Anda di halaman 1dari 19

JOURNAL READING

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG


PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN
BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik pada
Masa Nifas dan Menyusui

Oleh:
JULIANA SAGALA
NIM: P07524722014

PEMBIMBING INSTITUSI
Arihta Sembiring, SST, M.KeS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Journal Reading
dalam Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan Asi ini dengan baik.
Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada dosen pengampu Ibu Arihta Sembiring, SST, M.Kes yang
telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan Journal Reading ini,
masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Profesi Kebidanan.

Medan, O k t 2022

Juliana Sagala

i
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan .......................................................................................
Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul ( Jurnal yang dilaporkan).........................................................1
B. Abstrak................................................................................................1
C. Latar Belakang....................................................................................2
D. Metodologi..........................................................................................3
Hasil dan pembahasan penelitian
E. Kesimpulan dan Saran........................................................................4
BAB II Telaah Jurnal
A. Judul Jurnal.........................................................................................6
B. Abstrak................................................................................................6
C. Latar Belakang....................................................................................6
D. Metodologi..........................................................................................6
E. Hasil dan Pembahasan/Diskusi...........................................................7
F. Kesimpulan dan saran.........................................................................7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi...............................................................................................8
B. Etiologi...............................................................................................8
C. Patofisiologi........................................................................................9
D. Tanda dan Gejala..............................................................................10
E. Diagnosa...........................................................................................10
F. Penatalaksanaan................................................................................11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................14
B. Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul
Judul artikel yang saya telaah ditulis oleh Herdini Widyaning Pertiwi “ Hubungan
Antara Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara Dengan Terjadinya Bendungan
ASI pada Ibu Nifas”
B. Abstrak
Kejadian Bendungan ASI akan sangat berpengaruh terhadap masa nifas karena
ketidakberhasilan dalam memberikan ASI kepada bayinya, Salah satu tidak
tercapainya ASI eksklusif yaitu bayi tidak mendapat ASI yang cukup serta produksi
ASI meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang
baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. Di klinik Mulia
Kasih Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali pada bulan Berdasarkan data studi
pendahuluan yang di lakukan di klinik mulia kasih, Ngemplak, Boyolali pada bulan
Nopember 2017 terhadap 10 orang ibu post partum, didapatkan 6 orang (60%) tidak
mengerti tentang perawatan payudara, dan 4 orang (40%) sudah mengerti perawatan
payudara. Dari 4 orang yang sudah mengerti perawatan payudara tidak ada yang
mengalami bendungan ASI. Sedangkan dari 6 orang yang tidak mengerti perawatan
payudara terdapat 1 orang (16,7%) yang mengalami bendungan ASI., karena sebagian
besar ibu belum mengerti tentang perawatan payudara (breast care).. Jenis penelitian
ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini 30 ibu menyusui yang masih masa nifas dibulan Januari 2018. Jumlah
sampel sebanyak 30 responden. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil
penelitian Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang perawatan payudara
(43,3%), responden tidak mengalami Bendungan ASI (66,7 %)
kunci : perawatan payudara,bendungan asi

1
C. Latar Belakang
Menurut data WHO terbaru pada tahun 2018 di Amerika Serikat persentase
perempuan menyusui yang mengalami Bendungan ASI terdapat ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 6543 orang dari 9.862 orang (WHO, 2015). Di Indonesia
pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 77.231 atau
(37, 12 %) (SDKI, 2015). Pada tahun 2011 erdasarkan dari hasil penelitian di RB
Mulia Kasih Boyolali pada bulan Januari-Desember 2011, jumlah ibu nifas 250 orang
dengan jumlah ibu nifas normal 180 orang (72%), ibu nifas dengan mastitis40 orang
(16%) dan ibu nifas dengan bendungan ASI 30 orang (12%). Perawatan payudara
(Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang dilakukan pada saat
kehamilan atau masa nifas untuk mendukung produksi air susu ibu (ASI), selain itu
untuk kebersihan payudara dan perawatan pada bentuk puting susu yang masuk ke
dalam atau datar. Bendungan ASI (engorgement of the breast) terjadi karena
penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjarkelenjar yang tidak dikosongkan
dengan sempurna karena kelainan pada puting susu, dan kurangnya informasi tetang
perawatan payudara. (Prawirohardjo, 2010). Salah satu masalah masyarakat mengenai
kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibunya. Gangguan ini dapat
menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya bayi tidak
mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila tidak segera di tangani maka akan
menyebabkan engorgement, hal ini terjadi karena penyempitan duktus lakteferi atau
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe mengakibatkan timbulnya rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. Berdasarkan data studi pendahuluan yang di lakukan di klinik mulia kasih,
Ngemplak, Boyolali terhadap 10 orang ibu post partum, didapatkan 6 orang (60%)
tidak mengerti tentang perawatan payudara, dan 4 orang (40%) sudah mengerti
perawatan payudara. Dari 4 orang yang sudah mengerti perawatan payudara tidak ada
yang mengalami bendungan ASI.
2
Sedangkan dari 6 orang yang tidak mengerti perawatan payudara hanya 1 yang tidak
mengalami bendungan ASI. Terjadinya bendungan ASI disebabkan 12 Jurnal
Kebidanan, Vol. X, No. 01, Juni 2018 karena kurangnya informasi yang mereka
dapatkan tentang perawatan payudara pada masa menyusui dan mereka akan
konsultasi ke Bidan setelah mengalami bendungan ASI. Kejadian Bendungan ASI
akan sangat berpengaruh terhadap masa nifas karena ketidakberhasilan dalam
memberikan ASI kepada bayinya, Salah satu tidak tercapainya ASI eksklusif yaitu
bayi tidak mendapat ASI yang cukup serta produksi ASI meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula karena
adanya pembatasan waktu menyusui hingga dapat terjadinya peradangan pada
payudara ibu dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali
disertai peningkatan suhu badan ibu, dan terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam
(Manuaba, 2019).
D. Metodologi
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
analitik kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan
antar variabel dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana objek
penelitian dan waktu diamati pada waktu yang sama (Soekidjo, 2010). Populasi pada
penelitian ini berjumlah 210 ibu menyusui yang berkunjung di Puskesmas Rawat Inap
Sidomulyo Pekanbaru tahun 2016, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 67 orang, pengumpulan
data menggunakan data primer dengan instrument penelitian adalah kuisioner.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
E. Hasil Penelitian
Dalam metode penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel Dependen
yaitu perawatan payudara. Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan
pengeluaran ASI dan Variabel Independen yaitu Kejadian Bendungan ASI.
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar - kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
3
kelainan pada

4
putting susu. Metode penelitian ini menggunakan Survey analitik dengan pendekatan
cross sectional. Tehnik pengambilan sampling dengan total sampling, populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu nifas berjumlah 30 orang dengan instrumen
penelitian berupa Checklist. Analisis data menggunakan uji Chi Square.
F. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa dari 13 responden dengan
pengetahuan perawatan payudara baik yang mengalami bendungan ASI hanya 2
responden (15,4%) dan sebanyak 11 responden (84,6%) tidak mengalami bendungan
ASI. Ibu yang mendapatkan ilmu cara perawatan payudara dari teman dan memaca di
internet melalui android. Ibu yang berpengetahuan baik namun masih mengalami
bendungan ASI dikarenakan ibu tidak menerapkan apa yang telah disampaikan oleh
tenaga kesehatan walaupun sudah diberitahu dan diajarkan cara perawatan payudara.
Dari 10 responden dengan pengetahuan perawatan payudara cukup terdapat 2
responden (20%) yang mengalami bendungan ASI dan 8 responden (80%) tidak
mengalami bendungan ASI. Sedangkan dari 7 responden dengan pengetahuan
perawatan payudara kurang terdapat 6 responden (85,7%) mengalami bendungan ASI
dan yang 1 responden(14,3%) tidak mengalami bendungan ASI. Ibu yang kurang
pengetahuannya tentang cara perawatan payudara dikarenakan selama hamil ibu tidak
mendapatkan informasi dari Bidan ataupun dokter cara melakukan perawatan
payudara terutama pada masa menyusui. Bendungan air susu terjadi akibat
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Pada
umumnya setelah melahirkan, payudara ibu membesar, terasa panas, keras, dan tidak
nyaman. Pembesaran tersebut dikarenakan peningkatan suplai darah ke payudara
bersamaan dengan terjadinya produksi air susu. Biasanya hal ini berlangsung selama
beberapa hari. Kondisi ini bersifat normal dan tidak perlu dikhawatirkan. 14 Jurnal
Kebidanan, Vol. X, No. 01, Juni 2018 Namun, terkadang pembesaran itu terasa
menyakitkan sehinga ibu tidak leluasa mengenakan kutang ataupun membiarkan
benda apapun menyentuh payudaranya. Bendungan air susu dapat terjadi pada hari
ke-2 atau ke-3 ketika
5
payudara telah mproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu
yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat,
terlambat menyusukan,hubungan dengan bayi yangkurang baik, dan dapat pula terjadi
akibat pembatasan waktu menyusui. Hasil uji statistik Chi square untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI
diperoleh nilai X 2 = 11,327 dengan p-value = 0,003 (p >0,05) yang berarti ada
hubungan antara pengetahuan perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI
di Klinik Mulia Kasih, Ngemplak, Boyolali

BAB II

6
TELAAH JURNAL

A. Judul
Judul artikel yang saya telaah ditulis oleh Herdini Widyaning Pertiwi “ Hubungan
Antara Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara Dengan Terjadinya Bendungan
ASI pada Ibu Nifas”. Judul artikel ini penulis mengambil tentang bagaimana
kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan payudara, sehingga ibu tidak benar
dalam melakukan tindakan perawatan payudara dan menyebabkan ibu mengalami
putting susu tenggelam, bayi susah menyusu, ASI tidak keluar, yang berakhir pada
terjadinya bendungan ASI.
B. Abstrak
Pada abstrak jurnal Herdini Widyaning Pertiwi “ Hubungan Antara Pengetahuan
Ibu Tentang Perawatan Payudara Dengan Terjadinya Bendungan ASI pada Ibu Nifas”
sudah mengikuti langkah-langkah pembuatan abstrak dimana harus terdapat konteks,
tujuan penelitian, desain, analisis statistik, hasil, kesimpulan dan kata kunci. Peneliti
juga menjelaskan dengan baik isi dari abstrak yang dibuat untuk merangkum semua
hasil penelitian yang peneliti lakukan.
C. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal Herdini Widyaning Pertiwi “ Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara Dengan Terjadinya Bendungan ASI
pada Ibu Nifas”
tercantum data yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Selain itu peneliti
membahas teori-teori pendukung dari beberapa sumber untuk mendukung penelitian
tersebut dan peneliti juga mengetahui apa permasalahan/isu yang akan dikaji oleh
peneliti dalam melakukan penelitian.
D. Metodologi
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
analitik kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan
antar variabel dengan menggunakan pendekatan cross sectional pengumpulan data

7
menggunakan data primer dengan instrument penelitian adalah kuisioner. Analisis
data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
E. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam jurnal ini ditulis secara rinci. Peneliti menyertakan
tabel dalam memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang
memudahkan pembaca untuk memahaminya. Peneliti juga menjelaskan teori-
teori berdasarkan penelitian orang lain untuk mendukung hasil dari penelitian
tersebut.
F. Kesimpulan dan Saran
Pada jurnal yang direview berisi pembahasan yang sudah sesuai dengan teori
kemudiantujuan penelitian,hasil penelitian, dan kesimpulan dipaparkan dengan
ringkas,jelas, dan padat tentang bagaimana pengaruh tingkat pengetahuan ibu tentang
ASI akan mempengaruhi pola pikir dan sikap seseorang sehingga akan
menumbuhkan perilaku positif melakukan payudara untuk melancarkan keluarnya
ASI, mencegah bendungan atau pembengkakan pada payudara dan memelihara
kebersihan payudara.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
A. Pengertian Bendungan ASI
Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan
rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan (Maryunani, 2015). Bendungan ASI
dikarenakan penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Maryunani,
2015). Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara
telah memproduksi air susu.
Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi
tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan
dengan bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu
menyusui (Prawirohardjo, 2011).
B. Etiologi
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu
yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-
6 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai
saat terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan
sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya. Sejak hari
ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan,
payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan
yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat.
Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat
penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran
susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara
dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang
menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Wanita kadang- kadang menjadi demam(Sarwono, 2002).

9
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara
sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang
disebut dengan bendungan air susu atau “caked breast” , sering menyebabkan rasa
nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.
Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan
dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular
untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lacteal
oleh air susu.
Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Demam tersebut
mengkawatirkan terutama bila kemungkinan infeksi tidak dapat disingkirkan pada
wanita yanga baru saja menjalani seksio sesarea. Roser (1966) mengamati bahwa
18% wanita yang normal akan mengalami demam postpartum akibat pembendungan
air susu. Lamnya panas yang terjadi berkisar dari 37,8 hingga 39 C. pada kedua
penelitian tersebut, insiden dan intensitas pembendungan air susu serta panas yang
menyertainya lebih rendah bila diberikan pengobatan untuk menekan laktasi.
Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain, khususnya panas yang disebabkan oleh
infeksi, harus disingkirkan dahulu(Suherni, 2009).

C. Patofisiologi
Apabila terjadi penghisapan payudara oleh bayi, pelepasan prolaktin tidak terjadi
dan pada hari ketiga dan keempat setelah melahirkan, bendungan pembuluh darah
akan membesar pembuluh laktiferus dan air susu ibu harusbdiperas dengan hati-hati.
Jika payudara tidak dikosongkan, maka alveoli akan mengalami kongestiti
(bendungan dan terjadi pembengkakan karena air susu (Suherni, 2009)

D. Tanda dan Gejala


Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, puting susu bisa mendatar
sehingga bayi sulit menyusu. Pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktuli laktiferi

1
menyempit. Payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila ditekan, warnanya
kemerahan, suhu tubuh sampai 380C.(Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Bendungan air susu ibu ditandai dengan payudara bengkak, keras, terasa panas
sampai suhu badan sedikit naik. Sehingga menyebabkan air susu tidak lancar atau
keluar sedikit. Bendungan ASI merupakan permulaan kemungkinan infeksi payudara
atau mastitis. Apabila masih terjadi akan menimbulkan demam, nyeri lokal pada
payudara, terjadi pemadatan dan terjadi pemadatan perubahan warna pada payudara
(Laksono,2010).
E. Diagnosa
1) Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu
dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi
pembuluh- pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau
ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat
menjadi merah.
2) Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu
dengan jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh
payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari subklavikular
kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk.tangan aksila
yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa
mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si
penderita.misalnya kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,tangan
kiri dokter mengadakan palpasi(prawirohardjo,2015)

3) Faktor Predisposisi
 Posisi menyusui yang tidak baik
 Membatasi menyusui

1
 Membatasi waktu bayi dengan payudara
 Memberikan suplemen suu formula untuk bayi
 Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan sunplai
berlebihan
 Implan payudara
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kasus pada ibu nifas dengan bendungan ASI adalah:
a. Cara menyusui yang baik dan benar
Menurut Maryunani (2015), cara menyusui yang baik dan benar adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum menyusui, keluarkan sedikit ASI untuk mengolesi putting ibu agar
bayi mencium aromanya dan lebih berselera menyusu.
2. Susui bayi setiap kali ia menginginkannya dan selama yang ia mau.
3. Saat menyusui, letakan bayi dalam pangkuan sedemikian rupa hingga wajah
dan tubuhnya menghadap ke payudara ibu. Posisinya harus lurus searah dari
telinga, hidung, dan badannya. Dagunya menempel di payudara ibu.
4. Duduklah dalam posisi yang nyaman dan tegak, jangan membungkuk, kalau
perlu sangga tubuh bayi dengan bantal. Ibu yang baru saja menjalani
persalinan dengan operasi sesar tak perlu khawatir karena posisi bayi berada
di atas perut.
5. Jika paudara menyusu pada payudra kiri, letakkan kepalanya di siku lengan
kiri ibu. Lengan kiri bayi bebas ke arah payudara. Begitu pula sebalikya.
6. Topanglah payudara dengan meletakan ibu jari tangan ibu diata puting dan
keempat jari menyangga payudara.
7. Usai menyusui, bayi akan melepaskan isapannya. Kalau tidak lepaskan
puting dengan memasukan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau tekan dagu bayi agar bibir bawahnya terbuka. Jangan langsung
menarik puting terlalu kuat. selagi masih berada didalam mulut bayi karena
akan membuatnya lecet.

1
8. Bila puting lecet, lakukan kompres dingin di payudara dan tetaplah
menyusui bayi. Usai menyusui, usapkan tetesan ASI untuk pelumasan dan
pelindungan. Jika menggunakan obat dokter, seka puting dengan air atau
waslap basah yang lembut setiap kali akan menyusui.
b. Menurut Prawiharjo (2010), yang mengatakan berikan parasetamol 500 mg
per oral bagi ibu yang menyusui maupun tidak menyusui. Informasi Spesialite
Obat Indonesia (2016), paracetamol 500 mg tablet, indikasi : anti nyeri dan
penurun panas, dosis : 3-4 kali sehari 1-2 tablet/kapsul atau sesuai petunjuk
dokter.
c. Perawatan Payudara
Menurut Wahyuni dan Purwoastuti (2015), perawatan payudara adalah
suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa
menyusui) untuk memperlancar ASI. Perawatan payudara adalah perawatan
payudara setelah melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang
dilakuakan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar.
Perawatan payudara sangat penting dilakuakan selama hamil sampai masa
menyusui.Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-satu penghasil ASI
yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus
dilakukan sedini mungkin.
Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan
perawatanpayudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi.
2. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.
3. Untuk menonjolkan puting susu yang terbenam.
4. Menjaga bentuk buah dada tetap bagu
5. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan.
6. Untuk memperbanyak produksi ASI.
7. Untuk mengetahui adanya kelainan.

1
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan.Hal itu dilakukan 2 kali sehari (Wahyuni dan
Purwoastuti, 2015).

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jurnal yang direview sudah cukup bagus untuk penelitian yang dilakukan oleh
Herdini Widyaning Pertiwi “ Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan

1
Payudara Dengan Terjadinya Bendungan ASI pada Ibu Nifas” dimana telah
mengikuti langkah-langkah yang seharusnya Penulisan jurnal menggunakan analisis
kritis yang berdasarkan literatur yang ada dengan membandingkan temuan-temuan
pada penelitian sebelumnya dengan yang didapat oleh peneliti. Selain itu dikarenakan
menggunakan tata bahasa yang baik sehingga cukup mudah dipahami dan
memudahkan para pembaca untuk mengerti bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakn dan apa hasil yang diperoleh.
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan dalam pembuatan jurnal
dan juga sebagai masukan dalam membuat jurnal yang baik dan benar dan tambahkan
saran dalam penelitian untuk peneliti selanjutnya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, A. (2015) Asuhan Ibu Nifas dan Asuahan Ibu Menyusui. Bogor

: Penerbit IN MEDIA-Anggota IKAPI

Muthoharoh Husnul. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. “N” P2002 Hari

Ke-3 Dengan Bendungan Asi Di Puskesmas Lamongan Tahun 2016. Suryani


Irma. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi Di
Ruang Vii (Nifas) Rsud Dr. Soekardjo Tasikmalaya. Prawirohardjo, Sarwono.
(2011) Ilmu Kandungan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai