Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SURVAILANS

Penyakit Yang Dapat Di Cegah Denga Imunisasi

Dosen Pembimbing :
Radian Ilmaskal, MPH

Disusun Oleh :

1. Marcelino Marpaung 1810104021


2. Khairani Fitri 1810104018
3. Monica Maulana 1810104001
4. Yiyin Okda Fiyanti 1810104098
5. Ivana Della Zayati 1810104017
6. Farah Ivanka 1810104010
7. Resti Nia Ananda 1810104057
8. Ilfi Falah Dina 1810104016
9. Nurul Hafizah 1810104053

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIkes) ALIFAH PADANG
SUMATERA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”perencanaa sumber daya
manusia dan rekrutmen seleksi”. ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya, dan juga
kami berterima kasih pada bapak Radian Ilmaskal, MPH selaku dosen mata kuliah Psikologi Industri
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenaiperencanaan SDM dan rekrutment seleksi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, 09 juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................


B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian imunisasi…………………………………………………………………
B. Manfaat imunisasi…………………………………………………………………...
C. Konsep survailans penyakit diptheri di Indonesia…………………………………..
D. Konsep survailans penyakit campak di Indonesia…………………………………..
E. Konsep survailans penyakit pertusis(batuk rejam)di Indonesia…………………….

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berbagai penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu Penyakit disebabkan virus dan bakteri. Kelompok penyakit disebabkan virus  misalnya
Cacar, Campak, Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, Influenza, Rabies Yellow fever. Kelompok penyakit
disebabkan bakteri seperti, Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Tipus, Kolera, Meningitis
meningokokus.PD3I yang menjadi program prioritas pemerintah Indonesia dibagi dalam dua kelompok
yaitu imunisasi dasar  dan imunisasi lain. Imunisasi dasar ditujukan terhadap penyakit   tuberkulosis,
difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, dan hepatitis B. Sedangkan imunisasi lain sampai saat ini
ditujukan terhadap meningitis meningokokus, Yellow fever, Rabies. Penentuan prioritas PD3I yang
ditanggulangi melalui pemberian imunisasi dasar berdasarkan pertimbangan beban penyakit dan
kemampuan keuangan Negara.

Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dapat dicegah dengan imunisasi,
dan disebabkan oleh bakteri gram positif Corynebacterium diptheriae strain toksin.
Penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama pada
selaput mukosa faring, laring, tonsil, hidung dan juga pada kulit.Manusia adalah satu-satunya reservoir
Corynebacterium diptheriae. Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin,
muntah, melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit.

Tanda dan gejala berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas, adanya nyeri
tenggorok, nyeri menelan, demam tidak tinggi (kurang dari 38,5o C), dan ditemui adanya
pseudomembrane putih/keabu-abuan/kehitaman di tonsil, faring, atau laring yang tak mudah lepas,
serta berdarah apabila diangkat. Sebanyak 94 % kasus Difteri mengenai tonsil dan faring. Pada keadaan
lebih berat dapat ditandai dengan kesulitan menelan, sesak nafas, stridor dan pembengkakan leher yang
tampak seperti leher sapi (bullneck). Kematian biasanya terjadi karena obstruksi/sumbatan jalan nafas,
kerusakan otot jantung, serta kelainan susunan saraf pusat dan ginjal.

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak dan sangat mudah menular, dapat
menular lewat batuk dan bersin. Demam yang tinggi, batuk dan atau pilek dan atau mata merah, dan
rash (bercak merah pada kulit), merupakan gejala penyakit campak.1,2,3 Tanda khas ruam merah di
kulit muncul pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh setelah demam ; diawali dari muka, lalu
menyeluruh, berlangsung selama 4 - 7 hari, dan kadang juga berakhir dengan pengelupasan kulit yang
berwarna kecokelatan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian imunisasi?
2. Apa Manfaat imunisasi?
3. Apa konsep survailans penyakit diptheri di Indonesia?
4. Apa konsep survailans penyakit campak di Indonesia?
5. Apa konsep survailans penyakit pertusis di Indonesia?

C. Tujuan
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian imunisasi?
2. Untuk mengetahui manfaat imunisasi?
3. Untuk mengetahui apa konsep survailans penyakit diptheri di indonesia?
4. Untuk mengetahui apa konsep survailans penyakit campak di indonesia?
5. Untuk mengetahui apa konsep survailans penyakit pertusis di indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan (Permenkes RI 12, 2017).

B. Manfaat imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunkan angka kesakitan dan
kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :
1. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau
kematian.
2. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit, mendorong
pembentukan keluarga apabila orangtua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
kanak yang nyaman.
3. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara(Proverawati, 2010 : 5-6).

SURVEILANS

Kegiatan surveilans dilaksanakan di semua tingkatkan Administrasi Pemerintah yaitu


tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan juga di Rumah Sakit dan Puskesmas.

 Nasional
Kegiatan Pokok
a. Pencatatan dan pelaporan
 Melakukan entri data kasus individu dari Dinas Kesehatan Provinsi
yang dilaporkan ke Ditjen P2P.
 Melakukan rekapitulasi laporan kasus Difteri yang dilaporkan
Dinas Kesehatan Provinsi dalam bentuk agregat ke dalam format
integrasi (terlampir).

b. Pengolahan, analisa data, dan rekomendasi.


 Setiap bulan dilakukan analisa dan penyajian data untuk
mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kasus menurut
variabel epidemiologi berdasarkan wilayah kejadian.
 Membuat rekomendasi dan tindak lanjut berdasarkan hasil kajian
data epidemiologi.
c. Umpan balik
Memberikan hasil kajian minimal setiap bulan kepada provinsi.

d. Diseminasi Informasi
Memberikan hasil kajian berdasarkan data epidemiologi minimal 3
bulan sekali kepada lintas program dan sektor terkait

e. Dukungan logistik buffer pusat dan pembiayaan operasional

 Provinsi
Kegiatan Pokok:
1. Menyediakan dukungan logistik (APD, media transport spesimen, Anti difteri
serum/ADS dan eritromisin) serta biaya operasional (Penyelidikan Epidemiologi,
Monev, dll).
2. Pencatatan dan pelaporan
 Melakukan kompilasi daftar kasus individu dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang dilaporkan ke Ditjen P2P (Subdit surveilans)
 Melakukan rekapitulasi laporan kasus difteri Dinas Kesehatan
Kab/Kota dalam bentuk agregat ke dalam format integrasi
(terlampir) dan dilaporkan secara berjenjang ke pusat.
 Melaporkan hasil investigasi kasus difteri ke Subdit surveilans

 Kabupaten/ Kota
Kegiatan Pokok:
1. Menyediakan dukungan logistik (APD, media transport spesimen, Anti
difteri serum/ ADS dan eritromisin) serta biaya operasional
(Penyelidikan Epidemiologi, Monev, dll).
2. Penenemuan kasus
 Setiap minggu petugas Dinas kesehatan Kabupaten/Kota
mengunjungi rumah sakit di wilayah kerjanya untuk mencari dan
menemukan secara aktif kasus Difteri (kegiatan diintegrasikan
dengan Surveilans AFP dan PD3I lainnya).
 Setiap kasus Difteri yang dilaporkan dari rumah sakit segera
diinformasikan ke Puskesmas untuk dilakukan investigasi dan
pencarian kasus tambahan dan karier.

 TINGKAT PUSKESMAS
Kegiatan Pokok:
1. Menyediakan dukungan logistik (APD: masker bedah, penutup kepala, dan sarung
tangan) serta biaya operasional (Penyelidikan Epidemiologi, Monev, dll)Penemuan
kasus
 Kasus Difteri dapat ditemukan di pelayanan statis (puskesmas dan
RS) maupun kunjungan lapangan di wilayah kerja Puskesmas.
C. Konsep survailans penyakit diphteri di Indonesia
 Strategi Pencegahan Dan Pengendalian Klb Difteri

1. Penguatan imunisasi rutin Difteri sesuai dengan program imunisasi nasional.


2. Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus Difteri.
3. Semua kasus Difteri harus dilakukan penyelidikan epidemiologi.
4. Semua kasus Difteri dirujuk ke Rumah Sakit dan dirawat di ruang isolasi.
5. Pengambilan spesimen dari kasus dan kasus kontak erat kemudian dikirim ke
laboratorium rujukan Difteri untuk dilakukan pemeriksaan kultur atau PCR.
6. Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian prophilaksis terhadap kontak
dan karier.
7. Melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB Difteri.

 Imunisasi

Penyakit Difteri dapat dicegah dengan Imunisasi Lengkap, dengan jadwal


pemberian sesuai usia. Saat ini vaksin untuk imunisasi rutin dan imunisasi lanjutan
yang diberikan guna mencegah penyakit Difteri ada 3 macam, yaitu:
1. DPT-HB-Hib (vaksin kombinasi mencegah Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis
B dan Meningitis serta Pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus
infuenzae tipe B).
2. DT (vaksin kombinasi Difteri Tetanus).
3. Td (vaksin kombinasi Tetanus Difteri).

 Imunisasi tersebut diberikan dengan jadwal:

1. Imunisasi dasar:Bayi usia 2, 3 dan 4 bulan diberikan vaksin DPT-HB-Hib dengan


interval 1 bulan.
2. Imunisasi Lanjutan:
 Anak usia 18 bulan diberikan vaksin DPT-HB-Hib 1 kali.
 Anak Sekolah Dasar kelas 1 diberikan vaksin DT pada Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS).
 Anak Sekolah Dasar kelas 2 dan 5 diberikan vaksin Td pada Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS).
 Wanita Usia Subur (termasuk wanita hamil) diberikan vaksin Td.

Perlindungan optimal terhadap difteri pada masyarakat dapat dicapai dengan cakupan
imunisasi rutin, baik dasar maupun lanjutan, yang tinggi dan merata. Cakupan harus mencapai
minimal 95%, merata di setiap kabupaten/kota, dan tetap dipertahankan. Selain cakupan yang
harus diperhatikan adalah menjaga kualitas vaksin sejak pengiriman, penyimpanan sampai ke
sasaran.Vaksin difteri merupakan vaksin yang sensitif terhadap suhu beku sehingga dalam
pengiriman maupun penyimpanan harus tetap berada pada suhu 2 - 8° C.Setiap daerah
menyediakan biaya operasional untuk imunisasi rutin dan imunisasi dalam penanggulangan KLB
(ORI).
D. Konsep survailans penyakit campak di Indonesia

Surveilans Campak
1. Defenisi kasus campak
Definisi Kasus Campak yang digunakan dalam sistem surveilans epidemiologi nasional
adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008) :

 Kasus klinisDemam, bercak merah berbetuk mokulopapular dan satu atau lebih gejala
berikut : Batuk, pilek atau mata merah (conjunctivitis) atau didiagnosa oleh dokter
sebagai kasus campak
 Kasus konfirmasiPasti secara laboratorium : Kasus campak klinis yang telah dilakukan
konfirmasi laboratorium dengan hasil positif campak.
 KLB CampakPenyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran
epidemiologi KLB berdasarkan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita,
sehingga dapat diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang teresiko.
Disamping itu juga untuk mendapatkan faktor risiko terjadinya KLB sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut.
Suatu kondisi dinyatakan sebagai KLB campak apabila terdapat kasus campak di suatu
wilayah yang melebihi dari kondisi biasa, seperti meluasnya wilayah yang terjangkit dan
meningkatnya jumlah populasi yang terserang, atau adanya kematian karena campak atau jika
ada 5 kasus dalam satu wilayah puskesmas dalam kurun waktu 4 minggu (tidak cluster) maka
harus diambil spesimennya untuk membuktikan apakah merupakan kasus campak atau bukan
(Dirjen P2PL, 2008).

2. Penanggulangan campak
Langkah-langkah penanggulangan campak dalam sistem surveilans epidemiologi nasional
adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008)Langkah-langkah penanggulangan :

 Tata laksana kasus adalah kegiatan yang meliputi pengobatan penderita yang tidak
komplikasi, pemberian vitamin A, pengobatan Komplikasi di puskesmas (antibiotik ),
apabila keadaan penderita cukup berat, segera rujuk ke rumah sakit.
 Imunisasi selektif, dengan cara meningkatkan cakupan imunisasi rutin di desa terjangkit
dan sekitarnya, upayakan cakupan 100 % dan melakukan imunisasi campak kepada
seluruh anak usia 6 bl  – 5 th yang tidak mempunyai riwayat imunisasi campak yang
berkunjung ke puskesmas maupun posyandu hingga 1 bulan dari kasus
terakhir Pemberian imunisasi campak masal : yaitu memberikan imunisasi campak
secara masal kepada seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa melihat status
imunisasi anak tersebut. Pelaksanaan imunisasi masal ini harus dilaksanakan sesegera
mungkin, sebaiknya pada saat daerah tersebut diperkirakan belum terjadi penularan
secara luas. Selanjutnya cakupan imunisasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan merata.
 PenyuluhanMasyarakat diingatkan akan bahaya penyakit campak dan pentingnya
imunisasi dan makanan cukup gizi,Segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan bila
ada gejala panas,Mencegah kematian dan komplikasi dengan pemberian vitamin A.

E. Konsep survailans penyakit pertusis di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai