Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


DI PMB FEBRI THERESIA SIHALOHO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik


Pada Kehamilan

Oleh:

JULIANA SAGALA
NIM: P07524722014

PEMBIMBING INSTITUSI
Arihta Sembiring SST, M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
5
2022

5
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil di PMB Febri
Theresia Sihaloho”. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat
dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Ibu Arihta
Sembiring, SST, M.Kes yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Praktik Klinik Kebidanan. Amin.

Tim Penyusun

Juliana Sagala

i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I TINJAUAN TEORI
A. Defenisi......................................................................................................1
B. Etiologi......................................................................................................2
C. Patofisiologi...............................................................................................2
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................3
E. Diagnosa....................................................................................................4
F. Akhibat......................................................................................................5
G. Penatalaksanaan.........................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
A. Anamnesis Lengkap..................................................................................9
B. Pemeriksaan Fisik....................................................................................10
C. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................10
D. Diagnosa/Masalah Kebidanan.................................................................10
E. Intervensi.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
A.1 Pengertian Kehamilan
Mardalena (2017) mengatakan bahwa kehamilan adalah serangkaian
proses yang berawal dari konsepsi kemudian fertilisasi, nidasi dan implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
berlangsung selama 38-40 minggu atau sekitar 280 hari.Seorang wanita baru
dapat dipastikan hamil jika terbukti dari adanya tanda pasti hamil.Tanda pasti
hamil tersebut yaitu gerakan janin dalam rahim dan denyut jantung. Gerakan
janin bisa dideteksi melalui rabaan, dimana nantinya akan terlihat/teraba
gerakan janin ataupun teraba bagian-bagian dari janin. Sedangkan detak
jantung dapat didengar menggunakan Stetoskop Laenec, alat Kardiotografi,
Doppler dan dengan Ultrasonografi (USG).

B. Solutio Plasenta
B.1 Pengertian Solutio Plasenta
Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau keseluruhan plaenta
dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum jalan lahir. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian
solusio plasenta yaitu ibu hamil dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan
ganda, usia ibu dan riwayat solusio sebelumnya (Surtianingsih, 2008).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal dari uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku
pada kehamilan dengan usia kehamilan (masa gestasi) di atas 22 minggu
atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta dimulai dengan
terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan
hematoma retroplasenter (Saefuddin AB, 2006).

1
B.2 Etiologi Solutio Plasenta
Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2009) Penyebab utama dari solusio
plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun demikian,
beberapa hal di bawah ini diduga merupakan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kejadiannya, antara lain sebagai berikut :
1. Hipertensi esensial atau pre eklampsi
2. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas
3. Trauma abdomen seperti terjatuh tertelungkup, tendangan anak yang
sedang di gendong
4. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior
5. Uterus yang sangat kecil.
6. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun)
7. Ketuban pecah sebelum waktunya.
8. Mioma uteri.
9. Defisiensi asam folat

B.3 Patofisiologi Solutio Plasenta


Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan plasenta, perdarahan darah antara uterus dan
plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian
baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang
berwarna kehitam- hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-
menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak
mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya
hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus
selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan
ektravasasi di antara serabut-serabut otot

2
uterus. Apabila ektravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan
uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus couvelaire
(perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan
miometrium dan pembekuan retroplasenter, maka banyak trombosit akan
masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehinga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang
menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga
pada alat-alat tubuh yang lainnya. Keadaan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau
seluruhnya terlepas, akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian
janin.
Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari
jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar
dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar, tetapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut
perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi. Solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena seluruh
perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya
lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan
beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,
namun dapat juga berasal dari anak.

B.4 Tanda dan Gejala Solutio Plasenta


a. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis,
dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan
kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa
agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-
bagian janin masih

3
mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena
dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang
berlangsung.
b. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3
luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti
solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan
gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul
dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam
dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai
1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula
janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan
gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan
sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih
hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan
kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun hal tersebut lebih sering
terjadi pada solusio plasenta berat.
c. Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3
permukaannnya, terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam
keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang
seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak
sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam
mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan
kelainan/gangguan fungsi ginjal.

B.5 Diagnosa Solutio Plasenta


1. Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
2. Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika
solusio relative baru
3. Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi)
4. Anemia berat

4
5. Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin
6. Uterus tegang terus menerus dan nyeri

B.6 Klasifikasi Solutio Plasenta


Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
1. Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja
plasenta terlepas dari tempat perlengkatannya.
2. Solusio plasenta totalis (komplek) : bila seluruh plasenta
sudah terlepas dari tempat perlengketannya.
3. Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke
bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Solusio plasenta dibagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :
1. Kelas 0 : asimptomatik Diagnosis ditegakkan secara
retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah
yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus
marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.
2. Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 %
kasus. Solusio plasenta ringan yaitu rupture sinus marginalis
atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau
janinnya. Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna
kehitamhitaman dan sedikit sekali bahkan tidak ada, perut
terasa agak sakit terus-menerus agak tegang, tekanan darah
dan denyut jantung maternal normal, tidak ada koagulopati,
dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
3. Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27%
kasus. Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah
lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga
luas permukaannya. Gejala : perdarahan pervaginam yang
berwarna kehitamhitaman, perut mendadak sakit terus-
menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan

5
pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan
lebih banyak perdarahan di dalam, di dinding uterus teraba
terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin
sulit diraba, apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar
di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop
ultrasonic, terdapat fetal distress, dan hipofibrinogenemi
(150 – 250 % mg/dl).
4. Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.
Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga
permukaannya, terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu
masuk syok dan janinnya telah meninggal. Gejala : ibu telah
masuk dalam keadaan syok, dan kemungkinan janin telah
meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat
nyeri, perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu, perdarahan pervaginam mungkin
belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah terjadi
kelainan http://repository.unimus.ac.id 12 pembekuan darah
dan kelainan ginjal, hipofibrinogenemi (< 150 mg/dl).
Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
2. Solusio plasenta ringan Perdarahan pervaginam 200 cc,
hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus, syok ringan, dapat
terjadi fetal distress.
 Solusio plasenta berat Perdarahan pervaginam luas > 500
ml, uterus tetanik, syok maternal sampai kematian janin dan
koagulopati.
3. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervagin
 Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed) Terjadi
perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah
kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau
hanya ringan.

6
 Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed) Tidak
terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan
hipertonus, sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering
disebut perdarahan retroplasental.
4. Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
 Solusio plasenta ringan Plasenta yang kurang dari ¼ bagian
plasenta yang terlepas. Perdarahan kurang dari 250 ml.
 Solusio plasenta sedang Plasenta yang terlepas ¼ – ½
bagian. Perdarahan < 1000 ml, uterus tegang, terdapat fetal
distress akibat insufisiensi uteroplasenta. 3) Solusio
plasenta berat Plasenta yang terlepas > ½ bagian,
perdarahan > 1000 ml, terdapat fetal distress sampai dengan
kematian janin, syok maternal serta koagulopati.

B.7 Pengaruh pada Ibu dan Bayi


Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan
darah yang dapat menimbulkan gangguan-penyulit terhadap ibu maupun
janin.
1) Terhadap Ibu
a. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah
b. terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan
pernapasan.
c. penderita tampak anemis
d. dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah, dan
memudahkan terjadinya perdarahan.
e. setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum
f. terjadi gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang
menimbulkan komplikasi sekunder.
g. peningkatan timbunan darah di belakang plasenta dapat
menyebabkan rahim yang keras, padat dan kaku.
2) Terhadap Janin.

7
a. Pengaruh terhadap janin tergantung pada luas plasenta yang
terlepas dan dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai
kematian janin dalam Rahim

B.8 Penatalaksanaan Solutio Plasenta


8.1. Tatalaksana umum
1) Perhatikan kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas
kesehatan dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lengkap. Berikut tatalaksana di fasilitas kesehatan lengkap
2) Jika terjadi perdarah hebat (nyata atau tersembunyi) dengan
tanda-tanda awal syok pada ibu, lakukan persalinan segera
1. Jika pembukaan serviks lengkap, lakukan persalinan
dengan ekstraksi vakum
2. Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan
persalinan dengan seksio sesarea
3) Waspadalah terhadaap kemungkinan perdarahan pascasalin
4) Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat
tanda- tanda syok, tindakan bergantung pada denyut jantung
janin (DJJ)
8.2 Tatalaksana khusus : -

8
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Anamnesis Lengkap
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:

1) Biodata/Identitas Lengkap Klien


Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian
2) Keluhan klien
Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro, 2010).Keluhan utama
adalah mengetahui keluhan yang diraskan saat pemeriksaan. (Varney,2007).
3) Riwayat kesehatan klien
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit sistemik
untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian KB suntik
seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes melitus dengan
komplikasi.Selain itu juga tentang riwayat penyakit keluarga, riwayat
keturunan kembar dan riwayat operasi (Nursalam, 2009).
4) Pemeriksaan keadaan umum secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
Keadaan umum :Untuk mengetahui keadaan umum ibu
a) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya
terarah.
b) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
c) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung,
gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas.
5) Meninjau catatan terbaru atau tahun sebelumnya
Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada
langkah ini bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.

9
B. Pemeriksaan Fisik
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan menginterpretasikan semua data
dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah.
Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan
yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan prihal yang
berkaitan dengan pengalaman klien dihasilkan dalam pengkajian

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien Solutio
Plasenta adalah :
a Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan
lokasi plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa)..
b Pemeriksan Darah Lengkap untuk mendeteksi adanya sel darah merah
janin di dalam sirkulasi ibu
D. Diagnosis Banding

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial


lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan asalah yang sudah teridentifikasi.
Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar
diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap
apalagi diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi. Contoh diagnosis/masalah
potensial:
1. Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta
previa adalah vasa previa, trauma vaginal, serta keganasan (jarang).
E. Intervensi
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah
dibuat secara aman dan efesian. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini
bidan harus berkolaborasi dan merujuk dengan tim kesehatan lain atau dokter.
Dengan demikian bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana
asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.

1
DAFTAR PUSTAKA
Aquarista Nita. 2020. Pertumbuhan Plasenta. Diunduh dari
https://www.academia.edu/16642772/Pertumbuhan_Plasenta diakses pada
tanggal 01 Oktober 2020 pukul 18.01 WIB
Desi,K.2018. Hubungan Umur, Paritas, Riwayat Persalinan Terdahulu dengan
retensio plasenta pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Delima
Martubung.http://repository.helvetia.ac.id/1291/2/BAB%20I%20-
%20BAB%20III.pdf (diakses pada tanggal 01 Oktober 2020). Helvetia
Indayani, Rina. (2018) Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny.T Gii Pi A0 Umur
34 Tahun Hamil 38 Minggu Dengan Solusio Plasenta Di Puskesmas
Bangsri I Kabupaten Jepara. Diploma thesis, Universitas Muhammadiyah
Semarang.Diunduh dari
http://repository.unimus.ac.id/2608/3/BAB%20II.pdftaka Sarwono
Prawirohardjo diakes pada tanggal 01 Oktober 2020.
Nur Fahira A, Afdhar Arifuddin, dkk. 2018. Faktor Risiko Plasenta Ringan Pada
Ibu Bersalin Di Rsu Anutapura Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 4
No. 1,
Pratiwi, A. M., Fatimah. 2019. Patologi Kehamilan :Memahami Berbagai
Penyakit & Komplikasi Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Saifuddin, Abdul Bari, 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Situs resmi Kabupaten Buleleng.2020. diakses pada tanggal 01 Oktober 2020 pukul
17.14 WIB
Wulandari Ayu, Ikra.2018. Hubungan Paritas Ibu (Primipara Dan Multipara)
Terhadap Kajian Solusio Plasenta Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2018. AKBID Pelamonia

Anda mungkin juga menyukai