Dear mahasiswa semua, mohon maaf atas ketidakmampuan saya untuk hadir menjelaskan secara langsung
karena ada keperluan mendesak yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Sebagai tanggung jawab, materi ini
saya buatkan rangkuman dan penjelasan dengan narasi yang mudah-mudahan bisa membantu
teman-temanuntuk memahami materi ini. Terima kasih atas pengertiannya. Semoga Allah mudahkan
dalam memahami pembelajaran ini, aamiin
REOLOGI
Tujuan kita belajar Materi Reologi ini ada 3 ya: paham tentang teori reologi, paham penggunaannya dalam
sediaan farmasi, dan paham klasifikasi material.
Dalam bidang farmasi, reologi sangat penting terutama pada penerapan bidang formulasi dan analisis produk
farmasi seperti emulsi, pasta, supositoria, dan salut tablet. Krim, pasta, dan losio baik obat maupun kosmetik
yang diproduksi oleh industri selain konsistensi atau kehalusannya harus memenuhi persyaratan yang dapat
diterima, sedian tersebut harus mampu pula untuk menghasilkan kualitas yang sama setiap kali diproduksi
ulang.
Reologi ada kaitannya dengan pencampuran dan aliran bahan-bahan, pengemasan bahan ke dalam wadah
serta pengeluarannya saat akan dipakai, yaitu apakah akan dituangkan dari botol, dipencet dari tube, atau
dikeluarkan melalui jarum suntik. Reologi dari suatu produk tertentu, yang konsistensinya dapat berkisar mulai
dari cair, setengah padat sampai dengan padat, dapat memberikan pengaruh terhadap daya terima pasien
(akseptabilitas, acceptablity), kestabilan fisik, dan ketersediaan hayati (biological availability). Viskosi-tas
mempengaruhi laju penyerapan (absorption rate) obat dari saluran pencernaan.
Sifat reologis sistem farmasetik dapat pula berpengaruh pada pemilihan peralatan yang digunakan dalam
proses produksi. Kesalahan pemilihan peralatan, akan memberikan hasil yang kurang diharapkan paling tidak
ditinjau dari karakteristik alirannya.
1
Berdasarkan jenis aliran dan deformasinya, bahan-bahan dapat digolongkan pada salah satu dari dua
kategori: Sistem Newton atau sistem non-Newton. Penggolongan terhadap jenis aliran tersebut berdasarkan
pada sifat alirannya yaitu apakah memenuhi hukum aliran Newton atau tidak.
Newton adalah orang yang pertama kali mengkaji sifat aliran cairan secara kuantitatif. Menurutnya, makin
tinggi kekentalan (viskositas) cairan, akan semakin besar gaya per satuan luas ( tekanan geser) yang diperlukan
sehingga akan terjadi laju geser tertentu. Karena itu, laju geser seharusnya berbanding lurus dengan tekanan
geser. η adalah koefisien viskositas atau disederhanakan menjadi viskositas. Persamaannya ditulis di slide 9
(atas).
Satuan viskositas adalah poise, didefinisikan sebagai gaya geser yang diperlukan agar menghasilkan
kecepatan 1 cm/det di antara dua bidang sejajar cairan yang masing-masing luasnya 1 cm2 dan dipisahkan
oleh jarak 1 cm. Satuan viskositas dalam cgs adalah dyne det cm-2 (dyne det/cm2) atau gram/cm det. Satuan-
satuan di atas mudah dianalisis secara dimensi dari besaran koefisien viskositasnya.
Satuan S I (Sisteme International d'Unites) untuk viskositas adalah Pa s (Pascal detik, kg m -1s-1) . Satu poise =
0,1 Pa s. Satuan yang sering digunakan adalah sentipoise (cp), 1 cp = 0,01 poise (p)=1 mPa s.
Fluiditas, Φ suatu istilah yang kerap digunakan adalah kebalikan dari viskositas: rumusnya pada slide 11.
2
Kurva aliran, reogram, akan diperoleh dengan membuat "plot" shear stress terhadap shear rate. Sesuai
dengan persamaan kedua maka akan terjadi garis lurus memotong titik 0 , dan ini tampak dalam Gambar kiri
(slide 14).
Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik, , adalah viskositas mutlak seperti yang didefinisikan dalam persamaan slide 12, dimana
nilai viskositas η dibagi oleh kerapatan cairan. Satuan viskositas kinematik adalah stoke (s) dan sentistoke (cs).
Ketergantungan Suhu
Kalau viskositas gas naik karena suhunya naik, sebaliknya dengan viskositas cairan yang akan turun bila suhu
dinaikkan, dan fluiditas cairan (kebalikan viskositas) akan menjadi naik. Ketergantungan viskositas cairan pada
suhu dinyatakan dengan persamaan yang analog dengan persamaan kinetika Arrhenius yang tertera pada
slide 13. A adalah tetapan yang tergantung pada bobot molekul dan volume molar cairan, dan Ev adalah
"energi aktivasi" yang diperlukan agar terjadi aliran diantara molekul.
Kecuraman (slope) reogram Gambar slide 20 disebut mobilitas, analog dengan fluiditas pada sistem Newton,
dan kebalikannya (reciproc) disebut viskositas plastik, U. Persamaan aliran plastik ada pada slie 19. f adalah
"yield value", atau intersep, pada sumbu tekanan geser dalam dyne cm-2, τ dan D masing-masing adalah
tekanan geser dan kecepatan geser.
3
Aliran plastik dikaitkanan dengan adanya partikel terflokulasi dalam suspensi pekat. Sehingga di dalam sistem
tersebut tersusun struktur yang kontinu. Adanya "yield value" disebabkan kontak antara partikel yang
berdekatan (karena gaya van der Waals) harus dipecahkan terlebih dahulu agar dapat terjadi aliran. "Yield
value" itu merupakan indikasi gaya flokulasi: lebih terflokulasi suspensi itu, akan makin tinggi "yield value"-nya.
Gaya gesekan yang terjadi di antara partikel yang bergerak dapat pula memberikan andil pada "yield value".
Gambar slide 23 kiri. adalah kurva konsistensi zat pseudoplastik. Kurva berawal dari titik 0 (atau paling sedikit
mendekatinya pada laju geser yang rendah). Berbeda dengan benda Bingham (aliran plastis), disini tidak
terdapat "yield value". Karena tidak ada bagian kurva yang lurus (linear), maka sukar untuk menyatakan
viskositas zat pseudoplastik dengan suatu nilai. Viskositas zat pseudoplastik berkurang jika laju geser naik.
Viskositas nyata dapat diperoleh pada beberapa laju geser dari nilai arah, yaitu tangen slop kurva pada titik
yang ditentukan.
Slide 22. Reogram dari zat pseudoplastik yang berbentuk kurva dihasilkan oleh tekanan geser molekul
material yang mempunyai rantai-panjang seperti pada polimer linear. Sewaktu tekanan geser dinaikkan, maka
molekul yang secara normal tak teratur akan meluruskan sumbu panjangnya mengikuti arah aliran. Orientasi
ini menurunkan resistansi internal dari zat dan akan menyebabkan laju geser lebih besar pada setiap tekanan
geser yang berturut-turut. Tambahan pula beberapa solven yang bersatu dengan molekul akan dilepas,
sehingga menyebabkan konsentrasi dan ukuran molekul terdispersi menjadi turun. Hal ini pun menyebabkan
terjadinya penurunan viskositas nyata.
Slide 25. Zat-zat yang mempunyai sifat aliran dilatan adalah suspensi yang mengandung partikel halus,
terdeflokulasi dengan kadar yang tinggi (kira-kira 50% atau lebih). Sistem jenis ini sebenarnya diharapkan
4
akan mempunyai sifat aliran plastik bukannya dilatan. Adapun sifat dilatan tersebut dapat diterangkan sebagai
berikut. Pada keadaan istirahat (diam) partikel-partikel tersusun rapat dengan volume antarpartikel (ruang
kosong, void) dalam keadaan minimum. Akan tetapi, jumlah zat pembawa suspensi ini cukup untuk mengisi
volume antarpartikel tersebut dan memungkinkan terjadinya partikel-partikel saling bergerak relatif satu sama
lain pada laju geser yang rendah. Jadi suspensi dilatan dapat dengan mudah dituangkan dari dalam botol
karena pada keadaan ini berbentuk cair. Kalau tekanan geser dinaikkan ruah (curah) dari sistem akan
mengembang atau berdilatasi. Partikel-partikel yang berusaha agar dapat bergerak cepat melewati yang
lainnya akan mengambil bentuk tata susun terbuka (longgar); hal ini terlihat dalam Gambar slide 25.
Penyusunan kembali tersebut menimbulkan terjadinya peningkatan volume kosong antarpartikel. Jumlah
pembawa yang tidak berubah menjadi tidak cukup untuk menutupi rongga kosong antarpartikel yang
menjadi lebih besar. Akibatnya hambatan mengalir menjadi naik karena partikel-partikel tidak lagi terbasahkan
(terlumas) sempurna oleh pembawa. Akhirnya suspensi akan menyerupai suatu pasta. Sifat dilatan yang
demikian itu haruslah menjadi perhatian pada saat akan memproses produksi bahan dilatan. Untuk
memproses pembuatan suspensi biasanya dibantu dengan beberapa peralatan berkecepatan tinggi antara
lain alat pengaduk (mixer), pencampur (blender), penghalus (mills). Bagi bahan yang bersifat dilatan, yang
akan memadat jika diberi tekanan geser tinggi, akan dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan yang
digunakan.
Keadaan tersebut memperlihatkan bahwa zat mempunyai konsistensi yang lebih rendah pada setiap laju
geser pada kurva turun dari pada kurva naiknya. Kejadian itu menunjukkan adanya suatu pemecahan struktur
dan struktur tersebut tidak segera kembali utuh saat tekanan dihilangkan atau dikurangi. Fenomena ini
disebut tiksotropi, yang dapat didefinisikan sebagai pemulihan keadaan secara isotermal dan komparatif
lambat dari zat yang konsistensinya hilang akibat geseran, yang terjadi pada saat didiamkan atau dapat
dikatakan sebagai "pembentukan sol-gel isoterm yang reversibel". Tiksotropi hanya terjadi pada sistem geser-
cair.
Sistem tiksotropi biasanya mengandung partikel asimetrik yang melalui beberapa titik kontak, membentuk
suatu jaringan tiga dimensi yang longgar di dalam sampel. Struktur ini pada keadaan istirahat (diam)
memberikan derajat kekakuan (rigiditas, rigidity) pada sistem, dan keadaannya menyerupai gel. Saat diberikan
geseran dan mulai mengalir, struktur tersebut mulai rusak karena titik-titik kontaknya terputus dan partikel-
partikel menjadi lurus. Zat tersebut akan mengalami perubahan dari gel ke sol dan memperlihatkan bentuk
5
encer karena geseran (geser-encer). Pada saat tekanan dihilangkan, strukturnya mulai menyusun kembali.
Proses ini tidak terjadi seketika. Proses ini merupakan penyusunan kembali konsistensi ketika partikel-partikel
asimetrik berkontak dengan yang lainnya melalui gerakan Brown secara acak. Reogram yang diperoleh dari
zat tiksotropik sangat tergantung pada laju geser yang dinaikan atau diturunkan dan lama perlakuan sampel
pada salah satu laju gesernya.
Sebagai contoh (lihat gambar slide 32), seandainya laju geser zat tiksotropik dinaikkan secara tetap dari a ke
titik b dan kemudian diturunkan kembali dengan laju yang sama ke e. Akan tampak satu daerah yang disebut
simpul histeresis (hysteresis loop) abe. Akan tetapi seandainya sampel setelah sampai di titik b dan kecepatan
gesernya dibiarkan tetap selama waktu tertentu (misalnya, t1 detik) maka tekanan geser, berarti juga
konsistensinya, akan turun yang besarnya tergantung pada lama geser, laju geser, dan derajat struktur di
dalam sampel. Penurunan laju geser akan menghasilkan simpul histeresis abce. Bilamana sampel tersebut
diperlakukan sama pada laju geser selama t2 detik, maka simpul histeresis yang tampak adalah abcde.
Tampak nyata bahwa reogram zat tiksotropik tidak unik tetapi akan bergantung pada asal-usul reologik
sampel dan pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh reogram itu.
