Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

Disusun Oleh kelompok 4 :


1) Diki Apriansah
2) Desi restianti
3) Fera Nurhidayati Sunardi
4) Fadila Ardiyagarini
5) Nurul Harisah
6) Rudi Hartono Simanjorang
7) Taruli Lambok Sibarani

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


JAKARTA
2019
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu untuk :
a. Menerangkan arti viskositas dan rheologi
b. Membedakan cairan Newton dan cairan non Newton
c. Menggunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi
d. Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan non Newton

II. TINJAUAN PUSTAKA


Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang
diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan dari suatu
cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka
berarti viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air). Dan bila cairan itu mengalir
lambat, maka dikatakan cairan itu viskositas tinggi. Viskositas dapat diukur dengan
mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung silinder. Cara ini merupakan salah satu
cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Menurut
poiseulle, jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu. (Dudgale.
1986).
Viskositas biasanya diterima sebagai “kekentalan” atau penolakan terhadap
penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dapat
dipikir sebagai cara untuk mengukur gesekan fluid. Prinsip dasar penerapan viskositas
digunakan dalama sifat alir zat cair atau rgeologi. Rheologi merupakan ilmu tentang sifat
alir suatu zat. Rheologi terlibat dalam pembuatan, pengemasan atau pemakaian,
konsistensi, stabilitas dan ketersediaan hayati sediaan. (Moechtar, 1990).
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas,
hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripadagas. Viskositas
gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan
naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak
tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan (Martin, 1993).
Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya
mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas dispersi koloid dipengaruhi oleh bentuk
partikel dari fase dispersi dengan viskositas rendah, sedangkan sistem dispersi yang
mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan
viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel (Respati, 1981).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan
justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan yang
merupakan kelebihan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur
(Bird,1993).
Rheologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan ke dalam
wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan penuangan dari botol,
pengeluaran dari tube atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu produk
tertentu yang dapat berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair ke semisolid, sampai ke
padatan, dapat mempengaruhi penerimaan bagi si pasien, stabilitas fisika, dan bahkan
availabilitas biologis jadi viskositas telah terbukti mempengaruhi laju absorpsi obat dari
saluran cerna (Martin, 1993).
Adapun alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat yaitu viscometer,
dimana ada dua jenis viscometer yaitu (Sinko, 2011):
1. Viscometer satu titik
Viscometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja, sehingga hanya
dihasilkan satu titik pada rheogram. Alat ini hanya dapat digunakan untuk
menentukan viskositas cairan newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu
viscometer kapiler, viscometer bola jatuh, dan penetrometer.
2. Viscometer banyak titik
Viscometer jenis ini pengukurannya dapat dilakukan pada beberapa harga
kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang sempurna. Viscometer jenis
ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan newton maupun cairan non
newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu viscometer rotasi tipe Stromer,
viscometer Brookfield dan Rotovisco.
Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka tipe aliran
dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton (Wiroatmojo, 1988):
1. Cairan Newton yaitu cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan viskositas.
2. Cairan non Newton yaitu aturannya tidak mengikuti aturan viskositas. Cairan
biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar atau mempunyai struktur
tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan cairan bukan cairan Newton sehingga
diperlukan tambahan gaya atau jika perlu memecah strukturnya.
Berdasarkan grafik sifat aliaran (rheogram) cairan non newton terbagi atas dua
kelompok yaitu:
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi atas
tiga aliran yaitu:
1) Aliran plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong sumbu shearing
stress pada titik tertentu yang dikenal dengan harga yield. Bingham bodies tidak
akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar harga yield tersebut.
2) Aliran pseudoplastis
Viskositas cairan pseudoplastis akan berkurang dengan meningkatnya rate of
shear.
3) Aliran dilatan
Viskositas cairan dilatan akan bertambah dengan meningkatnya rate of shear.
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi atas tiga
aliran yaitu (Sinko, 2011):
1) Aliran Tiksotropi
Tiksotropi bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan
lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena
shearing. Gejala tiksotropi sering dikenal dengan shear thinning sistem (aksi
plastis dan pseudoplastis). Kurva menurun seringkali diganti ke sebelah kiri dan
kurva yang menaik menunjukkan bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih
rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva menurun dibandingkan dengan
pada kurva menaik. Ini menunjukkan adanya pemecahan struktur dan juga shear
thinning yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress tersebut
dihilangkan atau dikurangi.
2) Aliran Rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel lebih
cepat jika diaduk perlahan-lahan atau kalau di shear daripada jika dibiarkan
membentuk gel tersebut tanpa pengadukan. Dalam suatu sistem reopektis, gel
tersebut adalah bentuk keseimbangan. Sedangkan dalam anti tiksotropi keadaan
keseimbangan adalah sol.
3) Antitiksotropi
Antithiksotropi yang menyatakan kenaikan bukan pengurangan konsistensi
pada kurva menurun. Kenaikan dalam hal kekentalan atau hambatan (resisten)
mengalir dengan bertambahnya waktu shear ini telah di selidiki oleh Chong et. Al.

III. ALAT DAN BAHAN :


A. Alat
1. Viskometer Brookfield
2. Viskometer Ostwald
3. Piknometer
4. Gelas Kimia
5. Timbangan
6. Stopwatch

B. Bahan
1. Aquadest
2. Propilen glikol
3. Oleum Ricini
4. Gliserol
5. Sorbitol
6. Tissu

IV. PROSEDUR KERJA


a) Viskometer Ostwald
1. Diambil viskometer ostwald yang sudah bersih.
2. Dimasukkan cairan (Aquadest dan Propilen glikol) ke dalam viskometer ostwald.
3. Dihisap cairan dengan menggunakan pushball sampai melewati 2 batas.
4. Disiapkan stopwatch, kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai
perhitungan sampai batas ke 2 lalu hentikan stopwatch.
5. Catat hasil dan lakukan perhitungan.

b) Viskometer Brookfield
1. Dipasang spindel pada gantungan spindel
2. Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindle tercelup kedalam
cairan yang akan diukur viskositasnya.
3. Dipasang stop kontak
4. Dinyalakan motor sambil menekan tombol
5. Dibiarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala
6. Dibaca angka yang ditunjukkanoleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas
maka angka pembacaan tersebut dikalikan dengan skala suatu factor yang dapat
dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Viskometer Ostwald

Waktu Tempuh (detik)


Perhitungan
No Sampel ρ (g/ml) η (dyne/cm)
: 1 2 Rata - rata

0,9
Aquadest (1) 1,104 0,85 0,89 0,89
3
1
0,9
Aquadest (2) 1,052 0,85 0,89 0,89
3
Propilen glikol 7,1
1,092 7,28 7,23 7,154
(1) 8
2
Propilen glikol 0,6
1,116 O,73 0,66 0,699
(2) 0

a. Kerapatan dan viskositas (1)


 Kerapatan Aquadest
Berat Pikno + Aquadest = 43,1
Berat pikno kosong = 15,5
Berat Aquadest = 43,1 – 15,5 = 27,6
Berat Aquadest 27,6 g
ρ Aquadest = =
Volume Aquadest 25 ml
= 1,104 g/ml

 Kerapatan Propilen glikol


Berat Pikno + Propilen glikol = 43,8
Berat pikno kosong = 16,5
Berat Propilen glikol = 43,8 – 16,5 = 27,3
B . Propilen glikol 27,3 g
ρ Propilen glikol = =
Vol. Propilen glikol 25 ml
=1,092 g /ml

 Viskositas
η 1 t 1 x ρ1 0 , 89 0,89 x 1,104
= ⇒ =
η2 t1 x ρ2 η2 7,23 x 1,092
0 , 89 0,98 2
⇒ =
η2 7,895
0 , 89 x 7,89 5 7,026
⇒ η 2= = =7,154 dyne /cm
0,98 2 0,98 2

b. Kerapatan dan viskositas (2)


 Kerapatan Aquadest
Berat Pikno + Aquadest = 43,0
Berat pikno kosong = 16,7
Berat Aquadest = 43,0 – 16,7 = 26,3
Berat Aquadest 26,3 g
ρ Aquadest = =
Volume Aquadest 25 ml
= 1,052 g/ml

 Kerapatan Propilen glikol


Berat Pikno + Propilen glikol = 44,6
Berat pikno kosong = 16,7
Berat Propilen glikol = 44,6 – 16,7 = 27,9
B . Propilen glikol 27,9 g
ρ Propilen glikol = =
Vol. Propilen glikol 25 ml
=1,116 g/ml

 Viskositas
η 1 t 1 x ρ1 0 , 89 0,89 x 1,052
= ⇒ =
η2 t1 x ρ2 η2 0,66 x 1,116
0 , 89 0,936
⇒ =
η2 0,736
0 , 89 x 0,736 0,655
⇒ η 2= = =0,699 dyne /cm
0,936 0,936

2. Viskometer Brookfield
Faktor Skala CP
No Sampel Spindel Speed
spindel (A) Terbaca (B) (A x B)
1 Aquadest 1 12 5 1 5
1 30 2 2 4
2 Propilen glikol 1 12 5 2 10
1 30 2 6.5 13
3 Oleum ricini 3 12 100 2,5 250
3 30 40 6,5 260
4 Sorbitol 3 12 100 0,5 50
3 30 40 1 40
5 Gliserol 3 12 100 1 100
3 30 40 3,5 140

B. Pembahasan
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan didalam fluida. Semakin besar viskositas suatu fluida maka makin
sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda begerak didalam fluida
tersebut.
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui viskositas dari suatu
cairan. Penentuan viskositas ini ditentukan menggunakan alat viskometer Ostwald
dan viskometer Brookfield.
Pada perlakuan pertama dilakukan dengan viskometer ostwald dan
menggunakan piknometer untuk menentukan kerapatan. Penentuan viskositas dengan
metode viskometer Ostwald ini dilakukan dengan memasukkan cairan yaitu sampel
yang digunakan adalah Aquadest dan Propilen glikol. Masing – masing di masukkan
ke dalam alat viskometer melalui pipa A kemudian di hisap cairan menggunakan
pushball dibawa ke B sampai garis atas. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir bebas
dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari garis atas ke bawah diukur
menggunakan stopwatch. Masing-masing perlakuan di ulangi dua kali, hal ini
dilakukan karena untuk mendapatkan nilai yang mendekati benar sebab alat yang
digunakan tidak dapat menentukan hasilnya secara pasti. Dari kedua hasil tersebut
kemudian dirata-ratakan dan hitung viskositasnya.
Dari hasil yang diperoleh didapatkan waktu tempuh rata – rata aquadest yaitu
0,89 detik dan kerapatan aquadest yaitu 1,052 g/ml. Sedangkan waktu tempuh rata –
rata dari propilen glikol yaitu 0,66 detik dan kerapatan propilen glikol yaitu 1,116
g/ml. Dari prhitungan viskositas didapatkan hasil yaitu viskositas dari propilen glikol
sebesar 0,699 dyne/cm dan viskositas dari aquadest sebesar 0,89 dyne/cm sehingga
dapat disimpulkan bahwa viskositas propilen glikol lebih kecil dibandingkan dengan
aquadest dan dari perhitungan yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin
banyak waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas
cairan tersebut semakin besar pula. Hal ini berarti waktu yang diperlukan oleh suatu
cairan untuk mengalir sebanding atau berbanding lurus dengan viskositasnya.
Pada perlakuan kedua dilakukan penentuan viskositas dengan viskometer
brookfield, prinsip dari alat ini yaitu rotasi dengan mengkombinasikan setting spindle
dan kecepatan putar spindle.
Pada Viskometer ini dilengkapi dengan tiga spindel yang memiliki bentuk
yang berbeda-beda, ada yang berukuran kecil, sendang dan besar. Selain ukurannya
yang berbeda-beda, ketiga jenis spindel ini memiliki fungsi yang berbeda. Jika
sediaan yang akan diuji mempunyai karakteristik aliran newton maka digunakan
spindel tiga atau dapat juga dengan spindel 1 karna larutan yang memiliki daya alır
newton bersifat tidak terlalu kental atau encer. Namun untuk mengukur viskositas
larutan yang memiliki karakteristik aliran non-newton larutannya digunakan spindle 2
yang berbentuk kecil karna pada aliran non-newton larutannya mempunyai
kekentalan yang tinggi, semakin besar viskositas dari suatu cairan yang di uji maka
spindle yang digunakan semakin kecil untuk mempermudah proses pengukuran sifat
aliran.
Pada perlakuan kedua ini menggunakan sampel aquadest, propilen glikol,
oleum ricini, sorbitol dan gliserol sebagai bahan yang akan diuji kekentalannya. Pada
sampel aquadest dan propilen glikol Spindle yang digunakan nomor 1 dengan
kecepatan alat di atur pada 12 rpm dan 30 rpm dan pada sampel oleum ricini, sorbitol
dan gliserol spindle yang digunakan nomor 3 dengan kecepatan alat di atur pada 12
rpm dan 30 rpm.
Dari hasil yang diperoleh didapatkan hasil yaitu pada aquadest kecepatan 12
rpm diperoleh hasil 5 cp dan kecepatan 30 rpm diperoleh hasil 4 cp, pada propilen
glikol kecepatan 12 rpm diperoleh hasil 10 cp dan kecepatan 30 rpm diperoleh hasil
13 cp, pada oleum ricini kecepatan 12 rpm diperoleh hasil 250 cp dan kecepatan 30
rpm diperoleh hasil 260 cp, pada sorbitol kecepatan 12 rpm diperoleh hasil 50 cp dan
kecepatan 30 rpm diperoleh hasil 40 cp dan pada gliserol kecepatan 12 rpm diperoleh
hasil 100 cp dan kecepatan 30 rpm diperoleh hasil 140 cp. Berdasarkan perhitungan
data yang diperoleh menunjukkan bahwa viskositas tertinggi hingga terendah adalah
Oleum Ricini, gliserin, sorbitol, propilenglikol, dan aquadest.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini kelompok kami akan menyimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil dari penentuan viskositas dengan viskometer ostwald yaitu viskositas propilen
glikol (0,699 dyne/cm) lebih kecil dibandingkan dengan viskositas aquadest (0,89
dyne/cm).
2. Hasil dari penentuan viskositas dengan viskometer brookfield yaitu data yang
diperoleh menunjukkan bahwa viskositas tertinggi hingga terendah adalah Oleum
Ricini, gliserin, sorbitol, propilenglikol, dan aquadest.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia

Dudgle. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga

Martin, A., Cammarata, dan Swarbrick. 1993. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Universitas Indonesia

Moechtar. 1990. Farmasi Fisik. Yogyakarta: UGM-Press

Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga

Sinko dan Patrick. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin Edisi 5. Jakarta:
EGC

Wiroatmojo. 1998. Farmasi Fisika: Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Jogjakarta:


Gajah Mada University Press
VIII. LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1.

Pengambilan propilen glikol

2.

Penimbangan piknometer + propilen


glikol

Anda mungkin juga menyukai