Anda di halaman 1dari 32

PERCOBAAN I

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI


I.

LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan seharihari kita selalu berhubungan dengan zatzat cair

yang terdapat di sekeliling kita, dan tanpadisadari ada beberapa cara yang dapat
menyebabkan suatu cairan bisa mengalir lebih mudah dari pada zatzat yang
lainnya. Dalam proses pengukuran sifat zat cair dan kekentalan sering dikaitkan
dengan metodedari viskositas. Viskositas membicarakan masalah gesekan yang
terjadi antara lapisanlapisan pada suatu cairan atau fluida pada umumnya, yang
bergerak satu dengan yang lainnya. Gesekan atau hambatan tersebut ditimbulkan
oleh gaya tarik-menarik antara molekulmolekul pada suatu lapisan dengan
molekulmolekul pada lapisan lainnya. Gaya interaktif itu ialah gaya
elektrostatika, yaitu gaya antara muatanmuatan listrik. Selain itu pada viskositas
kita dapat menentukan jumlah kekentalan dalam suatu zat padat, yang nantinya
kita dapat mengaplikasikan di dalam bidang kefarmasian. Oleh sebab itu
pentingnya mengadakan praktikum serta pembelajaran terhadap viskositas ini
karena pada nantinya kita dapat menentukan suatu konsentrasi kekentalan yang
baik di dalam suatu sediaan obat yang dibuat.
Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan
deformasi zat padat. Rheologi sangat berkaitan dengan viskositas. Prinsip rheologi
diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut
tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi juga digunakan sebagai
karakterisasi produk sediaan farmasi sebagai jaminan kualitas yang sama untuk
setiap produk. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan
obat bagi pasien, stabilitas fisika obat dan bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh
(bioavailabilitas).
II. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
2.1 Apa pengertian dari viskositas dan rheologi?
2.2 Apa perbedaan antara cairan Newton dan cairan non Newton?
2.3 Bagaimana cara menggunakan alat-alat penentuan viskositas dan
rheologi?

2.4 Bagaimana cara menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan
non Newton?
III. TUJUAN
Tujuan yang dicapai pada praktikum ini antara lain :
3.1 Menerangkan arti viskositas dan rheologi.
3.2 Membedakan cairan Newton dan cairan non Newton.
3.3 Menggunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi.
3.4 Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan non Newton.
IV. DASAR TEORI
4.1 Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan untuk mengalir dari suatu
sistem yang mendapatkan suatu tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar
gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu.
Viskositas dispersi kolodial dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase
dispersi.Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem dispersi dengan
viskositas rendah, sedang sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier
viskositasnya lebih tinggi.Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan
refleksi derajat solvasi dari partikel (Moechtar,1990). Viskositas dinyatakan
dalam simbol . Viskositas merupakan perbandingan antara shearing stress
F/A dan rate of shear dv/dr. Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm-2.
Viskositas dipengaruhi oleh:
a) Besar dan bentuk molekul.
b) Viskositas cairan semakin berkurang dengan bertambahnya suhu tapi tak
cukup banyak dipengaruhi oleh perubahan tekanan.
c) Adanya koloid dapat memperbesar viskositas sedang adanya elektrolit
akan sedikit menurunkan viskositas dari cairan.
(Martin et al., 2008).
Pada dasarnya makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar pula
gaya per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
rate of shear tertentu, sehingga rate of shear harus sebanding langsung dengan
shearing stress.

Dengan adanya viskositas, dapat menyebabkan beberapa hal pada sediaansediaan farmasi, contohnya pada sediaan suspensi, tidak boleh terlalu kental
karena viskositas tinggi sehingga menyebabkan suspensi tidak bisa di kocok, hal
ini dapat menyebabkan distribusi zat aktif tidak merata pada seluruh cairan dan
juga akan mengalami kesulitan pada saat penuangan, contoh lain untuk sediaan
mata, viskositas dinaikkan untuk membantu menahan obat pada jaringan sehingga
menambah efektivitas terapinya (Ansel, 2005).
Berdasarkan grafik sifat alirannya (rheogram), cairan non Newton terbagi
menjadiduakelompok, yaitu :
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi
atas tiga jenis, yaitu :
-

Aliran plastik

Aliran pseudoplastik

Aliran dilatan

2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu. Kelompok ini terbagi atas
tiga jenis, yakni :
Tiksotrofik
Antitiksotrofik
Rheopeksi

1.

Aliran Plastik

Cairan yang mempunyai aliran plastik tidak akan mengalir sebelum suatu
gaya tertentu dilampaui. Gaya tersebut adalah yield value atau f. Pada tekanan di
bawah yield value, cairan tersebut berlaku sebagai bahan elastis. Sedangkan di
atas harga tersebut, alirannya mengikuti hukum Newton (Prasetya dkk., 2015).

