Anda di halaman 1dari 15

MATERI 2 - IMUNOLOGI

CARDION 2022

MATERI 2: IMUNITAS

lmunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau menghilangkan benda asing
atau sel abnormal yang berpotensi merugikan. Sebagai ulasan singkat, aktivitas berikut akan
membahas sistem imun, suatu sistem pertahanan inrernal yang berperan kunci dalam mengenal
dan menghancurkan atau menetralkan benda-benda di dalam tubuh yang asing bagi "diri
normal".

1. Mempertahankan tubuh dari patogen invasive (mikroorganisme penyebab penyakit


misalnya bakteri dan virus)
2. Menyingkirkan sel yang "aus" dan jaringan yang rusak oleh trauma atau penyakir,
memudahkan jalan untuk penyembuhan luka dan perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghancurkan sel abnormal atau muran yang berasal dari tubuh.
Fungsi ini, yang dinamai immune surueillance, merupakan mekanisme pertahanan
internal utama terhadap kanker.
4. Melakukan respons imun yang tidak pada tempatnya yang menyebabkan alergi, yang
terjadi ketika tubuh melawan entitas kimiawi lingkungan yang normalnya tidak
berbahaya, atau menyebabkan penyakit otoimun, yang terjadi ketika sistem pertahanan
secara salah menghasilkan antibodi terhadap tipe tertentu sel tubuh sendiri.

LEUKOSIT ADALAH SEL EFFEKTOR SISTEM IMUN

Leukosit (sel darah putih, atau SDP) dan turunan-turunannya, bersama dengan beragam
protein plasma, bertanggung jawab melaksanakan beragam strategi pertahanan imun. Sebagai
ulasan singkat, fungsi kelima jenis leukosit adalah sebagai berikut :

1. Neutrofil adalah spesialis fagositik yang memiliki mobilitas tinggi serta mampu
menelan dan menghancurkan bahan yang tidak diinginkan.
2. Eosinofil mengeluarkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan cacing parasitik dan
berperan dalam reaksi alergik.
3. Basofil mengeluarkan histamin dan heparin serta juga berperan dalam reaksi alergik.
4. Monosit berubah menjadi makrofag, yaitu spesialis fagositik besar yang berada di
jaringan.
5. Limfosit terdiri dari dua tipe:
a. Limfosit B (sel B) berubah menjadi sel plasma, yang mengeluarkan antibodi yang
secara tidak langsung menyebabkan destruksi benda asing (imunitas yang
diperantarai oleh antibodi, imunitas humoral)
b. Limfosit T (sel T) secara langsung menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel
mutan dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang melubangi sel korban
(imunitas yang diperantarai oleh sel, imunitas selular)

Suatu leukosit hanya berada dalam darah dalam waktu singkat. Sebagian besar leukosit
keluar dari darah menuju ke jaringan dalam misi pertahanan. Karena itu, sel-sel efektor sistem
imun tersebar luas di seluruh tubuh dan dapat mempertahankan tubuh di lokasi manapun.

