Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4 :

1. Tiara Yani (PO7124121007)

2. Konita Nuraziza (PO7124121046)

3. Alaya Diva Safitri (PO7124121048)

4. Desma Puspita Sari (PO7124121050)

Dosen Pengampu : Sari Wahyuni, SST, M.Keb

D-III KEBIDANAN PALEMBANG

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE
PADA IBU HAMIL” dengan tepat waktu. Makalah “PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE
PADA IBU HAMIL disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Dokumentasi
Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Palembang.

Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Metode Pendokumentasian. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Sari Wahyuni, SST, M.Keb selaku dosen mata kuliah. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusun makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan kehamilan dengan rutin merupakan suatu hal yang penting dilakukan
oleh ibu yang sedang hamil agar mereka dapat mejalankan kehamilannya dengan normal dan
janin yang dikandungnya dalam keadaan baik. Maka dari itu perlunya pengawasan dan
pendidikan yang diberikan oleh seorang petugas kesehatan kepada ibu hamil. Di dalam
pemeriksaan kehamilan petugas kesehatan mengarahkan dan memberikan informasi tentang
hal-hal yang harus dilakukan seorang ibu hamil agar janin nya tetap sehat dan terjadi
kelahiran normal bagi bayi.. Dengan memberikan asuhan antenatal care yang baik akan
menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu.

Kematian ibu merupakan masalah besar bagi negara berkembang. Ini berarti
kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan kesehatan
yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.Resiko yang timbul dalam kehamilan ini bersifat
dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko
tinggi.

Dalam pemeriksaan kehamilan perlu dilakukan serangkai pemeriksaan laboratorium


untuk mencegah hal-hal buruk yang bisa mengancam janin. Diantaranya pemeriksaan Hb,
protein dan glukosa, urine. Hal ini bertujuan untuk skrining/mendeteksi jika terdapat kelainan
yang perlu dilakukan pengobatan atau tindakan lebih lanjut.

Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan merupakan tindakan antisipatif guna


mengetahui sejak dini risiko yang muncul dan mengganggu perkembangan janin.
Pemeriksaan laboratorium kehamilan juga sangat penting dan bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya risiko gangguan kesehatan pada ibu hamil yang dapat berakibat buruk pada
janin, Apa saja yang dapat diketahui dari pemeriksaan panel awal kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan
masalah “Bagaimana cara pemeriksaan glukosa urine pada ibu hamil?”

1.3 Tujuan
Memahami tentang cara pemeriksaan glukosa urine pada ibu hamil.

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau informasi
untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan dapat mengaplikasikannya di
lapangan dalam memberikan asuhan pada masa kehamilan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai tambahan sumber kepustakaan dan
perbandingan dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan yaitu kondisi yang berlangsung selama 280 hari saat wanita mengandung
janin hasil konsepsi dalam tubuhnya hingga kelahiran. Kehamilan akan berpengaruh terhadap
perubahan hormon diantaranya. Human Chorionic Somatomammotropin, kortisol,
progesteron, dan prolaktin. Human Chorionic Somatomammotropin akan disekresi dengan
konsentrasi yang terus meningkat selama kehamilan, termasuk trimester III kehamilan
(Wedanthi dkk, 2017).

2.1.2 Gejala dan Tanda Kehamilan

Menurut Maharani (2017) gejala dan tanda yang menunjukkan kehamilan pada
perempuan yaitu:

a. Dugaan Hamil
1. Tidak datang haid atau Amenorea.
2. Payudara terasa tegang atau kencang.
3. Morning sickness atau mual muntah yang terjadi di pagi hari.
4. Menginginkan untuk makan sesuatu atau sering disebut mengidam.
5. Hipersalivasi atau peningkatan sekresi air ludah yang berlebih.
6. Pigmentasi kulit.
7. Sembelit.
b. Kemungkinan Hamil
1. Terjadi pembesaran pada rahim dan perut.
2. Dijumpai tanda hegar, tanda chadwik, tanda discasek, dan eraba ballottement pada
saat pemeriksaan.
3. Reaksi pemeriksaan kehamilan positif.
c. Positif Hamil
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG menunjukkan kehamilan.
2. Ada pergerakan dalam rahim, yaitu janin bergerak dan dapat teraba.
3. Denyut jantung janin terasa.
2.1.3 Usia Kehamilan

