Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA (FA 2231)

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 7 Januari 2022


Kelompok : S3B
Nama Asisten : Annissa Nadya Alifia (10718029)
Nama Anggota Kelompok (NIM) : Maria Rossa Sekarwangi (10720012)
Brian Mahendra Besmaya (10720018)
Marsya Az-zahra (10720025)
Theresa Dora Glorya (10720042)
Fitra Fauzan (10720050)

SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
Tujuan
1. Menentukan bobot jenis dari gliserin menggunakan piknometer
2. Menentukan viskositas gliserin menggunakan viskometer bola jatuh (Hoppler)
3. Menentukan sifat aliran atau rheologi dari larutan Avicel RC 591 3,5% menggunakan
viskometer Brookfield

Teori
Viskositas atau biasa dikenal sebagai kekentalan adalah ukuran resistensi zat cair
untuk mengalir. Semakin besar resistansi suatu zat cair untuk mengalir maka semakin besar
pula viskositasnya. Lalu, untuk pengertian dari rheologi adalah ilmu yang mempelajari sifat
aliran zat cair atau deformasi zat padat.

Viskositas suatu zat dipengaruhi oleh perubahan suhu. Viskositas gas meningkat
dengan bertambah tingginya suhu sedangkan viskositas zat cair menurun dengan naiknya
suhu. Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam persamaan Arrhenius
𝐸𝑣
( 𝑅𝑇 )
η = 𝐴𝑒

A = konstanta yang tergantung pada berat molekul dan volume molar zat cair

Ev = energi aktivasi

R = konstanta gas

T = suhu mutlak

η= koefisien viskositas

Cairan yang mengikuti Hukum Newton atau biasa disebut cairan Newton (Newtonian
fluid) memiliki sifat viskositas yang tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak
tergantung pada kecepatan geser. Oleh karena itu, apabila cairan newton diberikan tekanan
geser (rate of shear) sebesar apapun, tidak akan mengubah koefisien viskositas dari cairan
tersebut sehingga viskositasnya tidak akan berubah. Viskometer yang dapat digunakan untuk
mengukur viskositas cairan newton adalah viskometer bola jatuh yang termasuk ke dalam
viskometer satu titik.

Hampir seluruh sistem dispersi termasuk di dalamnya adalah sediaan farmasi yang
berbentuk emulsi, suspensi, dan sediaan setengah padat tidak mengikuti Hukum Newton,
atau biasa dikenal sebagai cairan non-Newton (non-Newtonian fluid). Viskositas dari cairan
semacam ini bervariasi pada setiap kecepatan geser sehingga untuk mengetahui sifat
alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Untuk menentukan
viskositasnya dapat digunakan viskometer banyak titik, misalnya viskometer Brookfield.

Berdasarkan grafik sifat alirannya atau rheogram, cairan non-Newton terbagi menjadi
dua kelompok, yaitu :
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu. Kelompok ini terbagi atas
tiga jenis, yakni :
a. Aliran plastik

Cairan yang memiliki aliran plastik memiliki karakteristik yaitu kurva sifat
alirannya tidak berasal dari titik (0,0) dan memiliki yield value. Cairan yang memiliki
jenis aliran ini tidak akan mengalir sebelum gaya tertentu (yield value) dilampaui. Pada
tekanan di bawah yield value, cairan akan berlaku sebagai bahan elastis. Sedangkan di
atas nilai tersebut, sifat aliran dari cairan tersebut mengikuti hukum Newton.

Gambar 1. Kurva aliran plastik

b. Aliran pseudoplastik

Aliran pseudoplastik memiliki ciri-ciri yaitu kurva sifat alirannya dimulai dari
titik (0,0) dan tidak memiliki yield value. Pada kurva aliran ini, tidak ada bagian yang
linear yang mengakibatkan cairan pseudoplastik tidak mempunyai nilai viskositas yang
absolut. Viskositas cairan pseudoplastik akan menurun dengan meningkatnya
kecepatan geser. Sifat aliran pseudoplastik umumnya dimiliki oleh polimer dan dispersi
cair dari gom alam dan sintetis (misalnya, tragakan, natrium alginat, metil selulosa, dan
natrium karboksimetil selulosa).

Gambar 2. Kurva aliran pseudoplastik


c. Aliran dilatan

Pada aliran dilatan, viskositas meningkat dengan meningkatnya kecepatan


geser, hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan volume cairan. Pada aliran dilatan,
apabila tekanan geser dihilangkan, maka sistem akan kembali ke kondisi semula. Oleh
karena itu, kurva menaik dan menurun akan berimpit. Contoh dari aliran dilatan ini
adalah suspensi dengan persentase zat padat terdispersi yang tinggi (50% atau lebih).

Pada keadaaan diam, partikel-partikel pada suspensi tersusun rapat dengan


volume antarpartikel pada keadaan minimum. Tetapi, jumlah pembawa dalam
suspensi ini cukup untuk mengisi volume antar partikel tersebut dan membentuk
ikatan sehingga dapat memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke
tempat lainnya pada kecepatan geser yang rendah. Pada saat kecepatan geser
ditingkatkan, sistem menjadi bulky, yang menyebabkan volume antarpartikel menjadi
meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong antar
partikel tersebut. Oleh karena itu, viskositas juga akan meningkat disebabkan karena
partikel-partikel tersebut tidak terbasahi dengan sempurna lagi oleh pembawa hingga
akhirnya suspensi berubah menjadi pasta yang kaku.

Gambar 3. Kurva aliran dilatan

2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu. Kelompok ini terbagi atas tiga
jenis, yakni :
a. Aliran tiksotropik

Pada aliran tiksotropik, suatu pemulihan isoterm dan relatif lambat pada
pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena pemberian tekanan
geser. Kurva aliran tiksotropik memiliki ciri-ciri yaitu kurva menurun berada di sebelah
kiri kurva menaik. Kurva tersebut juga biasanya dijumpai pada kurva aliran plastik
maupun pseudoplastik. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan struktur yang
tidak segera kembali ke keadaan semula pada saat tekanan geser dihilangkan. Sifat
aliran tiksotropik ini biasanya terjadi pada partikel yang asimetrik, yang memiliki
banyak titik kontak dan tersusun membentuk jaringan tiga dimensi. Pada keadaan
diam, sistem akan membentuk gel dan bila diberi tekanan geser, gel akan berubah
menjadi sol. Pada aliran tiksotropik, saat tekanan geser dihilangkan, struktur tidak
segera kembali ke keadaan awal karena partikel asimetrik akan mengalami kontak
antar partikel dengan adanya gerak Brown.

Gambar 4. Kurva aliran tiksotropik

b. Aliran rheopeksi

Ciri-ciri dari aliran rheopeksi yaitu memiliki kurva menurun yang berada di
sebelah kurva menaik. Hal ini disebabkan karena pengocokan terjadi secara perlahan
dan teratur akan mempercepat pemadatan sol menjadi gel. Pada aliran rheopeksi,
bentuk keseimbangannya berupa gel. Suspensi dengan sistem terdeflokulasi dan
persentase zat padat terdispersi lebih dari 50% merupakan contoh dari aliran
rheopeksi.

Gambar 5. Kurva aliran rheopeksi

c. Aliran antitiksotropik

Apabila pada cairan yang memiliki aliran antitiksotropik diberikan perubahan


tekanan geser (baik peningkatan maupun penurunan tekanan geser) secara
berulang-ulang, maka pada sistem tersebut akan diperoleh viskositas yang terus
meningkat hingga akhirnya pada suatu saat viskositas akan menjadi konstan. Pada
aliran antitiksotropik, bentuk keseimbangannya berupa sol. Contoh dari aliran
antitiksotropik dapat dijumpai pada suspensi dengan sistem terflokulasi dan
persentase zat padat terdispersi sekitar 1-10%. Hal ini berhubungan dengan
meningkatnya frekuensi tumbukan dari partikel terdispersi atau molekul polimer pada
suspensi menyebabkan meningkatnya juga ikatan antar partikel pada setiap satuan
waktu. Perubahan dari kondisi semula yang terdiri dari partikel individual dan flokul
berukuran kecil dengan jumlah yang banyak menjadi kondisi keseimbangan yang terdiri
dari flokul berukuran besar dengan jumlah yang sedikit. Pada keadaan diam, flokul
berukuran besar berpisah dan kembali ke keadaan semula menjadi flokul berukuran
kecil dan partikel individual.

Gambar 6. Kurva aliran antitiksotropik

Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat cair disebut
dengan viskometer. Ada dua jenis viskometer, yaitu :

1. Viskometer Satu Titik

Viskometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser sehingga hanya
dihasilkan satu titik pada rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik nol akan
menghasilkan garis yang lurus. Alat ini hanya bisa digunakan untuk menentukan
viskositas cairan Newton. Contoh alat yang termasuk ke dalam jenis ini adalah
viskometer kapiler, bola jatuh, penetrometer, dll.

2. Viskometer Banyak Titik

Viskometer ini dapat digunakan untuk pengukuran beberapa titik dengan


kecepatan geser yang berbeda-beda sehingga diperoleh bentuk rheogram yang
sempurna. Viskometer jenis ini dapat menentukan viskositas cairan Newton dan
non-Newton. Contoh alat yang termasuk ke dalam jenis ini adalah viskometer
Brookfield, rotasi tipe Stormer, Rotavisco, dll.
Prosedur

A. Persiapan Bahan
Persiapan bahan Gliserin:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, pastikan alat dan bahan dalam
keadaan bersih.
2. Siapkan Gelas Beker ukuran 250 mL.
3. Ukur 200 mL Gliserin dengan menggunakan gelas ukur kemudian tuang ke
Gelas Beaker.
4. Berikan keterangan 200 mL Gliserin pada Gelas Beaker.

Persiapan bahan Avicel RC 591 3,5%:


Avicel RC/CL adalah campuran koloid, terdispersi dalam air, semprot-kering dari
mikrokristalin selulosa dan natrium karboksimetil selulosa (CMC Na). Avicel RC-591
memiliki sifat tiksotropik yang ideal untuk menstabilkan suspensi. Avicel RC-591 3,5%
diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield tipe LV karena cairannya tidak
kental. Viskometer Brookfield tipe RV dan LV memiliki prinsip kerja yang sama, yang
membedakan keduanya hanya spindel mereka, dimana RV memiliki satu batang
spindel sedangkan spindel pada tipe LV merupakan dua batang spindel yang
disambungkan.
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, pastikan alat dan bahan dalam
keadaan bersih.
2. Siapkan satu Gelas Beaker dengan ukuran 100 mL dan dua mortar beserta
alunya.
3. Letakkan timbangan digital pada permukaan yang rata kemudian cek waterpass
yang terdapat ditimbangan apakah sudah di tengah. Jika sudah di tengah,
hidupkan timbangannya. Kalibrasi timbangan dan cek keakuratan
timbangannya.
4. Lipat kertas timbang sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Timbang 1 g CMC Na pada timbangan digital yang sudah diberi kertas
perkamen.
6. Siapkan mortar kemudian ukur 10 mL aquades dengan menggunakan gelas ukur
dan didihkan aquades.
7. Ambil 5 mL aquades yang sudah mendidih kemudian tuang ke dalam mortar.
8. Taburkan CMC Na yang sudah ditimbang sebelumnya dengan merata di
permukaan mortar. Lalu, tunggu CMC Na hingga tenggelam.
9. Jika CMC Na sudah tenggelam, aduk hingga terbentuk musilago. Lalu, masukkan
musilago ke mortar A.
10. Timbang 3,5 g Mikrokristalin Selulosa dengan menggunakan timbangan digital
kemudian diletakkan di atas kertas perkamen.
11. Ukur 100 mL aquades dengan menggunakan gelas ukur kemudian tuang 15 mL
aquades ke dalam mortar B.
12. Taburkan Mikrokristalin Selulosa yang telah ditimbang secara merata ke dalam
mortar B yang berisi aquades.
13. Gerus Mikrokristalin Selulosa yang sudah larut tadi menggunakan alu hingga
membentuk seperti lumpur halus. Tuang 70 mL aquades ke dalam mortar
dengan sekali tuangan sambil tetap menggerus sampai membentuk korpus
putih dan terdengar bunyi klik saat menggerus.
14. Masukkan musilago yang berada di dalam mortar A ke dalam mortar B
kemudian aduk hingga homogen. Bilas mortar A dengan 5 mL aquades
kemudian taruh bilasannya ke dalam mortar B.
15. Tuang campuran tersebut ke dalam Gelas Beaker. Bilas mortar B dengan 5 mL
aquades kemudian taruh bilasannya ke dalam Gelas Beakernya.
16. Berikan keterangan Avicel RC 591 3,5% pada Gelas Beakernya.

B. Prosedur Praktikum
Langkah-langkah dalam percobaan Viskometer Bola Jatuh (Metode Hoppler):
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, pastikan alat dan bahan dalam
keadaan bersih.
2. Cek dan atur waterpass dengan melihat waterpass sudah tepat ditengah atau
belum.
3. Jika gelembung pada waterpass sudah berada tepat di tengah, buka tutup
tabung yang berada di tengah (falling tube).
4. Pilih bola yang sesuai.
5. Tuang Gliserin ke dalam tabung yang berada di tengah (falling tube) hingga
hampir penuh.
6. Masukkan bola yang telah ditentukan ke dalam falling tube.
7. Tutup tabungnya dengan sumbat tabung dan sekrup tabung. Pastikan tidak ada
gelembung udara di dalam tabung.
8. Biarkan bola tenggelam sepenuhnya.
9. Balikkan tabung dengan mengatur alatnya untuk mengembalikan bola ke posisi
awal.
10. Siapkan stopwatch untuk menghitung waktu bola jatuh dari jarak yang telah
ditentukan.
11. Tekan stopwatch segera ketika bagian paling bawah pada bola tepat menyentuh
bagian atas tanda pada tabungnya (m1)
12. Stop stopwatch segera ketika bagian paling bawah pada bola tepat menyentuh
bagian atas tanda pada tabungnya (m3). Lalu, catat waktunya.
13. Biarkan bola tenggelam sepenuhnya.
14. Siapkan wadah dan saringan di bagian bawah tabung
15. Buka tutup bagian atas pada tabungnya kemudian buka tutup bagian bawah
tabungnya.
16. Ambil bolanya dengan saringan dan isi kembali larutan ke dalam wadahnya.
17. Bersihkan dan letakkan alat dan bahan di tempat yang telah ditentukan.
Langkah-langkah dalam percobaan Viskometer Brookfield:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, pastikan alat dan bahan dalam
keadaan bersih.
2. Colokkan kabel viskometer Brookfield ke stop kontak kemudian cek dan atur
waterpass dengan melihat gelembung pada waterpass sudah tepat ditengah
atau belum.
3. Jika gelembung pada waterpass sudah berada tepat di tengah, pilih spindel
yang sesuai dengan viskositas cairan yang akan diukur.
4. Pasang spindel pada gantungan spindel, cek apakah sudah terpasang dengan
benar. Lalu, atur posisi spindel
5. Nyalakan viscometernya dengan menekan tombol di bagian belakang.
6. Tekan “Enter” pada alatnya kemudian lihat tampilan layar pada alatnya dengan
menunggu beberapa detik agar alat siap digunakan.
7. Tekan “Enter” lagi kemudian atur kecepatan alatnya dengan menekan “Set
Speed”
8. Jika kecepatan alatnya sudah sesuai, Tekan “Enter”
9. Tekan “Select Spindle” untuk memilih nomor spindel. Jika nomornya sudah
sesuai, tekan “Enter”
10. Atur posisi viskometernya hingga tanda batas spindelnya masuk ke dalam
Avicel RC 591 3,5 %.
11. Tekan “ON” untuk menjalankan alat yang sudah diatur sebelumnya.
12. Jangan lupa untuk mencatat hasil perhitungan yang telah ditampilkan pada
layar alatnya.
13. Untuk menghitung viskositas, angka pembacaan dikalikan dengan suatu faktor
yang dikutip dari tabel yang terdapat pada brosur alat.
14. Dapat diperoleh viskositas cairan pada berbagai ppm dengan mengubah-ubah
ppm.
15. Matikan viskometernya kemudian bersihkan dan letakkan alat dan bahan di
tempat yang telah ditentukan.
Data dan Perhitungan
A. Penentuan viskositas gliserin dengan viskometer bola jatuh
1. Perhitungan bobot jenis gliserin
Bobot jenis air = 0,996 gram/mL
No. Barang yang ditimbang Massa (gram)

1. Pikno kosong (𝑊0) 12,33

2. Pikno berisikan gliserin (𝑊𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛) 25,36

3. Pikno berisikan air (𝑊𝑎𝑖𝑟) 20,73

Tabel 1. Data penentuan bobot gliserin

(𝑊𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛− 𝑊0)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 = (𝑊𝑎𝑖𝑟− 𝑊0)
𝑥 ρ𝑎𝑖𝑟
(25,36 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 12,33 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= (20,73 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 12,33 𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 0, 996 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
13,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 8,4 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 0, 996 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
= 1, 551 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 0, 996 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
= 1, 545 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
Jadi, bobot jenis gliserin pada percobaan tersebut adalah 1, 545 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

2. Perhitungan viskositas gliserin


3
Nomor bola = 4; Massa jenis Bola = 15,12 gram/𝑐𝑚 ; Diameter Bola = 8,146 cm;
Koefisien Bola = 15,246
No. Percobaan Waktu (s)

1. 1 51,00

2. 2 51,33

3. 3 51,12
Tabel 2. Data hasil percobaan menggunakan viskometer bola jatuh

𝑡1+𝑡2+𝑡3
a. 𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
51,00 + 51,33 + 51,12
𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
153,45
𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎 = 3
𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎 = 51, 15 𝑠
b. η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝐵(ρ1 − ρ2) × 𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎
η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 15, 246 ( 15, 12 − 1, 545 ) × 51, 15𝑠

η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 15, 246 (13, 575) × 51, 15 𝑠


η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 10. 586, 23 Poise
Jadi, η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 gliserin pada percobaan tersebut adalah 10. 586, 23 Poise

B. Penentuan rheologi larutan Avicel RC 591 3,5 %


3. Grafik hubungan antara usaha vs RPM larutan Avicel RC 591 3.5%

Tabel 3. Profil rheologi larutan Avicel 591 3,5 %

Grafik 1. Hubungan antara usaha vs RPM larutan Avicel RC 591 3.5%

4. Grafik hubungan antara usaha dengan viskositas larutan Avicel RC 591 3.5 %
(sumbu nyatakan dalam skala logaritmik)

Tabel 4. Profil rheologi dan log viskositas larutan Avicel 591 3,5 %

Grafik 2. Hubungan antara usaha vs Log Viskositas larutan Avicel RC 591 3.5 %
(sumbu nyatakan dalam skala logaritmik)

5. Jenis aliran larutan Avicel 591 3.5%


Avicel RC 591 atau biasa dikenal dengan istilah mikrokristalin selulosa
merupakan cairan putih yang tidak memiliki bau, rasa, dan tidak dapat larut dalam
air, asam padat, atau pelarut organik lain. Cairan Avicel merupakan cairan non
newton yang memiliki viskositas rendah dan dalam bidang farmasi biasanya
digunakan sebagai suspending agent. Pada percobaan kali ini aliran cairan Avicel
RC 591 termasuk aliran plastik karena pada grafik yang dihasilkan terdapat yield
stress. Ketika RPM dinaikkan maka nilai viskositas yang dihasilkan menurun, dan
ketika RPM diturunkan kembali maka nilai viskositas yang dihasilkan meningkat.
Maka dapat disimpulkan aliran larutan avicel adalah aliran plastik.

Hasil dan Diskusi

Pada percobaan ini dilakukan penentuan nilai viskositas dan rheologi (sifat aliran) dari
zat cair tertentu, yaitu gliserin dan Avicel RC 591 3,5%. Viskometer yang digunakan untuk
menentukan viskositas gliserin, yang merupakan cairan Newton, yaitu viskometer Hoppler
atau viskometer bola jatuh, sedangkan viskometer yang digunakan untuk menentukan
viskositas dan rheologi dari Avicel RC 591 3,5% yaitu viskometer Brookfield.

Massa jenis gliserin berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipients


𝑡ℎ 𝑜 3
6 𝐸𝑑𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 2009 Halaman 283 adalah pada suhu 25 C (suhu ruang) adalah 1,2620 𝑔/𝑐𝑚 ,
sedangkan massa jenis gliserin pada percobaan ini adalah 1, 545 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿. Perbedaan ini
bisa disebabkan oleh faktor manusia dan faktor lingkungan. Faktor manusianya adalah
kemungkinan bisa terjadi kesalahan dalam memegang piknometer saat berisi campuran yang
akan diukur sehingga dapat mempengaruhi pengukuran massa jenis gliserin. Piknometer tidak
boleh dipegang langsung dengan tangan kosong, disarankan untuk menggunakan sarung
tangan atau tisu ketika memegang piknometer Selain itu, data konsentrasi gliserin pada
larutan yang akan digunakan adalah 83%. Konsentrasi berkaitan erat dengan massa jenis
karena semakin besar konsentrasi suatu senyawa, semakin kecil massa jenisnya sehingga akan
mempengaruhi hasil pengukuran massa jenis gliserin. Hal ini disebabkan volume aquades yang
digunakan sebagai pelarut pada larutan gliserin semakin berkurang atau sedikit saat
konsentrasi gliserin meningkat. Diketahui massa jenis aquades lebih kecil bila dibandingkan
dengan massa jenis gliserin, sehingga massa jenis larutan meningkat.
𝑡ℎ
Berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 𝐸𝑑𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 2009 Halaman 284,
𝑜
viskositas gliserin 83% yaitu 111 centi Poise pada suhu 20 C. Nilai viskositas gliserin
berdasarkan literatur dan perhitungan sangat berbeda jauh disebabkan terdapat kesalahan
dalam menghitung waktu tempuh pada saat bola jatuh karena waktu bola pertama kali jatuh
dan saat praktikan memulai perhitungan waktu akan terdapat selang waktu diantaranya, yang
bisa saja berpengaruh pada saat perhitungan viskositas. Selain itu, bisa juga karena adanya
kesalahan paralaks yang mengakibatkan adanya ketidakakuratan dalam melihat garis awal (𝑚1
) dan garis akhir (𝑚3) pada falling tube (tabung yang terletak di tengah) sehingga perhitungan
pada waktu tempuh ketika bola jatuh mungkin tidak dapat teramati secara akurat atau presisi.
Selain itu, faktor yang lain ketika tutup tabung pada viskometer ditutup, terdapat beberapa
gelembung pada gliserin dalam tabung. Hal tersebut dapat mempengaruhi kecepatan bola
jatuh (v) dan mengurangi keakuratan dalam penentuan viskositas gliserin.

Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan serta Grafik 1, hubungan antara grafik
pada gaya dan viskositas cairan Avicel RC 591 3,5% tidak linear. Hal ini menandakan adanya
formasi gel yang tidak sempurna karena pada tegangan geser yang rendah bergantung kepada
sifat elastisitas suatu gel itu sendiri. Tegangan yang menahan suatu zat untuk tetap dalam
bentuk aslinya (elastis) disebut dengan yield stress. Terlihat juga di Grafik 1 sifat aliran Avicel
RC 591 3,5% atau biasa dikenal dengan istilah mikrokristalin selulosa adalah plastik,
ditunjukkan dengan adanya yield stress. Ketika RPM dinaikkan maka nilai viskositas yang
dihasilkan menurun, dan ketika RPM diturunkan kembali maka nilai viskositas yang dihasilkan
meningkat. Maka dapat disimpulkan aliran larutan avicel adalah aliran plastik.

Kesimpulan

1. Bobot jenis dari gliserin adalah 1,545 g/mL³, berbeda dengan pada pustaka yaitu
1,2620 g/cm³ karena beberapa faktor selama percobaan.
2. Viskositas gliserin adalah 10.586,23, berbeda dengan pada pustaka yaitu 111 centi
Poise karena beberapa faktor selama percobaan.
3. Jenis aliran dari Avicell RC 591 3,5% adalah aliran plastik.

Daftar Pustaka
Rowe, Raymond C.. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. London: the
Pharmaceutical Press.
Rudraraju, S Varma. Christy, M Wyandt. 2004. Rheological characterization of
Microcrystalline Cellulose/Sodiumcarboxymethyl cellulose hydrogels using a controlled stress
rheometer: part I. International Journal of Pharmaceutics.
Lampiran

a. Penentuan viskositas gliserin dengan viskometer bola jatuh

1. Bobot jenis gliserin


Diketahui:
- 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 (𝑊0) = 12, 33 𝑔𝑟𝑎𝑚
- 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 (𝑊𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛) = 25, 36 𝑔𝑟𝑎𝑚
- 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑎𝑖𝑟 (𝑊𝑎𝑖𝑟) = 20, 73 𝑔𝑟𝑎𝑚
- 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑖𝑟 (ρ𝑎𝑖𝑟) = 0, 996 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
Maka, untuk menentukan bobot jenis gliserin digunakan rumus sebagai
berikut.
(𝑊𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛− 𝑊0)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛 = (𝑊𝑎𝑖𝑟− 𝑊0)
𝑥 ρ𝑎𝑖𝑟
(25,36 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 12,33 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= (20,73 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 12,33 𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 0, 996 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
13,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 8,4 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 0, 996 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
= 1, 551 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 0, 996 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
= 1, 545 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
Jadi, bobot jenis gliserin pada percobaan tersebut adalah 1, 545 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
2. Viskositas gliserin dengan menggunakan viskometer bola jatuh
𝑡1+𝑡2+𝑡3
a. 𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
51,00 + 51,33 + 51,12
𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
153,45
𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎 = 3
𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎 = 51, 15 𝑠
b. η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝐵(ρ1 − ρ2) × 𝑡𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎
η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 15, 246 ( 15, 12 − 1, 545 ) × 51, 15𝑠

η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 15, 246 (13, 575) × 51, 15 𝑠


η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 10. 586, 23 Poise
Jadi, η𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 gliserin pada percobaan tersebut adalah 10. 586, 23 Poise

b. Penentuan rheologi larutan Avicel RC 591 3,5 %


3. Grafik hubungan antara usaha vs RPM larutan Avicel RC 591 3.5%

4. Grafik hubungan antara usaha vs log viskositas larutan aviciel RC 591 3.5%
5. Jenis aliran larutan Avicel 591 3.5%, kemudian jelaskan terkait aliran tersebut.
Avicel RC 591 atau biasa dikenal dengan istilah mikrokristalin selulosa
merupakan cairan putih yang tidak memiliki bau, rasa, dan tidak dapat larut dalam
air, asam padat, atau pelarut organik lain. Cairan Avicel merupakan cairan non
newton yang memiliki viskositas rendah dan dalam bidang farmasi biasanya
digunakan sebagai suspending agent. Pada percobaan kali ini aliran cairan Avicel
RC 591 termasuk aliran plastik karena pada grafik yang dihasilkan terdapat yield
stress. Ketika RPM dinaikkan maka nilai viskositas yang dihasilkan menurun, dan
ketika RPM diturunkan kembali maka nilai viskositas yang dihasilkan meningkat.
Maka dapat disimpulkan aliran larutan avicel adalah aliran plastik.

Anda mungkin juga menyukai