RESPONS IMUN BAWAAN DAN NON SPESIFIK ATAU ADAPTIF DAN SPESIFIK

Imunitas,protektif dihasilkan oleh kerja sama dua komponen sistem imun yang terpisah tetapi
saling bergantung: sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif atatt didapat. Respons kedua
sistem ini berbeda dalam waktu dan dalam selektivitas mekanisme pertahanannya. Sistem imun
bawaan mencakup respon imun nonspesifk ubuh yang beraksi segera setelah adanya suatu agen
yang mengancam. Respons nonspesiffk ini adalah mekanisme per, tahanan inheren (bawaan
atau sudah ada) yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari benda asing atau materi
abnormal apapun jenisnya, bahkan meskipun baru pertama kali terpapar. Respons ini
merupakan lini pertama pertahanan terhadap berbagai ancaman, rermasuk agen infeksi, iritan
kimiawi, dan cedera jaringan akibat trauma mekanis atau luka bakar. Semua orang lahir dengan
mekanisme respons imun bawaan yang pada hakikatnya sama, meskipun mungkin terdapat
sedikit perbedaan generik. Sistem imun adaptif atau didapat, sebaliknya, mengandalkan
respons imun ryesifik yang secara selektif menyerang benda asing terrenru yang tubuh pernah
terpajan dan memiliki kesempatan untuk mempersiapkan serangan yang secara khusus
ditujukan kepada musuh tersebut. Karena itu, sistem imun adaptif memerlukan waktu cukup
lama untuk menyerang dan mengalahkan musuh spesifik. Sistem imun bawaan dan didapat
bekerja secara harmonis untuk menahan, kemudian mengeliminasi bahan-bahan yang
membahayakan.
1. SISTEM IMUN BAWAAN
Komponen-komponen sistem imun bawaan selalu berada dalam keadaan siaga, siap
melaksanakan tindakan-tindakan pertahanan yang terbatas dan relatif "kasar" terhadap
semua dan setiap penyerang. Dari berbagai sel efektor imun, neutrophil dan makrofag-
keduanya adalah spesialis fagositik sangat penting dalam pertahanan bawaan. Beberapa
kelompok protein plasma juga berperan penring, seperri yang sebentar lagi anda
saksikan. Berbagai respons imun nonspesifik diaktif-kan sebagai tanggapan terhadap
pola molekular generic yang berkaitan dengan agen yang mengancam, misalnya
karbohidnt yang biasanya ada di dinding sel bakteri tetapi tidak ditemukan di sel
manusia. Sel-sel fagositik dipenuhi oleh protein membran plasma yang baru-baru ini
saja diketahui dan dinamai toll-like receptors (TLR). TLR dijuluki "mata sistem imun
bawaan" karena sensor imun ini mengenali dan mengikat penanda-penanda di bakteri
sehingga sel efektor sistem imun bawaan "melihat" parogen sebagai suatu yang berbeda
dari sel "diri". Dikenalinya pathogen oleh TLR memicu fagosit untuk menelan dan
menghancurkan mikroorganisme infeksius tersebut. Selain itu, pengaktifan TLR
memicu sel fagositik mengeluarkan bahan- bahan kimia, yang sebagian berperan dalam
peradangan, suatu respons bawaan penting terhadap invasi mikroba. TLR
menghubungkan sistem imun bawaan dan adaptif, karena bahan-bahan kimia lain yang
dikeluarkan oleh fagosit penting untuk merekrut sel-sel sistem imun adaptif
Selain itu, partikel asing secara sengaja ditandai agar dapat ditelanoleh fagosit
yaitu dengan melapisinya dengan antibodi yangdihasilkan oleh sel B sistem imun
