di Apotek/Komunitas
(Kelompok 8)
Oleh:
Putu Bagus Pradnya P. Budiartha
(1908611060)
Vevy Auryn Setiawan
(1908611061)
Ni Luh Gede Juliantari Dewi
(1908611062)
PP No. 25 Th. 1980 tentang
UUD Apotek
Tupoksi
Penerapan Ilmu Sains Sistem Manajemen Mutu Apoteker
Profesional SDM di Apotek
Pengelolaan Sediaan Sarana dan Prasarana
farmasi dan Alkes
Pelayanan Farmasi
Klinik
Dokumentasi
CPFB
Fishbone Analysis
ANALISIS SWOT APOTEKER DI APOTEK
26 3 jam Diskusi 7
Belum
9 September (17.00- Tim: revisi mengenai presentasi pemaparan aspek legalitas yang terkait
Tercapai
2019 20.00) tupoksi apoteker di apotek/komunitas
27 September Presentasi 3 mengenai hasil revisi pemaparan aspek legalitas yang terkait tupoksi apoteker Belum
10 5 menit
2019 di apotek/komunitas dan pemaparan application science to the law (CPFB/GPP) Tercapai
3 jam
30 September Diskusi 8 Belum
11 (17.00-
2019 Tim: revisi pemaparan application science to the law (CPFB/GPP) Tercapai
20.00)
5 jam
Diskusi 9 Belum
12 2 Oktober 2019 (17.00-
Tim: penyususan tupoksi apoteker di apotek/komunitas Tercapai
22.00)
Belum
13 3 Oktober 2019 5 menit Presentasi 4 mengenai hasil revisi pemaparan application science to the law (CPFB/GPP)
Tercapai
5 jam Application Science to the Diskusi 10
Belum
14 3 Oktober 2019 (17.00- Law (GPP) (35%) Tim: melakukan pemaparan mengenai tupoksi apoteker di apotek/komunitas, menyamakan
Tercapai
22.00) pendapat dan finalisasi powerpoint
Belum
15 4 Oktober 2019 5 menit Presentasi 5 mengenai pemaparan tupoksi apoteker di apotek/komunitas
Tercapai
3 jam
Diskusi 11 Belum
16 7 Oktober 2019 (17.00-
Tim: Revisi setelah presentasi mengenai pemaparan tupoksi apoteker di apotek/komunitas Tercapai
22.00)
1 jam
Diskusi 12 Belum
17 8 Oktober 2019 (17.00-
Tim: finalisasi powerpoint yang akan digunakan untuk presentasi Tercapai
18.00)
Belum
18 10 Oktober 2019 5 menit Presentasi 6 mengenai hasil revisi pemaparan tupoksi apoteker di apotek/komunitas
Tercapai
5 jam
10 Oktober Diskusi 13 Belum
19 (17.00-
2019 Tim: melakukan revisi setelah presentasi Tercapai
22.00 Kesimpulan Tupoksi
11 Oktober Apoteker di Belum
5 menit Presentasi 7 mengenai kesimpulan tupoksi apoteker di apotek/komunitas
20 2019 Apotek/Komunitas Tercapai
5 jam (20%)
11 Oktober Diskusi 14 Belum
21 (17.00-
2019 Tim: Revisi kesimpulan tupoksi apoteker di apotek/komunitas Tercapai
22.00)
Aspek Legalitas Hukum
UU No. 3 UU No. 3 Th. 1953 tentang PP No. 25 Th. 1980
Th. 1953 Pembukaan Apotek tentang Apotek
UU No. 23
• •
Th. 2014 Pasal 1c: Surat Izin Apotik atau SIA adalah surat
izin yang diberikan oleh Menteri kepada
Pasal 2: Pengaturan Apotek bertujuan untuk:
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di
Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan Apotek; memberikan perlindungan pasien dan
pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotik masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian
UU No. 36 di suatu tempat tertentu. di Apotek; dan menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian dalam memberikan pelayanan
Th. 2009 • Pasal 1d: Apoteker Pengelola Apotik adalah
Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotik
kefarmasian di Apotek.
