan pria masing-masing dengan median jumlah 0 dan 2
selama dekade pertama kehidupan, 10 dan 16 pada dekade kedua, 16 dan 24 pada
dekade ketiga, 10 dan 19 pada dekade ke empat, 12 dan 15 pada dekade ke lima, 4
dan 12 pada dekade ke enam, serta 2,0 dan 3,5 pada dekade ketujuh sampai sembilan.
Pada penelitian terhadap kulit putih keturunan Australia, rata-rata jumlah nevus
paling banyak per orang adalah sebanyak 43 untuk pria dan 27 untuk wanita selama
dekade kedua dan ketiga kehidupan, dan akan berkurang menjadi sangat sedikit pada
dekade ke enam dan ke tujuh. Angka prevalensi terkait usia di negara lain juga
nampak serupa. Perbedaan distribusi frekuensi nevus menurut jenis kelamin masih
belum jelas, meskipun sebagian penelitian menunjukkan prevalensi yang hampir
serupa untuk pria dan wanita.
Prevalensi nevus didapat nampak berbeda-beda menurut etniknya. Pada
keturunan kulit hitam Afrika, prevalensi total nevus (berapapun ukurannya)
cenderung lebih tinggi pada mereka yang memiliki warna kulit lebih terang
dibandingkan yang memiliki kulit lebih gelap. Saat individu kulit putih usia
prepubertas menjalani pemeriksaan nevus, ditemukan hubungan yang bermakna
antara jumlah nevus yang sangat banyak dengan kulit yang lebih pucat, warna mata
hijau atau biru, rambut warna pirang atau coklat terang, dan dengan kulit yang mudah
terbakar matahari, namun tidak dengan kulit yang cenderung mudah terbentuk efelid.
Penelitian lain menemukan hubungan yang berbeda-beda dengan sejumlah parameter
ini.
Paparan UVR dari lingkungan nampak sebagai faktor pemicu penting untuk
terbentuknya nevus nevomelanositik. Pada sebuah penelitian di Australia, kepadatan
nevus dilaporkan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya intensitas
sinar matahari di bagian utara benua Australia. Selain itu, penggunaan tabir surya
yang menghalangi UVR terbukti dapat mengurangi jumlah terbentuknya nevus baru
pada anak-anak.
Faktor genetik nampak memainkan peranan pada terbentuknya nevus
nevomelanositik. Ukuran, frekuensi, dan pola distribusi nevus didapat cenderung
mengalami agregasi familial. Hasil pengamatan ini dapat diperoleh dari nevus atipik
pada pasien dengan melanoma kutaneus familial (lihat Bab 123) dan NNK.
Nevus didapat dapat diserang oleh sistem imunitas pasien, sehingga akan
membentuk suatu nevus halo (lihat bagian Sejarah). Dari 8298 individu kulit putih
berusia 1216 tahun, ada 51 laki-laki (1,2%) dan 22 perempuan (0,5%) yang
menunjukkan adanya satu atau lebih nevus halo, dengan angka prevalensi total
sebesar 0,9%. Pada sebuah penelitian mengenai nevus halo, pasien nampak berusia
antara 3 sampai 42 tahun (rerata usia, 15 tahun), dimana mayoritas kasus nampak
terjadi sebelum usia 20 tahun. Fenomena halo nampak berhubungan dengan jumlah
nevus biasa yang lebih banyak, jumlah nevus atipik yang lebih banyak, dan dengan
NNK yang berukuran kecil maupun besar.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Masih terus terjadi perdebatan mengenai asal mula nevus nevomelanositik.
Meskipun banyak teori yang sudah diutarakan, dan sudah tersedia sejumlah data
pendukung, kejadian penting yang menyebabkan terbentuknya nevus masih belum
diketahui. Meskipun data menunjukkan bahwa nevus nevomelanositik bersifat klonal,
mutasi B-RAF yang ditemukan pada mayoritas nevus didapat biasa (termasuk nevus
atipik) nampak bersifat poliklonal, yang menunjukkan bahwa mutasi B-RAF
merupakan suatu kejadian sekunder atau bahwa nevus nevomelanositik dapat
dipengaruhi oleh lebih dari satu prekursor. Sel prekursor melanositik dapat
ditemukan di kulit manusia dewasa dan telah ditemukan adanya stem sel melanositik
pada mencit. Diperkirakan bahwa sejumlah stem sel melanositik ini akan mengalami
mutasi, dan saat diperlukan untuk memproduksi melanosit, mereka justru akan
menghasilkan nevomelanosit. Kemudian, sejumlah nevomelanosit ini diperkirakan
akan mencoba bermigrasi melalui jalur perkembangan normal dari dermis ke
epidermis. Pada beberapa jenis mutasi tertentu, sel juga dapat mengalami migrasi
abnormal. Kelainan, waktu, dan pengaruh dari jaringan lokal dapat menyebabkan
terbentuknya neoplasia melanositik yang berbeda-beda.
Fenomena klinis nevus eruptif juga dapat mempersulit kita untuk mengetahui
lokasi sel awal. Pada sejumlah pasien ini, dapat muncul sejumlah nevus yang
bentuknya sama secara mendadak saat pasien terjadi imunosupresi atau memperoleh
kemoterapi. Meskipun umumnya sejumlah lesi ini diperkirakan berasal dari kulit,
perbandingan dengan melanoma metastatik epidermotropik menunjukakn
kemungkinan adanya prekursor nevomelanositik dalam sirkulasi.
GAMBARAN KLINIS
Gambar 122-8. Pendekatan untuk pasien dengan nevus nevomelanositik didapat.

SEJARAH
Nevus didapat terutama terbentuk di masa kanak-kanak dan awal usia dewasa.
Meskipun nevus dapat menetap dalam kondisi stabil selama beberapa dekade, banyak
yang pada akhirnya akan mengalami regresi. Pada sebuah penelitian yang
mempelajari pasien dengan nevus displastik/atipik, angka pembentukan dan regresi
nevus nampak paling tinggi pada pasien berusia kurang dari 30. Pada usia dewasa
setelahnya, jumlah nevus umumnya jauh lebih sedikit dari yang ditemukan pada usia
dewasa muda, dan angka pertumbuhan nevus atau terbentuknya nevus baru nampak
mengalami penurunan, sementara angka kejadian melanoma mengalami peningkatan.
Oleh karena itu, lesi yang ukurannya terus bertambah pada individu dewasa yang
berusia lebih tua nampak lebih berisiko ditemukan sebagai suatu melanoma,
meskipun jumlah tahi lalat baru atau tahi lalat yang mengalami perubahan bentuk
masih jauh lebih banyak dari melanoma.
Terbentuknya sejumlah nevus nevomelanositik dengan bentuk seragam secara
spontan di waktu yang bersamaan umumnya disebut sebagai nevus eruptif. Sejumlah
pasien ini sering mengalami penyakit kulit berlepuh, imunosupresi, pemberian
sitokin, atau kemoterapi. Nevus eruptif dapat menunjukkan pola yang mirip dengan
nevus didapat biasa, namun juga pernah dilaporkan gambaran seperti nevus Spitz dan
nevus biru.
Pasien juga dapat melaporkan riwayat terbentuknya zona depigmentasi secara
spontan di sekitar nevus yang sudah ada sebelumnya. Fenomena ini disebut sebagai
nevus halo. Fenomena halo dapat ditemukan pada nevus didapat dan NNK serta pada
melanoma dan tumor nonmelanositik. Fenomena ini sering, namun tidak selalu,
menunjukkan onset involusi yang diikuti dengan regresi nevus melanositik.
Nama lain untuk fenomena ini meliputi leukoderma akuisitum sentrifugum,
nevus Sutton, nevus leukopigmentosus, vitiligo perinevoid, dan leukoderma
perinevoid. Lamanya waktu evolusi total sampai terjadi depigmentasi halo maish
belum diketahui, namun pasien melaporkan fenomena ini terjadi dalam waktu
beberapa hari sampai beberapa minggu, dan kemudian tidak terjadi perubahan lebih
lanjut pada halo. Nevus sentral dapat menetap atau pada akhirnya akan hilang. Dapat
diperlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun sampai nevus hilang. Area
depigmentasi yang terisisa setelah nevus sentral hilang dapat menetap sampai
beberapa tahun atau mengalami repigmentasi setelah beberapa bulan samapai
beberapa tahun. Ada lesi dimana nevus tidak mengalami involusi, dan juga dapat
terjadi repigmentasi pada halo yang sudah mengalami depigmentasi.
Halo mungkin berhubungan dengan depigmentasi di lokasi lain, dan
depigmentasi akan hilang saat NNK dieksisi (lihat Gambar 122-10).

LESI KULIT
Nevus didapat biasa menunjukkan penampilan makroskopis yang berbeda-
beda. Secara umum, secara kasat mata nevus nampak rapi: lesi memiliki permukaan
dan pola warna homogen, bentuk bulat atau oval, garus batas teratur, dan tepi yang
relatif berbatas tegas (Gambar 122-9).

Gambar 122-9. Nevi nevomelanositik didapat biasa. A. Nevus di tautan dermo-epidermal (junctional
nevus). Makula berwarna coklat tua merata, berbentuk bulat, dengan tepi yang halus dan teratur. B.
Dua nevi campuran. Papul berpigmen merata dan nodul dengan atap kubah. Lesi atas lebih datar dan
coklat dengan sedikit elevasi di bagian tengahnya. Lesi bawah sudah terbentuk lebih lama dan
mengalami elevasi secara merata akibat meningkatnya jumlah komponen intradermal.

Nevus didapat biasa mungkin berbentuk papilomatosa, berbentuk kubah,


bertangkai, atau beratap datar dan biasanya berwarna sama dengan kulit, merah
jambu, atau coklat. Nevus didapat yang lebih menonjol biasanya berpigmen lebih
terang, dan nevus didapat yang datar biasanya cenderung berpigmen lebih gelap. Lesi
yang lebih menonjol dan berpigmen lebih terang cenderung memiliki komponen
nevus intradermal yang lebih dominan, sementara lesi yang lebih datar dan gelap
biasanya lebih didominasi komponen melanositik atau nevomelanositik di tautan dan
komponen dermis yang kurang dominan. Nevus didapat biasa yang berwarna coklat
tua dan hitam jarang ditemui pada individu berkulit terang. Sebaliknya, nevus didapat
biasa sering menunjukkan pigmentasi lebih gelap pada individu dengan kulit
berpigmen lebih gelap. Area berwarna biru, keabuan, merah, dan putih umumnya
jarang ditemui pada nevus sehingga perlu dicurigai. Permukaan nevus dapat
menunjukkan rambut yang jumlahnya lebih sedikit, sama, atau lebih banyak dari kulit
di sekitarnya. Rambut pada nevus mungkin lebih kasar, lebih panjang, dan lebih gelap
dibandingkan kulit di sekitarnya (sejumlah lesi ini sering menunjukkan gambaran
kongenital). Lesi di telapak tangan dan kaki biasanya tidak berambut. Ukuran,
bentuk, penanda kulit, dan kualitas rambut pada nevus nampak sama untuk individu
berkulit gelap maupun kulit putih.
Dermoskopi menunjukkan sejumlah pola diagnostik pada nevus didapat biasa.
Secara umum, sejumlah lesi ini menunjukkan pola retikularis atau globuler. Di
telapak tangan atau kaki, dapat ditemukan pola lekuk sejajar, saling silang, atau
fibrilaris. Pola yang tidak seragam dan pola garis sejajar dapat menimbulkan
kecurigaan untuk adanya melanoma.
Nevus berpigmen di kuku mungkin berwarna coklat gelap atau terang,
terbentuk mulai dari matriks kuku sampai tepi distal lempeng kuku; perluasan
pigmentasi ke kulit lipatan kuku atau sampai melewati lekuk kuku distal perlu
dicurigai sebagai melanoma. Nevus di telapak tangan dan kaki, meskipun merupakan
nevus campuran, biasanya tidak akan menyebabkan perubahan bentuk permukaan
kulit, mungkin karena stratum korneum yang lebih tebal di beberapa lokasi ini.
Nevus halo biasa memiliki bagian tengah berupa nevus nevomelanositik
berwarna merah jambu atau coklat yang dikelilingi halo kulit depigmentasi berbentuk
bulat atau oval simetris. Nevus di bagian sentral mungkin berukuran kecil untuk jenis
nevus didapat biasa, atau besar pada nevus didapat atipik maupun nevus kongenital
(Gambar 122-10).

Gambar 122-10. Nevus nevomelanositik halo. A. Nevus halo didapat di dada anak laki-laki kulit putih
usia 16 tahun yang nenek dari ibunya mengalami melanoma. B. Nevus halo didapat di punggung anak
laki-laki kulit putih usia 6 tahun yang memiliki nevi displastik di kulit kepala berambut dan riwayat
melanoma pada nenek dari ibunya. Skala dalam satuan milimeter. C. Nevus nevomelanositik
kongenital halo di leher seorang anak perempuan berusia 4 tahun dengan ibu keturunan Afrika-
Amerika dan ayah kulit putih. Anak ini juga menunjukkan gambaran depigmentasi menyerupai vitiligo
yang tersebar di beberapa lokasi lain. Pemeriksaan lanjutan 3 tahun setelah eksisi nevus menunjukkan
bahwa sudah hampir terjadi repigmentasi total pada petak-petak yang sebelumnya mengalami
depigmentasi di beberapa area tubuh.

Depigmentasi halo menunjukkan ukuran yang bervariasi, biasanya dengan zona radial
antara 0,55,0 cm mengelilingi lesi sentral. Dapat ditemukan adanya rambut putih di
area berambut yang mengalami depigmentasi. Pernah dilaporkan adanya alopesia
areata yang mengelilingi nevus halo. Jumlah nevus halo pada tiap individu berkisar
antara satu sampai sangat banyak, dimana lesi multipel ditemukan pada 25% sampai
50% pasien. Untuk pasien dengan lesi multipel, hanya sejumlah kecil nevus saja yang
biasa mengalami perubahan ini, namun pernah dilaporkan adanya sampai sebanyak
90 nevus halo pada satu orang pasien. Semua nevus di lokasi anatomis manapun
dapat mengalami perubahan ini, namun bagian dada posterior adalah yang paling
sering terlibat. Lesi biasanya nampak asimptomatik. UVR dapat menyebabkan warna
kemerahan dan bahkan terbentuknya lesi lepuh di sekitar nevus halo. Adanya
gambaran atipik pada nevus sentral atau gambaran halo depigmentasi asimetris di
sekeliling nevus yang nampak mencurigakan, terutama pada dewasa, perlu
menimbulkan kecurigaan untuk adanya displasia melanositik atau melanoma. Halo
depimentasi yang berhubungan dengan melanoma cenderung nampak ireguler dan
mengelilingi tumor secara asimetris, dan bagian lesi sentral biasanya menunjukkan
gambaran atipik. Sayangnya, gambaran ini tidak selalu ditemui dan tetap tiperlukan
indeks kecurigaan yang tinggi untuk adanya melanoma pada pasien yang
menunjukkan sejumlah besar nevus atipik (dengan atau tanpa melanoma) disertai
dengan nevus halo.
Proses kedua yang dapat memberikan petunjuk mengenai beberapa faktor
yang terlibat dalam interaksi melanositik dengan sistem imunitas adalah suatu proses
yang menyebabkan terjadinya dermatitis eksematosa yang nampak sebagai halo
merah di sekitar nevus (dermatitis halo, nevus Meyerson). Berbeda dengan nevus
halo, biasanya tidak terjadi regresi nevus, dan kelainan eksematosa akan hilang dalam
waktu beberapa bulan.

GAMBARAN KLINIS TERKAIT


Untuk pasien dengan nevus multipel, ditemukan peningkatan risiko untuk
terjadinya melanoma kutaneus (lihat Bab 123 dan 124). Risiko ini nampak makin
meningkat pada pasien dengan nevus atipik dan/atau riwayat melanoma pada pasien
maupun keluarganya. Untuk pasien dengan nevus eruptif, mungkin ada kelainan yang
menunjukkan adanya penyakit berlepuh atau imunosupresi. Untuk pasien dengan
nevus halo, kelainan terkait yang paling sering ditemui adalah vitiligo, yang terjadi
pada 18% sampai 26% pasien. Nevus halo dapat berhubungan dengan poliosis,
sindrom VogtKoyanagi Harada, anemia pernisiosa, nevus yang berjumlah banyak,
nevus atipik, dan riwayat melanoma pada pasien maupun keluarganya (termasuk
melanoma okularis). Pada pasien dengan sindrom Turner dan sindrom Noonan dapat
ditemukan nevus yang berukuran relatif besar dengan jumlah yang relatif banyak.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HISTOPATOLOGI
Nevomelanosit di epidermis memiliki ukuran inti sel yang serupa dengan atau
lebih besar dari inti sel melanosit epidermis. Nevomelanosit epidermis tersusun dalam
bentuk sarang yang dikelilingi oleh epidermis yang halus di bagian tepinya, dan
epidermis nampak dipisahkan dari nevomelanosit oleh suatu artefak retraksi (Gambar
122-11). Nevomelanosit memiliki sitoplasma eosinofilik yang tercat pucat dalam
jumlah besar serta dapat menunjukkan perluasan bentuk pseudopodik atau dendritik
yang terlihat jelas saat dilihat menggunakan teknik enzimatik atau imunohistokimia.
Inti sel nevomelanosit tercat pucat, nampak bervakuola atau retikulata; biasanya
terlihat adanya nukleolus. Pada nevus nevomelanositik biasa, melanosit epidermis
yang terletak di antara thques nevomelanosit dermo-epidermal umumnya tersebar
dalam bentuk sel tipikal tunggal, dengan jumlah total yang sama atau sedikit lebih
banyak dari yang ditemukan di kulit sekitarnya yang terpapar matahari (lihat Gambar
122-11).
Gambar 122-11. Gambaran histopatologis dari nevus didapat. Nevus di tautan dermo-epidermal (A)
dan dengan pembesaran yang lebih kuat (D). Nevus campuran (B) dan dengan pembesaran yang lebih
kuat (E). Nevus intradermal (C) dan dengan pembesaran yang lebih kuat (F). Ditemukan sarang
nevomelanosit yang terbentuk sempurna pada nevus di tautan dermo-epidermal dan nevus campuran.
Ditemukan lembaran dan untaian nevosit di dermis nevus campuran dan intradermal. Ditemukan zona
grenz yang bebas dari nevomelanosit tepat di bawah epidermis oada nevus intradermal (C dan F).

Epidermis di atas lesi umumnya terlihat normal namun mungkin mengalami


penebalan dengan pola lentiginosa (memancang dengan rete ridges berbentuk seperti
pentung), disertai gambaran yang menyerupai keratosis seboroik dan kista tanduk
atau hiperplasia verukosa epidermal yang menyerupai nevus epidermal.
Komponen dermis dari nevus umumnya menunjukkan gambaran progresi
yang berurutan mulai dari atas sampai ke bawah, dimana terdapat sel epitelioid
berukuran lebih besar di bagian atas (epidermis dan bagian superfisial papila dermis)
yang kemudian berlanjut menjadi pola sel berukuran lebih kecil di bagian dermis
yang lebih dalam.
Nevomelanosit di epidermis dan lapisan papilaris dermis bagian atas sering
nampak menyerupai sel epitel, dengan bentuk oval atau kuboid, sitoplasma berbatas
tegas yang nampak homogen, inti sel yang ukurannya tidak jauh lebih besar dari inti
sel keratinosit basal, dan terlihat adanya nukleolus. Di epidermis dan lapisan
superfisialis dermis, nevomelanosit sering nampak mengandung sejumlah kecil
melanin. Di dermis bagian tengah atau dalam, nevomelanosit biasanya berukuran
lebih kecil dari yang ditemukan di lapisan superfisialis dermis atau epidermis dan
sering nampak menyerupai sel limfoid. Nevomelanosit di dermis bagian dalam dapat
nampak bulat atau oval dan sering nampak menyerupai sel Schwann atau fibroblast
bila tersebar sebagai sel tunggal dan mungkin akan sulit dibedakan dari fibroblast
kecuali tersebar dalam bentuk lembaran, untaian, atau agregat berpetak (lihat Gambar
122-11). Biasanya, nevomelanosit dermis tersebar di antara bundel kolagen, dan tidak
terlihat adanya batas kolagen yang jelas maupun artefak retraksi antara agregat seluler
dengan kolagen di sekitarnya. Pada nevus didapat biasa, nevomelanosit dermis yang
terletak di lapisan anatomis yang sama umumnya menunjukkan kesamaan yang
monoton satu sama lain, dan menunjukkan gambaran arsitektur yang simetris dari
atas ke bawah dan dari sisi kanan ke kiri.
Beberapa lesi didapat nampak menunjukkan gambaran kongenital (dibahas di
bagian Nevus Nevomelanositik Kongenital) yang menunjukkan bahwa meskipun
sejumlah gambaran ini dapat ditemukan pada nevus kongenital, mereka tidak terbatas
hanya pada lesi yang sudah ditemukan sejak lahir saja. Sejumlah nevus didapat lain
juga dapat menunjukkan gambaran atipik (lihat Bab 123).
Biasanya jarang atau tidak ditemukan infiltrat sel inflamatorik pada nevus
didapat biasa dalam kondisi stabil. Pada nevus, biasa ditemukan adanya makrofag
berisi melanin di lapisan superfisialis papila dermis, yang jumlahnya berbanding lurus
dengan tingkat produksi melanin. Proliferasi pembuluh darah, fibrosis eosinofilik,
dan fibroplasia lamelaris (gambaran yang sering ditemui pada nevus melanositik
atipik) biasanya tidak nampak menonjol pada nevus didapat biasa. Jumlah sel
Langerhans pada nevus didapat biasa dan nevus atipik biasanya akan mengalami
peningkatan dibandingkan kulit di sekitarnya.
Nevus intradermal yang hanya menunjukkan sedikit atau tidak menunjukkan
adanya sarang di tautan dermo-epidermal umumnya memiliki zona grenz yang relatif
bebas dari nevomelanosit tepat di bawah epidermis (lihat Gambar 122-11).
Kadang ditemukan adanya nevomelanosit multinuklear yang dapat
diinterpretasikan sebagai tanda bahwa lesi bersifat jinak. Nevomelanosit di dermis
bagian dalam dapat tersebar dalam jaringan kolagen yang longgar, pucat dan
menunjukkan formasi bergelombang yang disebut sebagai jaringan neuroid, serupa
dengan suatu neurofibroma; nevomelanosit dapat tersebar dalam bentuk alur yang
tersusun konsentris seperti korpuskulum taktil Meissner; selain itu nevomelanosit
mungkin berbentuk spindel dan tertanam di jaringan ikat yang tersusun longgar
(nevus neuralis). Baik nevus neuralis maupun neurofibroma nampak menunjukkan
aktivitas kolinesterase nonspesifik. Dapat terdeteksi adanya protein dasar mielin pada
berbagai jenis tumor neuralis namun tidak pada tumor melanositik atau
nevomelanositik, dan melanosom dapat ditemukan pada nevomelanosit namun tidak
pada neurofibroma atau jaringan saraf. Lesi neuralis di kulit dapat dibedakan dari
tumor melanositik dari adanya protein dasar mielin dan neurofilamen, serta tidak
adanya vimentin.
Nevus sel balon terdiri atas sel busa khas yang menyusun sebagian atau
keseluruhan bagian lesi. Selain sel jernih dengan inti sel basofilik tunggal, sering
ditemukan adanya sel balon multinuklear dan sel raksasa multinuklear. Pemeriksaan
mikroskop elektron menunjukkan bahwa vakuolisasi nevomelanosit pada nevus sel
balon disebabkan oleh pembesaran dan destruksi melanosom. Tidak ditemukan
adanya gambaran khas dari nevus sel balon.
Nevus kombinasi menunjukkan adanya lebih dari satu tipe nevus melanositik
yang berbeda di satu lesi yang sama. Sebagian besar nevus biru kombinasi nampak
ditemukan bersama dengan nevus campuran jinak (didapat atau kongenital).
Nevus melanositik kambuhan (pseudomelanoma) merupakan nama yang
diberikan pada lesi yang muncul kembali setelah dilakukan pengangkatan yang tidak
tuntas pada nevus nevomelanositik jinak. Nevus kambuhan relatif sering ditemui
setelah dilakukan prosedur destruktif superfisialis (seperti biopsi cukur atau
dermabrasi). Kekambuhan ini dapat disertai dengan gambaran klinis maupun
histologis atipik, sehingga sejumlah lesi ini dikhawatirkan dapat menjadi melanoma.
Secara klinis, nevus kambuhan hanya akan muncul di jaringan parut saja, namun
terlihat lebih ireguler. Secara histopatologis, lesi berulang sering menunjukkan
gambaran hiperplasia melanositik dengan pola lentiginosa atau pola tautan (serung
lebih luas dari nevus aslinya). Dapat ditemukan gambaran inti sel atipik sedang pada
12% nevus kambuhan, gambaran mitotik pada 8%, dan migrasi pagetoid ke atas pada
3%, sehingga muncul kekhawatiran mengenai potensi perilaku biologis dari beberapa
lesi kambuhan. Sangat penting untuk memeriksa spesimen histopatologis asli saat
melakukan eksisi ulang dan menentukan tepi batas eksisi.
Belum pernah dilaporkan adanya gambaran histopatologis yang definitif dan
konsisten untuk nevus eurptif.
Untuk nevus halo, gambaran histopatologis yang biasa ditemui adalah nevus
nevomelanositik sentral terkait infiltrat limfohistiositik dermis berbentuk pita dan
zona depigmentasi yang sama sekali atau hampir tidak mengandung melanosit
epidermal. Pengecatan imunohistokimiaantigen melanoma yang dikenali oleh sel T
(Mart-1), protein S100, atau penanda melanositik laindapat membantu
mengidentifikasi melanosit epidermal residual atau nevomelanosit pada infiltrat
inflamatorik. Limfosit pada nevus halo nampak dapat dipicu secara antigenik, dan
80% merupakan limfosit T, sementara hanya ada sedikit atau tidak ditemukan adanya
limfosit B. Sel T umumnya menunjukkan fenotipe CD8+.
Telah ditemukan gambaran lain pada nevus yang dapat menunjukkan
mekanisme regresi atau eliminasi elemen melanositik. Beberapa gambaran ini antara
lain meliputi adanya degenerasi neuroid, fibrosa, musinosum, dan degenerasi lemak.
Nevomelanosit di stratum korneum menunjukkan adanya eliminasi transepidermal.
Badan psammoma dan badan amiloid, yang kadang ditemukan pada nevus, juga dapat
berhubungan dengan terjadinya degenerasi atau regresi. Fibrosis dapat terjadi sebagai
suatu kejadian terkait usia, sementara desmoplasia yang sesungguhnya nampak
merupakan suatu proses reaktif atau transformasi fungsional oleh nevomelanosit.
Pernah dilaporkan sekurangnya dua kasus dengan gambaran musinosis folikularis
pada nevus. Kadang ditemukan adanya spikulum tulang pada nevus, yang mungkin
berhubungan dengan kejadian metaplasia reaktif, trauma, atau infeksi.
Dapat ditemukan artefak histopatologis pada nevus nevomelanositik. Celah
penyusutan dapat nampak menyerupai rongga saluran limfatik atau vaskuler, yang
nampak lebih dominan di bagian tengah nevus, terutama di area yang mengalami
perdarahan. Lembaran nevomelanosit dapat nampak terbelah menjadi beberapa garis
sejajar karena teknik pemotongan yang kurang tepat. Injeksi anestesi lokal langsung
ke nevus juga dapat menimbulkan gambaran artefak.
Kondisi nevus pada saat dilakukan eksisi juga dapat mempengaruhi gambaran
histopatologis. Nevus yang mengalami luka bakar matahari akut atau trauma dapat
menunjukkan gambaran yang menimbulkan kecurigaan adanya melanoma, dan
kelainan ini dapat hilang dalam waktu yang cukup singkat. Nevus dalam fase
pertumbuhan cepat juga dapat menunjukkan gambaran atipik seperti munculnya sel
epitelioid dan terjadinya migrasi pagetoid ke atas, namun gambaran ini perlu
diperiksa lebih lanjut.
Gambaran yang dianggap menimbulkan kecurigaan adanya melanoma
meliputi migrasi sel pagetoid ke atas di epidermis, gambaran melanosit epidermis
atipik [termasuk ukuran dan bentuk sel yang ireguler, pemadatan kromatin di
membran inti sel, pola heterokromatin (penggumpalan)], kegagalan sel untuk
mengalami maturasi di dermis bagian bawah, persistensi produksi pigmen di
dermis bagian bawah, penampakan yang asimetris, sering ditemukan gambaran
mitosis, area nekrosis fokal, dan desmoplasia atau fibrosis di dermis.

PEMERIKSAAN KHUSUS
Biasanya tidak diperlukan teknik pemeriksaan khusus untuk evaluasi
makroskopik maupun mikroskopik pada nevus melanositik atau nevomelanositik.
Namun, untuk pasien dengan nevus eruptif, mengingat adanya hubungan dengan
imunosupresi, maka perlu dilakukan pemeriksaan imunologis. Profil imunohistokimia
dapat bermanfaat untuk lesi yang sulit didiagnosis. Aktivitas Ki67 yang rendah dan
berkurangnya jumlah HMB45 di sel dermis (bagian bawah) dapat membantu
menegakkan diagnosis lesi jinak. Dibandingkan dengan melanoma, nevus didapat
biasa umumnya nampak lebih stabil secara genomik. Analisis FISH (floresensi
hibridisasi in situ) atau CGH (hibridisasi genomik komparatif) dapat bermanfaat
dalam membedakan antara lesi jinak dengan lesi yang cenderung mengalami
metastasis.

DIAGNOSIS BANDING
Kotak 122-3. Diagnosis Banding Nevus Nevomelanositik Didapat Biasa
Lesi Berpigmen Moluskum kontagiosum
Lentigo solaris Musinosis dermis
Lentigo simpleks Nevus Spitz (nevus sel epitelioid)
Makula caf-au-lait Tumor adneksa
Nevus biru Akantoma sel jernih
Histiositoma fibrosa berpigmen Akantoma sel besar
(dermatofibroma) Lesi lain dengan fenomena halo
Sarkoma Kaposi Nevus nevomelanositik kongenital
Karsinoma sel basal berpigmen Nevus melanositik atipik
Keratosis aktinik berpigmen Melanoma
Mastositoma Nevus Spitz
Keratosis seboroik Histiositoma
Nevus epidermal Moluskum kontagiosum
Hematoma subungual Veruka plana
Puting susu supernumerik Akrokordon
Nevus sel spindel berpigmen Epitelioma sel basal
Nevus Spitz Neurofibroma
Hemangioma sklerotik Melanositosis dermis kongenital
Granuloma piogenik (mongolian spot)
Nevus melanositik atipik (displastik) Nevus biru
Melanoma kutaneus Liken planus
Lesi tidak berpigmen/merah jambu Sarkoidosis
Karsinoma sel basal Psoriasis
Papula fibrosa Angioma
Veruka vulgaris Angiokeratoma

KOMPLIKASI
Sejumlah penelitian menemukan bahwa jumlah nevus yang lebih banyak
berhubungan dengan peningkatan risiko melanoma. Tucker dkk. menemukan risiko
relatif sebesar 3,4 (interval kepercayaan 95%: 2,0 sampai 5,7) untuk pasien dengan
100 nevus atau lebih (>2 mm sampai <5 mm) dibandingkan mereka yang memiliki
kurang dari 25 nevus. Risiko relatif meningkat sampai 12 (interval kepercayaan 95%:
4,4 sampai 31,0) untuk pasien dengan sepuluh atau lebih nevus atipik bila
dibandingkan dengan pasien tanpa nevus atipik. Tidak adanya spesifisitas lokasi
langsung dari nevus dan melanoma menunjukkan bahwa kemungkinan untuk
terbentuknya nevus berbanding lurus dengan risiko terjadinya melanoma, tanpa
dipengaruhi oleh warna rambut dan mata serta tingkat paparan sinar matahari total.
Beberapa sifat lain, termasuk warna kulit dan efelid, dapat meningkatkan risiko
melanoma berdasarkan jumlah nevus. Risiko terbentuknya melanoma pada suatu
nevus per tahun diperkirakan sebesar 1 dari 200.000 lesi. Selain itu, dilaporkan bahwa
hanya 26% melanoma yang ditemukan berhubungan dengan elemen nevus. Oleh
karena itu, mayoritas kasus melanoma kemungkinan terbentuk langsung dari kulit
normal (lihat Bab 124). Pada pasien dengan jumlah nevus yang banyak (dan/atau
nevus atipik), sejumlah nevus ini sebaiknya dipandang sebagai penanda risiko, dan
bukan prekursor (atau lesi prakanker) melanoma.

PROGNOSIS DAN PERJALANAN KLINIS


Nevus didapat kemungkinan akan berkembang melalui suatu siklus hidup,
dimana sebagian besar nevus awalnya mulai muncul setelah usia satu tahun,
mencapai jumlah terbanyak pada usia dua puluh sampai tiga puluhan, dan kemudian
akan mulai hilang pada usia tujuh puluh sampai sembilan puluhan. Regresi nevus
diyakini terjadi melalui degenerasi neuroid, fibrosa, musinosum, atau degenerasi
lemak. Juga ditemukan adanya eliminasi nevomelanosit transepidermal. Nevus juga
dapat mengalami involusi selama proses depigmentasi halo inflamatorik (nevus halo).
Patogenesis fenomena halo masih belum diketahui dengan jelas. Bukti yang ada
menunjukkan bahwa faktor humoral dan seluler dapat menjadi penyebab destruksi
nevus pada nevus halo. Nevus atipik, melanoma, dan vitiligo dapat lebih sering
terjadi pada individu dengan nevus halo.
Nevus eruptif terbentuk saat muncul sejumlah nevus nevomelanositik atau
melanositik secara spontan. Sejumlah nevus ini sering nampak mirip satu sama lain
secara klinis maupun histopatologis. Kejadian yang dilaporkan dapat memicu
kelainan ini biasanya berupa penyakit kulit berlepuh, imunosupresi sistemik,
kemoterapi, atau terapi biologis. Kondisi yang menyebabkan terjadinya nevus
eruptif juga dapat menjadi predisposisi terbentuknya melanoma, seperti yang
dilaporkan pada sejumlah pasien transplantasi. Pasien yang mengalami nevus eruptif
perlu diawasi secara teliti.
Dapat terjadi perubahan yang relatif mendadak pada nevus yang tidak
berhubungan dengan transformasi ganas. Suatu nevus yang mengalami perubahan
secara tiba-tiba umumnya perlu diwaspadai. Penyebab terjadinya perubahan secara
tiba-tiba pada nevus (warna, permukaan, atau ukuran, dengan atau tanpa nyeri, gatal,
ulserasi, atau perdarahan) dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu meliputi
dilatasi kistik dari folikel rambut, pembentukan kista epidermal, folikulitis,
pembentukan abses, trauma, perdarahan, dan, pada nevus yang bertangkai, strangulasi
dan trombosis. Sejumlah penyebab jinak dari terjadinya perubahan yang tiba-tiba ini
mungkin perlu diobservasi secara ketat selama beberapa minggu sampai kelainan
hilang, atau dapat dilakukan eksisi untuk pemeriksaan histopatologis.
Mayoritas nevus didapat umumnya tidak berbahaya. Nevus baru dapat terus
muncul dan hilang sepanjang hidup seseorang, namun mayoritas umumnya terbentuk
selama masa kanak-kanak dan awal usia dewasa. Nevus yang baru terbentuk atau
nevus yang ukurannya terus bertambah pada individu usia lanjut adalah tipe yang
dianggap lebih mengkhawatirkan. Risiko melanoma nampak berhubungan dengan
jumlah dan ukuran nevus; pasien dengan jumlah nevus yang banyak, nevus atipik,
dan riwayat adanya melanoma pada pasien maupun keluarganya perlu
dipertimbangkan untuk menjalani pemeriksaan kontrol secara berkala semasa
hidupnya.