Pada benda plastik (benda Bingham) terdapat dua pendekatan yang sering digunakan untuk memperkirakan
derajat tiksotropi. Yang pertama adalah menentukan pecahnya struktur terhadap waktu pada laju geser yang
tetap (konstan). Tipe reogram yang diperlukan untuk itu adalah seperti pada Gambar slide 32. Berdasarkan
reogram di atas tersebut, koefisien tiksotropik B, yaitu laju pemecahan dengan waktu pada laju geser tetap,
dihitung dengan rumus slide 32. U1 dan U2 masing-masing adalah viskositas plastik dari dua kurva turun,
setelah digeser pada laju tetap selama t1 dan t2 detik. Pemilihan laju geser tersebut adalah bebas. Cara yang
lebih bermakna untuk mengkarakterisasikan perilaku tiksotropik adalah dengan mengukur tekanan yang
turun seiring waktu pada beberapa laju geser; meski cara ini banyak membuang waktu.
Pendekatan yang kedua adalah menentukan pemecahan struktur yang disebabkan oleh kenaikan laju geser.
Prinsip pendekatan ini terlihat dalam Gambar slide 33. Terdapat dua simpul histeresis (hysteresis loop) yang
mempunyai perbedaan laju geser maksimum, masing-masing v1 dan v2. Dalam peristiwa ini, koefisien
tiksotropik M, yaitu kehilangan tekanan geser per satuan kenaikan laju geser, diperoleh dari rumus yg tertera
pada slide 33. M adalah koefisien tiksotropik dyne det/cm2 dan U serta U masing-masing adalah viskositas
1 2
plastik bagi dua kurva turun terpisah yang mempunyai tekanan geser maksimum v1 dan v2. Kelemahan teknik
ini adalah bahwa dua laju geser v1 dan v2 dipilih secara bebas: harga M akan tergantung pada laju geser
6
yang dipilih karena laju geser-laju geser tersebut akan mempengaruhi kurva-kurva turun, demikian pula
dengan U yang dihitung.
(Gambar atas) Suatu gel bentonit pekat yang konsentrasinya 10 sampai 15 % bobot, akan menghasilkan
simpul histeresis dengan suatu karakteristik tonjolan (bulge) pada kurva naik. Hal ini diduga sebagai
perubahan struktur kristal lempeng bentonit yang menyebabkan magma bentonit mengembang. Masih
dalam sistem berstruktur lebih tinggi, gel prokain penisilin yang diformulasikan oleh Ober et al untuk injeksi
intramuskular, kurva tonjolannya berbentuk taji (spur) seperti pada Gambar slide 34 (bawah). Struktur itu
menunjukan harga "yield atau taji value", Y yang tinggi. Harga taji ( spur value) menunjukkan titik yang tajam
dari pemecahan struktur pada laju geser rendah. Adalah sukar untuk menghasilkan bentuk taji,
kemungkinannya tak akan teramati kecuali jika sampel gel dibiarkan lama dalam wadah viskometernya
sebelum percobaan reologiknya dijalankan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jika magnesia magma digeser bolak-balik pada laju geser menaik dan
kemudian laju gesernya diturunkan lagi magma tersebut secara kontinu menjadi kental (kenaikan tekanan
geser per satuam laju geser) tetapi pada laju yang berkurang, dan akhirnya tercapai keadaan kesetimbangan
yaitu siklus penaikan dan penurunan laju geser lebih lanjut tidak lagi menambah kekentalan zat. Karakter
antitiksotropik magnesia magma diperlihatkan dalam Gambar slide 36. Sistem kesetimbangan berupa
keadaan yang mirip gel dan memberikan daya suspensi yang tinggi namun mudah dituangkan. Akan tetapi
jika sediaan tersebut didiamkan maka sifatnya akan kembali lagi menjadi mirip sol.
Antitiksotropi atau negatif tiksotropi jangan terbalik dengan dilatansi atau reopeksi. Sistem dilatan adalah
terdeflokulasi dan biasanya mengandung fase padat terdispersi yang lebih besar dari 50% volume.,
sedangkan sistem anti-tiksotropi kandungan zat padatnya rendah (1 sampai 10%) dan terflokulasi. Reopeksi
adalah fenomena terbentuknya perubahan suatu padatan menjadi gel yang lebih cepat jika dikocok dengan
7
lembut. Dalam sistem reopektik, gel merupakan bentuk kesetimbangan sedangkan pada antitiksotropi bentuk
kesetimbangannya adalah sol.
