Anda di halaman 1dari 33

OBESITAS PADA LANJUT USIA

Oleh : RATNA FEBRIANTIKA


LANSIA ( LANJUT USIA)

Mulai kapan disebut lansia?

Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60
tahun ke atas (Depkes RI, 2004).

Lanjut usia (lansia) adalah setiap orang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok
umur lainnya

Pada dasarnya semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan Pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental, dan sosial sehingga tidak dapat melakukan tugas sehari-harinya lagi dan bagi kebanyakan orang masa tua kurang
menyenangkan.

Semakin bertambahnya usia maka seluruh fungsi organ telah mencapai puncak maksimal sehingga yang terjadi sekarang adalah
penurunan fungsi organ.
PREVALENSI OBESITAS PADA LANSIA

 Prevalensi obesitas sentral tingkat nasional untuk lansia adalah 18,8% yang tercatat dari kelompok
umur 55 – 64 tahun 23,1%, 65 – 74 tahun 18,9%, dan >75 tahun 15,8%. Prevalensi obesitas yang
paling tinggi terjadi pada kelompok usia 55 – 64 tahun.(Sumber : Pusat Data Kementrian Kesehatan
Indonesia, 2013).
 IMT mengkategorikan status gizi
(Normal/Tidak)
 Presentase lemak tubuh
 Semua BB sama, Berat badan tidak
 Lingkar pinggang
dibedakan antara lemak dan otot
 Tes laboratorium
 Tidak menentukan letak penumpukkan
lemak
PENGUKURAN DAN KLASIFIKASI
(Pada Dewasa)

Klasifikasi IMT (Kg/m2)

Berat Badan Kurang <18,5

Normal 18,5 – 22,9

Overweight ≥ 23,0

Risiko Obes 23,0 – 24,9

Obese Tk I 25,0 – 29,9

Obese Tk II ≥30,0

Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas


Berdasarkan BMI Menurut WHO (Asia)
ETIOLOGI

 Secara biologis, penduduk lansia adalah penduduk yang telah mengalami proses penuaan dan menurunya daya tahan fisik
sehingga rentan terhadap penyakit.

 Penyakit yang terjadi pada lansia sangat erat kaitanya dengan masalah status gizi seperti gizi kurang, gizi baik, gizi lebih
dan obesitas.

 Dilain pihak permasalahan yang terjadi pada lanjut usia adalah penurunan fisioloogi seperti terjadinya gangguan
pencernaan, penurunaan sensitivitas indera perasa dan penciuman, malabsoibsi nutrisi yang menyebabkan rendahnya
asupan zat gizi serta kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur yang berakibat dengan penambahan gizi yang berlebihan
yang mengakibatkan terjadinya obesitas pada lansia.

 Pemberian nutrisi pada lansia perlu mendapatkan perhatian karena, pemberian nutrisi yang optimal merupakan kunci bagi
kesmbuhan penyakit, khusunya pada lanjut uisa dengan masalah multi patologinya yang secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi asupan zat gizi dan menimbulkan berbagai macam masalah gizi (Purba, 2005).
OBESITAS
 Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan terutama makanan yang banyak mengandung
lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Tipe buah apel


Bentuknya dan
jenis /tipe

Tipe buah Pear

Jenis Obesitas
Tipe hyperplastic

Keadan sel lemak Tipe hypertropik

Tipe hyperplastic
dan hypertropik
FAKTOR OBESITAS

 Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang


menderita obesitas yaitu faktor genetik, afktor
psikologi dan pola hidup yang kurang tepat serta
krangnya melakukan aktivitas fisik dan kebiasaan
makan yang salah.
 Kebiasaan makan yang salah diantaranya makan
berlebihan, waktu makan yang tidak teratur serta
kebiasaan mengemil makan ringan. Sedangkan
faktor keturunan merupakan faktor penguat
terjadinya kegemukan

ß-3 AR :  agonis adrenergik beta


NPY : Neuropeptida Y
OBESITAS PADA LANSIA

 Pada usia lanjut (lansia), fungsi fisiologis akan mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan), sehingga dapat
mendorong terjadinya penyakit tidak menular. Faktor yang turut mempengaruhi kesehatan lansia adalah kebiasaan makan
tidak sehat yang dilakukan di masa lampau, sehingga pada masa ini berpengaruh pada rentannya terhadap berbagai
penyakit.

 Salah satu masalah gizi pada lansia yaitu gizi lebih : Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, sedangkan pada lansia
penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik, selain itu dapat juga diakibatkan kebiasaan makan berlebih
yang sulit untuk dirubah.

 Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, Penimbunan lemak akan menyebabkan gangguan
pernafasan dan gangguan fungsi endokrin yang berisiko terhadap penyakit degeneratif seperti : penyakit jantung, kencing
manis, dan darah tinggi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
OBESITAS PADA LANSIA
 Obesitas merupakan akibat ketidakseimbangan antara asupan energy dengan energy yang
digunakan. Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh pola konsumsi, aktifitas fisik, konsumsi
alkohol, jenis pekerjaan, umur, lingkungan (urban/rural), sosial ekonomi, pendidikan, jenis
kelamin, budaya dan faktor genetik.

 Faktor kebiasaan makan/asupan makan, Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat
gizi dalam jumlah berlebih, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan.
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, dimana faktor primer adalah
apabila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang
disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan,
kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Sedangkan
Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel
tubuh setelah makanan dikonsumsi (Almatsier, 2002)

 Faktor sosial, Latar belakang suku, kepercayaan religius dan faktor budaya yang kuat dapat
mempengaruhi seseorang dalam mendefinisikan, memilih, menyiapkan dan memakan
makanan serta minuman. Faktor budaya juga dapat mempengaruhi pola makan seseorang
sehingga hal ini memiliki hubungan dengan status kesehatan seseorang (Miller, 2004).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
OBESITAS PADA LANSIA

 Faktor gaya hidup, Lansia mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol efek yang terjadi yaitu
menurunkan selera makan lansia, terganggunya kemampuan indra perasadan pembau,
terganggunya proses pencernaan, absorbs, metabolisme, dan eksresi nutrisi, merokok,
selain itu pola makan yang tidak baik dan tidak berolahraga juga sangat mempengaruhi
status gizi pada lansia.

 Faktor genetik,

 Faktor aktivitas fisik, Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak
pada berurangnya aktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang.

 Faktor jenis kelamin Kejadian obesitas pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-laki salah satunya dipengaruhi oleh adanya fase menopause pada perempuan sehingga
akan mengalami perubahan hormone.
PATOFISIOLOGI

 Ketika jaringan adiposa banyak di dalam tubuh, maka sekresi leptin


akan ditingkatkan agar berikatan dengan reseptor leptin yang berada
di hipotalamus. Ikatan ini akan merangsang pembentukan molekul-
molekul.

 Nucleus arkuata memiliki peranan utama dalam kontrol jangka


panjang untuk keseimbangan energi dan berat badan dan juga
kontrol jangka pendek untuk asupan makanan setiap kali makan

 Nucleus arkuata memiliki dua bagian neuron bagian pertama


melepaskan neuropeptida Y dan yang lainnya melepaskan
melanocortin.

 Neuropeptida Y (NPY) bekerja pada peningkatan asupan makanan,


sehingga mengakibatkan peningkatan berat badan.

AGRP : Agouti-Related Protein


NPY : Neuropeptida Y
POMC : Proopiomelanoktrin
α- MSH : α- Melanocyte Stimulating Hormon
PENCERNAAN METABOLIK-ENDOKRIN KARDIOVASKULER
Kolelitia DM Tipe Hipert
sis II ensi
Panya
Pankrea Dislipid kit
titis emia jantun
Metabol g
GERD ic
Syndro Stroke
me

PERNAFASAN

DAMPAK OBESITAS
Asma

Abnormalitas
fungsi paru
 Untuk menjaga kondisi tubuh, maka para lansia harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mulai dari
karbohidrat, protein, hingga vitamin dan mineral.

 umumnya lansia mengalami masalah saat mengonsumsi makanan seperti gangguan mengunyah karena gigi tidak
lengkap, penurunan pengecapan karena gangguan papil lidah sebagai indra pengecap, penurunan produksi air
ludah, penurunan daya cerna, hingga berujung pada penurunan nafsu makan, Oleh sebab itu, dapat dibantu dengan
menggunakan trik modifikasi makanan. Di antaranya memberi makanan lunak, semi padat, atau cair dan ditambah
rasa dengan bumbu-bumbuan seperti kunyit, jahe, dan bawang. Karena daya cerna menurun, makanan dapat
dikonsumsi dalam porsi kecil dengan intensitas yang sering serta perbanyak minum air.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) Lansia
AKG = angka kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi
AKG Lansia :
1. Laki – Laki
 50 – 64 tahun dengan BB 60 kg, TB 166 cm E = 2150 Kkal, P= 65 gr
 65 – 80 tahun dengan BB 58 kg, TB 164 cm E= 1800 Kkal, P= 64gr
2. Perempuan
 50 – 64 tahun dengan BB 56 kg, TB 158 cm E = 1800 Kkal, P= 60 gr
 65 – 80 tahun dengan BB 53 kg, TB 157 cm E= 1550 Kkal, P= 58 gr
Kebutuhan Energi
 Kebutuhan energi/kalori berkurang dengan meningkatnya usia
 berkaitan dengan penurunan massa otot, BMR, dan aktivitas fisik

Kebutuhan Protein
 Kebutuhan protein berubah menurut usia
 ~1 g/kg BB/hari (14–16% dari energi total)
 Pemberian tidak boleh
>1,5 g/kg BB/hari
Pada keadaan infeksi berat atau trauma  1,2–1,5 g/kg BB/hari
Kebutuhan Lemak