Gambar 1. Gambar Rheogram Plastik


3

2.

Aliran Pseudoplastik

Viskosita cairan pseudoplastik akan menurun dengan meningkatnya


kecepatan geser. Berbeda dengan aliran plastik, yield value tidak dijumpai. Oleh
karena kurva tidak menunjukan bagian yang linier, maka cairan pseudoplastik
tidak mempunyai harga viskositas absolut. Contoh cairan yang memiliki sifat
aliran pseudoplastik : dispersi cair tragakan, natrium alginate, CMC-Na, dan metil
selulosa (Prasetya dkk., 2015).

Gambar 2. Rheogram Aliran Pseudoplastik


3.

Aliran dilatan

Viskositas cairan dilatan meningkat dengan meningginya kecepatan geser,


karena terjadi peningkatan volume antar partikel sehingga pembawa tidak lagi
mencukupi (Prasetya dkk., 2015).

Gambar 3. Rheogram Aliran Dilatan


Pada cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu, apabila tekanan
geser dihilangkan, sistem akan segera kembali ke kondisi semula. Oleh karena itu,
kurva menaik dan menurun akan berhimpit. Pada cairan yang sifat alirannya
dipengaruhi waktu, apabila tekanan geser diturunkan, cairan tidak mengikuti
kecepatan geser semula sehingga kurva menaik dan menurun tidak berhimpit.

Akibatnya terbentuk suatu celah yang dinamakan hysteresis loop (Prasetya dkk.,
2015).
4. Aliran tiksotropik
Pada aliran tiksotropik, kurva menurun berada di sebelah kiri kurva menaik.
Fenomena ini umumnya dijumpai pada zat yang mempunyai aliran plastik dan
pseudoplastik. Kondisi semacam ini disebabkan karena terjadinya perubahan
struktur yang tidak segera kembali ke keadaan semula pada saat tekanan geser
diturunkan. Sifat aliran semacam ini umumnya terjadi pada partikel asimetrik
(misalnya polimer) yang memiliki banyak titik kontak dan tersusun membentuk
jaringan tiga dimensi. Pada keadaan diam, sistem akan membentuk gel dan bila
diberikan tekanan geser, gel akan berubah menjadi sol (Prasetya dkk., 2015).

Gambar 4. Rheogram Aliran Tiksotropi


5. Aliran rheopeksi
Pada aliran rheopeksi, kurva menurun berada di sebelah kanan kurva
menaik. Hal ini terjadi karena pengocokan perlahan dan teratur akan mempercepat
pemadatan suatu sistem dilatan. Bentuk keseimbangan aliran rheopeksi adalah gel
(Prasetya dkk., 2015).

Gambar 5. Rheogram Aliran Rheopeksi

6. Aliran antitiksotropik
Bila dilakukan pengukuran dengan penambahan dan penurunan tekanan
geser secara berulang-ulang pada sistem ini akan diperoleh suatu viskosita yang
terus bertambah sampai akhirnya suatu saat akan konstan (Prasetya dkk., 2015).

Gambar 6. Rheogram Aliran Antitiksotropik


4.2 Viskosimeter
Viskosimeter merupakan alat yang digunakan untuk menghitung nilai
viskositas atau kekentalan suatu cairan (Ridwan, 1999). Secara umum
viskosimeter dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Viskosimeter satu titik
Viskosimeter ini bekerja pada satu titik kecepatan geser, sehingga
hanya dihasilkan satu titik pada rheogram. Viskosimeter yang termasuk ke
dalam jenis ini contohnya viskosimeter kapiler, viskosimeter bola jatuh,
penetrometer danplate plastometer (Ridwan,1999).
-

Viskosimeter Bola Jatuh (Hoeppler)


Prinsip viskosimeter bola jatuh yaitu pengukuran benda kerja berupa

bola yang terbuat dari bahan yang telah ditentukan dijatuhkan kedalam
tabung yang telah diisi fluida dengan viskositas atau kekentalan yang
ditentukan (Ridwan, 1999).
Viskositas cairan dapat dihitung dengan persamaan Stokes :
=

2r 2 ( 1 2 ) g
9v

Keterangan :
r : jari-jari bola (cm)
1 : bobot jenis bola
2 : bobot jenis cairan

g : gaya gravitasi
v

: kecepatan bola (cm.detik-1)


Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :
= B (1 2) t

Keterangan :
B : konstanta bola
t

: waktu tempuh bola jatuh (detik)

Gambar 7. Viskosimeter Hoeppler


b.

