Anda di halaman 1dari 14

I.

I.1
I.2
I.3
I.4
II.

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
Menerangkan arti viskositas dan rheologi.
Membedakan cairan Newton dan cairan non Newton.
Menggunakan alat alat penentuan viskositas dan rheologi.
Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan non Newton.
DASAR TEORI
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar

resitensi suatu zat cair untuk mengalir semakin besar pula viskositanya. Rheologi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu rheo (mengalir) dan logos (ilmu), digunakan
istilah ini untuk pertama kalinya oleh Bingham dan Crawford untuk
menggambarkan aliran dan deformasi dari padatan. Jadi, rheologi adalah ilmu
yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Rheologi dari
suatu produk tertentu yang dapat berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair ke
semisolid sampai ke padatan, dapat mempengaruhi stabilitas fisika dan bahkan
availabilitas biologis (Martin et al., 2008)
Rheologi akan menentukan sifat dari sediaan dalam hal campuran dan sifat
alirnya, baik pada saat diproduksi, pengemasan, penyimpanan, dan pelepasan zat
aktif serta sifat - sifat penting pada saat pemakaian, seperti konsistensi, daya
sebar, dan kelembapan. Rheologi dari suatu sediaan juga akan mempengaruhi
stabilitas fisik dan ketersediaan hayati (Nugraha, 2012).
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas
suatu sediaan, yang dapat diklasifikasikan menjadi metode mutlak dan metode
relatif. Metode mutlak baik secara langsung maupun tidak langsung, mengukur
shear stress dan shear rate dari suatu sediaan atau komponen untuk
mendefinisikan fungsi rheologi yang tepat. Teknik yang digunakan dalam
pengukuran secara mutlak yaitu dengan mengalirkan cairan melalui tabung,
metode putaran, atau metode viskositas permukaan. Sedangkan metode relatif
tidak mengukur shear stress dan shear rate, namun menghasilkan pemeriksaan
kualitas yang bagus untuk membandingkan secara relatif bahan - bahan yang
berbeda. Pada pengukuran secara relatif, digunakan alat - alat seperti viskometer,
bola jatuh, atau penghisap (Nugraha, 2012).

Viskositas dinyatakan dalam simbol . Viskositas merupakan perbandingan


antara shearing stress F/A dan rate of shear dv/dx. Satuan viskositas adalah poise
atau dyne detik cm-2.
Menurut Newton:

F/A

= dv/dx

F/A

= dv/dx

F/A
dv / dx

Keterangan :

= koefisien viskositas satuan yang sering digunakan adalah


centipoises

cp

( jamak : cps )

1 Cp = 0,01 poise
(Martin et al., 2008)
Dimana Viskositas dipengaruhi oleh; Besar dan bentuk molekul, Viskositas
cairan semakin berkurang dengan bertambahnya suhu tapi tak cukup banyak
dipengaruhi oleh perubahan tekanan. Adanya koloid dapat memperbesar
viskositas sedang adanya elektrolit akan sedikit menurunkan viskositas dari cairan
(Martin et al., 2008).
Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya ada dua
yaitu: sistem Newton dan sistem non-Newton. Pada cairan Newton, hubungan
antara shearing rate dan shearing stress adalah linear, dengan suatu tetapan yang
dikenal dengan viskositas atau koefisien viskositas. Tipe alir ini umumnya
dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul sederhana
dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti sistem Newton,
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada
kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan
geser. Sedangkan pada cairan non-Newton, shearing rate dan shearing stress tidak
memiliki hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya
tekanan yang diberikan.
Tipe aliran non-Newton terjadi pada dispersi heterogen antara cairan dengan
padatan seperti pada koloid, emulsi, dan suspensi. Berdasarkan grafik sifat
alirannya (rheogram), cairan non Newton terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :

Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi
atas tiga jenis, yaitu :
Aliran plastis
Aliran pseudoplastik
Aliran dilatan
Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi atas tiga
jenis, yakni :

Aliran tiksotrofik
Aliran antitiksotrofik
Aliran rheopeksi

Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing
stress (atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan
ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield.
Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield
value tersebut. Pada harga shearing stress di bawah harga yield value, zat
bertindak sebagai bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak
mengalir) (Martin et al., 2008).

Gambar 1. Rheogram Plastik (Martin et al., 2008).

Aliran Pseudoplastis
Sebagai aturan umum, aliran pseudoplastis terjadi pada molekul berantai
Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya ada dua yaitu:
sistem Newton dan sistem non-Newton. Pada cairan Newton, hubungan antara
shearing rate dan shearing stress adalah linear, dengan suatu tetapan yang dikenal
dengan viskositas atau koefisien viskositas. Tipe alir ini umumnya dimiliki oleh
zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul sederhana dengan volume
molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti sistem Newton, viskositasnya tetap

pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser,
sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser. Sedangkan
pada cairan non-Newton, shearing rate dan shearing stress tidak memiliki
hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan
yang diberikan.
Tipe aliran non-Newton terjadi pada dispersi heterogen antara cairan dengan
padatan seperti pada koloid, emulsi, dan suspensi. Berdasarkan grafik sifat
alirannya (rheogram), cairan non Newton terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :
Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi
atas tiga jenis, yaitu :
Aliran plastis
Aliran pseudoplastik
Aliran dilatan
Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi atas tiga
jenis, yakni :

Aliran tiksotrofik
Aliran antitiksotrofik
Aliran rheopeksi

Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing
stress (atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan
ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield.
Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield
value tersebut. Pada harga shearing stress di bawah harga yield value, zat
bertindak sebagai bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak
mengalir) (Martin et al., 2008).
terjadi pada molekul berantai
panjang seperti polimer-polimer termasuk gom, tragakan, Na-alginat, metil
selulose dan karboksimetilselulose yang merupakan kebalikan dari sistem plastis,
dimana tersusun dari partikel-partikel yang terflokulasi dalam suatu suspensi
(Martin et al., 2008).

Gambar 2. Rheogram pseudoplastik (Martin et al., 2006)

Aliran Dilatan
Viskositas cairan dilatan meningkat dengan meningginya kecepatan geser,
karena terjadi peningkatan volume antar partikel sehingga pembawa tidak lagi
mencukupi. Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat
padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat
untuk mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress
dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya
(Lachman, 1994).

Gambar 3. Rheogram Dilatan (Martin et al., 2006)


Aliran Tiksotropik
Tiksotropik didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan lambat
pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing.
Sistem tiksotropik biasanya mengandung partikel-partikel asimetris yang melalui
berbagai titik hubungan menyusun kerangka tiga dimensi diseluruh sampel

tersebut (Martin et al., 2008). Pada aliran ini, kurva menurun berada di sebelah
kiri kurva menaik. Fenomena ini umumnya dijumpai pada zat yang mempunyai
aliran plastik dan pseudoplastik. Kondisi semacam ini disebabkan karena
terjadinya perubahan struktur yang tidak segera kembali ke keadaan semula pada
saat tekanan geser diturunkan. Sifat aliran semacam ini umumnya terjadi pada
partikel asimetrik (misalnya polimer) yang memiliki banyak titik kontak dan
tersusun membentuk jaringan tiga dimensi (Martin et al., 2008).

Gambar 4. Rheogram Tiksotropik (Martin et al., 2006)


Aliran Antitiksotropik
Dalam antitiksotropi keadaan keseimbangan adalah sol. Samyn dan Jung
menyatakan antitiksotropi disebabkan oleh meningkatnya frekuensi tumbukan
dari partikel-partikel terdispersi atau molekul-molekul polimer dalam suspensi.
Hal ini akan meningkatkan ikatan antarpartikel dengan bertambahnya waktu.

Gambar 5. Rheogram Aliran Antitiksotropik (Martin et al., 2008)


Aliran Rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel lebih
cepat jika diaduk perlahan-lahan atau kalau di shear daripada jika dibiarkan
membentuk gel tersebut tanpa pengadukan (Martin et al., 2008).

Gambar 6. Rheogram Rheopeksi (Martin et al., 2006)

Penentuan dan evaluasi sifat sifat rheologis dari suatu sistem tertentu
bergantung pada pemilihan metode peralatan yang tepat. Karena rate of shear
pada sistem Newton berbanding langsung dengan shear stress, maka dapat
digunakan alat yang beroperasi pada rate of shear tunggal. Apabila sistem tersebut
merupakan sistem non Newton, peralatan yang digunakan harus bisa bekerja pada
berbagai rate of shear (Martin et al., 2008)
. Jenis jenis viskometer, yaitu :
1.
Viskometer Satu Titik
Viskometer ini bekerja pada satu titik rate of shear sehingga hanya dihasilkan
satu titik pada rheogram (grafik sifat alir). Ekstrapolarisasi dari titik tersebut ke
titik nol akan menghasilkan garis lurus. Alat ini hanya dapat menentukan
viskositas cairan Newton. Contoh viskometer satu titik adalah viskometer bola
jatuh dan viskometer kapiler (Martin et al., 2008)
Prinsip viskometer bola jatuh adalah mengukur kecepatan bola jatuh melalui
cairan dalam tabung pada suhu tetap. Viskometer ini cocok digunakan untuk
cairan yang mempunyai viskositas yang sulit diukur dengan viskometer kapiler.
Viskositas cairan dapat dihitung dengan persamaan Stokes (Prasetya, dkk., 2012)
Viskosimeter Bola Jatuh
Prinsip viskosimeter bola jatuh yaitu pengukuran benda kerja berupa bola
yang terbuat dari bahan yang telah ditentukan dijatuhkan kedalam tabung yang
telah diisi fluida dengan viskositas atau kekentalan yang ditentukan (Ridwan,
1999).
Viskosita cairan dapat dihitung dengan persamaan Stokes :
=

2r 2 ( 1 2 ) g
7 9v

Keterangan :
r : jari-jari bola (cm)
1 : bobot jenis bola
2 : bobot jenis cairan
g : gaya gravitasi
v : kecepatan bola (cm.detik-1)
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :
= B (1 2) t

Keterangan :
B

: konstanta bola

: waktu tempuh bola jatuh (detik)

Viskosimeter Banyak Titik


Menggunakan viskosimeter semacam ini dapat dilakukan pengukuran pada
beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna.
Viskosimeter yang termasuk ke dalam jenis viskosimeter ini adalah viskosimeter
rotasi tipe Stormer, Brookfield, Rotovisco dan lain-lain.
Viskosimeter Brookfield

Gambar.7 Viskosimeter Brookfield (Neuwald, 1966)

III. ALAT DAN BAHAN


III.1 Alat :
-

Viskometer Bola Jatuh


Viskometer Brookfield
Bola
Stopwatch
Piknometer

III.2 Bahan :
- Aquadest
- Gliserin
- Oleum Ricini
IV.

PERHITUNGAN
IV.1 Bobot Jenis Cairan

Air

=1

Gliserin

gr

mL

Bobot piknometer berisi gliserin bobot piknometer kosong


Bobot piknometer berisi air bobot piknometer kosong
28,160 gr 16,141 gr

= 25,864 gr 16,141 gr
12,019 gr

= 9,723 gr
= 1,24 gr

9,723 gr ~ 9,723 mL

mL

Oleum ricini =
Bobot piknometer berisi gliserin bobot piknometer kosong
Bobot piknometer berisi air bobot piknometer kosong

25,303 gr 16,141 gr

= 25,864 gr 16,141 gr
9,162 gr

= 9,723 gr

gr
= 0,94

9,723 gr ~ 9,723 mL

mL

IV.2 Viskositas Cairan

t 1 2 . k . F

= viskositas

= densitas bola

= dernsitas cairan

= konstanta bola

= multiplikator working angle

Viskositas air :
I.

t 1 2 . k . F

= 0,43 s 7,6731

gr
cm

1 gr

1 gr

1 gr

. 6,664 mPa . cm 3

gr

. 6,664 mPa . cm 3

gr

. 6,664 mPa . cm 3

gr

cm

.1

= 19,1219 mPa . s

II.

t 1 2 . k . F

= 0,40 s 7,6731

gr
cm

cm

.1

= 17,7878 mPa . s

III.

t 1 2 . k . F

= 0,38 s 7,6731

gr
cm

cm

10

.1

= 16,8984 mPa . s

air

19,1219 mPa . s 17,7878 mPa . s 16,8984 mPa . s


3

= 17,9360 mPa . s
Viskositas gliserin :
I.

t 1 2 . k . F

= 8,42 s 7,6731

gr
cm

1,24 gr

1,24 gr

1,24 gr

. 6,664 mPa . cm 3

gr

. 6,664 mPa . cm 3

gr

. 6,664 mPa . cm 3

gr

cm

.1

= 360,9669 mPa . s

II.

t 1 2 . k . F

= 8,40 s 7,6731

gr
cm

cm

.1

= 360,1095 mPa . s

III.

t 1 2 . k . F

= 8,32 s 7,6731

gr
cm

cm

.1

= 356,6799 mPa . s

gliserin

360,9669 mPa . s 360,1095 mPa . s 356,6799 mPa . s


3

= 359,2521 mPa . s
Viskositas oleum ricini :
I.

t 1 2 . k . F

= 11,59 s 7,6731

gr
cm

0,94 gr

= 520,0361 mPa . s

11

cm

. 6,664 mPa . cm 3

gr

.1

II.

t 1 2 . k . F

= 11,30 s 7,6731

gr
cm

0,94 gr

cm

0,94 gr

. 6,664 mPa . cm 3

gr

. 6,664 mPa . cm 3

gr

cm

.1

= 507,0240 mPa . s

III.

t 1 2 . k . F

= 11,88 s 7,6731

gr

cm

.1

= 533,0482 mPa . s

oleum ricini

520,0361 mPa . s 507,0420 mPa . s 533,0482 mPa . s


3

= 520,0361 mPa . s
V.
V.1

PROSEDUR KERJA
Mengukur viskositas cairan Newton
Tabung pada viskometer bola jatuh diisi dengan cairan yang akan diukur
viskositasnya sampai hampir penuh.
Dimasukkan bola yang sesuai.
Ditambahkan cairan sampai tabung penuh dan ditutup sedemikian rupa
sehingga tidak terdapat gelembung udara di dalam tabung.
Apabila bola sudah turun melampaui garis awal, bola dikembalikan ke
posisi semula dengan cara membalikkan tabung.
Waktu tempuh bola melalui tabung mulai dari garis m1 sampai m3 dicatat
(dalam detik).
Bobot jenis cairan ditentukan dengan menggunakan piknometer.
Dihitung viskositas cairan uji.

12

V.2

Mengukur sifat aliran


Spindel dipasang pada gantungan spindel.
Spindel diturunkan sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke
dalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
Stop kontak dipasang dan motor dihidupkan sambil menekan tombol.
Spindel dibiarkan berputar dan diperhatikan jarum merah pada skala
(dicatat angka yang ditunjukkan jarum merah tersebut).
Untuk menghitung viskositas : angka pembacaan dikalikan dengan suatu
faktor yang dapat dikutip dari tabel yang terdapat pada brosur alat.
Dengan mengubah ubah ppm, akan diperoleh viskositas cairan pada
berbagai cps.
Untuk mengetahui sifat aliran : dibuat kurva antara ppm dengan usaha yang
dibutuhkan untuk memutar spindel.

DAFTAR PUSTAKA
Martin, A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata. 2006. Physical Pharmacy, 5th ed.
Philadelphia: Lea & Febiger.
Martin, A. 2008. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Neuwald,F. 1966. Rheological Studies Of New Cream Bases With The Brookfield
Synchro-Lectric Viscometer. J. Soc. Cosmetic Chemists Vol.17: p213-233.
Nugraha, Linus Seta Adi. 2012. Pengaruh Kadar CMC-Na sebagai Bahan
Pengental terhadap Sifat Fisik Lotion Repelan Minyak Atsiri Akar wangi
(Vetivera

zizanioides

(L)

nogh).

Available

at

http://september.ucoz.com/PENGARUH_KADAR_CMC_Na_SEBAGAI_
BAHAN_PENGENTAL_TERH.pdf Opened at : 1 April 2012
13

14

Anda mungkin juga menyukai