UU No. 36
Permenkes no. 73 Th. 2016 tentang
Th. 2009 UU No. 23 Th. 1992 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
Kesehatan
PP No. 51 Th. 2009 tentang
UU No. 36 UU No. 36 Th. 2009 tentang Perkerjaan Kefarmasian
UUD 1945 Kesehatan
Th. 2014 (Pengganti UU No. 23 Th. 1992 )
Permenkes no. 31 tahun 2016
tentang Perubahan Permenkes 889-
2011 tentang Registrasi, Izin Praktik
dan Izin Tenaga Kerja Kefarmasian
Kepmenkes No.
UU No. 8
Th. 1999
UU No. 36 Th. UU No. 36 Th. 2009 tentang
2009 Kesehatan
• Pasal 98 ayat 2: Setiap orang yang tidak
memiliki keahlian dan kewenangan dilarang
mengadakan, menyimpan, mengolah,
UU No. 23 Th. PP No. 47 Th. mempromosikan, dan mengedarkan obat
dan bahan yang berkhasiat obat.
1992 2016
• Pasal 98 ayat 3: Ketentuan mengenai
pengadaan, penyimpanan, pengolahan,
promosi, pengedaran sediaan farmasi dan
alat kesehatan harus memenuhi standar
PP No. 72 Th. PP No. 51 Th. mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan
1998 2009 dengan Peraturan Pemerintah.
• Pasal 108 ayat 1: Praktik kefarmasiaan yang
meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi,
Peraturan pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
Permenkes no.
BPOM No. 7 Th. pendistribusian obat, pelayanan obat atas
73 Th. 2016 resep dokter, pelayanan informasi obat
2016 serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
Permenkes no. kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
31 tahun 2016
UU No. 36 Th.
2009
UU No. 23 Th. 1992
tentang Kesehatan
UU No. 23 Th. PP No. 47 Th. • Undang-Undang Nomor 23
1992 2016 Tahun 1992 tentang
Kesehatan sudah tidak
sesuai lagi dengan
PP No. 72 Th. PP No. 51 Th.
1998 2009 perkembangan, tuntutan,
dan kebutuhan hukum
dalam masyarakat sehingga
Peraturan BPOM Permenkes no. perlu dicabut dan diganti
No. 7 Th. 2016 73 Th. 2016
dengan Undang tentang
Kesehatan yang baru yaitu
Permenkes no. UU No. 36 Th. 2009
31 tahun 2016
UU No. 36 Th. PP 72 Th. 1998 tentang Pengamanan, Sediaan
farmasi & Alkes
2009
• Pasal 2 ayat 1: Sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang diproduksi dan/atau
diedarkan harus memenuhi persyaratan
mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
UU No. 23 Th. PP No. 47 Th.
• Pasal 7: Peredaran sediaan farmasi dan alat
1992 2016 kesehatan dilaksanakan dengan
memperhatikan upaya pemeliharaan mutu
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
• Pasal 9: Sediaan farmasi dan alat kesehatan
PP No. 72 Th. PP No. 51 Th. hanya dapat diedarkan setelah memperoleh
1998 2009 izin edar dari Menteri. Dikecualikan bagi
sediaan farmasi yang berupa obat tradisional
yang diproduksi oleh perorangan.
• Pasal 15: Penyaluran sediaan farmasi dan
Peraturan BPOM Permenkes no. alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh
badan usaha yang telah memiliki izin sebagai
No. 7 Th. 2016 73 Th. 2016 penyalur dari Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk menyalurkan sediaan
farmasi
Permenkes no.
31 tahun 2016
UU No. 36 Th. Peraturan BPOM No. 7 Th. 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang
2009 Sering Disalahgunakan
• Pasal 1: Obat-Obat Tertentu yang Sering
Disalahgunakan, yang selanjutnya disebut
dengan Obat-Obat Tertentu, adalah obat-obat
UU No. 23 Th. PP No. 47 Th. yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat
selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada
1992 2016 penggunaan di atas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku, terdiri
atas obat-obat yang mengandung Tramadol,
Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin
PP No. 72 Th. PP No. 51 Th. dan/atau Haloperidol.
1998 2009 • Pasal 7: Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
dan Instalasi Farmasi Klinik yang tidak
melaksanakan pengelolaan Obat-Obat Tertentu
sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala
Badan ini dapat dikenai sanksi administratif
Peraturan BPOM Permenkes no. berupa rekomendasi: peringatan; peringatan
No. 7 Th. 2016 73 Th. 2016 keras; penghentian sementara kegiatan;
dan/atau pencabutan izin.
• Pengelolaan OOT di Apotek tercantum pada
BAB III, dengan cakupan proses pengadaan,
penyimpanan, penyerahan, penarikan kembali,
Permenkes no. pemusnahan, pencatatan dan pelaporan.
31 tahun 2016
UU No. 36 Th.
PP 51 Th. 2009 tentang Pekerjaan
2009 Kefarmasian
• Pasal 1 ayat 1: Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
UU No. 23 Th. PP No. 47 Th. obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
1992 2016 informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional.
Bagian Kelima: Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian (Pasal 19-29)
PP No. 72 Th. PP No. 51 Th. • Pasal 19: Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa :
1998 2009 Apotek; Instalasi farmasi rumah sakit; Puskesmas; Klinik;
Toko Obat; atau Praktek bersama.
• Pasal 20: Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian
Peraturan pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat
Permenkes no. dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga
BPOM No. 7 Th. Teknis Kefarmasian.
73 Th. 2016
2016 • Pasal 21 ayat 1: Dalam menjalankan praktek kefarmasian
pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus
menerapkan standar pelayanan kefarmasian
Permenkes no. • Pasal 25: Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan
modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik
31 tahun 2016 perorangan maupun perusahaan.
UU No. 36 Th. • Permenkes No.73 Th. 2016 ttg
2009 Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
• Pasal 3 ayat 1: Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi standar: pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
UU No. 23 Th. PP No. 47 Th. Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan pelayanan
farmasi klinik
1992 2016
• Pasal 3 ayat 2: Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi: perencanaan;
pengadaan; penerimaan; penyimpanan; pemusnahan;
pengendalian; dan pencatatan dan pelaporan.
PP No. 72 Th. PP No. 51 Th. • Pasal 3 ayat 3: Pelayanan farmasi klinik meliputi: pengkajian
1998 2009 Resep; dispensing; Pelayanan Informasi Obat (PIO);
konseling; Pelayanan Kefarmasian di rumah (home
pharmacy care); Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Peraturan • Pasal 5 ayat 1: Untuk menjamin mutu Pelayanan
Permenkes no. Kefarmasian di Apotek, harus dilakukan evaluasi mutu
BPOM No. 7 Th. Pelayananan Kefarmasian.
73 Th. 2016
2016 • Pasal 6: Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek
harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Permenkes no. • Pasal 7: Penyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Apotek
31 tahun 2016 wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
Permenkes No. 31 Tahun 2016
UU No. 36 Th. tentang Perubahan atas Permenkes
2009
No. 889/MENKES/PER/V/2011
tentang Registrasi, Izin Praktik, dan
UU No. 23 Th. PP No. 47 Th.
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
1992 2016 • Pasal 17 ayat 1: Setiap tenaga kefarmasian yang akan
menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat
izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja.
• Pasal 17 ayat 2: Surat izin berupa: SIPA bagi Apoteker; atau
SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
PP No. 72 Th. PP No. 51 Th.
• Pasal 18 ayat 1: SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian
1998 2009 hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
• Pasal 18 ayat 2: Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas
Peraturan pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak
Permenkes no. 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.
BPOM No. 7 Th.
73 Th. 2016 • Pasal 18 ayat 3: Dalam hal Apoteker telah memiliki Surat Izin
2016 Apotek, maka Apoteker yang bersangkutan hanya dapat
memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas pelayanan kefarmasian
lain.
• Pasal 18 ayat 4: SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3
Permenkes no. (tiga) tempat fasilitas kefarmasian.
31 tahun 2016
UU No. 36 Th. PP No. 47 Th. 2016 tentang
2009
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
• Pasal 2: Fasilitas Pelayanan Kesehatan didirikan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif,
UU No. 23 Th. PP No. 47 Th. preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.
1992 2016 • Pasal 4: Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdiri atas:
tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan; pusat
kesehatan masyarakat; klinik; rumah sakit; apotek; unit
transfusi darah; Iaboratorium kesehatan; optikal; fasilitas
pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum; dan
PP No. 72 Th. PP No. 51 Th. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.
1998 2009 • Pasal 14 ayat 1: Pemerintah Daerah kabupaten/kota
bertanggung jawab menyediakan apotek sesuai
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian.
• Pasal 14 ayat 2: Penyediaan apotek berdasarkan
Peraturan BPOM Permenkes no. pemetaan daerah dengan mempertimbangkan jumlah
No. 7 Th. 2016 73 Th. 2016 Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa tempat praktik
mandiri Tenaga Kesehatan, klinik, pusat kesehatan
masyarakat, dan rumah sakit.
Permenkes no.
31 tahun 2016
• Pasal 11 ayat 1: Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam: tenaga medis; tenaga
UU No. 3 psikologi klinis; tenaga keperawatan; tenaga kebidanan; tenaga kefarmasian; tenaga
kesehatan masyarakat; tenaga kesehatan lingkungan; tenaga gizi; tenaga keterapian
Th. 1953 fisik; tenaga keteknisian medis; tenaga teknik biomedika; tenaga kesehatan tradisional;
dan tenaga kesehatan lain.
UU No. 23
• Pasal 11 ayat 6: Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga
Th. 2014 kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis
kefarmasian meliputi sarjana farmasi, ahli madya farmasi, dan analis farmasi.
UU No. 36
• Pasal 62 ayat 1: Apoteker memiliki kewenangan untuk melakukan pekerjaan
Th. 2009 kefarmasian;
UU No. 36 • Pasal 65 ayat 2: Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, tenaga teknis kefarmasian
UUD 1945 dapat menerima pelimpahan pekerjaan kefarmasian dari tenaga apoteker.
Th. 2014
• Pasal 65 ayat 3: Pelimpahan tindakan dilakukan dengan ketentuan:
UU No. 35 1. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang
Th. 2009 telah dimiliki oleh penerima pelimpahan;
2. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan pemberi
UU No. 5 pelimpahan;
Th. 1997 3. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilimpahkan
sepanjang
UU No. 8 4. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan; dan
Th. 1999
5. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk pengambilan keputusan sebagai dasar
pelaksanaan tindakan.
Peraturan BPOM No. 4 Th. 2018
tentang Pengawasan
PP No. 40 Th. 2013 tentang
UU No. 3 UU No. 35 Th. 2009 tentang
Narkotika
Pelaksanaan UU No. 35 Th. 2009
Pengelolaan Obat, Bahan Obat,
Narkotika, Psikotropika, Dan
tentang Narkotika
Th. 1953 Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian
UU No. 23
Th. 2014 • Pasal 7: Narkotika hanya • Pasal 56: Pengawasan terhadap • Pasal 4: Pengelolaan Obat, Bahan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan
dapat digunakan untuk Narkotika dan Prekursor Narkotika Prekursor Farmasi di Fasilitas
kepentingan pelayanan untuk kepentingan pelayanan Pelayanan Kefarmasian meliputi
UU No. 36 kesehatan dan/atau kesehatan dan/atau pengembangan kegiatan pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, penyerahan,
pengembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
Th. 2009 pengetahuan dan dilaksanakan dengan: melakukan
pengembalian, pemusnahan, dan
pelaporan.
teknologi. audit, monitoring dan evaluasi
• Pasal 5 ayat 1: Pengelolaan Bahan
UU No. 36 terhadap pengelolaan narkotika di Obat sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945 • Pasal 14 ayat 1: Narkotika fasilitas pelayanan kesehatan dan Pasal 4 hanya dapat dilakukan di
Th. 2014 yang berada dalam fasilitas pengembangan ilmu Fasilitas PelayananKefarmasian
berupa Apotek, Instalasi Farmasi
penguasaan industri pengetahuan dan teknologi; Rumah Sakit dan Puskesmas.
farmasi, pedagang besar memberikan tindak lanjut hasil
UU No. 35 farmasi, sarana pengawasan; dan menyaksikan • Pasal 6 ayat 1: Seluruh kegiatan
pengelolaan Obat, Bahan Obat,
Th. 2009 penyimpanan sediaan pemusnahan narkotika Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi di Fasilitas
farmasi pemerintah, Pelayanan Kefarmasian wajib
apotek, rumah sakit, berada di bawah tanggung jawab
UU No. 5 pusat kesehatan seorang apoteker penanggung
jawab.
Th. 1997 masyarakat, balai
pengobatan, dokter, dan
lembaga ilmu
UU No. 8 pengetahuan wajib
disimpan secara khusus.
Th. 1999
Permenkes No. 3 Th. 2015
tentang Peredaran,
UU No. 3 UU no 5 tahun 1997 tentang
psikotropika
PP No. 44 Th. 2010 tentang
Prekusor
Penyimpanan, Pemusnahan, Dan
Pelaporan, Narkotika,
Th. 1953 Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi
UU No. 23
Th. 2014 • Pasal 4 ayat 1: • Pasal 6 ayat 2: Prekursor hanya • Pasal 14 ayat 1: Penyaluran
Psikotropika hanya dapat Narkotika, Psikotropika, dan
dapat digunakan untuk tujuan Prekursor Farmasi dalam bentuk
digunakan untuk industry farmasi, industri non obat jadi hanya dapat dilakukan
UU No. 36 kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau ilmu
farmasi, dan pengembangan ilmu oleh: Industri Farmasi kepada PBF
dan Instalasi Farmasi Pemerintah;
pengetahuan dan teknologi.
Th. 2009 pengetahuan. PBF kepada PBF lainnya, Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi
• Pasal 14 ayat 1: Farmasi Pemerintah dan Lembaga
UU No. 36 Penyerahan psikotropika Ilmu Pengetahuan; PBF milik Negara
UUD 1945 dalam rangka peredaran yang memiliki Izin Khusus Impor
Th. 2014 sebagaimana dimaksud Narkotika kepada Industri Farmasi,
untuk penyaluran Narkotika;
dalam Pasal 8 hanya Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat
dapat dilakukan oleh kepada Instalasi Farmasi Pemerintah
UU No. 35 apotek, rumah sakit, Daerah, Instalasi Farmasi Rumah
puskesmas, balai Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi
Th. 2009 pengobatan, dan dokter. Farmasi Tentara Nasional Indonesia
atau Kepolisian; dan Instalasi
Farmasi Pemerintah Daerah kepada
• Pasal 14 ayat 4: Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik
UU No. 5 Penyerahan psikotropika Pemerintah Daerah, Instalasi
oleh apotek, rumah sakit, Farmasi Klinik milik Pemerintah
Th. 1997 puskesmas dan balai Daerah, dan Puskesmas.
pengobatan, puskesmas • Pasal 16 ayat 1: Penyaluran
sebagaimana dimaksud Narkotika, Psikotropika, dan
UU No. 8 pada ayat (1) Prekursor Farmasi dalam bentuk
obat jadi hanya dapat dilakukan
Th. 1999 dilaksanakan berdasrkan berdasarkan surat pesanan dari
resep dokter. Apoteker penanggung jawab atau
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan
untuk kebutuhan penelitian dan
pengembangan
UU No. 3
Th. 1953
• Pasal 9 ayat 3: Pelaku usaha
UU No. 23
Th. 2014
dilarang memperdagangkan
sediaan farmasi dan pangan yang
UU No. 36 rusak, cacat atau bekas dan
Th. 2009
tercemar, dengan atau tanpa
UUD 1945
UU No. 36 memberikan informasi secara
Th. 2014
lengkap dan benar. Sediaan
UU No. 35 farmasi dan pangan yang
Th. 2009
dimaksud adalah yang
UU No. 5 membahayakan konsumen
Th. 1997 menurut peraturan perundang-
UU No. 8 undangan yang berlaku.
Th. 1999
TERIMAKASIH
UUD
Variasi Fishbond 1945
Analysis yang UU No. 3 Th. Permenkes No.
lain dengan PP No. 25 Th. 922/Menkes/Per/X/1993
1953 tentang Permenkes No. 9 Th.
1980 tentang tentang ketentuan dan 2017 tentang Apotek
pokok pikiran UU No. 23 Th.
Pembukaan
Apotek Tata Cara pemberian Izin
Apotek (Dicabut)
yang sama 2014 tentang Apotek
CPFB
Fishbone Analysis