TINJAUAN PUSTAKA
adalah kelompok logam golongan IV-A dalam tabel periodik unsur kimia yang
memiliki nomor atom (NA) 82 dan bobot atau berat atomnya (BA) 207,2
berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327ºC dan titik didih
1.620ºC. Timbal menguap pada suhu 550 - 660ºC dan membentuk timbal (II)
seperti biji logam yang ditemukan dalam bentuk seperti galena (PbS), anglesit
dan murah
d. Sifat kimia timbal yang dapat digunakan sebagai lapisan pelindung jika
9
e. Kemampuannya untuk membentuk senyawa dengan logam lainnya dan
yang murni
mengalami kontak dengan logam berat yang tidak terlihat ini dengan banyak
cara, baik di tempat mereka tinggal atau di tempat mereka bekerja (Mehrpour
logam-logam toksik lainnya. Biasanya kadar timbal dalam tanah berkisar antara
5 – 25 mg/kg, dalam air tanah 1 – 60 µg/l dan di udara kurang dari 1 µg/m 3,
tetapi dapat jauh lebih tinggi di tempat kerja tertentu dan di daerah yang lalu-
timbal melalui air, makanan, debu, minyak dan udara (D’souza dkk. 2011).
manusia sendiri, seperti paparan dari gas buangan kendaraan bermotor yang
10
bahan peledak, pemakaian timbal dalam pembuatan keramik, penggunaan solder
pada bahan bakar solar (diesel) dan minyak tanah. TEL dan TML secara bersama –
sama ditambahkan ke dalam bensin sebagai adiktif anti ketukan mesin dan
menaikkan angka oktan bensin. Setiap 0,1 gram timbal per liter bensin, mampu
menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan TEL berbentuk cairan berat dengan
kerapatan 1,659 g/ml, titik didih 200ºC = 390ºF dan larut dalam bensin. Senyawa
menentukan kualitas bahan bakar (bensin) yang dikenal dengan istilah angka oktana.
isooktana atau 2,2,4,trimetil pentana dengan heptana. Pada penemuan pertama kali
pada tahun 1927, isooktana dianggap sebagai bahan bakar yang paling baik, karena
hanya pada kompressi tinggi saja isooktana memberikan bunyi ketukan pada mesin
mobil. Sebaliknya heptana dianggap sebagai bahan bakar yang paling buruk. Angka
oktana 100, artinya bahan bakar (bensin) tersebut setara dengan isooktana murni.
Angka oktana 80, artinya bensin tersebut merupakan campuran 80% isooktana dan
20% heptana. Hasil pembakaran dari bahan tambahan timbal pada bahan bakar
11
kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal anorganik. Logam berat timbal yang
bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui
proses di dalam mesin maka logam berat timbal akan keluar dari knalpot
pembuangan bersama dengan gas buang lainnya (Wardhana, 2004; Sudarmaji dkk.
2006).
timbal dalam bahan bakar minyak yang tercantum dalam Keputusan Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi, No. 3674 K/24/DJM/2006, tentang Standard
dan Mutu (spesifikasi) Bahan Bakar Minyak jenis Bensin yang dipasarkan
timbal dalam 3 jenis bensin yang beredar dalam negeri. Jenis bensin pertama
adalah jenis bensin 88 yang terbagi menjadi jenis 88 tanpa timbal dan bensin
jenis 88 bertimbal. Untuk jenis bensin 88 tanpa timbal, kadar maksimal timbal
dalam bensin adala 0,013g/l dan untuk jenis bensin 88 bertimbal, kadar
maksimasimal timbal dalam bensin adalah 0,3g/l. Jenis bensin yang kedua
tahun 1990 yang menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection
(EFI) dan catalytic converters dengan kadar maksimal timbal dalam bensin
adalah 0,013g/l. Jenis bensin yang ketiga adalah jenis bensin 95 (pertamax plus)
untuk kendaraan dengan kompresi tinggi dengan ratio diatas 10,5 yang
valve timing (VVT-I pada Toyota, VVT pada Suzuki, VTEC pada Honda dan
12
dengan batas maksimal kadar timbal dalam bensin adalah 0,013g/l (Mahdiansah,
kegunaannya
13
d. Persenyawaan dengan Te (telurium)
adalah sebagai anti knocking dan meningkatkan oktan dalam bahan bakar
tersebut. Bahan anti letupan yang aktif terdiri dari tertraetil-Pb atau Pb(C2H5)4,
dalam mesin sebagai akibat pembakaran bahan anti letup tersebut. Bahan aditif
yang ditambahkan ke dalam bensin terdiri dari 62% tetraetil-Pb, 18% etilen
tetraalkyl lead dan sisanya terperangkap dalam sistem exhaust dan mesin oli
14
Senyawa Pb/Waktu/% 0 jam (%) 18 Jam (%)
Tabel 2.1 Kandungan Senyawa Pb Dalam Gas Buang Kendaraan Bermotor (Palar, 2005)
jam). Selanjutnya jumlah senyawa ini berkurang setelah mesin dihidupkan lebih
lama, sedangkan kandungan gas lain seperti PbOx dan PbCO3 .2PbO
mengalami peningkatan yang sangat tinggi dan menggantikan posisi kedua gas
Kualitas udara di jalan raya dengan lalu lintas yang sangat padat
mengandung timbal yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara di jalan raya
bervariasi dari 2-4 μg/m³ di kota besar dengan lalu lintas yang padat sampai
kurang dari 0,2 μg/m³ di daerah pinggiran kota. Konsentrasi tertinggi terjadi di
15
sepanjang jalan raya bebas hambatan selama jam-jam sibuk di mana
Usus
2.1.5.1 Absorbsi
a. Saluran pernafasan
16
30% sampai 40% (rata-rata 37%) tergantung pada (Baselt,
1988):
a. ukuran partikel
b. daya larut
c. volume pernafasan
paru-paru
c. Kulit
17
gas.Contoh timbal organik seperti tetraethyl dan tetramethyl
(WHO, 2006).
dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, hati)
dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi. Gigi dan tulang
lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu
abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein dan Kipen, 1994)
2.1.5.3. Ekskresi
adalah melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi timbal melalui urine
sangat lambat. Timah hitam waktu paruh di dalam darah kurang lebih
18
2.1.6 Dampak timbal pada tubuh manusia
a. Sistem saraf
yang tidak dapat dipisahkan. Sementara itu, pada pria dewasa yang
dalam darah dengan waktu paruh 25 hari (Goldstein dan Kipen, 1994).
19
heme. Timbal juga mengurangi waktu hidup eritosit dengan
pada paparan tingkat rendah yaitu 10 µg/dl. Kerusakan pada ginjal ini
terjadi ekskresi yang tidak normal pada glukosa, phosphat dan asam
20
perempuan adalah keguguran, prematur, pre-eklampsia dan hipertensi
pasti. Beberapa tes laboratorium seperti tes darah terhadap kadar timbal dan
protoporfirin serta tes urin terhadap kadar timbal dan koproporfirin dapat
pasti, maka dapat ditentukan pengobatan yang tepat dengan segera (Darmono,
2010).
Palar (2005) menyatakan, ada 3 cara paling umum yang dapat dilakukan
urin, pengujian kadar ALA dalam darah dan pengujian Aminolevulinic Acid
kadar timbal dalam darahnya mencapai 25 µ g/dl darah maka pekerja harus
21
bahwa kadar timbal dalam darah kurang dari 40 µ g/dl tidak berbahaya,
keracunan timbal telah terlihat pada kadar timbal dibawah 25 µ g/dl. Apabila
kadar timbal dalam darah sudah mencapai 60 µ g/dl atau lebih atau apabila 3
darahnya 25- 40 µ g/dl maka harus dilakukan pemeriksaan setiap 6 bulan, jika
pemeriksaan setiap 2 bulan, dan apabila dijumpai pekerja dengan kadar timbal
Kategori µg / dl darah
Normal < 10
Tabel 2.2 Kategori Pb darah orang dewasa menurut ATSDR (Agency for Toxic Substance and
22
2.2 Neuropati Perifer
2.2.1 Definisi
Susunan saraf perifer mencakup saraf otak, saraf spinal dengan akar saraf serta
cabang-cabangnya, saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan saraf otonom
Patologi neuropati saraf tepi mengikuti tiga pola dasar : Degenerasi Wallerian,
Gambar 2.2 Proses patologis dasar pada saraf tepi. Pada degenerasi wallerian, terjadi degenerasi
dari aksis silinder dan myelin pada daerah distal dari gangguan axonal (panah). Dan sentral
kromatolisis. Pada segmental demyelinasi, akson masih utuh. Pada degenerasi aksonal terjadi
degenerasi distal dari myelin dan aksis silinder sehingga menjadi penyakit neuronal. (Ropper dan
Brown, 2005)
23
a. Degenerasi Wallerian
kimia yang lengkap. Perubahan juga terjadi pada badan neuronal. Retikulum
mejadi lebih bening dan inti bergeser keperifer sel. Proses ini disebut
Puntung proksimal memenjang 1-3 mm per hari. Sel Schwann didistal daerah
yang putus berproliferasi dan membentuk myelin baru. Derajat regenerasi dan
pemulihan tergantung berapa baik ujung-ujung yang putus bertemu dan pada
luasnya cedera jaringan lunak serta jaringan parut sekitar area yang putus. Bila
b. Aksonopati Distal.
Degenerasi akson dan myelin dimulai pertama pada bagian distal akson
dan bila abnormalitas menetap, akson mengalami ‘dies back’. Ini menyebabkan
24
Neurofilamen dan organel terkumpul di akson yang berdegenerasi (mungkin
Gambar 2.3. proses neuropati aksonal dengan demielinasi sekunder dan subsequent remielinisasi.
(A) Normal. (B) degenerasi aksonal tahap awal dengan demeilinisasi subsequent dan bentukan
mielin masih oval. (C) proses macrophage menghilangkan debris mielin (D) regenerasi aksonal
tahap awal dan remielinisasi (E) regenerasi aksonal dengan pemendekan panjang internode
(Bromberg dan Gordon, 2005)
menjelaskan mengapa kelaian dimulai dari bagian yang paling distal dari saraf,
dan akson besar yang memiliki kebutuhan metabolik dan nutrisi lebih tinggi
lebih parah terkena. Namun ini belum terlalu jelas. Sulit membayangkan badan
neuronal yang relatif sangat kecil dapat memelihara kebutuhan metabolik akson
dengan massa yang besar. Selain itu badan sel tergantung pada akson distal serta
25
sinapsnya untuk interaks trofik yang menjaganya tetap hidup dan berfungsi
c. Demielinasi Segmental
hancur serta hilangnya mielin pada beberapa segmen. Akson tetap intak dan
tidak ada perubahan pada badan sel. Hilangnya konduksi saltatori akibat
sel Schwann membentuk myelin baru. Namun pada banyak kasus, demyelinasi
myelin yang tipis, ‘onion bulbs’, dan pada kasus berat, hilangnya akson.
Kondisi myelin dapat dinilai dengan preparat berkas serabut pada saraf tepi dan
26
Gambar 2.4. Gambaran skematik dari demielinasi neuropati. (A) Normal. (B) Perubahan awal
mielin dengan duplikasi sel schwan (C) Bentukan myelin dan pemusnahan oleh makrophag (D)
remielinasi. (E) Remielinasi dengan pemendekan internode (Bromberg dan Gordon, 2005).
berulang serta regenerasi myelin dan dapat menyebabkan penebalan hebat saraf
degenerasi akson sentral neuron tersebut pada traktus grasilis dan kuneatus dari
kord spinal. Lesi ini berhubungan dengan hilangnya sensasi posisi dan vibrasi
27
2.2.3. Pengaruh Timbal Terhadap Neuropati Perifer
bebas dengan peranan anti oksidan yang memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Gambar 2.5. Mekanisme stress oksidatif pada sel terpaparan timbal (Floral dkk.2012)
28
enzym utama dalam biosintesis heme, menyebabkan peningkatan kadar substrat
ALA (aminolevulinic acid) baik dalam darah ataupun urin individu yang
radikal hidroksil, suatu radikal bebas yang paling reaktif (Gurer-Orhan dkk.
2004). ALA mengalami enolisasi dan autooksidasi pada pH 7-8. Enol ALA
dengan transfer elektron dari oksihemoglobin ke oksigen. H2O2 dan O2- yang
peroksidase (GPx) dan juga molekul antioksidan seperti glutation (GSH) pada
oksidan dalam darah seperti SOD, katalase dan GPx tetapi pemaparan pada
dosis lebih tinggi (lebih dari 40 μg/dL darah) dan jangka waktu lama justru akan
29
penting dalam menjaga tersedianya GSH yang dibentuk kembali dari glutation
teroksidasi (GSSG) oleh enzim glutation reduktase (GR) (Devlin, 2002). GSH
pelindung sel dari stres oksidatif. Peran GSH sebagai molekul anti-oksidan
tak langsung. Enzim ini memiliki disulfida pada tempat katalitiknya, yang
merupakan target Pb. Dengan demikian Pb yang terikat pada enzim ini
faktor. Pada porphyria akut fungsi lever gagal mensintesa faktor essential nutrisi
suplai energi pada akson dengan cara menghambat enzim serabut saraf yang
Timbal mengganti kation bivalen lainnya seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+ dan
30
(Lidsky dan Scheider, 2003) . Dengan terakumulasinya dalam sel dengan
sawar darah. Timbal tersebut akan terakumulasi dan merusak sel astroglial
1999).
negatif. Gejala positif mencerminkan aktivitas spontan serabut saraf yang tidak
lain yang juga sering adalah kesulitan membedakan rasa panas atau dingin dan
31
rasa melayang yang berkaitan dengan orthostasis. Pasien dengan gangguan
dengan perubahan warna kulit dan trofi otot (Alport dan Sander, 2012; Burn
untuk menilai fungsi ginjal dan hati, pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar
vitamin B12 serum, laju endap darah, uji fungsi tiroid, dan immunofixation
Barre, uji anti GQ1b, anti GM1, dan anti GD1a dapat menunjang diagnosis.
Pada pasien yang dicurigai menderita vaskulitis dan connective tissue disorder
panel hepatitis B dan C, serta cryoglobulin perlu dilakukan (Bril dkk. 2011)
32
pada nervus medianus, nervus ulnaris, nervus radialis, nervus tibialis, nervus
medianus, nervus ulnaris, nervus radialis dan nervus suralis. Nilai normal dari
nervus ulnaris, nervus radialis, nervus tibialis, nervus peroneus, dan nervus
divalidasi untuk mengukur tingkat neuropati perifer dengan waktu singkat kira
Cherry dkk. (2009) menunjukkan bahwa BPNS hampir sama ekfektif dengan
mengukuran obyektif untuk menilai adanya neuropati perifer pada pasien HIV.
spesifisitas 89,5% dengan 90%. Dan sensitifitas 34,9% dengan 49% untuk
mendeteksi neuropati perifer distal pada HIV, dengan positif predictive value
72%. Menurut Widjaja dkk. (2014) melakukan uji reabilitas Brief Peripheral
Neuropathy Screen (BPNS). Sebanyak 31 pasien HIV, terdiri dari 65% laki-laki
dan 35% perempuan dengan rerata usia 33,03+7,186 tahun. Koefisien Kappa
sebesar 0,87 untuk komponen keluhan subjektif dan 0,735 untuk komponen
33
Diagnosis neuropati perifer dapat ditegakkan ketika mengalami
keluhan 1 atau lebih dari gejala spesifik pada BPNS, yang meliputi : nyeri,
kesemutan, rasa tebal dan satu dari gejala berikut reflek ankle menurun, rasa
sensasi getar yang menurun pada ibu jari kaki. Keterbatasan dari pemeriksaan
sensoris ini adalah gangguan sensoris dibagian distal yang bersifat progresif.
suhu dan terakhir gangguan nyeri. Temuan biasanya bersifat bilateral dan
ketidaksesuaian tersebut.
34