Anda di halaman 1dari 34

Sistem Imun

(Imunitas)

3 m

Fahri Fahrudin, M.Si


Prodi Biologi, FST – UIN Jakarta
2020
Overview: Pertahanan Tubuh
 Sistem Imun  Mekanisme yang digunakan tubuh dalam
mempertahankan sistem homeostasisnya dan memiliki peran kunci
dalam mengenal serta menghancurkan atau menetralkan benda-
benda di dalam tubuh yang dianggap asing.
 Respon Imun  Respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen.  Untuk mengeliminasi antigen tersebut.
 Imunologi  …
 Imunitas  Kemampuan tubuh dalam menahan atau menghilangkan
benda asing yang berpotensi merugikan.  Respon imun.
 Mengenal benda asing (self/non-self)
 Menetralkan dan mengeliminasi benda asing
 Memetabolisme benda asing tanpa menimbulkan kerusakan jaringan sendiri.
 Melakukan respon imun tidak pada tempatnya  Alergi.

 Bakteri dan visrus patogenik adalah sasaran utama sistem imun.


2
 Leukosit sebagai sel efektor sistem imun
 Imunitas bawaan (innate immunity) dan adaptif (acquired immunity).
Sistem Imun

3
 Imunitas Innate  Sistem imun bawaan
 Bekerja non spesifik; sistem pertahanan pertama pada tubuh yang
bekerja melawan patogen.
Tidak mampu membedakan antara mikroba patogen.
1. Pertahanan Eksternal
 Struktur dan fungsi kulit
 Lapisan kulit terluar : barier pertama bakteri atau virus agar tidak masuk
dalam tubuh
 Peran kulit dalam imunitas
 Asam yang dihasilkan oleh kelenjar kulit menghambat pertumbuhan
bakteri.
 Kelenjar keringat, ludah dan air mata menghasilkan lysozime yaitu enzim
yang dapat mencerna dinding sel bakteri.
 Tindakan protektif di dalam rongga tubuh
 Membran mukosa pada berbagai sistem tubuh
 Asam lambung
 Silia dan mukus pada saluran pernapasan

Jika jaringan epidermis/dermis terluka maka bakteri/virus/patogen mampu


menembus sistem pertahanan eksternal maka dilawan oleh pertahanan internal
2. Pertahanan Internal
 Peradangan; respon nonspesifik terhadap invasi (benda) asing atau kerusakan
jaringan.
 Pertahanan oleh makrofag jaringan residen (telah terdiferensiasi)
 Vasodilatasi lokal; meningkatkan aliran darah ke tempat cidera.
 Meningkatnya permeabelitas kapiler; memudahkan pelepasan protein plasma
 Pembentangan daerah yang mengalami peradangan; mencegah atau
memperlambat patogen agar tidak menjalar ke jaringan lain.
 Emigrasi leukosit; setelah 1 jam cedera, derah tersebut dipenuhi oleh leukosit
 Proliferasi leukosit; meningkat 4-5 kali dari jumlah normal.
 Menandai mikrob dengan opsonin untuk dihancurkan.
 Destruksi mikrob patogen oleh leukosit.
 Terjadi perbaikan jaringan.
 Interferon; sekelompok protein yang secara nonspesifik mempertahankan sel
dari infeksi mikroba Patogen. Interferon dikeluarkan oleh sel yang telah
terinfeksi.
 Natural killer cell; kelompok sel khusus mirip limfosit yang secara spontan dan
nonspesifik melisiskan sel pejamu yang terinfeksi.
 Sistem komplemen; sekelompok protein plasma inaktif yang jika diaktifkan
secara berurutan, akan merusak sel-sel asing dengan menyerang membran
plasmanya.
Makrofag memfagosit bakteri patogen

3 m
Mekanisme kerja Protein antivirus memblock reproduksi
Interferon virus.

7
 Sel-sel yang berperan pada sistem imun innate pertahanan internal adalah:
o Neutrofil : bersifat fagosit
o Makrofag : bersifat fagosit
o Natural killer cell (NKC) : menghasilkan senyawa kimia yang menyerang virus
atau bakteri, menyebabkan terjadinya apoptosis.
 NKC; melekat pada sel-sel yang sakit (terinveksi), kemudian melepaskan zat-
zat kimia (perforin) yang menyebabkan kematian sel, sehingga dapat
menghambat penyebaran patogen.

 Selain dibantu oleh sel-sel, juga dibantu oleh protein-protein seperti


interferon dan complement system
 Interferon: protein yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus, yang dapat
menolong sel lainnya terhadap serangan virus yang sama.
 Complement system: 30 protein yang bekerja sama dengan mekanisme
pertahanan lain.
• Jika tidak ada infeksi, protein tersebut tidak aktif
• Substansi yang dimiliki oleh mikroba memacu mengaktifkan sistem
komplemen, kemudian melisiskan mikroba tersebut.
8
• Sistem komplemen berperan juga pada respon inflamasi (peradangan)
 Respon inflamasi (contoh lain sistem imun innate)
• Tanda inflamasi : kulit berwarna merah, pembengkakan
dan panas dibanding area lainnya pada kulit.
 Respon inflamasi :
 Lokal
 Sistemik

Respon inflamasi lokal


Inflamasi sistemik (contoh kasus: meningitis dan apendisitis)
o Mikroorganisme/ protozoa masuk ke pembuluh darah
o Muncul respon inflamasi ditandai dengan meningkatnya jumlah sel
darah putih pada pembuluh darah, demam
o Demam dipicu oleh toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme
atau dapat juga karena senyawa kimia yang dilepaskan oleh
makrofag
 Septic shock: demam tinggi dan tekanan darah menurun, disebabkan
oleh respon inflamasi lokal tidak dapat menangani infeksi, sehingga
respon inflamasi sistemik yang menangani
 Imunitas Acquired/Addaptif  Sistem imun didapat
 Sistem imun adaptif (spesifik) melawan infeksi yang tidak mampu dilakukan oleh
pertahanan innate (sistem imun nonspesifik)
 Sistem imun adaptif lebih efektif dibandingkan dengan imun innate
 Sistem imun adaptif mampu melawan mikroba dan sel-sel kanker

 Sistem imun adaptif membentuk memory terhadap antigen yang pernah


dikenalinya
o Jika seseorang pernah menderita chicken pox, sistem imun spesifik akan
mengingat molekul pada virus penyebab penyakit tersebut.
o Sistem imun adaptif diperoleh secara alami setelah individu terdedah antigen
atau melalui vaksinasi
• Vaksin: komponen mikroba penyebab penyakit yang tidak aktif

 Imunitas aktif: jika antigen masuk ke tubuh, maka tubuh secara alami akan
membentuk antibody terhadap antigen tersebut.
 Imunitas pasif: antibodi diperoleh bukan dari tubuh sendiri, misal: fetus
memperoleh antibodi dari ibunya, bayi memperoleh antibodi dari ASI.

11
 Antigen: molekul yang menimbulkan respon imun spesifik yang dihasilkan
pada permukaan virus, bakteri, spora, sel kanker, serbuk sari
 Antibody: protein pada plasma darah yang dihasilkan oleh leukosit yang
melawan antigen spesifik.
 Antigen memiliki bentuk spesifik
Antigen-
terhadap antibodi; binding
Epitopes
 Antigen merupakan protein atau sites
(antigenic
polisakarida yang terdapat pada determinants)
Antibody A
permukaan virus atau sel asing
lainnya. Contoh antigen:
Protein yang menyelubungi
virus
Bagian kapsul dan dinding sel
Antigen
bakteri
Makromolekul pada
permukaan protozoa atau
parasit lainnya.
 Antigen determinan (epitop)  Antibody B
sisi pengenalan atau ikatan pada
Antibody C
permukaan antigen terhadap
antibodi, seperti key and lock.
12
Imunitas Acquired/Addaptif

Diperentarai Antibodi Diperentarai Sel


(Imunitas Humoral) (Imunitas Seluler)

Melibatkan pembentukan antibodi Melibatkan pembentukan limfosit T


oleh turunan Limfosit B (Sel plasma) aktif, secara langsung menyerang sel
 Sel B yang tidak diinginkan.  Sel T

 Limfosit secara spesifik mengenal dan merespon (selektif) terhadap hampir semua
agen asing serta sel-sel kanker.
 Proses respon sel B dan Sel T berbeda.
 Sel B merespon agen asing dengan mengeluarkan antibodi spesifik terhadap agen
asing tersebut.
 Sel T secara khusus mengenal dan menghancurkan sel tubuh yang ‘kacau’  sel
yang terinfeksi dan sel kanker.
 Sel T dan Sel B berasal dari sumber yang sama. Terdiferensiasi tergantung pada
tempat diferensiasinya.
 Sel T dan Sel B matur menetap dan membentuk koloni limfosit di jaringan limfoid
perifer.
13
14
15
Sistem limfatik juga berperan
penting melawan infeksi

 Sistem limfatik, tersusun atas:


 Pembuluh limfa;  Terdapat
cairan limfa yang sedikit oksigen
dan nutrisi.
 Sejumlah nodus limfa; 
Terdapat limfosit dan makrofag
 Tonsil dan Adenoid
 Appendiks
 Limpa (Spleen)
 Sumsum tulang
 Timus

 Fungsi sistem limfatik:


 Mengembalikan cairan
dari jaringan menuju
peredaran darah
 Pertahanan tubuh
Limfosit B  Sel B  Antibodi bentuk Y
 Antigen merangsang sel B untuk berubah menjadi sel plasma dan menghasilkan
antibodi.
 Anti bodi berikatan dengan jenis antigen tertentu.
 Sel plasma menghasilkan molekul antibodi hingga 2000 molekul per detik.
 Menyebabkan sel plasma berumur singkat (5 -7 hari).
 Antibodi disekresikan ke dalam darah atau limfe.
 Antibodi yang berada di dalam darah disebut globulin gama atau imunoglobulin.

17
Subkelas Antibodi
 Imunoglobulin M (IgM); sebagai reseptor permukaan sel
B untuk mengikat antigen.
 IgG; bersama dengan IgM menghasilkan respon imun
spesifik terhadap bakteri penginvasi dan beberapa jenis
virus.
 IgE; melindungi tubuh dari cacing parasitik.
 IgA; ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan,
pernapasan, dan kemih, serta dalam air susu dan air
mata.
 IgD; banyak terdapat dipermukaan sel B  [fungsi
belum diketahui].

 Antibodi bebentuk Y dan diklasifikasikan berdasarkan sifat bagian ekornya.


 Antibodi umumnya memperkuat respon imun bawaan untuk mendorong
destruksi antigen.
 Seleksi klonal menentukan spesifikasi produksi antibodi.
 Klon terpilih berdiferensiasi menjadi sel plasma aktif dan sel memori dorman.

18
Antibodi adalah senjata pada sistem imun humoral

 Struktur Antibodi;
 Antibodi tersusun atas empat rantai
polipeptida: dua heavy chain dan dua
light chain
 Heavy chain ditampilkan dalam bentuk
huruf Y
 Light chain ditampilkan dalam bentuk
huruf V
 Baik heavy chain maupun light chain
memiliki dua wilayah yaitu constant dan
variabel
 Ujung dari heavy chain memiliki sisi
pengenal dan pengikat antigen (antigen
binding site) yaitu pada wilayah variabel
 Ujung lain dari heavy chain yaitu wilayah
constan menentukan perbedaan jenis
antibodi

19
20
21
22
23

23
Limfosit T  Sel T  imunitas yang diperantarai oleh sel
 Sel T berikatan langsung dengan sasarannya.
 Sel T menghadapi benda asing yang bersembunyi di dalam sel yang tidak dapat
digapai oleh antibodi atau sistem imun komplemen.
 Sel T harus berkontak langsung dengan sel sasaran  imunitas selular.
 Mekanisme imunitas sel T; memberikan informasi SDA lain untuk
memfagositosis sel yang terinfeksi virus, bakteri patogen maupun jamur.
 Dua jenis sel T; Sel T sitotoksik dan Sel T penolong.
 Sel T sitotoksik mengeluarkan bahan kimia yang merusak sel sasaran
 Sel T penolong mengeluarkan bahan kimia yang memperkuat aktivitas sel
imun lain.
25
26
30
Mekanisme efektor pada sistem imun humoral

31
32

Anda mungkin juga menyukai