Anda di halaman 1dari 13

Karakteristik Rheologi Dalam Sediaan Suspensi

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS Farmasi Fisika Lanjut

Dosen Pengampu: Erindyah RW, PhD., Apt

DIsusun Oleh

Muhammad Andya Nur Patria

V100190020

SEKOLAH PASCASARJANA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Suspensi adalah kelas fluida kompleks (dan sistem terdispersi) di mana zat
padat yang terbagi halus terdispersi secara seragam dalam media dispersi cair.
Suspensi partikel padat dalam cairan polimerik hadir dalam banyak aplikasi
industri, termasuk: teknik makanan, produksi farmasi, teknik material (Mora, 2015).
Terlepas dari sejarah penelitiannya yang panjang, mekanisme suspensi padat masih
kurang dipahami. Untuk memahami perilaku mengalir mereka, diharapkan untuk
mengetahui respons mereka terhadap gaya dan gerakan yang dipaksakan di
perbatasan mereka. Masalah yang dihadapi adalah menentukan sifat reologi dari
media ini dari pengetahuan tentang mekanisme partikel dan fluida interstisial.
Pengetahuan tentang perilaku reologi cairan viskoelastik ini sangat penting untuk
memahami tahap pemrosesannya dan hubungan antara struktur dan komposisinya
(Guazzelli, 2017).
Pengukuran reologi sering dilakukan pada produk akhir. Pengukuran ini
bertujuan untuk mengkarakterisasi profil aliran dari massa yang diformulasikan
karena secara kolektif mempengaruhi formulasi. Karakteristik aliran suatu formulasi
dapat dijelaskan sebagai Newtonian atau non-Newtonian. Sistem Newton mengikuti
hukum aliran Newton, dan menjelaskan hubungan linier yang ada antara tegangan
geser (yaitu, tegangan yang diterapkan pada material) dan laju geser. Contoh bentuk
sediaan farmasi yang menunjukkan aliran Newtonian adalah larutan oral, sirup,
elixir, gliserin, minyak mineral, dan air. Sistem yang tidak mematuhi hukum aliran
Newton dikenal sebagai non-Newtonian. Ada tiga jenis sistem non-Newtonian,
plastik (mis., Suspensi flokulasi pekat; Kecap), pseudo-plastik (mis., Emulsi;
larutan karboksimetilselulosa; cat), dan pengencer (misalnya, pati dalam air;
suspensi deflokulasi pekat). (Al-Achi, 2019). Sifat-sifat rheologi dari sistem
farmaseutika dapat mempengaruhi pemilihan alat yang akan digunakan untuk
memproses produk tersebut dalam pabriknya. Lebih-lebih lagi tidak adanya
perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak
adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil yang
tidak diinginkan. Paling tidak dalam karakteristik alirannya. Aspek ini dan banyak
lagi aspek-aspek rheologi yang diterapkan dibidang farmasi (Counturier et al.,
2016).

Secara umum, suspensi menunjukkan aliran plastis. Dalam studi ini akan
dibahas mengenai Karakteristik rheology pada sediaan suspensi. Makalah ini
bertujuan untuk menunjukkan dalam ilmu farmasi kusus farmasi fisik mengenai
penggunaan viskometer, jenis data yang mungkin dihasilkan dari instrumen, dan
bagaimana menganalisis hasil empirisnya. Selain itu farmasi fisik ini dimaksudkan
untuk memaparkan informasi yang diperlukan terkait dengan sifat fisik, kimiawi
obat dan bagaimana ciri-ciri tersebut yang mempengaruhi bentuk sediaan. Di antara
sifat fisik formulasi adalah karakteristik alirannya, yaitu profil reologisnya.
BAB 2

Kerangka Sub Makalah

1. Pengertian Rheologi
2. Sistem Newton
3. Sistem Non-Newton
a. Aliran Plastis
b. Aliran Pseudoplastis
c. Aliran Dilatan
4. Dasar Teori Viskositas
5. Sifat Reologi Dalam Suspensi
6. Karakteristik Reologi Dalam Suspensi
BAB III
PEMBHASAN

1. Reologi
Rheologi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran cairan
dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan gesek
(shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan, atau hubungan
antara strain dan stress pada benda padat. Rheologi erat kaitannya dengan
viskositas.
Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, pemasukan ke dalam
wadah, pemindahan sebelum digunakan, penuangan pengeluaran dari tube, atau
pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi
penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati
dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat
mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.
Sifat-sifat rheologi dari sistem farmasetika dapat mempengaruhi pemilihan
alat yang akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya.
Lebih-lebih lagi tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat
diperolehnya hasil yang tidak diinginkan. Paling tidak dalam karakteristik alirannya.
Aspek ini dan banyak lagi aspek-aspek rheologi yang diterapkan dibidang farmasi
(Schnaare et al., 2019).
Ada beberapa istilah dalam rheologi ini:
- Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua
bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
- Shearing stress (T atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang
diperlukan untuk menyebabkan aliran
- F’/A = ⴙ dv/dr
- ⴙ = (F’/A) / (dv/dr) = F/G
Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya ada dua yaitu:
Sistem Newton dan Non-Newton. Pemilihan bergantung pada sifat alirannya apakah
sesuai dengan hokum aliran dari newton atau tidak (Amiji, 2020).
2. Sistem Newton
Pada cairan newton, hubungan antara shearing rate dan shearing stress adalah
linear, dengan suatu tetapan yang dikenal dengan viskositas atau koefisien
viskositas. Tipe alir ini umumnya dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan
struktur molekul sederhana dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang
mengikuti sistem newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan
tidak tergantung pada kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan
padasatu kecepatan geser (Thomas, 2016).
3. Sistem Non-Newton
Pada cairan non-newton, shearing rate dan shearing stress tidak memiliki
hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang
diberikan. Tipe aliran non-newton terjadi pada dispersi heterogen antara cairan
dengan padatan seperti pada koloid, emulsi, dan suspensi cair, salep. Ada 3 jenis
tipe aliran dalam sistem non-newton, yaitu ' Plastis, Pseudoplastis, dan Dilatan
(Krieger & Dougherty, 2017).
a. Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing
stress (atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut di
ekstrapolasikan kesumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai
harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai
sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield value, zat
bertindak sebagi bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak
mengalir).
- U = (F – f) / G
- U adalah viskositas plastis
- f adalah yield value
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi
dalam suspensi pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara
partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der waals),
yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value
merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Sakin banyak suspensi yang
terflokulasi, makin tinggi yield valuenya. Kekuatan friksi antar partikel juga
berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value terlampaui (shear stress di
atas yield value), sistem plastis akan menyerupai sistem newton.
b. Aliran Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam
dan sisntesis seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium alginate, metil
selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan
oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan sistem plastis,
yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk
aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu
harga tunggal.
FN = ⴙ’ G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton.
Jika N=1 aliran tersebut sama dengan aliran newton. Viskositas aliran
pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear. Rheogram
lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan adanya aksi shearing
terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan berantai panjang). Dengan
meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak
beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan
ini mengurangi tahanan dari dalam bahan tersebut dan mengakibatkan rate of
shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya.
c. Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat
terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk
mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress
dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan
volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam
suspensi ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu
memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya
pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari
system itu mengembang atau memuai (dilate). Hal itu menyebabkan volume
antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak cukup
memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat
karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna
lagi oleh pembawa. Akhirnya suspense menjadi pasta yang kaku.
4. Penentuan Viskositas
a. Dasar Teori Viskositas
Viskositas adalah suatu ungkapan dari resistensi zat cair untuk mengalir,
semakin tinggi viskositas aliran akan semakin besar resistensinya. Viskositas
berpengaruh terhadap laju penyerapan zbat dari saluran pencernaan dalam
penelitian dan teknologi farmasetik dan sejenisnya, viskositas adalah sebuah ukuran
penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk dibawah tekanan shear.
Viskometer merupakan ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Biasanya
viscometer diterima sebagai kekentalan atau penolakan terhadap penuangan.
Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat dipikir
sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluid. Air memiliki viskositas rendah
sedangkan minyak sayur memiliki viskositas tinggi.
Viskositas berpengaruh terhadap laju penyerapan obat dari saluran pencernaan
serta dalam penelitian dan teknologi farmasetik dan sejenisnya. Penggolongan
sistem cair menurut tipe aliran dan deforrmasinya ada dua yaitu= Sistem Newton
dan Sistem non-Newton. Pada cairan Newton, hubungan antara shearing rate dan
shearing stress adalah linear dengan suatu tetapan yang dikenal dengan viskositas
atau koefisien viskositas. Sedangkan pada cairan non- Newton, shearing rate dan
shearing stress tidak memiliki hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah
tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan.
5. Sifat Rheologi Dalam Suspensi
Viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari
partikel-partikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila
wadahnya dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol, dan kualitas
penyebaran dari cairan ( lotio ) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang
akan diobati. Pertimbangan rheologi juga penting dalam pembuatan suspensi.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan
adalah lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi; Gaya ini
diabaikan dan bisa dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari
botol, terdapat laju shearing yang tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus
mempunyai viskositas yang tinggi pada shear yang dapat diabaikan, yakni selama
penyimpanan; dan zat pensuspensi itu harus mempunyai viskositas yang rendah
pada laju shearing yang tinggi, yakni ia harus bebas mengalir selama pengocokan,
penuangan, dan penyebarannya ini (Pabst et al., 2018).
6. Karakteristik Reologi Dalam Suspensi
Suspensi partikel memiliki reologi yang kompleks. Kebanyakan suspensi
memiliki gaya nonviscous yang mendorong suspensi ke kondisi semula saat aliran
dimatikan, mis. suspensi koloid partikel keras memiliki gaya Brownian, listrik lapis
ganda dan gaya van der Waal, sedangkan partikel lunak dapat memiliki gaya
kapiler, elastisitas atau kekakuan lentur.
Suspensi tipikal dengan proses keadaan diam akan memiliki viskositas
shearthinning, N1 positif dan N2 yang relatif kecil. N1 positif dapat digambarkan
sebagai tegangan pada garis arus, dan berasal dari mikrostruktur yang diregangkan
ke arah regangan dan kemudian diputar sedikit oleh vortisitas ke arah aliran. Pada
laju shear rendah, N1 dan N2 harus kuadratik dalam laju shear dan termodinamika
serta stabilitas N1 harus positif.
Viskositas pada shear tetap tidak bergantung pada laju shear, yaitu tidak
memiliki penipisan shear. Dua perbedaan tegangan normal adalah linier dalam laju
shear, atau lebih tepatnya linier dalam modulus laju shear, karena keduanya harus
tidak bergantung pada tanda laju shear (arah aliran). Tanpa proses relaksasi, tidak
ada alasan termodinamika untuk N1 menjadi positif. Nyatanya, dalam suspensi non-
koloid N1 kecil dan mungkin negatif, sementara sekarang N2 besar dan pasti
negatif. Tegangan normal berasal dari tolakan antara dua bola saat keduanya
mendekati satu sama lain dalam aliran shear, mendorong satu sama lain menjauh
secara merata dalam arah aliran dan gradien aliran. Dorongan yang cukup sama
dalam dua arah ini membuat N1 kecil, sementara kurangnya tolakan yang serius
dalam arah vortisitas membuat N2 besar dan negatif. Perbedaan tegangan normal ini
dapat digambarkan sebagai tegangan pada garis pusaran (Pabst et al., 2018).
Reologi suspensi partikel adalah fungsi kompleks dari sifat fisiknya dan
proses yang terjadi pada skala partikel tersuspensi. Faktor terpenting adalah fraksi
volume partikel φ, bentuk partikel, interaksi antar partikel, pengaturan spasial
partikel dan sifat medan aliran curah. Faktor lain yang penting dalam suspensi
partikel tertentu, tetapi kurang mendapat perhatian, adalah distribusi ukuran dan
bentuk partikel dan gaya antar-partikel (misalnya efek elektroviskos). Yang terakhir
lebih relevan dalam sistem koloid dan. Banyak penelitian telah difokuskan pada
suspensi bola, namun anisometri partikel memperkenalkan beberapa efek tambahan,
terutama: (i) aliran lokal di sekitar partikel non-bola berbeda dari yang ada di sekitar
partikel bola, oleh karena itu kontribusi partikel terhadap viskositas suspensi juga
berbeda; (ii) partikel non-bola dapat diorientasikan dan kontribusinya terhadap
viskositas suspensi tergantung pada orientasinya; (iii) interaksi partikel sangat
dipengaruhi oleh bentuk partikel; Secara umum, pada fraksi volume partikel yang
sama, derajat interaksi antar partikel non-bola akan lebih besar daripada antar
partikel bola. Penelitian empiris yang dipublikasikan pada suspensi partikel
berfokus pada penentuan hubungan antara viskositas semu (relatif) dan fraksi
volume partikel ηr (φ). Karya ini mengalami dua masalah yang telah dikomentari
dalam tinjauan sebelumnya. Pertama, fokus pada viskositas yang tampak berarti
bahwa perilaku non-Newtonian biasanya hanya menerima deskripsi kualitatif.
Kedua, kondisi eksperimental tidak selalu dibatasi dengan baik: eksperimen dapat
mencakup berbagai bilangan Peclet dan bilangan Reynolds partikel, bahkan dalam
penentuan viskositas tunggal; distribusi ukuran partikel mungkin sangat
polidispersi; cairan suspensi mungkin memiliki reologi non-Newtonian; gaya antar-
partikel mungkin ada. Sebagai konsekuensi dari masalah kembar ini, hasil untuk ηr
(φ) yang diperoleh oleh pekerja yang berbeda mungkin berbeda berdasarkan urutan
besarnya. Selain itu, hubungan antara pengamatan empiris viskositas dan reologi
dan hidrodinamika pada skala partikel, seperti yang disimpulkan dalam studi teoritis
dan eksperimental, belum sepenuhnya dieksplorasi, oleh karena itu penjelasan fisik
untuk pengamatan masih sulit dipahami. Ini adalah masalah yang kami bahas dalam
penelitian ini. Kami pertama kali meninjau penelitian sebelumnya dan secara
teoritis mengeksplorasi hubungan antara gerakan skala partikel dan reologi dengan
mempertimbangkan kontribusi yang dibuat oleh partikel individu terhadap
viskositas suspensi. Kami kemudian menyajikan data reologi untuk suspensi
partikel dengan berbagai derajat anisometri dan fraksi volume partikel yang
bervariasi, dalam cairan suspensi Newtonian yang ketat.
Menggabungkan dua untai penyelidikan ini memungkinkan kita untuk
mengembangkan persamaan konstitutif yang mengukur perilaku non-Newtonian
yang diamati dari suspensi partikel bola dan non-bola di berbagai fraksi volume
partikel, dan untuk menjelaskan perilaku reologi massal dalam hal hidrodinamika
yang mendasarinya. dan gerakan partikel (Singh and Nott, 2018).
KESIMPULAN
Viskositas dari suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari partikel-
partikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila
wadahnya dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol, dan kualitas
penyebaran dari cairan ( lotio ) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang
akan diobati. Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada
penyimpanan adalah lantaran pengendapan dari partikel yang tersuspensi. Tetapi
jika wadah dikocok dan produk dituang dari botol, terdapat laju shearing yang
tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus mempunyai viskositas yang tinggi pada
shear yang dapat diabaikan, yakni selama penyimpanan; dan zat pensuspensi itu
harus mempunyai viskositas yang rendah pada laju shearing yang tinggi, yakni ia
harus bebas mengalir selama pengocokan, penuangan, dan penyebarannya ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amiji MM (2020) Rheology. In: Amiji MM, Sandmann BJ (eds.). Applied Physical
Pharmacy. McGraw-Hill/Medical Publishing Division, New York, USA. Pg
no: 365-396.
Al-Achi A and Kulkarni. (2019). Rheological Measurements of Compounded
Emulsions and Suspensions: A Laboratory Exercise to Support Theoretical
Learning, Journal Pharm Pract Pharm Sci 2019(1): 28-32.
B. Snook, J.E. Butler, É. Guazzelli, Journal of Fluid Mechanics 786, 128 (2016)
Couturier, E., Boyer, F., Pouliquen, O. & Guazelli, E. 2016. Suspensions in a tilted
trough: second normal stress difference. J. Fluid Mech. 686, 26–39.
E. Guzzelli. (2017). Rheology of dense suspensions of non colloidal particles. Aix
Marseille Univ, CNRS, IUSTI, Marseille, France.
Krieger, I. M. & Dougherty, T. J. 2017. A mechanism for non-Newtonian flow in
suspensions of rigid spheres. T. Soc. Rheol. 3, 137–152.
Pabst, W., Gregorova, E. & Bertold, C. 2018. Particle shape and suspension
rheology of short-fiber systems. J. Eur. Ceram. Soc. 26, 149–160
Schnaare LR, Block HL, Rohan CL (2019) Rheology. In: Remington: The Science
and Practice of Pharmacy. 21st edition, Lippincott Williams & Wilkins,
Baltimore, USA. Pg no: 338-357.
Singh, A. & Nott, P. R. 2018. Experimental measurements of the normal stresses in
sheared Stokesian suspensions. J. Fluid Mech. 490, 293–320.
Thomas, D. G. 2016. Transport characteristics of suspension: 8. A note on the
viscosity of Newtonian suspensions of uniform spherical particles. J. Colloid
Sci. 20, 267–277.

Anda mungkin juga menyukai