Viskosimeter Banyak Titik


Penggunaan viskosimeter semacam ini dapat dilakukan pengukuran
pada beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang
sempurna. Viskosimeter yang termasuk ke dalam jenis viskosimeter ini
adalah viskosimeter rotasi tipe Stormer, Brookfield, Rotovisco dan lainlain.
-

Viskosimeter Brookfield
Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur

dengan menggunakan alat viskosimeter. Penentuan sifat aliran


dilakukan menggunakan alat viskosimeter Brookfield (Wathoni, dkk.,
2009). Viskositas yang baik akan memiliki nilai yang tinggi. Semakin
tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan makin stabil
karena pergerakan partikel cenderung lebih sulit dengan semakin
kentalnya suatu bahan (Schmitt dan Williams, 1996).

Gambar 2. Viskosimeter Brookfield


Ada beberapa tipe viskosimeter yang biasa digunakan selain viskosimeter diatas
antara lain :
a. Viskosimeter kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan Newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia
mengalir karena gravitasi melalui viskosimeter Ostwald (Martin et al.,
2008).
b. Viskosimeter Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob
dan dinding dalam dari cup di mana bob masuk persis di tengah-tengah.
Kelemahan viskosimeter ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkan geseran yang tinggi di sepanjang keliling bagian tube sehingga
menyebabkan

penurunan

konsentrasi.

Penurunan

konsentrasi

ini

menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini
disebut aliran sumbat (Martin et al., 2008).
c. Viskosimeter Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan
oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam
ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar
(Martin et al., 2008).

V. PROSEDUR PENELITIAN
5.1 Alat dan Bahan
5.1.1 Alat
- Viskosimeter Hoeppler
- Viskosimeter Brookfield
- Bola 1
- Bola 2
- Bola 3
- Bola 4
- Piknometer
- Spindel no.4
- Pipet tetes
- Gelas Beaker
- Corong gelas
- Tisu
5.1.2 Bahan
- Aquadest
- Oleum ricini
- Propilen Glikol
- Sorbitol 70%
- Gliserin
- Suatu emulsi

5.2 Prosedur Kerja


5.1.1

Mengukur

Viskositas

Cairan

Newton

dengan

Menggunakan

Viskosimeter Hoeppler
Cairan yang akan diukur viskositanya dimasukkan ke dalam tabung yang
ada di dalam alat sampai hampir penuh

Dimasukkan bola yang sesuai

Cairan ditambahkan sampai tabung penuh dan tabung ditutup sedemikian


rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara di dalam tabung

Apabila bola sudah turun melampaui garis awal, bola dikembalikan ke


posisi semula dengan cara membalikkan tabung

Waktu tempuh bola melalui tabung dicatat, mulai dari garis m1 sampai
m3 dalam detik

Bobot jenis cairan ditentukan dengan menggunakan piknometer

Hitung viskositas cairan dengan menggunakan rumus yang telah


diberikan

5.1.2

Mengukur Sifat Aliran dengan Menggunakan Viskosimeter Brookfield


Waterpass diatur hingga tepat berada di tengah lingkaran

Dipasang spindel no. 4 pada gantungan spindel

Spindel diturunkan hingga tercelup ke dalam cairan yang akan diukur


viskositasnya tetapi tidak menyentuh bagian dasar gelas beaker.

Alat viskosimeter disambungkan ke stop kontak

Dihidupkan alat dengan menekan tombol on di bagian samping

Diatur kecepatan dan nomor spindel yang digunakan

10

Dilakukan putaran menggunakan beberapa kecepatan rpm untuk


mendapatkan minimal 5 titik yang berada pada nilai rentang 10%
hingga100%.

Dicatat kecepatan, persentase dan nilai viskositas yang didapat

Dibuat kurva antara rpm dengan usaha yang dibutuhkan untuk memutar
spindel untuk mengetahui sifat aliran
5.3 Analisis Data
5.3.1

Hasil Pengamatan
5.3.1.1 Tabel penimbangan piknometer
No.

Bahan

Berat Jenis (gram)

1.

Bobot piknometer kosong (W0)

15,920 gram

2.

Bobot piknometer + air (W1)

25,615 gram

Bobot piknometer + sampel


(W2) :
I.

Oleum ricini

25,246 gram

II.

Gliserin

28, 112 gram

III.

Propilen Glikol

26,065 gram

IV.

Sorbitol 70%

26,011 gram

5.3.1.2 Tabel pengamatan untuk viskosimeter Falling Ball


No
1

Bahan
Aquadest

Propilenglikol

Sorbitol 70%

Ball
1

Arah
Backward

Berat Bola
4,606 gr

Waktu
84,87 s

Forward

86,65 s

Backward

86,15 s

Backward

16,042 gr

35,50 s

Forward

35,34 s

Backward

35,66 s

Backward

16,042 gr

14 s

11

Gliserin

Oleum ricini

Forward

13 s

Backward

14 s

Backward

14,170 gr

95,78 s

Forward

91,15 s

Backward

95,94 s

Backward

14,170 gr

89 s

Forward

95,04 s

Backward

95,47 s

5.3.1.3 Tabel pengamatan untuk viskosimeter Brookfield


Titik Sebelum
Kecepatan
(rpm)
10

20

30

50

60

Torque%

Viskositas (cP) Tekanan (F/A)