Berkaitan dengan kestabilan suspensi, ada hubungan yang erat antara derajat tiksotropi dengan laju
sedimentasi; lebih besar tiksotropi maka laju pemisahan akan menjadi lebih lambat. Suspensi parenteral pekat
yang mengandung 40 sampai 70% b/v prokain penisilin G dalam air mempunyai tiksotropi yang tinggi dan
bersifat geser-encer. Akibatnya adalah pemecahan struktur yang terjadi dari sediaan tersebut menyebabkan
suspensi dapat melewati jarum suntik. Konsistensi akan kembali ke keadaan semula saat struktur reologik
terbentuk lagi. Kejadian ini akan membentuk depot obat pada tempat injeksi di dalam otot, dari tempat
tersebut obat dilepaskan secara perlahan-lahan dan menjadi tersedia di dalam tubuh. Sistem tiksotropik
adalah sesuatu yang kompleks, tidaklah realistik untuk mengharapkan terjadinya perubahan reologik yang
berarti dengan hanya menggunakan salah satu parameter. Menurut Levy dalam mengkaji efek penyimpanan
(aging) lempung (clay) yang bersifat tiksotropik, dipandang perlu untuk mengikuti perubahan yang terjadi
dalam viskositas plastik, daerah histeresis, "yield value", dan harga taji (spur value).
Kesimpulannya adalah bahwa semua viskometer dapat digunakan untuk menentukan viskositas sistem
Newton, sedangkan untuk bahan non-Newton hanya dapat dilakukan dengan instrumen yang mempunyai
8
pengontrolan terhadap variabel tekanan geser. Beberapa jenis viskometer yang sering digunakan adalah
viskometer kapiler; viskometer bola jatuh; dan viskometer putar.
Waktu yang diperlukan zat cair uji untuk mengalir melewati tanda batas dibandingkan dengan waktu yang
diperlukan oleh zat cair yang telah diketahui viskositasnya (biasanya air). Jika 1 adalah viskositas zat cair yang
tidak diketahui dan 2 viskositas zat cair baku, t1 dan t2 waktu mengalir (detik), 1 dan 2 masing-masing
kerapatannya, maka viskositas mutlak (absolut), 1 dapat ditentukan dari persamaan pada slide 41.
Sampel bersama bola ditaruh di dalam tabung gelas bagian dalam dan dibiarkan mencapai suhu
kesetimbangan dengan suhu air di dalam mantel (jacket) yang mengelilinginya yang bersuhu tetap. Tabung
dan mantelnya dibalikkan sehingga bola berada di bagian atas tabung gelas bagian dalam. Ukur waktu yang
diperlukan oleh bola sewaktu jatuh di antara dua tanda, dan diulangi beberapa kali.
Pada viskometer cup-bob (Gambar slide 43), cawan silindris adalah tempat cairan uji sedangkan bagian bob
yang dipusatkan pada poros yang sama dengan cawannya dimasukkan sedemikian rupa sehingga bagian
bawah bob tersebut terendam dalam zat cair uji. Bagian yang berputar pada viskometer ini adalah salah satu
dari kedua bagian tersebut. Pada viskometer Mac Michael yang berputar adalah cup, sedangkan pada
viskometer Stormer yang berputar bagian bob.
Pada saat menjalankan percobaan dengan viskometer Stormer (Gambar slide 43 bawah), cairan uji ditaruh
dirongga antara cup dan bob dan dibiarkan sampai tercapai suhu kesetimbangan. Suatu beban ditaruh di
9
atas gantungan, waktu yang diperlukan bob untuk berputar 100 kali dicatat. Data tersebut dirubah ke rpm.
Beban bobotnya dinaikkan, lalu seluruh prosedur seperti di atas diulangi lagi. Dengan cara ini, suatu reogram
dapat dibuat dengan membuat "plot" antara rpm dengan bobot yang ditambahkan. Dengan menggunakan
tetapan tertentu, harga rpm dapat diubah menjadi laju geser dalam detik. Demikian pula bobot yang
ditambahkan dapat diubah menjadi satuan tekanan geser, yakni dyne cm -2. Instrumen Stormer ini jangan
digunakan untuk sistem yang viskositasnya di bawah 20 cp. Di samping viskometer Stormer, viskometer yang
sering digunakan adalah viskometer Brookfield synchroelectric. Bob pada viskometer ini disebut spindel
(spindle) yang menurut ukuran besarnya diberi nomor.
Viskometer ini mengukur tenaga putaran (torque, momen putar) yang diperlukan untuk memutarkan elemen
(spindel) yang dicelupkan dalam cairan. Spindel digerakkan oleh motor sinkron melalui pegas yag terkalibrasi;
defleksi pegas ditunjukkan oleh jarum penunjuk atau angka (peragaan digital). Viskositas berbanding lurus
dengan kecepatan spindel berotasi dan berkaitan dengan ukuran dan bentuk (geometri) dari spindel.
Pemilihan kecepatan spindel : Ditentukan sedemikian rupa sehinggga pembacaan jarum penunjuk antara
skala 10 – 100, pembacaan mendekati 100 adalah lebih baik. Jika pembacaan ternyata melebihi skala 100 maka
kecepatan harus dipilih yang lebih rendah dan/atau spindel yang lebih kecil. Sebaliknya jika pembacaan di
bawah 10 maka kecepatan harus dipilih yang lebih besar dan/atau spindel yang lebih besar. Untuk mencari
harga viskositas zat uji maka perlu mengetahui faktor pencarinya.
Ukuran wadah sampel: Wadah yang dianjurkan adalah berdiameter dalam 3 ¼ inchi (83 mm) atau lebih
besar. Biasanya digunakan gelas beker 600 ml. Pembacaan skala: Dilakukan setelah konstan, biasanya
dibiarkan setelah 5 menit agar tercapai kesetimbangan.
Pegas tenaga putaran: Telah dikalibrasi yang pada skala penuh (100) = 673,7 dyne-cm.
Aliran Sumbat
Satu kelemahan potensial dari viskometer cup dan bob adalah adanya variasi tekanan geser terhadap sampel
di antara bob dan cup. Berbeda dengan sistem Newton, viskositas sistem non-Newton berbeda-beda sesuai
dengan tekanan gesernya. Dengan bahan bersifat plastik, viskositasnya di bawah "yield value" dapat dianggap
sebagai tak tentu. Di atas "yield value" sistem tersebut mempunyai viskositas tertentu U, yaitu viskositas plastik.
Di dalam viskometer tipe Searle (seperti Stormer) tekanan geser di tempat dekat bob yang berputar walaupun
relatif rendah namun sudah cukup tinggi sehingga melampaui "yield value". Akan tetapi tekanan geser pada
bagian dinding dalam cup biasanya berada di bawah "yield value". Karena itu bahan yang berada di daerah
10
ini tetap sebagai sumbat padat. Faktor utama yang menentukan apakah terjadi atau tidak aliran sumbat
adalah ruang pisah (gap) antara bob dengan cup. Untuk menghindari terjadinya aliran sumbat, maka harus
diusahakan menggunakan bob yang besar sehingga ruang pisah menjadi seminimal mungkin. Dalam suatu
sistem yang memperlihatkan adanya aliran sumbat dalam viskometer, lebih banyak sampel yang digeser
pada tekanan geser di atas "yield value" bila kecepatan rotasi bob dinaikkan. Akan tetapi jika tekanan geser
pada dinding cup melewati "yield value", maka sistem itu secara keseluruhan mengalami aliran laminer, bukan
aliran sumbat.
Fenomena aliran sumbat tersebut penting diperhatikan pada peristiwa mengalirnya pasta atau suspensi pekat
melalui suatu lubang, seperti saat mengeluarkan pasta gigi dari tubenya. Geseran yang tinggi disekeliling
bagian dalam tube menyebabkan konsistensi menjadi turun. Hal ini menyebabkan pengeluaran bahan di
bagian tengah sebagai suatu sumbat. Fenomena ini tidak dikehendaki jika diinginkan reogram dari sistem
plastik menggunakan viskometer cup dan bob.
Viskometer yang tidak terpengaruh oleh aliran sumbat adalah viskometer putar kerucut ( cone) dan lempeng
(plate). Contohnya adalah viskometer Ferranti-Shirley. Sampel diletakkan pada pusat lempeng, yang kemudian
dinaikkan hingga pada posisi di bawah kerucut. Kerucut dikendalikan oleh motor yang berkecepatan variabel.
Sampel digeser dalam ruang sempit antara kerucut yang berputar dengan lempeng yang diam. Laju geser
dalam rpm (revolutions per minute) dinaik turunkan dengan selektor dan tekanan geser yang dihasilkan
terbaca dalam indikator.
Viskositas cairan Newton (poise) dalam viskometer cone-plate ini dihitung dengan rumus ada pada slide 44.
Dimana C adalah tetapan instrumen, T adalah pembacaan momen putar (torque), dan v adalah kecepatan
kerucut dalam rpm. Rumus penentuan viskositas plastis dan yield value ada di slide 44. Tf adalah putaran
pada sumbu tekanan geser (ekstrapolasi dari bagian linear kurva), dan Cf tetapan instrumen.
Viskometer cone-plate mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan viskometer cup-bob. Yang
paling penting adalah laju geser pada seluruh cairan yang digeser berlangsung tetap, sehingga kemungkinan
terjadinya aliran sumbat dapat dihindarkan.
11
Evaluasi reologis dari semisolid viskoelastik dapat dilakukan dengan pengujian creep test, yaitu suatu tekanan
tiba-tiba diberikan dan dipertahankan pada periode waktu tertentu. Resultante deformasi ( strain) dari bahan
dengan waktu akan menghasilkan kurva creep.
Metode reologik lainnya adalah pengujian osilasi ( oscillatory testing), melalui pengujian ini tidak terjadi gang-
guan struktur dari bahan uji. Satu lapis tipis material diberikan pada pengendali gaya osilasi dalam alat.
Tekanan geser yang dihasilkan oleh gaya osilasi dalam alat membran memberikan laju geser yang
berbanding lurus dengan kecepatan permukaan bahan uji.
Penerapan Reologi
1. Stabilitas. Stabilitas suspensi dan emulsi dapat diperbaiki dengan menaikkan viskositas. Suatu gel
tiksotropik dari alumunium hidroksida dapat dibentuk dengan mengatur konsentrasi dan elektrolit
yang ada. Gel mencegah terjadinya pemisahan, namun pada pengocokan akan terbentuk sol. Hal ini
memudahkan penuangan sediaan dari wadahnya. Demikian pula emulsi yang bersifat geser-encer
akan mudah dituangkan.
2. Konsistensi. Konsistensi sediaan yang digunakan pada kulit atau tenggorokan haruslah sedemikian
rupa sehingga sediaan dapat tertahan dalam periode waktu yang tepat. Suspensi untuk injeksi tidak
boleh dilatan, karena akan sukar mengalir keluar melewati jarum suntik.
3. Aliran melalui pipa. Untuk mentranspor cairan melewati pipa diperlukan tenaga (daya). Jika viskositas
tinggi diperlukan tenaga yang lebih besar. Bahan-bahan dilatan sukar ditransportasikan, hal ini
disebabkan tenaga yang diperlukan akan naik secara cepat bersamaan dengan kenaikan laju geser.
Pada laju geser yang tinggi aliran akan terhenti. Bahan tiksotropik lebih mudah ditranspor bila "yield
stress" dilampaui dan juga dalam keadaan berbentuk sol.
4. Pengemasan. Sedian topikal seperti krim, salep dan pasta dapat dikemas dalam tube. Kemudahan
pemakaian bila menggunakan tube ini tergantung pada "yield stress" atau sifat aliran sediaan.
Terkadang, bila "yield stress" terlam-paui, terjadi aliran pada daerah sekitar dinding tube namun tidak
terjadi pada daerah pusat. Bahan pada daerah pusat (tengah) ini keluar seperti sumbat, tidak
menggeser, dan ini adalah aliran sumbat.
5. Sebagai pembakuan bagi bahan (zat). Bahan mentah ataupun produk akhir harus dibakukan. Hal ini
perlu untuk memudahkan produk diproduksi ulang, sehingga sifat reologiknya tidak akan berbeda.
12