Menurut Pradifta (2018) kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu:

1. Trimester I
Kehamilan pada trimester I terjadi dalam waktu 13 minggu yaitu (0-13 minggu). Pada
proses trimester I mengalami pertama pertumbuhan dan perkembangan sel telur yang
sudah dibuahi serta terjadi dalam tiga fase sebagai berikut fase ovum, fase embrio dan
fase janin.
2. Trimester II
Kehamilan pada trimester ke II terjadi pada waktu kehamilan menginjak 14 sampai 26
minggu. Trimester II yaitu pertumbuhan periode cepat dimana tekanan vena renalis
juga meningkat.
3. Trimester III
Kehamilan trimester ke III ini terjadi pada waktu kehamilan menginjak minggu ke 27-
40. Pada trimester III merupakan periode penyempurnaan organ dan bentuk tumbuh
janin agar siap dilahirkan.

2.1.4 Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III

Menurut Icesmi dan Margaret (2013) perubahan fisiologi kehamilan trimester III
sebagai berikut:

1. Sistem Reproduksi
a) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai bersalin. Pembesaran uterus
meliputi peregangan dan penebalan sel otot, sementara produksi miosit yang baru
sangat terbatas. Setelah kehamilan 12 minggu, penambahan ukuran uterus
didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Posisi plasenta juga mempengaruhi
penebalan sel otot uterus, dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat
implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian
lainnya sehingga menyebabkan uterus tidak rata. Pada akhir kehamilan 12
minggu uterus terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya,
uterus akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan ke
atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus
akan 8 berotasi ke arah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya
rektosigmoid di daerah kiri pelvis. Pada trimester akhir ismus akan berkembang
menjadi segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot uterus bagian atas akan
berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan menipis. Batas
antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut dengan
lingkaran retraksi fisiologis.
b) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta terutama fungsi
produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium
tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak
terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

2. Vagina

Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah


kebiruan (tanda Chadwick).

3. Payudara

Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial
payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan
hipertrofi dan pertambahan sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat kasein,
laktoalbumin, laktoglobulin, sel lemak, kolostrum, mammae membesar dan tegang,
terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar montgomery, terutama daerah aerola
dan papila akibat 9 pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol. Payudara
mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai memberikan ASI pada saat laktasi.

4. Sirkulasi Darah Ibu


Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga terdorong
ke kranial sehingga terjadi hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat komliansi dada
(chest compliance) menurun. Volume tidak meningkat, volume residu paru (functional
residual capacity) menurun dan kapasitas vital menurun.
5. Traktus Urinarius
Ureter membesar, tonus otot saluran kemih menurun akibat pengaruh estrogen
dan progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60-150
%. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus, menyebabkan
hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatin urea dan asam urat
dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
6. Metabolisme
Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari
(menyusui). Kebutuhan protein 1 g/kg bb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin.
Kadar kolestrol plasma meningkat sampai 300 g/100 ml. Kebutuhan kalsium, fosfor,
magnesium, cuprum meningkat. Ferreum dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk
pembentukan haemoglobin tambahan. Kebutuhan zat 10 mineral untuk ibu hamil yaitu
kalsium 1,5 gr/hari, 30-40 gr untuk pembentukan tulang janin, fosfor 8 gr/hari dan zat
besi 800 mg atau 30-50 mg/hari. Khusus untuk metabolisme karbohidrat pada kehamilan
normal, terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara bermakna karena
produksi glukosa dari hati menurun dan efek hormon plasenta lainnya.
7. Kenaikan Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi
konsepsi dan volume berbagai organ/cairan intrauterin. Pada trimester ke-2 dan ke-3
pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan 0,4 kg/minggu,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat
badan per minggu sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
8. Kulit
Peningkatan aktivitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan
berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, linea alba ( linea
grisea) dan striae livide di perut.

2.2 Glukosa Urine

2.2.1 Pengertian Glukosa

Glukosa adalah suatu gula enam-karbon yang sederhana(Sacher dan Mcperson, 2004).
Ginjal akan melaksanakan efek-efek regulatorik, apabila glukosa darah meningkat hingga
kadar yang relatif tinggi. Glukosa secara terus-menerus difiltrasi oleh glomerulus, tetapi
dalam keadaan normal direabsorbsi secara sempurna di tubulus ginjal melalui transport aktif.
Kapasitas sistem tubulus untuk menyerap glukosa terbatas hingga kecepatan sekitar 350
mg/menit, dan pada hiperglikemia seperti dijumpai pada diabetes melitus yang tidak
terkontrol, filtrasi glomerulus dapat mengandung lebih banyak glukosa dari pada yang dapat
direabsorbsi sehingga terjadi glukosuria (Carroline, dkk.,2015).

Glukosuria adalah ekskresi glukosa ke dalam urin. Glukosuria terjadi jika konsentrasi
glukosa serum melebihi ambang reabsorbsi ginjal biasanya sekitar 180 mg/dl. Seharusnya
dalam urine tidak mengandung glukosa, karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi
kembali ke dalam sirkulasi darah (Carolina, dkk.,2015).

Metode strip reagen dinilai lebih bagus dibanding kan uji kimia basah tradisional
karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang diperlukan amat singkat. Strip
reagen glukosa dilekat kan dua enzim, yaitu glukosa oksidase dan peroksidase, serta zat
warna (Kromogen), seperti orto-toluidin, kalium iodida, tetrametil bensidin atau 4-amino
ampitrin. Glukosa oksidase yang di resapkan pada 23 bantalan reagen cepat mengkatalisis
oksidase glukosa untuk membentuk hidrogen peroksida yang terbentuk mengoksidasi
kromogen pada bantalan reagen dengan adanya peroksidase. Perubahan warna yang terjadi
tergantung pada kromogen yang di gunakan dalam reaksi, dapat bervariasi sesuai dengan
merk strip reagen (Riswanto dan Rizki, 2015).

a. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan glukosa dengan menggunakan


strip reagen:

1) Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh : (Riswanto dan Rizki, 2015).
a) Bahan pengoksidasi kuat(hidrogen peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam
wadah sampel urine
b) Urine yang sangat asam (pH<4)
c) Pengaruh obat : sefalosporin, kloral hidrat, kloram fenikol, kortiko steroid,
indomentasi, isozionid, asam nalidiksat, nitrofurantion, penisilin, probenesid,
streptomisin, sulfonamida, tetrasiklin
2) Hasil negatif palsu dapat di sebabkan :(Riswanto dan Rizki, 2015).
a) Berat jenis urine >1,020 dan terutama bila diserta dengan pH urine yang alkali
b) Kadar keton tinggi mengurangi sensitifitas pembacaan.
c) Pengaruh obat : vitamin C, asam hogentisat, asam aminogalisat, salsilat dalam
jumlah besar, asam hidroksi indol asetat, ampisilin, sulbactum, diazepam, digoxin,
furosemid, furosemid, fenazopiridin, fenobarbital, tetrasiklin, aspirin, kolestiramin,
flurazepam,kloralhidrat
d) Pendiaman sampel yang terlalu lama menyebabkan glikolisis akibat adanya
enzim Glikolitik dari sel dan bakteri, oleh karena itu, pengujian yang segera
sangatlah penting. Jika tidak dapat di periksa segera, spesimen urine dapat
didinginkan atau diberi bahan pengawet.

2.2.2 Kerangka teori glukosa urine


Glukkosa Urine Glukosa okside yang di resapkan pada
bantaln reagen cepat mengkatalitis
oksidase glukosa untuk terbentuk
mengkoksidasi kromogen pada bantalan
Segera Periksa reagen dengan adanya peroksidase.
Perubahan warna yang terjadi digunakan
dalam rekasi, dapat bervariasi sesuai
dengan merk strip reagen.

Terjadi glikolisis
Didiamkan pada Suhu
akibat adanya enzim
ruang(20 – 25 oC)
glikolitik dari sel
bakteri. Sehingga
kadar glukosa
menurun.

Gambar 1. Kerangka Teori

2.2.3 Hubungan Antar Variabel

Variabel bebas Variabel


terikat
Pendiaman urine 1
Kadar Glukosa
jam , 2 jam, 3 jam,
dan 4 jam

Variabel Pengganggu
Kebersihan wadah
Presimen

Gambar 2. Hubungan Antara Variebel

2.2.4 Hipotesa Penelitian

Penundaan pemeriksaan berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa urine yang


ditunda selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam pada suhu ruang.
2.3 Pemeriksaan Glukosa Urine
2.3.1 Pengertian Glukosa Urine
Adanya glukosa dalam urine disebut glukosuria, pada hakekatnya glukosa itu di atur oleh
2 faktor yaitu :
a. Kadar zat glukosa di dalam urin
b. Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa dengan urin. Ambang ginjal
terhadap pengeluaran zat glukosa pada kebanyakan orang bertubuh sehat adalah 180
mg%. Gejala glukouria itu akan terjadi jika kadar glukosa darag melebihi nilai
ambang ginjal. Ambang ginjal tersebut dapat meninggi atau merendah. Peristiwa
yang juga terdapat pada pernyakit diabetes.
2.3.2 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan adanya glukosa dalam urin secara semi kuantitatif.
2.3.3 Prinsip Pemeriksaan
Glukosa dapat mereduksi kupri dalam reagen benedict dalam larutan alkalis
sehingga terjadi perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat di perkirakan
kadar glukosa dalam urin.
2.3.4 Alat dan Bahan Yang Digunakan
a. Status pasien
b. Alat tulis
c. Bengkok
d. Sabun cair untuk cuci tangan
e. Handuk kecil pribadi
f. Wastafel
g. Satu buah tabung reaksi
h. Tempat tabung reaksi
i. Penjepit tabung reaksi
j. Lampu spristus
k. Korek api
l. Pipet
m. Urin dalam bengkok
n. Spuit 5cc
o. Spuit 10cc
p. Larutan asam sulfat salisilat 20%
q. Sikat tabung reaksi
r. Sabun detergen
s. Spon pencuci
t. Kain lap
u. Celemek
2.3.5 Prosedur Pelaksanaan pemeriksaan Urine
a. Menyiapkan dan memeriksa kelengkapan alat
b. Mencuci tangan
c. Memakai handscoon
d. Memperhatikan kejernihan urine
e. Bila urin keruh disaring dengan kertas penyaring
f. Mengisi kedua tabung dengan benedict, masing 2cc salah satu tabung sebagai bahan
pembanding pemeriksaan
g. Tetesi Urine 4 tetes,
h. Menyalakan lampu spirtus
i. Memanaskan tabung sampai mendidih berjarak 2-3 cm membentuk sudut 45 derajat hingga
mendidih
j. Arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong
k. Baca hasil pemeriksaan
l. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
m. Membereskan peralatan
n. Mencuci tangan
2.3.6 Cara Membaca Hasil Pemeriksaan
 Negatif (-) : warna tetap biru atau sedikit kehijauan
 Positif 1(+) : warna hijau kekuningan
 Positif 2(++) : warna kuning kehijauan dan keruh
 Positif 3(+++) : warna jingga dan keruh
 Positif 4(++++) : warna merah dan keruh

2.4 Diabetes Melitus

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara setelah bayi lahir sampai berusia
satu tahun. Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dalam menu- runkan kematian
bayi dari 68 kematian per 1.000 kelahiran tahun 1991 menjadi 23 kematian per 1.000
kelahiran di tahun 2015 belum terlaksana, dilihat dari kematian bayi menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebanyak 32 bayi per 1.000 kelahiran.
Data rekapitulasi dari program kesehatan anak, didapatkan bahwa sepanjang tahun 2016
terdapat 250 kasus kematian bayi di Sulawesi Utara. Risiko kematian ibu dan bayi meningkat
pada diabetes melitus (DM) dalam kehamilan.
Kejadian DM dalam kehamilan dipe- ngaruhi oleh keadaan wanita hamil yang
memiliki genetik atau riwayat DM dalam keluarga, obesitas/overweight, glukosuria, dan
riwayat pre-eklamsia. Penelitian di Jember menunjukkan wanita hamil dengan DM dan
glukosuria memiliki hubungan yang kuat yaitu 17 pasien (89,5%) dari total 19 pasien.
Komplikasi DM pada kehamilan memengaruhi ibu dan bayi. Malformasi kongenital
ialah komplikasi yang paling sering terjadi pada bayi saat awal keha- milan.3 Risiko pre-
eklampsia, operasi sesar (yang direncanakan atau darurat) dan distosia bahu bayi meningkat
pada wanita hamil dengan DM.
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah DM yang terdiagnosis pada trimester
dua atau tiga kehamilan pada wanita yang bukan DM sebelum keha- milan. Hasil temuan
dari penelitian yang dilakukan di Iran menunjukkan DMG berhubungan dengan riwayat DM
dalam keluarga. Peluang DMG pada wanita dengan riwayat DM dalam keluarga sebesar 3,46
lebih besar dari pada wanita tanpa riwayat keluarga. Data ini menunjukkan pemeriksaan
wanita hamil dengan riwayat DM dalam keluarga dapat mengarahkan pada pemeriksaan
awal DMG dan dapat meningkatkan ukuran pelayanan kesehatan primer.
Diagnosis DM yang paling dasar yaitu dengan ditemukannya hiperglikemia. Kon-
firmasi gejala hiperglikemia terjadi dengan ditemukannya glukosuria dan kadar gula darah
puasa (GDP) di atas 200 mg/dL. Pemeriksaan pada pasien tanpa gejala dapat dilakukan
dengan bantuan pemeriksaan urin, tes gula darah sewaktu (GDS), tes GDP, tes toleransi
glukosa oral, dan lainnya.
Asal pemeriksaan urin secara visual dimulai pada masa Mesir kuno. Hippocrates
(sekitar 400 SM) menemukan karakteristik urin (bau/warna) berbeda pada setiap penyakit.9
Urinalisis merupakan tes diagnostik urin paling sederhana. Indikasi pemeriksaan urinalisis
yaitu curiga adanya gangguan ginjal seperti gagal ginjal, pielonefritis, sindrom
glomerulonefritis dan sindrom nefrotik, mendeteksi infeksi saluran kemih, mendeteksi
gangguan metabolik seperti DM, mencari diagnosis banding jaundice, mendeteksi plasma sel
diskrasia, dan diagnosis kehamilan. Glukosuria adalah kondisi dimana glukosa ditemukan
dalam urin (biasanya saat glukosa serum >180mg/dL). Ekskresi glukosa dalam urin terjadi
bila kadar glukosa dalam darah meningkat dan tidak dapat direabsorpsi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Dasar Teori

Glukosuria adalah kondisi dimana glukosa ditemukan dalam urin. Salah satu
penyebab glukosuria ialah diabetes melitus (DM). Risiko kematian ibu dan bayi meningkat
pada DM dalam kehamilan. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah DM yang
terdiagnosis pada trimester dua atau tiga kehamilan yang bukan DM sebelum kehamilan.
Peluang DMG pada wanita dengan riwayat DM dalam keluarga sebesar 3,46 lebih besar
daripada wanita tanpa riwayat keluaarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar
glukosa urin pada primigravida dengan orang tua penyandang DM di Kota Manado. Jenis
penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini
menggunakan non- probability sampling jenis consecutive sampling untuk mendapatkan urin
dari semua subyek penelitian sesuai dengan kriteria dan waktu yang ditentukan. Hasil
penelitian mendapatkan glukosuria (kadar glukosa urin ≥50mg/dL) pada 3 subyek (10%)
dengan karakteristik cenderung pada kelompok usia 20-35 tahun dan pada trimester satu.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif observasional dengan desain potong lintang
yang dilaksanakan di 4 puskesmas di Kota Manado, yaitu Pus- kesmas Ranomut, Puskesmas
Ranotana Weru, Puskesmas Tikala Baru, dan Puskesmas Tuminting. Pemeriksaan sampel
urin dilaksanakan di Laboratorium Pro-Kita Manado. Populasi penelitian ialah wanita
primigravida dengan orang tua penyandang DM. Populasi terjangkau adalah wanita hamil
primigravida dengan orang tua penyandang diabetes melitus di Kota Manado. Sampel
penelitian adalah sampel urin sewaktu dari semua wanita hamil yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dengan cara non- probability sampling jenis
consecutive sampling untuk mendapatkan urin dari semua wanita hamil dalam kurun waktu
dan kriteria yang telah ditentukan.

3.3 Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan di empat puskesmas di Kota Manado, yaitu Puskesmas


Ranomut, Puskesmas Ranotana Weru, Puskesmas Tikala Baru, dan Puskesmas Tuminting
selama bulan Oktober - Desember 2018 mendapatkan 30 sampel urin primigravida dengan
orang tua penyandang DM. Sampel penelitian terse- but didapatkan dari 6 orang (20%)
berusia ≤19 tahun, 24 orang (80%) berusia 20-35 tahun, dan 0 orang (0%) berusia ≥36 tahun.

Usia (tahun)
30
25
20
15
10
5

≤19 20-35 ≥ 36

Gambar 1. Distribusi stampel berdasarkan usia

Sampel yang diambil terbagi dalam beberapa trimester (Gambar 2). Trimester 1
adalah wanita hamil pada minggu 0-12 kehamilan; trimester 2 pada minggu 13-27
kehamilan; dan trimester 3 pada minggu 28-40 kehamilan. Pembagian ini memper- lihatkan
7 orang (23,3%) pada trimester I, 10 orang (33,3%) pada trimester II, dan 13 orang (43,3%)
pada trimester III.

Trimester

Trimester 1

Trimester 2

Trimester 3

Gambar 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Trimester

Tabel 1 memperlihatkan gambaran dis- tribusi sampel berdasarkan kadar glukosa urin
dengan hasil 27 orang (90%) memilki kadar normal/negatif, 3 orang (10%) dengan hasil
positif (+), 0 orang (0%) dengan hasil positif (++), 0 orang (0%) dengan hasil positif (+++),
dan 0 orang (0%) dengan hasil positif (++++).
Tabel 1. Distribusi berdasarkan kadar glukosaria

Persentase
Kadar Frekuensi
(%)
Normal/Negatif 27 90
+ (≥50mg/dL) 3 10
++ (≥100mg/dL) 0 0
+++ (≥300mg/dL) 0 0
++++ (≥1000mg/dL) 0 0
Total 3 100
Gambar 3 memperlihatkan gambaran distribusi glukosuria berdasarkan usia sesuai
dengan pembagian usia yang terlihat pada Gambar 1. Sampel dengan glukosuria
didapatkan 1 orang (33,3%) pada usia ≤19 tahun, 2 orang (66,6%) pada usia 20-35 tahun,
dan 0 orang (0%) pada usia ≥36 tahun.
30
25

20
15

10

≤19 20-35 ≥ 36

Thn thn thn

Gambar 3. Distribusi glukosuria berdasarkan usia


Tabel 2 memperlihatkan gambaran distribusi glukosuria berdasarkan trimester
sesuai dengan pembagian trimester pada Gambar 2. Sampel dengan glukosuria didapatkan
2 orang (66,6%) pada trimester I, 0 orang (0%) pada trimester II, dan 1 orang (33,3%)
pada trimester III.
Tabel 2. Distribusi trimester berdasarkan trimester

Persentase
Trimester Frekuensi
(%)
Trimester I 2 66,6 %
(0-12
minggu)
Trimester II 0 0%
(13-27 minggu)
Trimester III 1 33,3 %
(28-40 minggu)
Total 3 100 %
3.4 Bahasan

Pada penelitian ini, kelompok usia primigravida yang paling banyak pada kelompok
usia 20-35 tahun (Gambar 1). Hasil penelitian ini sesuai dengan pene- litian oleh Said13 yang
mendapatkan usia primigravida terbanyak pada rentang usia 20-35 tahun (60%). Data SDKI
2017 menunjukkan angka kematian perinatal lebih besar pada ibu yang melahirkan di usia
muda dan usia tua dibandingkan pada ibu usia 20 - 39 tahun.

Sampel urin penelitian ini diambil pada beberapa trimester (Gambar 2). Jumlah
sampel dalam pembagian trimester tidak sama, dengan trimester III terbanyak diikuti
trimester II dan I. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Mahmuda15 yang
menunjukkan ibu hamil paling banyak memeriksakan kehamilan pada trimester III (57%)
diikuti trimester II (32%) dan tirmester I (11%). Perbedaan jumlah ibu hamil pada setiap
trimester berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil terhadap pemeriksaan kehamilan,
biaya pemeriksaan dan kepatuhan terhadap jadwal pemerik- saan.
Primigravida dengan glukosa urin normal lebih banyak dibandingkan dengan yang
memiliki glukosa urin positif (+) yaitu 3 sampel (10%) (Tabel 1). Kadar glukosa urin
berhubungan erat dengan kadar glukosa darah. Peningkatan gluksoa darah, terutama pada
GDM dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang paling mungkin pada penelitian ini
adalah primigravida dan riwayat keluarga diabetes melitus.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pada kelompok usia 20-35 tahun lebih
banyak ditemukan glukosuria diban- dingkan pada kelompok usia ≤19 tahun (Gambar 3).
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Klein yang menunjukkan rerata usia ditemukannya
glukosuria pada ibu hamil ialah usia 30 tahun. Glukosuria adalah kondisi dimana glukosa
ditemukan dalam urin (biasanya saat glukosa serum >180mg/dL). Ekskresi glukosa dalam
urin dapat terjadi bila kadar glukosa dalam darah meningkat dan tidak dapat direab- sorpsi.
Wanita usia lanjut di atas 35 tahun berhubungan dengan prognosis buruk pada kehamilan.
Alasan kejadian ini terjadi karena insidensi kondisi medik kronik lebih tinggi pada wanita
yang lebih tua.
Pada penelitian ini, sampel dengan glukosuria didapatkan 2 orang (66,6%) pada
trimester I dan 1 orang (33,3%) pada trimester III (Tabel 2). Kejadian glukosuria lebih
bannyak terjadi pada kelompok trimester I dibandingkan pada kelompok trimester II atau III.
Glukosa urin dapat menjadi salah satu penanda terjadinya DMG. Wanita yang terdiagnosis
sebagai diabetes pada trimester I diklasifikasikan sebagai pre-gestasional diabetes. DMG
adalah diabetes yang pertama kali terdiagnosis pada trimester ke-II atau ke-III kehamilan
yang bukan pre-gestasional diabetes tipe 1 atau tipe 2. Gejala DMG berhubungan dengan
resistensi insulin fisiologis yang berkembang saat kehamilan. Kebutuhan insulin tidak
berubah hingga minggu ke-18 kehamilan, sedangkan pe- ningkatan terjadi pada minggu ke-
28 kehamilan. Besarnya perubahan berbeda untuk setiap orang, yang diasumsikan karena
perbedaan fungsi plasenta.
Riwayat keluarga ialah faktor risiko yang kuat untuk DM, tetapi faktor yang
menyebabkan risiko ini masih kurang dipahami. Indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan
skor genetik memiliki hubungan yang kecil dengan riwayat keluarga DM. Risiko terbesar
terlihat pada riwayat DM kedua orang tua dan riwayat orang tua yang didiagnosis dengan
DM pada usia lebih muda (<50 tahun) terutama pada riwayat keluarga maternal.
Limitasi penelitian ini ialah sebaran pengambilan sampel tidak merata di seluruh
Kota Manado karena keterbatasan sumber daya dan distribusi penduduk, jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian masih kurang, serta anamnesis dan kuesioner yang digunakan
dalam penelitian belum mewakili semua faktor yang menyebabkan terjadinya glukosuria
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemeriksaan glukosa urine merupakan pengukuran kadar glukosa dalam urine.


Pemeriksaan ini sebenarnya tidak dapat digunakan untuk menggambarkan kadar glukosa
dalam darah. Namun pada kasus tertentu diperlukan untuk menjalankan.

Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan merupakan tindakan antisipatif guna


mengetahui sejak dini risiko yang muncul dan mengganggu perkembangan janin.
Pemeriksaan laboratorium kehamilan juga sangat penting dan bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya risiko gangguan kesehatan pada ibu hamil yang dapat berakibat buruk pada
janin, Apa saja yang dapat diketahui dari pemeriksaan panel awal kehamilan.

4.2 Saran

Disarankan pada penelitian lanjut agar meningkatkan jumlah sampel dan waktu
penelitian untuk menghindari terjadinya bias dalam penelitian. Juga diperlukan pemeriksaan
indeks massa tubuh dan anam- nesis lebih lanjut untuk melengkapi semua faktor-faktor
penyebab glukosuria.
Wanita hamil dengan glukosuria dian- jurkan untuk pemeriksaan gula darah puasa
(GDP) dan tes toleransi glukosa oral (OGTT) untuk mendapatkan diagnosis DMG sehingga
dapat mecegah komplikasi lanjut.
Dengan adanya makalah ini diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan pada masa
kehamilan. Pemeriksaan laboratorium mutlak harus dilakukan mengingat salah satu
manfaatnya adalah untuk mendeteksi adanya penyakit yang menyertai kehamilan.
Dan berdasarkan simpulan dan isi makalah ini jika terdapat kekurangan dalam hal
penyajian makalah ini dan dalam hal penyusun kata-kata yang kurang efektif penulis mohon
kritik dan saran yang berguna bagi penulisan makalah selanjutnya.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Welliangan. Monica dkk. (2019). Gambaran Kadar Glukosa Urin pada


Primigravida dengan Orang Tua Penyandang Diabetes Melitus di Kota
Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm. 7(1), 19-24.
Lismawati, Rahayu, Ayu. (2019). Gambatan Kadar Glukosa Darah
Sewaktu Pada Ibu Hamil Trimester III. Stikes Insan Cendikia Medika
2019. Diakses dari https://repo.stikesicmejbg.ac.id/2607/1/KTI%20Finally
%20Ayu%20Rahayu.pdf
Maula, Inayatul. (2020). Makalah pemeriksaan penunjang hemoglobin,
proteun urine, dan glukosa urine pada ibu hamil. Poltekkes Kemenkes
Malang, Jurusan Kebidanan, Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Jember 2020.
Diakses dari https://id.scribd.com/embeds/490930208/content?
start_page=1&view_mode_=scroll&acces_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
Bab II Pemeriksaan Protein dan Glukosa Urine. (2016). Diakses dari
https://baixardoc.com/documents/bab-ii-pemeriksaan-protein-dan-glukosa-
urine-5ca7bae50af7b

Anda mungkin juga menyukai