NPM : 2217016
Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Antioksidan (Vitamin C) terhadap Kadar MDA
(Malondialdehide) pada Atlet Renang PRSI Jawa Barat
Vitamin C dapat menurunkan kadar MDA serum dan menekan peroksidasi lipid yang
terjadi secara signifikan. Hal tersebut dapat menegaskan bahwa vitamin C memiliki
kapasitas antioksidan yang efektif dalam mencegah stres oksidatif yang terjadi akibat
aktivitas fisik. Salah satu pertahanan antioksidan yang penting pada tubuh manusia adalah
SOD, yang merupakan keluarga enzim dengan aktivitas melawan radikal superoksida.
SOD ini berperan dalam mengkatalisis pemutusan anion superoksida O2 − menjadi O2
dan H2O2. SOD merupakan enzim untuk menghambat peningkatan reaktif oksigen
spesies (ROS). SOD lebih efektif dalam menetralkan ion pada anion superoksida, yang
selanjutnya diubah menjadi H2O oleh glutathione (Wibawa et al., 2020)
Proses metabolisme
Dalam tubuh manusia vitamin C akan mengalami proses absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi (ADME). Metabolisme vitamin C terdiri dari oskidasi,
ekskresi, dan regenerasi. Hasil dari proses oksidasi adalah radikal bebas yang askorbil,
biasa berubah secara reversibel kedalam bentuk vitamin C kemabli atau dapat juga
mengalami oksidasi ireversibel menjadi bentuk dehydro-L-ascorbit acid. Proses oksidasi
pada vitamin C dapat pula terjadi setelah bereaksi dengan vitamin E atau radikal urat.
Pencernaan vitamin C secara mekanik dimulai dari mulut, melewati esophagus lalu
masuk kedalam lambung. Vitamin C yang dikonsumsi akan berikatan dengan protein lalu
kemudian dilepaskan di dalam lambung. Vitamin C lalu masuk kedalam usus halus untuk
diserap. Vitamin C cukup mudah untuk diabsorbsi secara aktif dan difusi pada bagian
atas usus halus. Proses absorbsi vitamin C di usus halus dibantu oleh Natrium-Vit C
transporter. Asam askorbat mudah diserap dari saluran pencernaan. Namun, penyerapan
mungkin tertunda dengan dosis besar. Dimetabolisme secara hepatik, dioksidasi secara
reversibel menjadi asam dehidroaskorbat, dan dimetabolisme menjadi askorbat-2-sulfat
dan asam oksalat yang tidak aktif. Pengikatan protein sebesar 25%, lalu asam askorbat
didistribusikan secara luas ke dalam jaringan tubuh (Kumar et al., 2022). Lalu vitamin C
yang diserap akan masuk kedalam peredaran darah melalui vena porta. Kemudian vitamin
C dialirkan keseluruh jaringan tubuh. Nilai rata rata absorbsi vitamin C sekitar 90%.
Vitamin C akan ditransport oleh darah ke jaringan dengan memanfaatkan askorbat
transporter, kemudian disimpan pada jaringan non-lemak seperti kelenjar adrenal,
kelenjar pituitary, lensa mata, hati, ginjal, hati, paru-paru, pankreas dan leukosit.
Eliminasi vitamin C melalui urin setelah ekskresi dari ginjal. Urin berbentuk utuh dan
bentuk garam sulfatnya terjadi apabila kadarnya dalam darah melewati ambang rangsang
ginjal 1,4 mg% (Pakaya, 2014).
Gambar 5. Metabolisme vitamin C
(Sumber: Aniello et al., 2017)
Manusia tidak dapat mensintesis vitamin C karena kurangnya enzim L-gulonolakton
oksidase (GLO), sehingga dibutuhkan vitamin C eksogen. Tingkat vitamin C dalam tubuh
dipertahankan dalam kisaran antara (~ 50 μM) mikromolar dalam plasma darah dan (~ 1-
10 mM) milimolar di dalam sel (Gambar 4). Vitamin C dengan tingkat tertinggi
ditemukan di hipofisis dan sel kelenjar adrenal, vitamin C terakumulasi melalui aktivitas
sistem transportasi yang sangat spesifik yang dikodekan oleh Gen SLC23A1 dan
SLC23A2, juga dikenal sebagai SVCT1 dan SVCT2. Vitamin C terus menerus
dikatabolisme melalui oksidasi menjadi dehydroascorbate (DHA), yang kemudian diubah
menjadi asam oksalat. Rute utama ekskresi vitamin C dan DHA adalah ekskresi urin
(Gambar 4). Oksalat adalah salah satu dari produk akhir utama dari pemecahan vitamin
C pada manusia. Pada proses perombakan ini sangat rentan terjadiakumulasi batu kalsium
oksalat dan nefrokalsinosis. Oleh karena itu, orang yang rentan harus menghindari
konsumsi suplemen vitamin C secara sistematis (D'Aniello et al., 2017).
Daftar Pustaka
Caritá, A. C., Fonseca-Santos, B., Shultz, J. D., Michniak-Kohn, B., Chorilli, M., &
Leonardi, G. R. (2020). Vitamin C: One compound, several uses. Advances for
delivery, efficiency and stability. Nanomedicine: Nanotechnology, Biology, and
Medicine, 24(xxxx), 102117.
D'Aniello, C., Cermola, F., Patriarca, E. J., & Minchiotti, G. (2017). Vitamin C in stem
cell biology: impact on extracellular matrix homeostasis and epigenetics. Stem
Cells International, 2017.
Devaki, S. J., & Raveendran, R. L. (2017). Vitamin C: sources, functions, sensing and
analysis. In Vitamin C. IntechOpen, 1-9.
Kumar, M., Pratap, V., Gour, J. K., Singh, M. K. (2022). Antioxidants Effects in Health.
Vitamin C Chapter 4.22.
Mitmesser, S. H., Ye, Q., Evans, M., & Combs, M. (2016). Determination of plasma and
leukocyte vitamin C concentrations in a randomized, double-blind, placebo-
controlled trial with Ester-C®. SpringerPlus, 5(1), 1-11.
Pakaya, D. (2014). Peranan Vitamin C pada kulit. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah
Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 1(2), 45-54.
Rusiani, E., Junaidi, S., Subiyono, H. S., & Sumartiningsih, S. (2020). Suplementasi
Vitamin C dan E untuk Menurunkan Stres Oksidatif Setelah Melakukan Aktivitas
Fisik Maksimal. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 9(2).
Sylviana, N., Gunawan, H., Lesmana, R., Purba, A., & Akbar, I. B. (2017). The Effect of
Astaxanthin and Regular Training on Dynamic Pattern of Oxidative Stress on Male
under Strenuous Exercise. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 6(1), 46–54.
Wibawa, J. C., Arifin, M. Z., & Herawati, L. (2020). Mekanisme vitamin C menurunkan
stres oksidatif setelah aktivitas fisik. JOSSAE (Journal of Sport Sci ence and
Education), 5(1), 57-63.