 25% dari energi total sehari

 Kurangi asupan lemak jenuh


 Tingkatkan asupan lemak tak jenuh
Kebutuhan Karbohidrat

 50-60% dari energi total sehari


 KH kompleks >> KH sederhana
 Hati-hati, sering terjadi intoleransi laktosa  berikan susu rendah/ bebas
laktosa
Kebutuhan Serat

 Konsumsi serat  dibiasakan jumlahnya 10–13 g per 1000 kkal


(25 g/hari ~ 5 porsi buah & sayur)
Kebutuhan Vitamin

Perubahan fisiologi

 Menyebabkan asupan menjadi rendah

 Terdapat gangguan absorpsi


Kebutuhan Vitamin

 Vitamin mempunyai peran penting  mencegah & memperlambat


proses degeneratif pada lansia
Kebutuhan Vitamin

 Suplementasi  bila asupan tidak adekuat


 Hindari pemberian megadosis  bersifat toksik karena terdapat penurunan
fungsi organ
Kebutuhan Vitamin

Defisiensi yang sering:

1. Vitamin B12
- Akibat kurangnya faktor intrinsik
di lambung
- Penggunaan vit. B12 di lambung oleh
bakteri lambung
Manfaat vitamin B 12 untuk lnsia

Vitamin B12 berperan dalam pembentukan DNA. DNA diperlukan oleh tubuh untuk
mencegah penyakit kanker, selain itu manfaat vitamin B12 untuk lansia yaitu, berperan
dalam pembentukan myelin, yang dapat melindungi serat-serat saraf. Sehingga dapat
mengurangi munculnya gangguan saraf seperti kesemutan. Bahkan pada beberapa kasus
dapat menimbulkan penyakit parkinson dan alzheimer.
Kebutuhan Vitamin
2. Vitamin D

Kurang terpajan sinar matahari, gangguan sintesis vitamin D di kulit & 


kemampuan ginjal untuk mensintesis vitamin D aktif
Manfaat Vitamin D untuk lansia

Berbagai penelitian menunjukan bahwa asupan vitamin D yang tercukupi


dapat membantu mencegah osteoporosis atau tulang keropos serta
meningkatkan kepadatan tulang pada orang yang telah lanjut
usia. Vitamin D juga disebut dapat mengurangi risiko patah tulang
pada lansia
Kebutuhan Vitamin

Vitamin antioksidan:

vitamin C dan E  untuk pencegahan katarak, penyakit kardiovaskuler, kanker


Manfaat Vitamin C dan E pada lansia

Salah satu nutrisi yang berperan penting dalam peningkatan sistem


kekebalan tubuh lansia adalah Vitamin E. Konsumsi vitamin tersebut
dapat meminimalisir serangan penyakit berbahaya seperti jantung dan
kanker.

Vitamin C memiliki segudang manfaat untuk tubuh. Mulai dari


meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan stamina untuk
mencegah Anda kelelahan, mencegah anemia, hingga berperan dalam
pembentukan kolagen untuk menjaga kesehatan kulit, tulang, gusi, dan
mata. Selain itu, asupan vitamin C yang mencukupi juga dapat
mencegah risiko aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) karena
vitamin khas buah jeruk ini dapat meningkatkan kerja metabolisme
tubuh untuk memecah kolesterol berlebih.
Kebutuhan Mineral
 Kebutuhan Fe berkurang pada perempuan karena tidak menstruasi lagi

 Kemampuan absorpsi Ca turun setelah usia 60 th pada laki-laki & perempuan

 Defisiensi Zn  menyebabkan gangguan fungsi imun, pengecapan


Kebutuhan Mineral

 Mg  menjaga fungsi otot, saraf & struktur


tulang.
Usia : absorpsi , ekskresi 

 Cu  bagian dari beberapa enzim


Defisiensi Cu:
anemia, penyakit Alzheimer,
stroke & osteoporosis

 Se  mencegah kerusakan sel akibat stres


oksidatif
Manfaat Mineral untuk lansia

Mineral adalah salah satu nutrisi krusial yang dibutuhkan oleh lansia.
Terlebih untuk menjaga imun tubuh mereka. Imun tubuh adalah salah satu
faktor penting yang harus dijaga untuk menjaga kesehatan lansia. Kekurangan
mineral beresiko menimbulkan berbagai penyakit yang menyerang sistem
imun, mulai dari batuk, pilek, hingga gangguan pada saluran cerna, selain itu
 mineral seperti tembaga memiliki peran penting dalam kesehatan sel darah
merah (eritrosit), kekebalan tubuh, saraf, dan beberapa fungsi tubuh lainnya.
Kebutuhan Mineral

Ca P Fe Zn I Se
(mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg)

Laki-laki

>60 th 800 600 13 13,4 150 30

Perempuan

>60 th 800 600 12 9,8 150 30


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai