Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Antioksidan dengan Penyakit Degeneratif

Ika Eliya Susiana, Shofa Salsabila, Tatania Anggraini

Akademi Gizi Karya Husada Kediri

Korespondensi : Ika Eliya Susiana, email :-

Abstrak
Meningkatnya penyakit degenerative pada tahun terakhir menunjukkan menurunnya
kesehatan masyarakat yang timbul karena pola hidup masyarakat yang kurang sehat. Penyakit
degenerative bisa terjadi karena seseorang mengalami stress oksidatif, yaitu kondisi di mana
tubuh mengalami ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah atau mengatasi penyakit degenerative adalah dengan cara
mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung antioksidan. Bahan pangan yang
mengandung antioksidan misalnya dari golongan sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah.
Kata kunci : antioksidan, penyakit degeneratif
Abstract

Keywords:antioxidant,

1
PENDAHULUAN mulai dari konsumsi makanan yang tinggi
Pada zaman sekarang, insiden serat dan antioksidan serta melakukan
penyakit degenerative jumlahnya aktivitas fisik.
meningakat. Radikal Bebas dan Antioksidan
Menurut hasil Riskesdas 2018 Radikal bebas adalah suatu oksigen
didapatkan prevalensi penyakit jantung reaktif yang umumnya diketahui sebagai
(diagnosis dokter) menurut karakteristik senyawa yang memiliki electron bebas
tahun 2018 sebesar 1.3% pada laki-laki atau tidak berpasangan. Radikal bebas ini
dan 1.6% pada perempuan. Menurut hasil bisa terbentuk karena aktivitas metabolism
Riskesdas 2018 didapatkan prevalensi dalam tubuh, proses peradangan, dan dari
diabetes melitus berdasarkan diagnosis luar tubuh seperti obat-obatan, radiasi, dan
dokter tahun 2018 sebesar 1.2% pada laki- pencemaran. Terkadang pengertian radikal
laki, 1.8% pada perempuan, 1.9% pada bebas dan antioksidan dianggap sama
perkotaan, dan 1.0% pada perdesaan. karena memiliki sifat, aktivitas, dan
Menurut hasil Riskesdas 2018 didapatkan dampak yang hampir sama tetapi dengan
prevalensi hipertensi (diagnosis dokter) proses yang berbeda (Hery Winarsi, 2011).
pada penduduk umur lebih dari 18 tahun Dalam diet antioksidan adalah
menurut karakteristik tahun 2018 sebesar bahan pangan yang mampu menurunkan
31.3% pada laki-laki, 36.9% pada dampak negative dari senyawa reaktif
perempuan, 34.4% pada perkotaan, dan seperti oksigen reaktif dan nitrogen reaktif.
33.7% pada perdesaan. Dalam kimia, antioksidan adalah senyawa
Timbulnya penyakit ini tidak pemberi electron atau reduktan dan
terlepas dari perubahan pola hidup oksidan merupakan senyawa penerima
masyarakat yang kurang sehat. Pola hidup elekron atau senyawa yang dapat menarik
dengan konsumsi makanan cepat saji electron, misalnya ferri (Fe2++). Sedangkan
mengandung banyak kalori dan tinggi radikal bebas adalah atom atau molekul
lemak. Dan pola makan ini memberikan yang memiliki electron bebas atau tidak
kontribusi positif terhadap meningkatnya berpasangan, misalnya molekul air (H2O)
penyakit degenerative. dengan ikatan kovalen. Adanya electron
Penyakit degenerative dapat yang tidak berpasangan akan
disembuhkan dengan cara menyebabkan senyawa tersebut sangat
mememeriksakan diri dan mematuhi saran reaktif dalam mencari pasangan dengan
yang diberikan oleh dokter. Selain itu, cara cara menyerang dan mengikat electron di
lainnya adalah melakukan pola hidup sehat sekitarnya. Jika electron yang berikatan

