PENDAHULUAN
1. RS yang didirikan oleh swasta harus berbadan hukum yang usahanya bergerak
di bidang khusus perumahsakitan, dikecualikan bagi RS Publik berbadan
hukum nirlaba yang harus dibuktikan dengan laporan keuamgan yang telah
diaudit oleh akuntan publik.
1
2
Universitas Indonesia
3
data (Susenas & IFLS) 2014, membuktikan fasilitas swasta semakin diminati oleh
penduduk baik untuk pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Jumlah RS sudah
bertambah hampir dua kali lipat sejak tahun 2004, tahun 2013 melebihi 2000 RS,
dengan lebih dari separuhnya merupakan RS swasta.
Banyak tantangan yang dihadapi pada pelaksanaan JKN karena adanya perbedaan
motif para pelaku JKN (Peserta, BPJS, Fasilitas kesehatan dan Pemerintah) yang
saling bertolak belakang. Peserta menginginkan kualitas layanan. Fasilitas
kesehatan mengharapkan nilai pembayaran memadai. BPJS menghendaki peserta
puas dan akumulasi iuran JKN cukup. Sementara pemerintah, sebagai regulator,
mendambakan perbaikan akses dengan tetap menjaga biaya kesehatan tetap
terkontrol. Perbedaan motif diatas akan menimbulkan masalah yang bisa berujung
pahit pada nasib JKN.
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
4. Merespon era JKN agar RS tetap bisa bertahan dan mendapatkan profit di era
JKN.
Pelaksanaan JKN sejak Januari 2014 telah banyak membawa perubahan di
Pekanbaru termasuk di RS Swasta khususnya RS Awal Bros Panam. Rumah
sakit yang tidak bekerjasama dengan BPJS ada yang akhirnya tutup dan
adapula yang diakuisisi oleh pihak lain karena menurunnya jumlah pasien
sehingga RS tidak mampu lagi membiayai operasionalnya.
Sejak menjadi provider untuk pelayanan pasien JKN Juni 2014 lalu, jumlah
kunjungan di RS Awal Bros Panam semakin meningkat dari waktu ke waktu,
data per Januari 2016, 80% dari pasien rawat inap dan 70% dari pasien rawat
jalan adalah pasien JKN. Sebagai gambaran perbandingan pelayanan pasien
JKN di RS kelas B dan C, berikut data awal yang didapatkan oleh peneliti dari
tiga RS grup RS Awal Bros yang berada dalam regional yang sama.
Tabel 1. Perbandingan jumlah kasus dan klaim INA CBG dari tiga grup
Rumah sakit Awal Bros periode Januari-Maret 2016
Universitas Indonesia
7
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah kasus rawat jalan di RS Awal
Bros Panam jauh lebih banyak (143,7%) dari kasus RS Awal Bros Pekanbaru
dan mendekati (94,5%) kasus RS Awal Bros Batam. Untuk kasus rawat inap
RS Awal Bros Panam juga jauh lebih banyak (144,5%) dari kasus RS Awal
Bros Pekanbaru dan (140,4%) dari kasus RS Awal Bros Batam. Namum bila
dilihat hasil klaim INACBGnya, RS Awal Bros Panam hanya 95,6% dari RS
Awal Bros Pekanbaru dan 61,3% dari RS Awal Bros Batam. Dengan jumlah
kasus yang jauh lebih banyak, bisa jadi kasus yang sama dan tingkat kesulitan
juga sama, ternyata pendapatan yang diperoleh RS dari klaim INA CBG jauh
lebih rendah dari RS kelas B di regional yang sama. Rumah sakit perlu
memikirkan strategi kedepan apakah tetap akan bertahan di kelas C atau naik
menjadi kelas B.
Dalam konteks rujukan berjenjang, saat ini rujukan antar rumah sakit masih
berbasis kelas rumah sakit yang harus diakui tidak sejalan dengan kompetensi
RS. Rujukan berjenjang yang baik harus disusun berkeadilan dan “tidak saling
melemahkan” antar RS. Secara regulasi proses rujukan berjenjang diatur
Universitas Indonesia
8
dalam Permenkes Nomor 1 tahun 2012 dan Permenkes nomor 71 tahun 2013
yang membagi atas primer-spesialis-subspesalis seperti bagan dibawah.
Universitas Indonesia
9
Pada Februari 2016 lalu BPJS cabang Pekanbaru juga telah mengeluarkan
surat kesepakatan sistem rujukan di Pekanbaru dimana dicantumkan bahwa
fasilitas kesehatan tingkat pertama merujuk pasien secara objektif berdasarkan
kebutuhan medis pasien dengan memperhatikan kondisi kompetensi dokter
penerima rujukan, sarana medis penerima rujukan, geografis (mudah dan
dekat untuk diakses pasien), prioritas pilihan rujukan dengan pelayanan yang
lebih efisien (cegah potensi fraud), dan sistem rujukan berjenjang berdasarkan
permenkes no 1 tahun 2012 dengan pemilihan 3 fasilitas kesehatan tingkat
lanjut tujuan rujukan (2 kelas D dan/atau C dan/atau klinik utama dan 1 kelas
B). Oleh sebab itu rujukan berjenjang pasien berdasarkan kelas yang selama
ini berjalan bisa jadi akan berubah berdasarkan kebutuhan medis pasien dan
kompetensi RS penerima, artinya kelas B memiliki prospek untuk tidak
kehilangan pasien JKN.
Universitas Indonesia
10
Commision International) seperti grup RS Awal Bros lain yang sudah lebih
dahulu meraih sertifikasi JCI. Sebagai RS yang baru berusia dua tahun upaya
peningkatan mutu ini tentunya memerlukan kerja keras seluruh komponen RS.
Upaya peningkatan kualitas layanan dan kualitas SDM RS memerlukan
banyak modalitas untuk bisa mewujudkannya dan tentunya memerlukan biaya
yang tidak sedikit.
Dari ulasan tersebut di atas , untuk menilai kelayakan dan kesiapan perubahan RS
Awal Bros Panam menjadi kelas B dengan mempertimbangkan era implementasi
JKN diperlukan analisa lebih lanjut melalui kajian pada tesis ini. Adanya
persyaratan yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 56 tahun 2014 dan kondisi
pelayanan, SDM, peralatan dan sarana prasarana RS saat ini memerlukan analisa
lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana kesiapan RS untuk berubah menjadi
kelas B dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Permenkes tersebut.
Dalam konteks JKN, perlu dianalisa lebih lanjut apakah dengan menjadi kelas B
akan memberikan manfaat yaitu profit yang lebih baik bagi RS dan juga
optimalisasi layanan serta sarana prasarana yang telah dimiliki RS. Dan
harapannya keputusan yang diambil dapat membawa manfaat jangka panjang bagi
RS tidak hanya untuk pengembangan layanan tetapi juga untuk peningkatan
kesejahteraan seluruh karyawannya.
Rumah sakit Awal Bros Panam berdasarkan Renstra RS 2014-2018 telah ditetapkan
akan berkembang menjadi RS kelas B pada tahun 2018 mendatang. Untuk dapat
menjadi RS kelas B harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan klasifikasi RS yang
telah diatur dalam Permenkes nomor 56 tahun 2014. Kondisi Rumah sakit saat ini
sudah melebihi standar RS kelas C baik dari standar pelayanan, SDM, peralatan
Universitas Indonesia
11
maupun sarana prasarana. Tetapi belum tentu RS sudah memenuhi standar RS Kelas
B sesuai Permenkes nomor 56 tahun 2014, sebagai contoh saat ini RS belum
memiliki layanan subspesialis dan layanan pemeriksaan patologi anatomi. Rumah
sakit harus memastikan terlebih dahulu apakah standar yang dimiliki sekarang sudah
memenuhi standar RS kelas B.
Disisi lain, pelaksanaan JKN saat ini regulasinya belum optimal, belum
menunjukkan keberpihakan terhadap RS swasta. Sampai saat ini rumah sakit
masih merugi atas pelayanan pasien JKN. Menurut data laporan keuangan dan tim
casemix RS tercatat kerugian kisaran 250-500jt untuk pelayanan pasien JKN di
RS setiap bulannya. Besaran tarif INACBG’s masih sangat rendah dan RS
cenderung masih merugi atas pelayanan pasien JKN. Tidak ada perbedaan tarif
antara RS swasta dengan pemerintah. Tarif RS dibedakan atas kelas RS dan
regionalisasi walaupun pada kenyataannya RS kelas C dapat menangani kasus
yang sama dan tingkat kesulitan yanga sama dengan kelas B akan tetapi dengan
pembayaran yang lebih rendah. Jumlah kunjungan di RS kelas C banyak akan
tetapi RS hanya dibayar ‘cukup’ untuk hal tersebut. Tentunya RS harus cerdas
membaca situasi dan melihat peluang kedepan untuk kemajuan RS. Peluang pasar
dan kompetisi bisnis RS di wilayah sekitar perlu dicermati termasuk juga
komitmen akan mutu pelayanan yang lebih baik yang juga mendasari
pengambilan keputusan untuk merubah kelas.
Oleh sebab itu diperlukan analisis lebih lanjut untuk memastikan kelayakan dan
kesiapan perubahan RS Awal Bros Panam menjadi kelas B di era Jaminan
Kesehatan Nasional. Melalui analisis yang lebih detail dan mendalam diharapkan
keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat untuk kemajuan RS,
keberlangsungan RS jangka panjang dan kesejahteraan karyawannya.
Universitas Indonesia
12
1.3.1. Apakah jenis pelayanan yang ada, ketersediaan sumber daya manusia,
ketersediaan peralatan serta bangunan dan sarana-prasarana di RS
Awal Bros Panam sudah memenuhi syarat untuk menjadi RS Kelas B
berdasarkan standar Permenkes No.56 tahun 2014?
1.3.2. Bagaimana gambaran perbedaan selisih antara besaran klaim
INACBG’s dengan pendapatan Rumah sakit dengan perhitungan tarif
umum periode Januari-Desember 2015 di RS Kelas C dan Kelas B?
1.3.3. Bagaimana gambaran perbedaan jumlah kasus dan severity level periode
Januari-Desember 2015 di RS Kelas C dan Kelas B?
1.3.4. Bagaimana gambaran perbandingan jumlah kasus dan klaim INACBG’s
antara RS Kelas C dengan Kelas B periode Januari-Desember 2015?
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia