PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal tiga jenis zat, yaitu padat,cair dan gas. Meskipun
zat cair dan gas berbeda dalam banyak hal, tapi keduanya mempunyai karakteristik umum
yang membedakannya dengan zat padat, yaitu: zat cair dan gas adalah fluida, yang
resistensinya rendah dan akan berubah bentuk jika dikenai gaya dibandingkan dengan zat
padat.
Di dalam fluida, dikenal istilah viskositas. Viskositas merupakan suatu besaran yang
diekspresikan sebagai harga nisbah suatu tegangan geser persatuan luas pada suatu titik dibagi
dengan gradien kecepatan. Viskositas dapat didefinisikan sebagai kemampuan fluida untuk
mengalir. Setiap unsur atau senyawa tertentu misalnya memiliki besaran viskositas yang
berbeda-beda karena pengaruh jenis zat, komposisi campuran, temperatur, dan tekanan.
Fluida yang memenuhi kriteria tersebut adalah fluidaNewton. Dalam fluidaNewton,
diasumsikan bahwa densitas yang diberikan oleh fluida konstan.
Metode pendugaan viskositas campuran zat cair masih terus dikembangkan sampai saat ini.
Semua metode pendugaan viskositas campuran yang diusulkan umumnya diturunkan secara
empirik dan data-data penelitian tersebut tidak memberikan hasil yang cukup memuaskan.
Penelitian yang ada belum dapat menemukan suatu persamaan yang dapat digunakan untuk
menduga viskositas campuran.
oleh karena itu, untuk lebih mendalami materi ini maka dilakukanlah praktikum yang berjudul
Viskositas.
1.1 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mempelajari viskositas dalam unit operasi industri hasil pertanian.
Mahasiswa dapat mengukur viskositas beberapa bahan hasil pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluida
Fluida adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan yang berubah-ubah secara kontinyu
apabila mengalami pergeseran atau mempunyai reaksi terhadap tegangan geser sekecil
apapun. Dalam keadaan diam atau dalam keadaan setimbang, fluida tidak mampu menahan
gaya geser yang bekerja padanya. Dan oleh sebab itu, fluida mudah berubah bentuk tanpa
pemisahan massa.
Fluida Non-Newtonian memiliki viskositas yang tergantung pada suhu, laju geser dan waktu.
Juga tergantung dari bagaimana viskositasnya berubah karena waktu sejalan dengan
diaplikasikannya tegangan geser, fluida ini mempunyai karakteristik, sbb.:
Visco-elastic fluids Beberapa jenis fluida mempunyai sifat elastis, yaitu akan
kembali ke bentuk semula bila tegangan geser dihentikan.
Contoh fluida plastic: pasta tomato, odol, hand cream, kecap kental manis.
Contoh fluida thixotropic: yoghurt, cat, gelatin, cream, shortening, salad dressing.
2.2 Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan untuk mengalir dari suatu sistem yang
mendapatkan suatu tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan
untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Hubungan antara bentuk dan viskositas
merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.( Moechtar,1990).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru akan
menurun jika temperatur dinaikan. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kebalikan dari
viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur.( Martin,1993 ). Viskositas
dipengaruhi oleh :
Persamaan Poiseuille menunjukkan perbandingan fluida yang mengalir melalui tabung seperti
yang ditunjukan pada gambar.
Gaya yang harus digunakan pada fluida yang memyebabkan fluida dapat mengalir dapat
dilihat dari perbedaan antara tekanan (P1 - P2) dikali dengan luas penampang pipa:
Kekuatan di titik radius r dari tengah pipa merupakan gaya yang dibagi oleh area permukaan
silinder dengan radius r dan panjang L.
= tekanan =
=
=
Berdasarkan hubungan shear stress dan shear rates dari fluida Newtonian. Dimana kecepatan
selalu positif dan kecepatan akan menurun ketika mendekati dinding pipa, dv/dr berharga
negatif. Oleh karena itu Hukum Newton dari viskositas dapat ditulis sebagai berikut :
t = - dv/dr
= - dv/dr
dV =
Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah paduan
logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta,
tepung dalam air, tanah liat, dll.
Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di
udara, asap pembakaran, dll
B.
1.
Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (18201893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut
efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya
akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi
hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2.
Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa
partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan
gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak
seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk
system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi
gerak zigzag atau gerak Brown.
3.
Adsorpsi koloid
menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya. Berikut ini adalah
penjelasannya:
a.
Sumber Muatan Koloid Sol
Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses adsorpsi
dan proses ionisasi gugus permukaan partikel.
i.
Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap partikel
bermuatan dari fase pendispersinya. Sehingga partikel koloid menjadi bermuatan. Jenis
muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anion atau kation.
Sebagai contoh: partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai kemampuan untuk
mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga sol Fe(OH) 3 bermuatan positif,
sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif) mengadsorpsi anion dari medium
pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu tergantung
pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl terdapat pada
medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan
jika AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan
bermuatan negatif.
ii.
COO-
Maka, partikel sol protein bermuatan positif pada pH rendah dan bermuatan negatif pada
pH tingi. Pada titik pH isoelektrik, partikel-partikel protein bermuatan netral karena muatan
-NH3+ COO- saling meniadakan menjadi netral.
b.
Pada koloid sabun / deterjen
Molekul sabun dan deterjen lebih kecil daripada molekul koloid. Pada konsentrasi relatif
pekat, kedua molekul ini dapat bergabung dan membentuk partikel-partikel berukuran koloid
yang disebut misel. Lalu zat-zat yang tergabung dalam suatu fase pendispersi dan membentuk
partikel-partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan partikel R-COO-Na+. Di dalam air partikel ini
akan terionisasi.
R-COO-Na+ R-COO- + Na+
Anion
Anion-anion R-COO- akan bergabung membentuk misel. Gugus R- tidak larut dalam air
sehingga akan terorientasi ke pusat, sedangkan COO- larut dalam air sehingga berada di
permukaan yang bersentuhan dengan air.
b.
Kestabilan Koloid
Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang
mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. Oleh karena
itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid.
c.
Elektroforesis
Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan
listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas, mari kita lihat tabung berikut di
samping.
Pada gambar, terlihat bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut bergerak
menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif. Jika sistem koloid
bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode positif.
e.
Koagulasi
1.
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar
disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya mempunyai
gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang bersifat kurang stabil. Yang
berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi
menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil. Berikut ini penjelasan
yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
-
Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang
cukup besar
antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen.
Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik
yang lemah atau
bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh,
disperse
emas, belerang dalam air.
Sifat-Sifat
Pembuatan
Sol Liofil
Sol Liofob
Dapat dibuat langsung dengan Tidak dapat dibuat hanya
mencampurkan fase
dengan mencampur fase
terdispersi dengan medium terdispersi dan medium
terdispersinya
pendisperinya
Muatan partikel
Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode
dispersi.
1.
Metode Kondensasi
Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikelpartikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-partikel larutan (atom,
ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi rangkap, hidrolisis,
redoks, dan penggantian pelarut.
a.
Metode kondensasi
i.
Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang
As2O3
3 H2S
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer.
AgNO3 +
HCl
Reaksi Hidrolisis
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih
AlCl3
3H2O
Sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari rekasi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih
FeCl3
iii.
iii.
3H2O
Reaksi redoks
iv.
iv.
Penggantian pelarut
Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alcohol seperti etanol. Jadi,
untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan terlebih dahulu
dalam etanol sampai jenuh. Stelah iut, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan sedikit
demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid
akibat penurunan kelarutan belerang dalam air.
2.
Metode Dispersi
Metode di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid
yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat berupa cara
mekanik maupun peptisasi
Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan
disebut penggilingan koloid.
Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel
kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel
berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk
membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk
pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.
ii.
ii.
Cara peptisasi
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Alat yang
digunakan dapat disimak pada gambar berikut.
Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektrode. Dua
elektrode logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga
kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi loncatan listrik. Panas yang
timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam
medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.
D.
Partikel dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dimurnikan.
Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.
1.
Dialisis
Elektrodialisis
Viscometer
Termometer
Sendok
Gelas
Oven
Refrigerator
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Bahan
Perlakuan
Suhu ()
Viskositas
(Pa.s)
Kecap Sedap
Dingin
2.5
24
Sedang
26
2.2
Panas
32
1.45
Dingin
10.95
Sedang
26
1.55
Panas
32
0.95
Dingin
2.9
10.5
Sedang
27
1.75
Panas
32
1.1
Dingin
33
Sedang
26
32.25
Panas
34
42.75
Dingin
31.25
Sedang
26
16.75
Panas
33
19
Kecap ABC
Kecap Bango
Sambal Asli
Sambal ABC
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini berjudul viskositas, bahan yang digunakan yaitu fluida atau cairan yang
termasuk fluida non Newtonian karena di dalamnya terdapat perbedaan nilai viskositas pada
waktu yang berbeda saat diberi laju geseran. Bahan tersebut yaitu saus, kecap ABC , kecap
Sedap, kecap Bango, saus ABC, dan saus Asli. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
nilai kekentalan dari bahan-bahan tersebut.
Viskositas merupakan nilai kekentalan dari suatu bahan. Nilai besarnya viskositas
tersebut dapat ditentukan dari laju aliran yang terjadi jika fluida tersebut diberi gaya atau
tekan. Semakin besar gaya yang diperlukan untuk menghasilkan laju aliran, maka semakin
besar viskositasnya dengan kata lain fluida semakin kental. Alat untuk mengukur viskositas
suatu bahan disebut viskometer.
Adapun tahapan praktikum yang dilakukan sehingga memperoleh data hasil
pengamatan, yaitu pertama menyiapkan semua bahan dalam gelas ukur. Di mana setiap bahan
terdiri dari 3 sample, yaitu panas, dingin dan normal. Banyak/massa bahan tersebut bebas,
karena tidak akan berpengaruh terhadap hasil. Sample bahan yang bertuliskan panas,
disimpan di dalam oven. Sample bahan dingin disimpan di dalam refrigerator, sedangkan
sample normal hanya disimpan pada suhu ruangan biasa. Lama penyimpanan pun tidak
ditentukan waktunya, karena tidak akan mempengaruhi hasil.
Ketika akan melakukan pengukuran viskositas. Alat ukur viskositas (viskometer) harus
dipasang dengan benar. Gelembung nivo yang terdapat di dalamnya harus tepat berada di
tengah-tengah. Sehingga untuk mengaturnya, posisi/ketinggian viskometerlah yang harus
diubah-ubah. Kemudian kita dapat mengukur nilai viskositasnya.
Hasil yang diperoleh dari bahan kecap ABC dan kecap Bango relatif sama. Namun pada
kecap Sedap berbeda cukup jauh nilai viskositasnya dengan yang lain. Dari hasil pengamatan,
diperoleh nilai kekentalan yang paling besar yaitu pada saus Asli suhu dingin, yaitu bacaan I
= 33, bacaan II = 32.25 dan bacaan III = 42.75.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Fluida adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan yang berubah-ubah secara
kontinyu apabila mengalami pergeseran atau mempunyai reaksi terhadap tegangan
geser sekecil apapun.
Viskositas adalah ukuran resistansi fluida terhadap aliran.
Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat.
4.2 Saran
Pada saat praktikum sebaiknya praktikan melakukan pengamatan dengan teliti, sehingga
faktor penghambat berjalannya praktikum dapat sedikit teratasi, sehingga tidak menghambat
saat praktikum dan tidak memakan waktu yang lama. Pada saat melakukan praktikum
dianjurkan pada setiap kelompok agar saling bekerja sama, sehingga pengerjaannya tidak
memakai waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/1870394-pengembangan-model
viskositas-campuran-multikomponen/
http://id.wikipedia.org/wiki/Viskositas
http://web.ipb.ac.id/~erizal/mekflud/modul1.pdf
http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm
http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.