2
membentuk ikatan ionic maka dampak reaktif. Contoh antioksidan yang berupa
yang timbul tidak terlalu berbahaya. Tetapi enzim adalah superoksida dismutase
jika senyawa membentuk ikatan kovalen (SOD), katalase, glutation peroksidase
akan berbahaya karena ikatan digunakan dan glutation reduktase. Aktivitas
bersama pada orbital luarnya. Target antioksidan ini sangat bergantung pada
utama radikal bebas adalah senyawa atau ion logam karena termasuk metaloenzim.
molekul besar seperti protein, asam lemak b) Antioksidan Non-enzimatis
tak jenuh, lipoprotein, DNA, dan Antioksidan non-enzimatis dapat
karbohidrat serta yang paling rentan dari disebut sebagai sistem pertahanan
semuanya adalah asam lemak tak jenuh preventif karena dalam sistem
(Hery Winarsi, 2011). pertahanannya senyawa oksigen
Dampak yang kemungkinan terjadi reaktifakan dihambat dengan cara
akibat radikal bebas adalah gangguan pelekatan metal atau dirusak
fungsi sel, kerusakan struktur sel, pembentukaannya. Dan disebut juga
modifikasi molekul yang tidak dapat sebagai antioksidan sekunder karena
dikenali oleh sistem imun, dan mutasi sel. dapat diperoleh dari asupan bahan
pangan, seperti vitamin (vitamin A, C, E,
Klasifikasi Antioksidan
dan β-karoten), glutation, asam urat,
Menurut Dr. Hery Winarsi (2011) bilirubin, albumin, flavonoid, dan
secara umum antioksidan dikelompokkan lainnya.
menjadi tiga, yaitu : c) Antioksidan Tersier
a) Antioksidan Enzimatis Yang termasuk ke dalam
Antioksidan enzimatis adalah kelompok antioksidan tersier adalah
sistem pertahanan utama (primer) sistem enzim DNA-repair dan metionin
terhadap kondisi stress oksidatif, di sulfoksida reduktase. Enzim tersebut
mana stress oksidatif adalah keadaan berfungsi dalam memperbaiki
ketidakseimbangan kadar antioksidan biomolekuler yang rusak akibat
dan radikal bebas di dalam tubuh. reaktivitas radikal bebas. Kerusakan
Antioksidan ini bekerja dengan cara DNA ini bercirikan oleh rusaknya single
mencegah terbentuknya senyawa radikal dan double strand, baik dari gugus basa
bebas yang baru, yaitu memberikan atom maupun non-basa. Kerusakan DNA inti
hydrogen secara cepat ke senyawa lebih sedikit dibandingkan kerusakan
radikal, lalu radikal antioksidan ini akan DNA mitokondiria dan DNA
berubah menjadi senyawa yang kurang mitokondria yang rusak akan

3
membentuk 8-oksoguanin. Beberapa ahli Beberapa contoh antioksidan yang
menyebutkan kerusakan oksidatif pada digunakan dalam produk pangan adalah
DNA mitokondria dapat memicu Anoxomir, Butylated hydroxyanisole
terjadinya penyakit degenerative, saraf, (BHA), Butylated hydroxytolune (BHT),
kardiovaskuler, dan aging. tert-Butyl hydroquinone (TBHQ), asam
sitrat, ester-seter stearil, isopropyl, asam
Dalam bahan pangan pada
dipropionat, ester dilaulir, distearil, dan
dasarnya telah mengandung antioksidan
lainnya (Umar Santoso, 2016).
alami akan tetapi karena proses
penyimpanan dan pengolahan, antioksidan Beberapa sember antioksidan alam,
mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, misalnya adalah kulit tipis apel, kulit beras
perlu dilakukan penambahan antioksidan kakao, cengkih, bawang putih, lada, oat,
dan umumnya adalah antioksidan sintetik. zaitun, oregano, rosemary, kulit kacang
Antioksidan yang digunakan dalam bahan tanah, kulit kedelai hitam, dedak padi,
pangan harus memenuhi syarat-syarat, minyak wijen, teh, gliadin gandum,
yaitu : gambir, dan kunyit putih (Umar Santoso,
2016).
a) Dapat larut dalam lemak
b) Tidak berbau, berasa dan beraroma PEMBAHASAN
pada makanan
Terjadinya penyakit infeksi baik
c) Harus efektif paling tidak satu tahun
dari virus, bakteri maupun parasit
pada suhu ruangan (25-30°C)
disebabkan oleh terganggunya respirasi
d) Harus stabil pada suhu pengolahan
selama aktivasi sistem pertahanan seluler
dan dapat melindung produk
dan menyebabkan merusak pertahanan
e) Mudah tercampur
integritas dan kehidupan sel. Kejadian ini
f) Efektif pada konsentrasi rendah
menyebabkan meningkatnya penyakit
Dan antioksidan dianggap aman degenerative seperti kardiovaskuler,
jika LD50 tidak kurang dari 1.000 mg/kg aterosklerosis, diabetes mellitus, dan
berat badan dan tidak memberikan efek penyakit lainnya.
signifikan pada pertumbuhan hewan Menurut Dr. Hery Winarsi (2011),
percobaan dalam studi jangka lama pada senyawa radikal bebas yang ada dalam
level 100 kali level yang akan dikonsumsi tubuh akan menyerang biomolekul yang
manusia. ada di sekitarnya. Radikal bebas yang
terdapat pada endotel akan bereaksi

