Anda di halaman 1dari 24

Konsep Dasar Imunologi

Antigen dan imunogen


Dr.dr. Febriana Catur Iswanti, M.Biomed.
Departemen Biokimia & Biologi Molekuler FKUI
Pengertian

Antigen: substansi yang dapat terikat secara spesifik oleh


molekul antibodi atau reseptor sel T

Imunogen:molekul yang dapat menstimulasi respon imun

Imunogenisitas: kemampuan antigen untuk menstimulasi


respon imun dari sel B atau sel T

Tidak semua antigen merupakan imunogen, semua imunogen


adalah antigen
Antigen
 Hampir semua molekul biologi
dapat dikenali oleh antibodi
 Setiap antigen dapat dikenali
oleh limfosit atau antibodi
spesifik, tidak semua antigen
dapat mengaktivasi limfosit
 Stimulasi limfosit B hanya
oleh makromolekul karena
diperlukan cross-linking
multipel reseptor antigen.
 Contoh : hormon, kabohidrat
kompleks, fosfolipid, asam
nukleat dan protein,metabolit
intermediet sederhana, gula,
lipid, autacoid dll
Tipe antigen
 T independent
antigen→langsung
menstimulasi sel B tanpa
bantuan sel Thelper.
Contoh:polisakarida
Karakter:struktur polimer,
aktivasi poliklonal, resisten
terhadap degradasi
 T dependent antigen→perlu
bantuan sel T helper untuk
stimulasi sel B.
contoh:protein
Karakter: ulangan dari
beberapa determinan antigen
Faktor yang mempengaruhi
imunogenisitas
Faktor imunogen:
 Ukuran molekul
 Keasingan
 Komposisi kimia molekul
 Stabilitas→antigen yang dapat difagosit lebih
imunogen
 Bentuk fisik→partikel lebih imunogen dari soluble
Faktor sistem biologi:
 Genetik→perbedaan spesies mempengaruhi
 Usia→anak dan lansia lebih rentan
Ukuran molekul
 Molekul protein dengan BM besar
(>100.000 Da) lebih imunogen
 Molekul kecil (<5000 Da) cenderung tidak
imunogen

Keasingan molekul
 Molekul nonself bersifat imunogen
 Semakin jauh hubungan antar spesies
maka semakin imunogen. Contoh: BSA
lebih imunogen pada ayam dibandingkan
kambing.
Komposisi kimia molekul
 Kompleksitas struktur mempengaruhi
imunogenisitas
 Rantai tunggal asam amino atau gula tidak
imunogen, tp kombinasi asam amino dan gula
dalam 1 molekul→lebih imunogen

Stabilitas
 Molekul yang mudah terdegradasi lebih
imunogen
 Molekul stabil (plastik,metal dll)→tidak
imunogen
Faktor yang mempengaruhi
imunogenisitas
Metode pemberian
 Dosis→ada dosis optimal
 Rute pemberian→subkutan lebih kuat dari
intravena dan intragastrik
 Penggunaan Adjuvant
Sifat kimia imunogen
 Protein→paling imunogen
 Polisakarida→imunogen
 Asam nukleat→kurang imunogen
 Lipid→tidak imunogen
Adjuvant
 Substansi yang bila dicampurkan dan disuntikkan
dengan antigen akan meningkatkan
imunogenisitas antigen
 Adjuvant meningkatkan kekuatan dan durasi
respon imun
Contoh:
 alumunium potasium sulfat (alum)→ presipitasi
antigen kmd melepas sedikit demi sedikit
 Freud’s adjuvant→mengandung komponen
bakteri, dapat mengaktivasi makrofag dan
meningkatkan produksi IL-1
Hapten
 Molekul organik Untuk meningkatkan
kecil yang imunogenisitas:
antigenik tapi tidak  hapten diikatkan
bersifat dengan protein
immunogen→ carrier →kompleks
(contoh carrier-hapten
dinitrofenol)  Hapten disusun
 Tidak dapat menjadi
mengikat protein multivalen, contoh
MHC→tidak dapat mengikatkan
mengaktivasi sel T molekul hapten ke
polisakarida
BSA: bovine serum albumin, KLH: keyhole
limpet hemocyanin
 Ukuran makromolekul jauh lebih besar dari
daerah pengikatan antigen dari suatu antibodi
 Antibodi hanya mengikat 1 bagian dari
molekul→determinan/epitop
 Makromolekul yang memiliki lebih dari 1
determinan/epitop yang sama disebut polivalensi
atau multivalensi
 Protein globular→tidak multivalen
 Polisakarida dan asam nukleat→multivalen
 Antigen polivalen→induksi reseptor sel B dan
inisiasi aktivasi sel B
Epitop

 Epitop/determinan
antigen : setiap bentuk
atau permukaan pada
suatu molekul yang
dapat dikenali oleh
antibodi
Jenis determinan antigen:
 Linier
 Konformasional
 Neoantigen
Epitop (2)
 Konformasional→akan hilang dengan denaturasi
 Linear:
Ada yang bisa dikenali pada protein native
Ada yang bisa dikenali setelah proses denaturasi
 Neoantigen→terbentuk setelah proteolisis
Perbedaan determinan antigen
Determinan Sel B Sel T
antigen
Komposisi Terbentuk dari Terbentuk hanya dari
struktur sekuens primer asam
primer/sekunder/ amino dari protein
tersier/kuarterner
molekul
Ukuran 4-8 residu (asam 8-15 asam amino
amino/gula)
Jumlah Terbatas pada bagian Terbatas pada antigen
antigen yang dapat yang dapat diikat
diakses antibodi oleh MHC
 Spesifisitas spesies→utk penelitian
filogenetik
 Isospesifisitas→ditentukan oleh isoantigen
atau antigen histocompatible,
contoh:golongan darah
 Autospesifisitas, contoh:protein jaringan
lensa mata dan sperma
 Spesifisitas organ→karakteristik organ
tertentu
 Spesifisitas heterofil→antigen yang sama
atau miripyg terdapat pada jaringan
induvidu berbeda spesies atau kelas.
Superantigen
 Kelas molekul yang dapat berinteraksi
dengan APC dan limfosit T secara non
spesifik
 Antigen ini mengaktivasi poliklonal
sejumlah besar fraksi sel T.
 Contoh: enterotoksin Staphylococcus
(keracunan makanan), eksotoksin
Streptokokus pyrogen.
 Terjadi hiperaktivasi sistem imun,
pelepasan sitokin oleh sel T yang
teraktivasi.
Referensi
 Cellular and molecular immunology.6th
edition. Abbas AK; Litchman AH; Pillai S.
Elsevier.2010.
 Text book of Microbiology and
Immunology. 2nd edition. Parija SC.
Elsevier. 2012.

Anda mungkin juga menyukai