adaptif-hubungan Iain antara sistem imun bawaan dan adaptif, Ini adalah sebagian kecil
dari contoh bagaimana berbagai komponen sistem imun saling bergantung dan
berinteraksi. Hubungan kerja sama paling signifikan di antara berbagai efektor imun
akan diuraikan di sepanjang bab ini. Mekanisme sistem imun bawaan memberi kita
respons yang cepat tetapi terbatas dan nonselektif terhadap segala jenis ancaman,
seperti para prajurit abad pertengahan yang menghantam dengan kekuatan kasar semua
lawan yang mendekati dinding puri yang mereka jaga. Imunitas bawaan menahan dan
membatasi penyebaran infeksi. Respons nonspesifik ini penting untuk menahan lawan
sampai sistem imun adaptif, dengan senjatanya yang sangat selektif, dapat dipersiapkan
untuk mengambil alih dan melakukan penyerangan untuk memusnahkan musuh.
Sistem imun bawaan ini meliputi :
a. Peradangan, suatu respons nonspesifik terhadap cedera jaringan di mana
spesialis- spesialis fagositik – neutrophil dan makrofag - berperan besar,
bersama dengan asupan suportif dari tipe sel imun lain.
b. Interferon, sekelompok protein yang secara nonspesifik memperrahankan
sel dari infeksi virus.
c. Natural killer cells, suatu kelompok khusus sel mirip limfosit yang secara
sponran dan nonspesifik melisiskan (memecahkan) dan menghancurkan sel
pejamu yang terinfeksi virus dan sel kanker.
d. Sistem komplemen, sekelompok protein plasma inaktif yang jika diaktifkan
secara berururan, akan merusak sel sel asing dengan menyerang membran
plasmanya.
2. SISTEM IMUN DIDAPAT
Respons sistem imun didapat atau adaptif diperantarai oleh limfosit B dan T.
Setiap sel B dan T dapat mengenal dan mempertahankan diri terhadap hanya satu tipe
benda asing, misalnya suatu jenis bakteri. Di antara jutaan sel B dan T ditubuh, hanya
beberapa yang secara khusus dilengkapi untuk mengenal fitur molekular khusus suaru
agen infeksi tertentu sehingga diminta beraksi untuk mempertahankan tubuh hanya
terhadap agen ini. Spesialisasi ini mirip dengan tantara modern yang telah dilatih secara
khusus yang dipanggil bertugas untuk melaksanakan misi yang sangat spesifik.
Limfosit yang terpilih tersebut kemudian memperbanyak diri, meningkatkan jumlah
spesialis yang dapat melakukan serangan terarah terhadap agen penginvasi tersebut.
Sistem imun adaptif adalah alat tercanggih terhadap sebagian besar patogen.
Ragam sel B dan T terus aktif berubah sebagai respons terhadap berbagai patogen yang
dijumpai. Karena itu, sistem imun didapat beradaptasi untuk melancarkan perang
terhadap patogen- patogen spesifik di lingkungan masing-masing orang. Sasaran sisrem
imun adaptif bervariasi di antara orang-orang, bergantung pada jenis serangan imun
yang dijumpai oleh orang tersebut. Selain itu, sistem ini memperoleh kemampuan untuk
secara lebih efisien memusnahkan musuh tertentu jika bertemu kembali dengan
patogen yang sama di masa depan. Hal ini dilakukan dengan membentuk kumpulan sel
memori setelah berjumpa dengan suatu patogen tertentu sehingga jika kembali bertemu
dengan patogen tersebut maka sistem imun akan menghasilkan pertahanan yang lebih
cepat dan kuat.

PERADANGAN ADALAH RESPONS NONSPESIFIK TERHADAP INVASI ASING


ATAU KERUSAKAN JARINGAN

Kata peradangan (inflamasi) merujuk kepada serangkaian proses bawaan nonspesifik


yang saling berkaitan yang diaktifkan sebagai respons terhadap invasi asing, kerusakan
jaringan, atau keduanya. Tujuan akhir peradangan adalah membawa fagosit dan protein plasma
ke tempat invasi atau kerusakan untuk (1) mengisolasi, menghancurkan, atau menginaktifkan
penyerang; (2) membersihkan debris; dan (3) mempersiapkan proses penyembuhan dan
perbaikan. Respons peradangan keseluruhan sangat mirip satu sama lain tanpa memandang
apapun pemicunya (invasi bakteri, cedera kimiawi, atau trauma mekanis, meskipun mungkin
terlihat beberapa perbedaan ringan, bergantung pada bahan yang mencederai atau tempat
kerusakan. Rangkaian proses berikut biasanya terjadi selama respons peradangan. Sebagai
contoh kita akan menggunakan masuknya bakteri ke kulit yang rusak.

Ketika bakteri masuk melalui kerusakan di sawar eksternal kulit maka makrofag yang
sudah ada di daerah tersebut dengan cepat memfagosit mikroba asing tersebut. Meskipun
jumlahnya biasanya kurang memadai untuk menghalapi serangan tersebut namun perlawanan
selama jam-jam pertama dilakukan oleh makrofag residen sebelum mekanisme lain diaktifkan.
Markofag biasanya tidak banyak bergerak, menelan debris dan kontaminan yang ditemuinya,
tetapi jika diperlukan mereka dapat bergerak dan bermigrasi ke tempat pertempuran melawan
penyerang tersebut.

Hampir segera setelah invasi mikroba, arreriol di daerah yang bersangkutan melebar
untuk meningkatkan aliran darah ke tempat cedera. Vasodilatasi lokal ini terutama dipicu oleh
histamin yang dibebaskan oleh sel mast di daerah jaringan yang rusak. Meningkatnya
penyaluran darah lokal membawa lebih banyak Ieukosit fagositik dan protein plasma yang
penting bagi respons pertahanan.

Pelepasan histamin juga meningkatkan permeabilitas kapiler dengan memperbesar pori


kapiler (celah antara sei-sel endotel) sehingga protein plasma yang biasanya dihambat untuk
keluar dari darah kini dapat masuk ke jaringan yang meradang Akumulasi protein plasma yang
bocor tersebut di cairan interstisium meningkatkan tekanan osmotik koloid cairan interstisium.
Selain itu, meningkatnya aliran darah lokal meningkatkan tekanan darah kapiler. Karena kedua
tekanan cenderung memindahkan cairan keluar kapiler maka perubahan perubahan tersebut
mendorong ultrafiltrasi dan mengurangi reabsorpsi cairan di kapiler. Hasil akhir dari
pergeseran keseimbangan cairan ini adalah edema lokal. Karena itu, pembengkakan yang biasa
terlihat menyertai peradangan disebabkan oleh perubahan-perubahan vaskular yang diplcu oleh
histamin. Demikian juga, manifestasi mencolok peradangan, misalnya kemerahan dan panas,
sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya aliran darah arteri hangat ke jaringan yang
rusak. Nyeri disebabkan oleh peregangan local didalam jaringan yang membengkak dan oleh
efek langsung bahan-bahan yang diproduksi lokal pada ujung reseptor neuron-neuron aferen
yang menyarafi daerah tersebut. Karakteristik proses peradangan yang mudah kita amati ini
(pembengkakan, kemerahan, panas, dan nyeri) berkaitan dengan tujuan utama perubahan
vaskular di daerah yang cedera, meningkatkan jumlah fagosit leukositik dan protein-protein
plasma penting di daerah tersebut.

Protein-protein plasma yang bocor dan paling penting bagi respons imun adalah
protein- protein dalam sistem komplemen serta faktor pembekuan dan antipembekuan. pada
pajanan ke tromboplastin jaringan di jaringan ke bahan-bahan kimia spesifik yang dikeluarkan
oleh fagosit di tempat kejadian, fibrinogen-faktor akhir dalam sistem pembekuan-diubah
menjadi fibrin Fibrin membentuk bekuan cairan interstisium di ruang-ruang sekitar bakteri
penginvasi dan sel yang rusak. pembentengan atau isolasi bagian yang cedera ini dari jaringan
sekitar mencegah, atau paling sedikit memperlambat penyebaran bakteri dan produk-produk
toksiknya. Kemudian faktor-faktor antipembekuan yang diaktiflan belakangan secara bertahap
melarutkan bekuan setelah tidak lagi diperlukan.

Dalam satu jam setelah cedera, daerah yang bersangkutan dipenuhi oleh leukosit yang
telah meninggalkan pembuluh darah. Neutrofil sampai pertama kali, diikuti selama 8 jam
sampai 12 jam berikutnya oleh monosit yang bergerak lambat. Monosit kemudian membesar
dan marang menjadi makrofag dalam periode 8 sampai 12 jam berikutnya. Jika telah
meninggalkan aliran darah maka neutrofil atau monosit tidak akan didaur ulang ke darah.
Leukosit dapat bermigrasi dari darah ke dalam jaringan melalui tahap-tahap berikut:
1. Leukosit darah, terutama neutrofil dan monosit, melekat ke lapisan dalam endotel
kapiler di jaringan yang terkena suatu proses yang dinamai marginasi. Selektin, sejenis
molekul perekat sel (cell adhesion molecule, CAM) yang menonjol dari lapisan endotel
dalam, menyebabkan leukosit yang lewat di darah melambat dan bergulir di sepanjang
interior pembuluh darah, seperti karpet yang memperlambat laju mobil-mobilan anak.
perlambatan ini memungkinkan leukosit memiliki cukup waktu untuk memeriksa
faktor- faktor pengaktifan local sinyal SOS dari jaringan sekitar yang cedera arau
terinfeksi. Jika ada maka faktor-faktor pengaktifan ini menyebabkan leukosit melekat
erat ke lapisan endotel melalui interaksi dengan CAM jenis lain, yaitu integrin.
2. Leukosit yang telah melekat tersebut segera meninggal kan pembuluh darah melalui
mekanisme yang diapedesis. Leukosit lekat tersebut, dengan melakukan gerakan mirip
amuba membentuk juluran panjang sempit yang keluar melalui pori kapiler; kemudian
bagian sel sisanya mengalir maju mengikuti juluran tersebut. Dengan cara ini leukosit
mampu menyelinap menembus pori kapiler meskipun sel ini jauh lebih besar daripada
pori. Di luar pembuluh, ieukosit merangkak menuju daerah pertempuran. Neutrofil tiba
paling dini ditempat peradangan karena mobilitasnya lebih tinggi daripada monosit.
3. Kemotaksis menuntun migrasi sel fagositik ke arah tertentu; yaitu, sel-sel tertarik ke
mediator-mediator kimiawi tertentu, yang dikenal sebagai kemotaksin atau kemokin,
yang dibebaskan di tempat kerusakan jaringan. pengikatan kemotaksin dengan resepror
protein di membran plasma sel fagositik meningkatkan masuknya Ca2- ke dalam sel.
Kalsitin, sebaliknya, mengaktifkan perangkat kontraktil sel yang menghasilkan
pergerakan merayap mirip amuba. Karena konsentrasi kemotaksin secara progresif
meningkat mendekati tempat cedera maka sel-sel fagositik bergerak secara tepat
menuju rempat ini mengikuti gradien konsentrasi kemotaksin

Makrofag jaringan residen serta leukosit yang keluar dari darah dan bermigrasi ke
tempat peradangan segera ditemani oleh sel-sel fagositik yang baru direkrut dari sumsum
tulang. Dalam beberapa jam setelah awitan respon peradangan, jumlah neutrofil dalam darah
dapat meningkat hingga empat sampai lima kali normal. Peningkatan ini sebagian disebabkan
oleh pemindahan sejumlah besar neutrofil yang sudah ada di sumsum tulang ke darah dan
sebagian karena peningkatan produksi neutrofil baru oleh sumsum tulang. Juga terjadi
peningkatan produksi monosit yang berlangsung lebih lambat tetapi lebih lama di sumsum
tulang sehingga persedian sel prekursor makrofag jaringan meningkat. Selain itu, multiplikasi
makrofag residen menambah jumlah sel imun penting ini. Proliferasi neutrofil, monosit, dan
makrofag baru serta mobilisasi neutrofil simpanan, dirangsang oleh berbagai mediator kimiawi
yang keluar dari daerah peradangan.

PROSES FAGOSITOSIS OLEH SISTEM IMMUN TUBUH

Jelaslah, fagosit harus mampu membedakan antara sel normal dan sel asing atau
abnormal sebelum melaksanakan misi destruktifnya. Jika tidak maka sel-sel ini tidak dapat
secara selektif menelan dan menghancurkan bahan yang tidak diinginkan saja. Pertama, seperti
yang telah anda pelajari, fagosit melalui TLR-nya, mengenali dan kemudian menelan agen
asing yang memiliki komponen-komponen standar dinding sel bakteri yang tidak terdapat di
sel manusia. Kedua, partikel asing secara sengaja ditandai untuk ingesti fagositik dengan
melapisinya dengan mediator-mediator kimiawi yang dihasilkan oleh sistem imun. Bahan-
bahan kimia produksi tubuh yang menyebabkan bakteri lebih rentan terhadap fagositosis ini
dikenal sebagai opsonin. Opsonin terpenting adalah antibodi dan salah satu protein aktif pada
sistem komplemen. Opsonin meningkatkan fagositosis dengan menghubungkan sel asing
dengan sel fagositik.

Satu bagian dari molekul opsonin berikatan secara nonspesifik dengan permukaan
bakteri semenrara bagian lain molekul opsonin berikatan dengan reseprornya yang spesifik
pada membran plasma sel fagositik. Pengikatan ini memastikan bahwa bakteri tidak memiliki
kesempatan untuk "melarikan diri" sebelum fagosit dapat melaksanakan serangan
memarikannya.

Neutrofil dan makrofag membersihkan daerah peradangan dari agen infeksi dan toksik
serta debris jaringan melalui mekanisme fagositik dan nonfagositik; tindakan pembersihan ini
adalah fungsi utama respons peradangan. Fagositosis mencakup pencaplokan dan degradasi
(penguraian) intrasel partikel asing dan debris jaringan. Makrofag dapat menelan sebuah
bakreri dalam waktu kurang dari 0,01 detik. Ingatlah bahwa sel fagositik mengandung banyak
lisosom, yaitu organel yang berisi enzim-enzim hidrolitik. Setelah fagosit menginternalisasi
sasaran, lisosomnya menyatu dengan membran yang membungkus sasaran tersebut dan
melepaskan enzim-enzim hidrolitik ke dalam vesikel tempat enzim-enzim ini mulai
menguraikan bahan yang telah terperangkap itu . Fagosit akhirnya mati akibat akumulasi
produk sampingan toksik dari degradasi partikel asing atau akibat pembebasan secara tak
sengaja bahan-bahan kimia lisosom destruktif ke dalam sitosol. Neutrofil biasanya mati setelah
menelan 5 sampai 25 bakteri.

Sedangkan makrofag dapat bertahan jauh lebih lama dan dapat menelan hingga 100
lebih bakteri. Memang, makrofaglah yang berusia lebih lama bahkan membersihkan daerah
dari neutrofil yang mati selain debris jaringan lainnya. Pus yang terbentuk pada luka terinfeksi
adalah kumpulan dari sel-sel fagositik ini, baik yang masih hidup maupun sudah mati; jaringan
nekrotik (mati) yang mencair akibat enzim-enzim lisosom yang dibebaskan dari fagosit; dan
bakteri.

Tujuan akhir proses peradangan adalah mengisolasi dan menghancurkan penyebab


cedera dan membersihkan daerah peradangan untuk proses perbaikan jaringan. Di sebagian
jaringan (misalnya kulit, tulang, dan hati), sel-sel spesifik organ yang sehat yang mengelilingi
daerah cedera mengalami pembelahan untuk mengganti sel yang hilang, dan sering
menghasilkan penyembuhan yang sempurna. Namun, di jaringan yang biasanya nonregeneratif
misalnya saraf dan otot, sel-sel yang hilang diganti oleh jaringan parut. Fibroblas, sejenis sel
jaringan ikat, mulai membelah diri dengan cepat di sekitar tempat peradangan dan
mengeluarkan banyak protein kolagen yang mengisi bagian yang kosong bekas sel mati dan
menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Bahkan di jaringan yang mudah diperbarui seperti
kulit, kadang kadang terbentuk jaringan parut jika struktur-struktur kompleks di bawahnya,
misalnya folikel rambut dan kelenjar keringat, rusak permanen oleh luka yang dalam.

RESPON IMUN DIDAPAT ATAU RESPON IMUN ADAPTIF

Respons imun adaptif spesifik adalah serangan selektif yang ditujukan untuk
membatasi atau menetralkan sasaran tertentu yang secara spesifik tubuh telah bersiap
menghadapinya setelah mengalami pajanan sebelumnya. Grdapat dua kelas respons imun
didapat: imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau imunitas humoral, yang melibatkan
pembentukan antibodi oleh turunan limfosit B yang dikenal sebagai sel plasma; dan imunitas
yang diperantarai oleh sel atau imunitas selular yang melibatkan pembentukan limfosit T yang
secara langsung menyerang sel yang tidak diinginkan. Limfosit dapat secara spesifik mengenal
dan secara selektif berespons terhadap hampir semua agen asing serta sel kanker. Proses
pengenalan dan respons sel B dan sel T berbeda. Secara umum, sel B mengenali mikroba atau
benda asing yang berada dalam keadaan bebas misalnya bakteri dan toksinnya serta beberapa
virus, yang dilawan dengan mengeluarkan antibodi spesifik terhadap benda,benda asing
tersebut. Sel T secara khusus mengenal dan menghancurkan sel tubuh yang'kacau', termasuk
sel yang terinfeksi oleh virus dan sel kanker. Kedua jenis limfosit, seperri semua sel darah
lainnya, berasal dari sel punca yang sama di sumsum tulang. Apakah suatu limfosit dan semua
turunannya ditakdirkan untuk menjadi sel B atau sel T bergantung pada tempat diferensiasi dan
pematangan akhir sel awal tersebut. Sel B berdiferensiasi dan mengalami pematangan di
sumsum tulang Untuk sel T, selama masa janin dan anak-anak dini, sebagian dari limfosit
imatur sumsum tulang bermigrasi melalui darah ke timus, tempat sel-sel tersebut mengalami
pemrosesan lebih lanjut menjadi limfosit T (dinamai berdasarkan tempar pematangan). Timus
adalah jaringan limfoid yang terletak di garis tengah di dalam rongga thoraks di atas jantung
di ruang antara kedua paru Setelah dilepaskan ke darah dari sumsum tulang atau timus, sel B
dan T matang menerap dan membentuk koloni limfosit di jaringan limfoid perifer. Di sini,
dengan rangsangan yang sesuai, sel-sel tersebut mengalami pembelahan untuk menghasilkan
generasi baru sei B atau sel T, bergantung pada nenek moyangnya. Setelah masa anak-anak
dini, sebagian besar limfosit baru berasal dari koloni limfosit perifer ini dan bukan dari sumsum
tulang. Pada setiap saat, sebagian besar dari limfosit ini terkonsentrasi di berbagai jaringan
limfoid di tempat strategis, tetapi sel B dan sel T secara terus-menerus beredar dalam limfe,
darah, dan jaringan tubuh, tempat mereka melakukan pengawasan tetap.

LIMFOSIT B : IMUNITAS YANG DIPERANTARAI ANTIBODI

Setiap sel B dan T memiliki reseptor di permukaannya untuk mengikat satu jenis
tertentu dari beragam kemungkinan antigen. Reseptor ini adalah "mata bagi sistem imun
didapat", meskipun satu limfosit hanya dapat "melihat" satu jenis antigen. Hal ini berbeda dari
TLR sel efektor bawaan, yang mengenali "merek" umum yang khas bagi semua mikroba.
Selain itu, Iimfosit tidak dapat berespons langsung terhadap antigen baru. Antigen mula-mula
harus diproses dan disajikan kepada limfosit oleh antigen-presenting cells (sel penyaji antigen),
suatu aktivitas yang akan kita bahas berikut ini. Setelah berikatan dengan antigen yang telah
diproses dan disajikan oleh sel penyaji antigen, sebagian besar sel B berdiferensiasi menjadi
sel plasma aktif sementara yang Iain menjadi sel memori yang dorman.

Kita mula-mula akan membahas peran sel plasma dan kemudian mengulas sel memori.
Sel plasma menghasilkan antibodi yang dapat berikatan dengan jenis tertentu antigen yang
merangsang pengaktifan sel plasma tersebut. Selama diferensiasi menjadi sel plasma, sel B
membengkak karena retikulum endoplasma kasar (tempat pembentukan protein yang akan
diekspor) Karena antibodi adalah protein maka sel plasma pada hakikatnya adalah pabrik
protein yang produktif, menghasilkan hingga 2000 molekul antibodi per detik. Sedemikian
besarnya komitmen perangkat pembentukan protein sel plasma untuk menghasilkan antibodi
sehingga sel tersebut tidak dapat mempertahankan sintesis protein untuk kelangsungan hidup
dan pertumbuhannya sendiri. Karena itu, sel plasma mati setelah menjalani masa produktif
yang singkat (lima sampai tujuh hari). Antibodi disekresikan ke dalam darah atau limfe,
bergantung pada lokasi sel plasma, tetapi semua antibodi akhirnya memperoleh akses ke darah,
tempat zar ini dikenal sebagai globulin gama atau immunoglobulin. Antibodi dari kelima
subkelas terdiri dari empat rantai polipeptida yang saling berkaitan-dua rantai panjang yang
berat dan dua rantai pendek yang ringan-yang rersusun membentuk huruf Y . Karakteristik
bagian lengan dari Y menentukan spesifsitas antibodi (yaitu, dengan antigen apa antibodi dapat
berikatan). Sifat dari bagian ekor antibody menentukan sifat fungsional antibodi (apa yang
dilakukan antibodi setelah berikatan dengan antigen).

Sebuah antibodi memiliki dua tempat pengikatan antigen identik, satu di masing-
masing ujung lengan. Antigen binding fragment (Fab, bagian pengikat antigen) ini bersifat unik
untuk masing-masing antibodi, sehingga setiap antibody hanya dapat berinteraksi dengan satu
antigen yang secara spesifik cocok dengannya, seperti kunci dan anak kuncinya. Sangat
beragamnya bagian pengikat anrigen dari berbagai antibodi menyebabkan adanya antibodi unik
dalam jumlah sangat besar yang dapat berikatan secara spesifik dengan jutaan antigen berbeda.
Berbeda dengan bagian Fab di ujung lengan yang bervariasi ini, bagian ekor setiap antibodi
dalam subkelas immunoglobulin yang sama bersifat identik. Bagian ekor, atau disebut bagian
konstan (Fc), mengandung tempat untuk mengikat mediator tertentu yang aktivitasnya
diinduksi oleh antibodi, yang berbeda-beda di antara berbagai subkelas antibodi. Pada
kenyataannya, perbedaan bagian konstan merupakan dasar untuk membedakan antara berbagai
subkelas imunoglobulin. Sebagai contoh, bagian ekor konstan antibody IgG, jika diaktifkan
oleh pengikatan antigen di Fab, berikatan dengan sel fagositik dan berfungsi sebagai opsonin
untuk meningkatkan fagositosis. Sebagai perbandingan, bagian ekor konstan antibodi IgE
melekat ke sel mast dan basofil, bahkan tanpa ada antigen. Ketika antigen yang sesuai berikatan
dengan antibodi yang melekat ke sel mast/basofil tersebut maka terjadi pelepasan histamin dari
kedua sel tersebut. Histamin, selanjutnya, menginduksi manifestasi alergik yang mengikutinya.
REFERENSI

Guyton AC, Hall. 2014. Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Pennsylvania: Elsevier
Saunders.
Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7 th ed. Brooks Cole.

Anda mungkin juga menyukai