TERAPI
Mayoritas nevus nevomelanositik didapat umumnya tidak memerlukan terapi.
Indikasi untuk mengangkat lesi yang nampak jinak dapat meliputi masalah kosmetik
atau terjadinya iritasi berkelanjutan. Lesi dengan gambaran klinis yang
mengkhawatirkan perlu dieksisi untuk pemeriksaan histopatologis. Sejumlah
gambaran klinis ini dibahas lebih lanjut pada Bab 123 dan 124. Dermoskopi dapat
digunakan untuk membedakan gambaran klinis jinak dari gambaran yang berpotensi
ganas. Pemeriksaan fotografi dapat berperan penting dalam mengidentifikasi adanya
perubahan, atau tidak terjadinya perubahan, pada nevus yang dianggap
mencurigakan. Semua nevus nevomelanositik memiliki suatu fase pertumbuhan awal.
Oleh karena itu, diperlukan faktor tambahan lain, misalnya gambaran morfologis
makroskopik yang abnormal, untuk dapat mengambil keputusan mengenai suatu lesi.
Meskipun nevus jinak yang disertai dengan depigmentasi halo umumnya tidak
memerlukan eksisi, dapat direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan secara
berkala pada individu dengan lesi semacam ini untuk mendeteksi munculnya nevus
melanositik atipik, vitiligo, dan melanoma. Nevus sentral yang nampak atipik, adanya
halo asimetris, posisi lesi melanositik yang eksentrik dalam halo, atau riwayat nevus
melanositik dan/atau melanoma (pada pasien atau keluarganya) merupakan indikasi
untuk melakukan pemeriksaan histopatologis guna mendeteksi adanya melanoma.
Dapat direkomendasikan untuk menggunakan penutup atau tabir surya di area
depigmentasi yang terpapar sinar matahari untuk mencegah terjadinya luka bakar
akut, kerusakan aktinik kronik, dan karsinogenesis yang dipicu UVR.
Teknik terbaik untuk membuang nevus sepenuhnya adalah dengan eksisi.
Menyisakan nevus yang hanya dieksisi sebagian, apapun hasil pemeriksaan patologi
awal yang diperoleh, umumnya berisiko menyebabkan repigmentasi dan/atau
pertumbuhan kembali (pseudomelanoma). Kadang diperlukan biopsi insisi, bahkan
untuk melanoma, terutama pada lesi yang tidak mudah dieksisi namun perlu
didiagnosis secara histopatologis. Metode terapi destruktif (elektrodesikasi, bedah
beku, dermabrasi, dan laser) sebaiknya dihindari. Metode terapi destruktif ini dapat
mempersulit pemeriksaan histopatologis nevus. Teknik ini memiliki kekurangan
karena tidak menyisakan jaringan untuk pemeriksaan histopatologi. Meskipun
dermabrasi sudah pernah digunakan untuk menghilangkan pigmentasi pada nevus
nevomelanositik, umumnya akan tersisa nevomelanosit di dermis, hasil kosmetiknya
tidak dapat diprediksi, dan kekambuhan dengan gambaran klinis yang
mengkhawatirkan dapat mempersulit penanganan lesi di masa mendatang. Terapi
laser untuk lesi melanositik dan nevomelanositik secara teoritis berisiko
menyebabkan transformasi ganas, namun kemungkinan ini belum pernah terbukti
secara jelas.
PENCEGAHAN
Ditemukan adanya hubungan yang berbanding lurus antara jumlah nevus
didapat dan paparan sinar matahari, dimana jumlah nevus dapat dikurangi dengan
penggunaan tabir surya. Meskipun belum ditemukan adanya hubungan sebab akibat
yang jelas antara sebagian besar kasus melanoma dan UVR, pasien dengan risiko
yang lebih tinggi perlu disarankan untuk mengurangi paparan UVR berlebih tanpa
mengganggu aktivitas sehari-hari. Paparan UVR sebaiknya dibatasi dengan
melakukan aktivitas luar ruangan hanya di pagi hari atau sore/malam hari, dan dengan
menghindari paparan UVR intensitas tinggi antara 2 jam sebelum sampai sesudah
tengah hari. Sebaiknya pasien mengenakan pakaian tertutup yang menghalangi sinar
matahari bila akan terpapar UVR intensitas tinggi. Pakaian biasanya lebih mudah
dikenakan dari tabir surya dan tidak akan hilang dengan cepat saat pasien berenang
atau berkeringat. Tabir surya yang efektif sebaiknya digunakan sebagai bagian dari
program komprehensif untuk perlindungan dari sinar matahari. Suplementasi vitamin
D sebaiknya direkomendasikan pada pasien yang sering menghindari UVR dan sering
menggunakan pelindung dari paparan UVR.

Telah dibacakan tanggal 8 Agustus 2016


Moderator

Dr. Muslimin, Sp.KK

Anda mungkin juga menyukai