20,4

4080

20,7

4140

20,4

4080

= 20,5

= 4100

23,7

2370

24,1

2410

24,2

2440

= 24

= 2406,67

26,5

1767

26,6

1773

26,7

1780

=26,6

=1773,33

30,2

1208

30,1

1204

30,3

1212

=30,2

1208

31,5

1050

31,6

1053

41000

48133,4

53199,9

60400

12

100

31,6

1053

=31,5667

=1052

35,6

712

35,4

708

35,4

710
=710

=35,4667

63120

710000

5.3.1.4.Tabel pengamatan untuk viskosimeter Brookfield


Ttik balik atau titik sesudah
Kecepatan
(rpm)
10

20

30

50

60

Torque%

Viskositas (cP) Tekanan (F/A)

20,4

4080

20,3

4060

20,5

4100

= 20,4

= 4080

24

2400

23,9

2390

24

2400

= 23,9667

= 2396,67

26,4

1760

26,6

1773

26,4

1760

=26,4667

=1764,33

29,8

1192

30,3

1212

29,9

1196

=30

=1200

31,3

1043

31,3

1043

31,4

1047

=31,33

=1044,33

40800

47933,4

52929,9

60000

62659,8

13

100

35,6

712

35,4

708

35,4

710
=710

=35,4667

710000

5.3.2. Perhitungan
5.3.2.1 Perhitungan bobot jenis
Dari data diatas maka dapat dihitung bobot jenis dari masin-masing
sampel sebagai berikut:

Oleum Ricini

Gliserin

Propilen Glikol

Sorbitol 70%

14

5.3.2.2 Pengukuran Viskositas dengan Viskosimeter Falling Ball


No
.
1.

2.

3.

Nama Bahan

bola
(g/cm3)

B (mPa. cm3/g)
Forward

Aquades

4,606

0,00851

Sorbitol 70%

8,1438

0,1308

2,2314

0,09537

Propilengliko
l

Backwa

Bola

rd
0,0085
3
0,1309
0,0954
5

Waktu (s)

No.

Forward Backward

84 s

85 s

83 s

83 s

167 s

147 s

Gliserin

8,1438

0,1308

0,1309

251 s

249 s

Oleum ricini

7,6731

0,650

0,650

93 s

94 s

Perhitungan Viskositas air


Diketahui : bola (1)

Ditanya

Air (2)

= 1 g/cm3

B bola Forward

= 0,00851 mPa. cm3/g

B bolaBackward

= 0,00853mPa. cm3/g

Forward

= 86,65detik

Backward1

= 84,87 detik

Backward2

= 86,15 detik

: Viskositas () = ...cPs

Perhitungan

= 2,2282 g/cm3

Forward :

= B (1 2) t
15

= 0,00851 mPa. cm3/g (2,2282 -1) g/cm3 x 86,65 s


= 0,90 cPs

Backward1 :

= B (1 2) t
= 0,00853 mPa. cm3/g (2,2282 -1) g/cm3 x 84,87 s
= 0,89 cPs

Backward2 :

= B (1 2) t
= 0,00853 mPa. cm3/g (2,2282 -1) g/cm3 x 86,15 s
= 0,90 cPs

Viskositas Rata-rata Air


rata-rata

cPs

cPs

= 0,896 cPs
Jadi, Viskositas rata-rata air adalah 0,896 cPs

Perhitungan Viskositas Sorbitol 70%


Diketahui : Bola (1)

Ditanya

= 8,1438g/cm3

Sorbitol (2)

= 1,05g/cm3

B BolaFoward

= 0,1308 mPa. cm3/g

B Bola Backward

= 0,1309 mPa. cm3/g

Forward

= 14 detik

Backward1

= 14 detik

Backward1

= 13 detik

: Viskositas () = ... cPs

Perhitungan :

Forward :

= B (1 2) t
= 0,1308 mPa. cm3/g (8,1438 -1,05) g/cm3 x 14 s
= 12,99 cPs

Backward1 :
16

= B (1 2) t
= 0,1309 mPa. cm3/g (8,1438 -1,05) g/cm3 x 14 s
= 13 cPs

Backward1 :

= B (1 2) t
= 0,1309 mPa. cm3/g (8,1438 -1,05) g/cm3 x 13 s
= 12,07 cPs

Viskositas Rata-rata Sorbitol 70%


rata-rata =

cPs

cPs

= 12,69 cPs
Jadi, Viskositas rata-rata sorbitol 70% adalah 12,69 cPs

Perhitungan Viskositas Propilenglikol


Diketahui: bola (1)

Ditanya

= 8,1438g/cm3

Propilenglikol (2)

= 1,04 g/cm3

B Bola Forward

= 0,1308 mPa. cm3/g

B Bola Backward

= 0,1309 mPa. cm3/g

Forward

= 35,34 detik

Backward1

= 35,50 detik

Backward2

= 35,66 detik

: Viskositas () = ... cPs

Perhitungan :

Forward :

= B (1 2) t
= 0,1308 mPa. cm3/g (8,1438-1,04) g/cm3 x 35,34

s
= 32,84 cPs

Backward1 :

= B (1 2) t
17

= 0,1309 mPa. cm3/g (8,1438-1,04) g/cm3 x 35,50 s


= 33,01 cPs

Backward2 :

= B (1 2) t
= 0,1309 mPa. cm3/g (8,1438-1,04) g/cm3 x 35,66 s
= 33,15 cPs

Viskositas Rata-rata propilenglikol


rata-rata =

cPs

cPs

cPs

= 33 cPs
Jadi, Viskositas rata-rata propilenglikol adalah 33 cPs

Perhitungan Viskositas Gliserin


Diketahui:

Ditanya

Bola (1)

= 7,7064 g/cm3

Gliserin (2)

= 1,26 g/cm3

B BolaForward

= 0,650 mPa. cm3/g

B BolaBackward

= 0,650 mPa. cm3/g

Forward

= 91,15 detik

Backward1

= 95,78 detik

Backward2

= 95,94 detik

: Viskositas () = ... cPs

Perhitungan :

Forward :

= B (1 2) t
= 0,650 mPa. cm3/g (7,7064 -1,26) g/cm3 x 91,15 s
= 381,93 cPs

Backward1 :

= B (1 2) t
= 0,650 mPa. cm3/g (7,7064 -1,26) g/cm3 x 95,78 s
= 401,33 cPs

Backward2 :

= B (1 2) t
18

= 0,650 mPa. cm3/g (7,7064 -1,26) g/cm3 x 95,94 s


= 402 cPs

Viskositas Rata-rata Gliserin


rata-rata =

cPs

cPs

cP

= 395,09 cPs
Jadi, Viskositas rata-rata Gliserin adalah 395,09 cPs

- Perhitungan Viskositas Oleum Ricini


Diketahui : Bola (1)

Ditanya

= 7,7064 g/cm3
g/cm3

Oleum Ricini (2)

B Bola Forward

= 0,650 mPa. cm3/g

B Bola Backward

= 0,650 mPa. cm3/g

Forward

= 95,04 detik

Backward1

= 89 detik

Backward2

= 95,47 detik

: Viskositas () = ... cPs

Perhitungan :

Forward :

= B (1 2) t
= 0,650 mPa. cm3/g (7,7064-0,96) g/cm3 x 95,04 s
= 416,77 cPs

Backward1 :

= B (1 2) t
= 0,650 mPa. cm3/g (7,7064-0,96) g/cm3 x 89 s
= 390,28 cPs

Backward2 :

= B (1 2) t
= 0,650 mPa. cm3/g (7,7064-0,96) g/cm3 x 95,47 s
= 418,65 cPs

Viskositas Rata-rata Oleum Ricini

19

cPs

rata-rata =

cPs

= 408,57 cPs
Jadi, Viskositas rata-rata Oleum Ricini adalah 408,57 cPs
Pengukuran Viskositas dengan Viskosimeter Brookfield sebelum titik balik
Kecepatan

Torque%

Viskositas (cP)

(rpm)
10

20

30

50

60

100

20,4

4080

20,7

4140

20,4

4080

= 20,5

= 4100

23,7

2370

24,1

2410

24,2

2440

= 24

= 2406,67

26,5

1767

26,6

1773

26,7

1780

=26,6

=1773,33

30,2

1208

30,1

1204

30,3

1212

=30,2

1208

31,5

1050

31,6

1053

31,6

1053

=31,5667

=1052

35,6

712

35,4

708

35,4

710

=35,4667 =710
Pengukuran Viskositas dengan Viskosimeter Brookfield sesudah titik balik

20

Kecepatan

Torque%

Viskositas (cP)

(rpm)
10

20

30

50

60

100

20,4

4080

20,3

4060

20,5

4100

= 20,4

= 4080

24

2400

23,9

2390

24

2400

= 23,9667

= 2396,67

26,4

1760

26,6

1773

26,4

1760

=26,4667

=1764,33

29,8

1192

30,3

1212

29,9

1196

=30

=1200

31,3

1043

31,3

1043

31,4

1047

=31,33

=1044,33

35,6

712

35,4

708

35,4

710

=35,4667

=710

Perhitungan titik no. 1

21

Perhitungan titik no. 2

Perhitungan titik no. 3

Perhitungan titik no. 4

Perhitungan titik no. 5

22

Perhitungan titik no. 6

Perhitungan titik no. 7

Perhitungan titik no. 8

Perhitungan titik no. 9

23

Perhitungan titik no. 10

Perhitungan titik no. 11

Perhitungan titik no. 11

Dari tabel hasil pengukuran viskositas dengan viskosimeter Brookfield, dapat


dibuat kurva hubungan antara F/A dengan viskositas (gambar a) dan kurva
hubungan antara kecepatan putar terhadap F/A (gambar b) yang ditunjukkan
sebagai berikut.

24

Kurva Hubungan F/A Terhadap Viskositas


Viskositas (cP)

5000
4000
3000
2000

Sebelum

1000

Sesudah

0
0

20000

40000
F/A

60000

80000

Gambar a. kurva hubungan antara F/A dengan viskositas

Kecepatan Putar (rpm)

Kurva Hubungan Kecepatan Putar Terhadap


F/A
120
100
80
60
40
20
0

sebelum
Sesudah
0

20000

40000
F/A

60000

80000

Gambar b. kurva hubungan antara F/A dengan kecepatan putar


VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran viskositas cairan Newton
menggunakan alat viskosimeter Hoeppler atau viskosimeter bola jatuh pada 5 zat
cair dan menentukan jenis aliran non Newton dengan menggunakan alat
viskosimeter Brookfield pada sebuah sampel. Viskositas suatu cairan merupakan
ukuran resistensi dari suatu zat cair untuk dapat mengalirsedangkan rheologi

25

adalah suatu ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat.
Makin besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir semakin besar pula
viskositasnya. Viskositas dapat berpengaruh pada formulasi sediaan-sediaan
farmasi, contohnya pada sediaan suspensi, tidak boleh terlalu kental (viskositas
tinggi) sehingga menyebabkan suspensi tidak bisa dikocok, hal ini dapat
menyebabkan distribusi zat aktif tidak merata pada seluruh cairan dan juga akan
mengalami kesulitan pada saat penuangan, contoh lain untuk sediaan mata,
viskositas dinaikkan untuk membantu menahan obat pada jaringan sehingga
menambah efektivitas terapinya (Ansel, 2005).
Pada praktikum ini digunakan dua jenis alat viskosimeter yaitu viskosimeter
bola jatuh atau viskosimeter Hoeppler dan viskosimeter Brookfield. Viskosimeter
Hoeppler digunakan untuk mengukur cairan Newton, ysitu yang kekentalan
cairannnya tidak dipengaruhi oleh gaya yang diberikan dan tidak tergantung
kepada kecepatan geser. Sedangkan viskosimeter Brookfield digunakan untuk
mengukur cairan Newton maupun non Newton. Larutan uji yang diukur dengan
viskosimeter bola jatuh (Hoeppler) diantaranya adalah aquades, gliserin, sorbitol
70%, propilenglikol dan Oleum ricini (minyak jarak). Sedangkan pada
viskosimeter Brookfield digunakan suatu larutan emulsi sebagai cairan uji yaitu
emulsi.
Tahap pertama uji viskositas dengan menggunakan alat viskosimeter
Hoeppler adalah penetapan bobot jenis masing masing sampel. Penetapan
dilakukan dengan menggunakan alat yaitu piknometer. Ada beberapa hal yang
perlu diketahui untuk menentukan bobot jenis menggunakan piknometer
diantaranya adalah bobot dari piknometer kosong (W0), bobot piknometer yang
berisi air suling (W1), dan bobot piknometer yang berisi destilat (W2). Kemudian
baru setelah itudapat ditentukan bobot jenisnya dengan menggunakan rumus:
Bobot Jenis ( )

W2 W 0
W1 W 0

Hal yang harus diperhatikan pada saat penimbangan bobot piknometer


kosong, adalah piknometer yang digunakan harus benar-benar bersih dan kering.
Hal ini untuk mencegah terdapatnya zat-zat pengotor yang dapat mempengaruhi
bobot dari piknometer tersebut. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bobot

26

jenis dari gliserin, sorbitol 70%, propilenglikol, dan Oleum ricini berturut-turut
yaitu 1,26 g/mL, 1,05 g/mL, 1,04 g/mL dan 0,96 g/mL. Sedangkan untuk bobot
jenis air dapat disesuaikan dengan pustaka, yaitu sebesar 1 g/mL (Depkes RI,
1979).
Selanjutnya dilakukan pengukuran viskositas dari cairan sampel (gliserin,
sorbitol 70%, propilenglikol, dan Oleum ricini) menggunakan viskosimeter
hoeppler. Prinsip dasar dari viskosimeter ini adalah mengukur kecepatan bola
jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap, dimana waktu bagi bola
tersebut untuk jatuh antara dua tanda batas diukur dengan teliti dan diulangi
beberapa kali (Martin et al, 1993). Uji viskositas dengan viskosimeter Hoeppler
dilakukan dengan pengisian tabung gelas dengan sampel dan bola yang diletakkan
dalam tabung gelas dan dibiarkan mencapai keseimbangan temperatur dalam
tabung tersebut. Kemudian tabung tersebut dibalik, yang akan menyebabkan bola
berada pada puncak tabung gelas dalam. Viskosimeter ini dipasang miring
sehingga kecepatan bola jatuh akan berkurang dan pengukuran dapat dilakukan
lebih teliti. Waktu bagi bola tersebut untuk jatuh antara dua tanda diukur dengan
teliti dan diulangi beberapa kali. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran adalah gelembung dalam tabung dan posisi kemiringan tabung.
Dalam tabung tidak boleh terdapat gelembung udara karena dapat mempengaruhi
kecepatan dari bola jatuh. Selain itu tabung yang digunakan agak dimiringkan
agar bola yang jatuh tidak terlalu cepat dan kecepatan bola yang digunakan ketika
memasuki batas m1 sampai melewati batas m3 tidak boleh lebih dari 300 detik
sehingga susah diukur kecepatannya. Selain itu perlu diperhatikan pada saat
pemilihan bola, yaitu pemilihan bola yang sesuai dilakukan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dimana bola dipilih berdasarkan kemampuannya untuk
bergerak dari titik awal (m1) menuju titik akhir (m3) dengan waktu <300 detik.
Berdasarkan data yang didapatkan, waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh
ke dasar tabung dalam suatu cairan sampel, dapat dihitung viskositas dari tiap
larutan. Setelah dilakukan perhitungan viskositas diperoleh bahwa vikositas
tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah larutan oleum ricini (408,57cPs),
gliserin (395,09 cPs), propilenglikol (33 cPs), sorbitol (12,69 cPs), air (0,896 cPs).
Sedangkan bobot jenis dari yang tertinggi ke bobot jenis yang terendah secara

27

berututan adalah gliserin, sorbitol, propilenglikol, air, dan oleum ricini.


Perhitungan viskositas dari data yang diperoleh dengan uji viskositas
menggunakan viskosimeter dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
hukum Stokes, yaitu sebagai berikut.

t (1 2 ) K. F
(Martin dkk., 2008)
Alat yang digunakan dalam pengukuran sifat aliran adalah Viskosimeter
Brookfield. Langkah awal yang dilakukan adalah memilih spindel yang akan
digunakan. Spindel yang digunakan berbanding terbalik dengan viskositas dari
sampel yang digunakan. Nomor (jenis) spindle dan kecepatan putar pada alat
viskosimeter ditentukan terlebih dahulu. Bila pengukuran dilakukan pada fluida
yang kekentalannya belum diketahui, dianjurkan untuk menggunakan spindle dari
bernomor besar hingga kecil dan kecepatan putar dari kecepatan putar rendah ke
kecepatan yang tinggi. Pada praktikum ini spindel yang digunakan yaitu spindel
04 karena spindel ini memberikan persentase antara 10-100.Setelah spindle
ditentukan maka spindel dipasang pada gantungan spindel kemudian stop contact
dipasang.
Pada penggunaanya, spindel dihubungkan ke viskosimeter dan dicelupkan
kedalam larutan sampai tanda batas pada spindel. Hal ini bertujuan untuk
mengukur

nilai

viskositas

suatu

larutan.

Agar

pengukuran

viskositas

menghasilkan nilai yang stabil, letak spindel harus berada tepat di tengah-tengah
larutan. Spindel tidak boleh menyentuh bagian bawah atau samping dari wadah
yang digunakan sebagai wadah sampel karena dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran nilai viskositas. Spindel yang menyentuh wadah, viskositas yang
terbaca akan lebih besar dari yang seharusnya, karena terjadinya gesekan antara
spindel dengan wadah yang digunakan.
Selanjutnya, pada layar diatur seri spindel menjadi seri 04 serta
kecepatannya diatur secara bertahap mulai dari 10 rpm, 20 rpm, 30 rpm, 50 rpm,
60 rpm, 100 rpm dan kembali lagi ke kecepatan 10 rpm, 20 rpm, 30 rpm, 50 rpm,
60 rpm, 100 rpm. Setiap pergantian kecepatan geser, alat viskosimeter Brookfield
perlu didiamkan terlebih dahulu selama 1 menit. Pendiaman bertujuan

28

mengembalikan larutan ke keadaan semula yang mungkin masih dipengaruhi oleh


putaran spindel pada kecepatan geser yang sebelumnya. Pengukuran ini dilakukan
sebanyak 3 kali pada setiap nilai rpm yang bertujuan untuk menjamin nilai presisi
yang menentukan validnya suatu metode analisis. Viskositas yang diperoleh dari
kecepatan geser yang ditentukan, kemudian dihitung nilai shearing stress-nya
(F/A) dengan rumus :

F/A
dv / dx
F / A dv / dx

Dimana :
F/A

: viskositas

( cP )

: tekanan geser

dv/dx : kecepatan geser

( rpm )

Kemudian, dibuat kurva yang menunjukkan hubungan F/A terhadap


viskositas dan kurva yang menunjukkan hubungan kecepatan putar terhadap F/A.
Shearing stress atau yang disimbolkan dengan F/A merupakan gaya satuan luas
yang dibutuhkan untuk mengalirkan zat cair. Kecepatan putar mennunjukkan nilai
kecepatan geser (rate of shear / dv/dx) yang merupakan perbedaan kecepatan
antara dua lapisan yang dipisahkan dengan jarak tertentu. merupakan nilai dari
viskositas cairan uji. Kurva yang diperoleh adalah sebagai berikut.

29

Berdasarkan kurva diatas, didapatkan hasil yaitu semakin tinggi kecepatan


gesernya, maka viskositasnya semakin menurun dan pada hasil percobaan yang
dilakukan diperoleh bahwa viskositas kembali seperti semula saat dilakukan
pengukuran kecepatan sebaliknya yaitu dari kecepatan paling tinggi menuju
kecepatan paling rendah. Sehingga kurva yang dihasilkan saling berhimpit (tidak
terdapat celah). Sedangkan, pada pengukuran viskositas dan pengukuran
viskositas balik pada percobaan ini juga tidak terdapat celah (berimpit).
Berdasarkan hasil kedua kurva dapat disimpulkan bahwa cairan uji berupa emulsi
minyak ikan merupakan cairan non newton dengan aliran pseudoplastis yang tidak
dipengaruhi oleh waktu. Pseudoplasstis berbeda dengan aliran plastik, karena
tidak dijumpai adanya yield value. Viskositas cairan pseudoplastik akan menurun
dengan meningkatnya kecepatan geser dan pada kurva tidak menunjukkan bagian
yang linier, sehingga cairan pseudoplastik tidak mempunyai harga viskositas
absolut (Martin dkk, 2008).

VII.

KESIMPULAN
7.1 Viskositas merupakan ukuran resistensi/ketahanan zat cair untuk mengalir.
Makin besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir semakin besar pula
viskositasnya.

Sedangkan rheologi merupakan ilmu yang mempelajari

sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat.


7.2 Cairan newton adalah cairan yang mengikuti hukum Newton yaitu
memiliki viskositas yang tetap pada suhu dan tekanan tertentu serta tidak
tergantung pada kecepatan geser. Sedangkan cairan non Newton adalah

30

cairan yang tidak mengikuti hukum Newton atau viskositasnya


dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan kecepatan geser. Sehingga untuk
mengetahui sifat alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan
geser pada suhu dan tekanan tertentu.
7.3 Alat yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas adalah
viskosimeter satu titik yaitu viskosimeter bola jatuh (hoeppler) untuk
menentukan viskositas cairan newton dan alat yang digunakan untuk
menentukan viskositas cairan non newton beserta alirannya adalah
viskosimeter brookfield digital.
7.4 Viskositas cairan uji pada cairan Newton dari nilai vikositas tertinggi
hingga terendah berturut-turut adalah larutan oleum ricini (408,57cPs),
gliserin (395,09 cPs), propilenglikol (33 cPs), sorbitol (12,69 cPs), air
(0,896 cPs). Pada cairan non newton, viskositas suatu emulsi ditentukan
oleh kecepatan geser dan berdasarkan viskositas yang diperoleh dan kurva
hubungan F/A terhadap viskositas serta kecepatan putar terhadap F/A yang
dibuat dapat disimpulkan bahwa emulsi tersebut diduga memiliki aliran
pseudoplastis.

31

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C.H. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.


Martin, Alfred, James Swarbrick, and Arthur Cammarata. 2008. Farmasi Fisika
2,Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika Bagian Struktur Atom dan Molekul Zat Padat dan
Mikromeritika. Yogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Prasetya, I.G.N. Jemmy Anton, Cok. Istri Sri Arisanti, I.G.N. Agung Dewantara,
Eka Indra Setyawan, Ni Putu Ayu Dewi Wijayanti. 2015. Petunjuk
Praktikum Farmasi Fisika. Denpasar : Udayana University Press
Ridwan. 1999. Mekanika Fluida Dasar. Jakarta: Gunadarma.
Schmitt, W.H. dan Williams, D.F. 1996. Cosmetics And Toiletries Industry, 2nd
Ed. London: Blackie Academy and Profesional.
Wathoni,N.,Soebagio,B.,dan Rikhardus Rafael Kolo Meko. 2009. Profil Aliran
Dispersi Pati Ubi Jalar (Ipomea batatasL.).FarmakaVol.7(2).

32

Anda mungkin juga menyukai