4
dengan nitrit oksida membentuk g) Jika terjadi kerusakan sel endotel
peroksinitrit yang merupakan prooksidan pada pembuluh darah di sekitar otak
reaktif serta menyebabkan kerusakan sel akan menyebabkan stroke dengan
endotel. Kerusakan sel endotel pembuluh diawali terbentuknya thrombus atau
darah pada tubuh dapat menimbulkan plak asteroklerosis.
gangguan sebagai berikut :
Menurut Kristina Simanjutak
a) Jika kerusakan terjadi pada
(2012), mekanisme flavonoid dalam
pembuluh darah sekitar saraf akan
menangkal radikla bebas adalah dengan
mengakibatkan gangguan fungsi
mengkelat ion logam dan menghambat
saraf.
reaksi Fenton dan Haber-Wais untuk
b) Jika terjadi di retina akan
membentuk radikal bebas sehingga dapat
mengakibatkan penurunnan daya
menetralkan radikal bebas.
penglihatan hingga kebutaan.
c) Jika terjadi pada ginjal, akan Menurut Umar Santoso (2016),
menyebabkan gangguan fungsi ginjal pada tubuh manusia terdapat mekanisme
dan dapat berakhir dengan gagal perlindungan terhadap penyakit yang
ginjal. terpapar radikal bebas terdiri dari tiga
d) Penurunan sistem imunitas tubuh. strategi, yaitu :
e) Jika terjadi pada jantung akan
1. Untuk mencegah munculnya ROS (
menyebabkan asterosklerosis
Reactive Oxygen Species ), system
(penyempitan). Karena sel endotel
cytochrome oxidase dari rantai
berperan dalam mempertahankan
transpor electron di dalam
keutuhan sel-sel otot dan diameter
mitokondria mengatalis reduksi
lumen pembuluh darah agar tetap
tertavalenoksigen tanpa melepaskan
lentur dan tidak mengalami
banyak ROS.
penyempitan.
2. Enzim-enzim intraseluler misalnya
f) Jika dalam tubuh terdapat gumpalan-
SOD dan katalase menetralisir
gumpalan fibrin dan lemak
radikal bebas dan turunannya
( penderita diabetes mellitus) yang
sebelum radikal-radikal itu bereaksi
akan menyumbat pembuluh darah
dengan bahan-bahan seluler. Enzim-
koroner dan kemudian menimbulkan
enzim ini berada di intraseluler
kematian otot-otot jantung (infark
karena sel mengandung ion-ion besi
miokard).
dan tembaga yang bentuknya dapat

5
memicu terjadinya reaksi radikal
yang merugikan.
3. Antioksidan harus berada di posisi,
waktu, dan konsentrasi yang tepat
serta memiliki toksisitas rendah pada
kondisi in vivo agar dapat menangkal
kerusakan sel karena ROS.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat


disimpulkan bahwa radikal bebas adalah
suatu oksigen reaktif yang umumnya
diketahui sebagai senyawa yang memiliki
tidak berpasangan dan bersifat reaktif.
Sedangkan antioksidan adalah senyawa
pemberi electron yang mampu
menginaktivasi berkembangnya reaksi
oksidasi dengan cara mencegah
terbentuknya radikal bebas. Terjadinya
penyakit degenerative dapat disebabkan
oleh radikal bebas karena radikal bebas
akan bersifat reaktif dan menyerang
senyawa di sekitarnya yang kemudian
mengakibatkan kerusakan sel.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Winarsi, Hery. 2011. Antioksidan Alami & Radikal Bebas Potensi dan Aplikasinya dalam
Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius.
2. Santoso, Umar. 2016. Antioksidan Pangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
3. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Riset Kesehatan
Dasar 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI.
4. Simanjutak, Kristina. 2012. Peran Antioksidan Flavonoid dalam Meningkatkan
Kesehatan. Jakarta : Program Studi Kedokteran Umum, FK UPN “Veteran” Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai