Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK

UNDANG-UNDANG REGULASI DAN FARMASI


Perbandingan Persyaratan dan Proses Sertifikasi Distribusi Obat dan Bahan Baku Obat
Sesui Peraturan Perundang-Undangan

Dosen Pengampu : Drs. apt. Fauzi Kasim, M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 2

I Putu Budi Arthana 2043700347


Anggra Dwi Cahyo Putra 2040700338

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2020/2021

i
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
A. Hirarki Proses Distribusi Obat Dan Bahan Baku Obat ...........................................................1
B. Rangkuman Isi Per-UU-AN Obat dan bahan Baku Obat ............................................... 2
C. Rangkuman Isi Perbandingan Obat dan Bahan Baku Obat ............................................ 3
1. Permenkes ............................................................................................................. 3
2. Per.ka BPOM ........................................................................................................ 14
D. Kesimpulan .................................................................................................................. 24
1. Permenkes ............................................................................................................. 24
2. Per.Ka BPOM ....................................................................................................... 24
a. Definsi ............................................................................................................. 24
b. Study Yang di Pakai ........................................................................................ 24
c. Persyaratan ...................................................................................................... 24
d. SDM ................................................................................................................ 25
e. Sarana Prasarana .............................................................................................. 25
f. Sumber Daya Lain ........................................................................................... 25
g. Kegiatan .......................................................................................................... 25
h. Proses Perizinan............................................................................................... 25
i. Pencatatan dan Pelaporan................................................................................. 25

ii
A. Hirarki Proses Distribusi Obat & Bahan Baku Obat

UU 36 Thn 2009
Tentang
Kesehatan

PP 72 Thn 1998 ttg Pengaman Sediaa Farmasi dan Alkes


Bab V ttg Peredaran
PP 51 Thn 2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian
BAB II Bagian Keempat Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi

Oba Bahan Baku


t Obat

PMK No. 1148/’11 Jo 34/’14, Jo 30/’17 PMK : 1148/’11 Jo 34/’14, Jo 30/’17


tentang Pedagang Besar Farmasi PMK tentang Pedagang Besar Farmasi PMK
No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Perizinan Berusaha

PKaBPOM No. 6 Tahun


PKaBPOM No. 6 Tahun 2020
2020 tentang CDOB
tentang CDOB PKaBPOM No. 5 Tahun
PKaBPOM No. 10 Tahun 2017 tentang Pengawasan
2019 Pemasukan Bahan Obat dan
tentang Pedoman Makanan ke Dalam Wilayah
Pengelolaan Obat-Obat Indonesia PKaBPOM No. 10
Tertentu yang Sering Tahun 2019
Disalahgunakan tentang Pedoman
Pengelolaan Obat-Obat
Tertentu yang Sering

1
B. Rangkuman Isi Per-UU Obat dan Bahan Baku Obat

Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 mengatur tentang kesehatan dimana pemerintah


bertanggung jawab atas pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau. Dalam praktik kefarmasian yang
meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan
penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar,
yang kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau
kemanfaatan, dapat disita dan dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pada Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1998 yang mengatur tentang
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan dimana peredaran sediaan farmasi dan alat
kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan upaya pemeliharaan mutu sediaan farmasi dan
alat kesehatan. Penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh
badan usaha yang telah memiliki izin. Bagi yang langgar hukum dibidang sediaan farmasi dan
alkes akan dikenakan tindakan administratif. Pada Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun
2009 yang mengatur tentang pekerjaan kefarmasi dimana salah satu bentuk pekerjaan farmasi
yaitu dalam distribusi sediaan farmasi. Dalam PP ini diatur secara umum tentang distribusi
sediaan farmasi dari mulai penanggung jawab, fasilitas, pencacatan, kewajiban sampai pada
ketentuan terakait cara distribusi yang baik.
Permenkes RI No 1148/MENKES/PER/VI/2011 menerangkan tentang Pedagang
Besar Farmasi ,tata cara perizinan untuk mendirikan PBF , penyelenggaraan ( pengadaan,
penyimpanan, dan menyalurkan obat atau bahan baku obat), Gudang PBF, Pelaporan Kepada
kepala badan, dinas kesehatan setempat adan BPOM, pembinaan dan pengawasan. Semua
pelanggaran akan di kenakan sanksi administratif yang berupa : peringatan, penghentian
sementara, pencabutan pengakuan dan pencabutan izin PBF. Permenkes RI No 34 Tahun
2014 revisi pertama dari Permenkes RI No 1148/MENKES/PER/VI/2011 yang lebih detail
membahas tentang perizinan PBF serta PBF cabang. Pada Permenkes RI No 30 Tahun 2017
, adalah revisi kedua dari Permenkes RI No 1148/MENKES/PER/VI/2011 yang merubah
tentang ketentuan penyelenggaraan pada suatu PBF ( pengadaan, penyimpanan, dan

2
menyalurkan obat atau bahan baku obat). Permenkes RI No 26 Tahun 2018 menerangkan
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan.
Peraturan ini membahas tentang perizinan berusaha, persyaratan, tata cara penerbitan izin,
masa berlaku izin dan pengawasan. Dan sertifikat untuk distribusi farmasi baik obat maupun
bahan obat.
PerKaBPOM No 6 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang
Baik, berlaku untuk aspek pengadaan , penyimpanan, penyaluran, termasuk pengembalian
obat/bahan obat. PerKaBPOM No 10 Tahun 2019 tentang pengelolaan obat-obat tertentu
yang sering disalahgunakan, salah satu nya yaitu narkotika dan psikotropika dan yang bekerja
pada SSP dan menyebabkan ketergantungan. Jika melanggar peraturan akan dikenakan sanksi
administratif.
Untuk Peraturan Menteri Kesehatan 1148 tahun 2011 mengenai pedagang besar
farmasi bahan baku obat diatur mengenai salah satunya adalah perizinan dimana bagian bab
tersebut sudah diperbarui pada Peraturan Menteri Kesehatan 26 tahun 2018. Selain
membahas tentang perizinan, Peraturan Menteri Kesehatan 1148 tahun 2011 membahas
tentang penyelenggaraan pedagang besar farmasi serta cabangnya, syarat lokasi gudang pbf,
pelaporan dari kegiatan penerimaan atau penyerahan bahan obat, pembinaan & pengawasan.

C. Rangkuman Isi Perbandingan Terkait Obat dan Bahan Baku Obat


1. Permenkes

PER-
PER-UU-
UU-AN ISI (Distribusi Bahan
ASPEK ISI (Distribusi Obat) AN
TERKA Obat)
TERKAIT
IT
Definisi PMK RI Ayat 1 PMK RI Ayat 1
NO 26 Perizinan Berusaha NO 26 Perizinan Berusaha adalah
TAHUN adalah pendaftaran yang TAHUN pendaftaran yang
2018 diberikan kepada pelaku 2018 Pasal diberikan kepada pelaku
Pasal 1 usaha untuk memulai 1 usaha untuk memulai dan
dan menjalankan usaha menjalankan usaha dan
dan diberikan dalam diberikan dalam bentuk
bentuk persetujuan yang persetujuan yang
dituangkan dalam dituangkan dalam bentuk
bentuk surat/keputusan surat/keputusan atau
atau pemenuhan pemenuhan persyaratan
persyaratan atau atau komitmen.
komitmen.
Ayat 2
Ayat 2 Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara

3
Perizinan Berusaha Elektronik atau Online
Terintegrasi Secara Single Submission y (OSS)
Elektronik atau Online adalah Perizinan Berusaha
Single Submission y yang diterbitkan oleh
(OSS) adalah Perizinan lembaga OSS untuk dan
Berusaha yang atas nama menteri,
diterbitkan oleh pimpinan lembaga,
lembaga OSS untuk dan gubernur, atau bupati/wali
atas nama menteri, kota kepada pelaku usaha
pimpinan lembaga, melalui sistem elektronik
gubernur, atau yang terintegrasi.
bupati/wali kota kepada
pelaku usaha melalui Ayat 13
sistem elektronik yang Industri Farmasi adalah
terintegrasi. perusahaan berbentuk
badan hukum yang
Ayat 13 memiliki izin untuk
Industri Farmasi adalah melakukan kegiatan
perusahaan berbentuk produksi atau pemanfaatan
badan hukum yang sumber daya produksi,
memiliki izin untuk penyaluran obat, bahan
melakukan kegiatan obat, dan fitofarmaka,
produksi atau melaksanakan pendidikan
pemanfaatan sumber dan pelatihan, dan/atau
daya produksi, penelitian dan
penyaluran obat, pengembangan.
bahan obat, dan
fitofarmaka, Ayat 14
melaksanakan Pedagang Besar Farmasi
pendidikan dan yang selanjutnya disingkat
pelatihan, dan/atau PBF adalah perusahaan
penelitian dan berbentuk badan hukum
pengembangan. yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan,
Ayat 14 penyaluran obat dan/atau
Pedagang Besar bahan obat dalam jumlah
Farmasi yang besar sesuai dengan
selanjutnya disingkat ketentuan peraturan
PBF adalah perusahaan perundang-undangan.
berbentuk badan hukum
yang memiliki izin Ayat 21
untuk pengadaan, Sertifikat Distribusi
penyimpanan, Farmasi adalah
penyaluran obat persetujuan untuk
dan/atau bahan obat melakukan pengadaan,
dalam jumlah besar penyimpanan, penyaluran
sesuai dengan ketentuan obat dan/atau bahan obat
peraturan perundang- dalam jumlah besar oleh
undangan. PBF.

4
Ayat 21 Ayat 24
Sertifikat Distribusi Cara Distribusi Obat yang
Farmasi adalah Baik yang selanjutnya
persetujuan untuk disebut CDOB adalah cara
melakukan pengadaan, distribusi/penyaluran obat
penyimpanan, dan/atau bahan obat yang
penyaluran obat bertujuan untuk
dan/atau bahan obat memastikan mutu
dalam jumlah besar oleh sepanjang jalur
PBF. distribusi/penyaluran
sesuai persyaratan dan
Ayat 24 tujuan penggunaannya.
Cara Distribusi Obat PMK RI Ayat 2
yang Baik yang NO PBF Cabang adalah cabang
selanjutnya disebut 1148/MEN PBF yang telah memiliki
CDOB adalah cara KES/PER/ pengakuan untuk
distribusi/penyaluran VI/2011 melakukan
obat dan/atau bahan Pasal 1 pengadaan, penyimpanan,
obat yang bertujuan penyaluran obat dan/atau
untuk memastikan mutu bahan obat dalam jumlah
sepanjang jalur besar
distribusi/penyaluran sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
sesuai persyaratan dan
tujuan penggunaannya.
Aayat 4
PMK RI
Bahan Obat adalah bahan
NO Ayat 2
PBF Cabang adalah baik yang berkhasiat
1148/M
cabang PBF yang telah maupun tidak berkhasiat
ENKES/
memiliki pengakuan yang digunakan
PER/VI/
untuk melakukan dalam pengolahan obat
2011
pengadaan, dengan standar dan mutu
Pasal 1
penyimpanan, sebagai bahan baku
penyaluran obat dan/atau farmasi termasuk
bahan obat dalam jumlah baku pembanding.
besar
sesuai ketentuan
peraturan perundang-
undangan.

Ayat 3
Obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk
produk biologi yang
digunakan untuk
mempengaruhi atau
menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka
penetapan diagnosis,
pencegahan,
penyembuhan,

5
pemulihan, peningkatan
kesehatan dan
kontrasepsi untuk
manusia.

Studi yg PMK RI  Jenis Perizinan PMK RI  Jenis Perizinan Berusaha


dipakai NO 26 Berusaha sektor NO 26 sektor kesehatan;
TAHUN kesehatan; TAHUN  persyaratan;
2018  persyaratan; 2018 Pasal  tata cara penerbitan izin;
Pasal 2  tata cara penerbitan 2  masa berlaku izin; dan
izin;  pengawasan.
 masa berlaku izin;
dan PMK RI Perizinan &
 pengawasan. NO Penyelenggaraan
1148/MEN
PMK RI Perizinan & KES/PER/
NO Penyelenggaraan VI/2011
1148/M
ENKES/
PER/VI/
2011
Persyarata PMK RI Ayat 1 PMK RI Ayat 1
n NO 26 Industri Farmasi dan NO 26 Industri Farmasi dan
TAHUN Industri Farmasi Bahan TAHUN Industri Farmasi Bahan
2018 Obat diselenggarakan 2018 Pasal Obat diselenggarakan oleh
Pasal 5 oleh Pelaku Usaha 5 Pelaku Usaha
nonperseorangan berupa nonperseorangan berupa
perseroan terbatas. perseroan terbatas.

Ayat 2 Ayat 2
Dikecualikan dari Dikecualikan dari
ketentuan sebagaimana ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1)
bagi pemohon Izin bagi pemohon Izin Usaha
Usaha Industri Farmasi Industri Farmasi dan Izin
dan Izin Usaha Industri Usaha Industri Farmasi
Farmasi Bahan Obat Bahan Obat milik Tentara
milik Tentara Nasional Nasional Indonesia dan
Indonesia dan Kepolisian Negara
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Republik Indonesia.
Ayat 3
Ayat 3 Persyaratan untuk
Persyaratan untuk memperoleh Izin Usaha
memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin
Industri Farmasi dan Usaha Industri Farmasi
Izin Usaha Industri Bahan Obat sebagaimana
Farmasi Bahan Obat dimaksud dalam Pasal 3
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan huruf

6
dalam Pasal 3 ayat (1) b yaitu Sertifikat Produksi
huruf a dan huruf b Industri Farmasi atau
yaitu Sertifikat Produksi Sertifikat Produksi Industri
Industri Farmasi atau Farmasi Bahan Obat.
Sertifikat Produksi
Industri Farmasi Bahan
Obat. Persyaratan untuk
Pasal 7 & 8 memperoleh Sertifikat
Persyaratan untuk Distribusi Farmasi
Pasal 7 memperoleh Sertifikat sebagaimana dimaksud
&8 Distribusi Farmasi dalam Pasal 3 ayat (1)
sebagaimana dimaksud huruf c yaitu memiliki
dalam Pasal 3 ayat (1) secara tetap apoteker
huruf c yaitu memiliki berkewarganegaraan
secara tetap apoteker Indonesia sebagai
berkewarganegaraan penanggung jawab.
Indonesia sebagai
penanggung jawab. Ayat 1
PMK 34 Untuk memperoleh izin
Ayat 1 Th 2014 PBF, pemohon harus
Untuk memperoleh izin Pasal 4 memenuhi persyaratan
PMK 34 PBF, pemohon harus sebagai berikut:
Th 2014 memenuhi persyaratan a. berbadan hukum berupa
Pasal 4 sebagai berikut: perseroan terbatas atau
a. berbadan hukum koperasi;
berupa perseroan b. memiliki Nomor Pokok
terbatas atau koperasi; Wajib Pajak (NPWP);
b. memiliki Nomor c. memiliki secara tetap
Pokok Wajib Pajak apoteker Warga Negara
(NPWP); Indonesia sebagai
c. memiliki secara tetap penanggung jawab;
apoteker Warga Negara d. komisaris/dewan
Indonesia sebagai pengawas dan
penanggung jawab; direksi/pengurus tidak
d. komisaris/dewan pernah terlibat baik
pengawas dan langsung atau tidak
direksi/pengurus tidak langsung dalam
pernah terlibat baik pelanggaran peraturan
langsung atau tidak perundang-undangan di
langsung dalam bidang farmasi dalam
pelanggaran peraturan kurun waktu 2 (dua) tahun
perundang-undangan di terakhir;
bidang farmasi dalam e. menguasai bangunan
kurun waktu 2 (dua) dan sarana yang memadai
tahun terakhir; untuk dapat melaksanakan
e. menguasai bangunan pengadaan, penyimpanan
dan sarana yang dan penyaluran obat serta
memadai untuk dapat dapat menjamin
melaksanakan kelancaran pelaksanaan
pengadaan, tugas dan fungsi PBF;

7
penyimpanan dan f. menguasai gudang
penyaluran obat serta sebagai tempat
dapat menjamin penyimpanan dengan
kelancaran pelaksanaan perlengkapan yang dapat
tugas dan fungsi PBF; menjamin mutu serta
f. menguasai gudang keamanan obat yang
sebagai tempat disimpan; dan
penyimpanan dengan g. memiliki ruang
perlengkapan yang penyimpanan obat yang
dapat menjamin mutu terpisah dari ruangan lain
serta keamanan obat sesuai CDOB.
yang disimpan; dan
g. memiliki ruang Selain memenuhi
penyimpanan obat yang PMK 34 persyaratan sebagaimana
terpisah dari ruangan Th 2014 dimaksud dalam Pasal 4,
lain sesuai CDOB. Pasal 5 PBF yang akan
menyalurkan bahan obat
juga harus memenuhi
persyaratan:
a. memiliki laboratorium
yang mempunyai
kemampuan untuk
pengujian bahan obat yang
disalurkan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan
Direktur Jenderal; dan
b. memiliki gudang khusus
tempat penyimpanan
bahan obat yang terpisah
dari ruangan lain.

SDM PMK RI Apoteker PMK RI Apoteker


NO 26 NO 26
TAHUN TAHUN
2018 2018 Pasal
Pasal 7 7&8
&8
Ayat 2 PMK 34 Ayat 2
PMK 34 Apoteker Th 2014 Apoteker
Th 2014 Pasal 9
Pasal 9

Sarana PMK RI Ayat 1 Point a PMK RI Ayat 1 Point b


Prasarana NO 26 Industri Farmasi NO 26 Th Industri Farmasi Bahan
Th 2018 2018 Pasal Obat.
Pasal 3 3

PMK 30 PBF & PBF Cabang PMK 30 PBF & PBF Cabang
Th 2017 Th 2017

8
PMK RI Gudang & Kantor PMK RI Gudang & Kantor
NO NO
1148/M 1148/MEN
ENKES/ KES/PER/
PER/VI/ VI/2011
2011
PMK 34 Laboratorium & Gudang
Th 2014 khusus
Pasal 5

Sumber PMK 30 Apoteker Pengganti PMK 30 Apoteker Pengganti


daya lain Th 2017 Th 2017
Pasal Pasal 14A
14A
Kegiatan/ PMK RI Sertifikasi PMK RI Sertifikasi
proses NO 26 NO 26 Th
Th 2018 2018 Pasal
Pasal 3 3

PMK 30 Ayat 1 PMK 30 Ayat 1


Th 2017 PBF dan PBF Cabang Th 2017 PBF dan PBF Cabang
Pasal 13 hanya dapat Pasal 13 hanya dapat mengadakan,
mengadakan, menyimpan dan
menyimpan dan menyalurkan obat dan/atau
menyalurkan obat bahan obat yang
dan/atau bahan obat memenuhi persyaratan
yang memenuhi mutu yang ditetapkan oleh
persyaratan mutu yang Menteri.
ditetapkan oleh Menteri.
Ayat 2
Ayat 2 PBF hanya dapat
PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan
melaksanakan obat dari industri farmasi
pengadaan obat dari dan/atau sesama PBF.
industri farmasi
dan/atau sesama PBF. Ayat 3
PBF hanya dapat
Ayat 3 melaksanakan pengadaan
PBF hanya dapat bahan obat dari industri
melaksanakan farmasi, sesama PBF
pengadaan bahan obat dan/atau melalui
dari industri farmasi, importasi.
sesama PBF dan/atau
melalui importasi.
Ayat 4
Pengadaan bahan obat
Ayat 4 melalui importasi
Pengadaan bahan obat sebagaimana dimaksud
melalui importasi pada ayat (3) dilaksanakan

9
sebagaimana dimaksud sesuai dengan ketentuan
pada ayat (3) peraturan perundang-
dilaksanakan sesuai undangan.
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan. Ayat 5
PBF Cabang hanya dapat
melaksanakan pengadaan
Ayat 5 obat dan/atau bahan obat
PBF Cabang hanya dari PBF pusat atau PBF
dapat melaksanakan Cabang lain yang ditunjuk
pengadaan obat oleh PBF pusatnya.
dan/atau bahan obat dari
PBF pusat atau PBF Ayat 6
Cabang lain yang PBF dan PBF Cabang
ditunjuk oleh PBF dalam melaksanakan
pusatnya. pengadaan obat atau bahan
obat harus berdasarkan
Ayat 6 surat pesanan yang
PBF dan PBF Cabang ditandatangani apoteker
dalam melaksanakan penanggung jawab dengan
pengadaan obat atau mencantumkan nomor
bahan obat harus SIPA.
berdasarkan surat
pesanan yang
ditandatangani apoteker
penanggung jawab
dengan mencantumkan
nomor SIPA.

Izin yg PMK RI Ayat 3 PMK RI Ayat 3


diperlikan NO 26 Persyaratan untuk NO 26 Persyaratan untuk
& proses TAHUN memperoleh Izin Usaha TAHUN memperoleh Izin Usaha
perizinann 2018 Industri Farmasi dan 2018 Pasal Industri Farmasi dan Izin
ya Pasal 5 Izin Usaha Industri 5 Usaha Industri Farmasi
Farmasi Bahan Obat Bahan Obat sebagaimana
sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 3
dalam Pasal 3 ayat (1) ayat (1) huruf a dan huruf
huruf a dan huruf b b yaitu Sertifikat Produksi
yaitu Sertifikat Produksi Industri Farmasi atau
Industri Farmasi atau Sertifikat Produksi Industri
Sertifikat Produksi Farmasi Bahan Obat.
Industri Farmasi Bahan
Obat. PMK RI Ayat 1
NO 26 Sertifikat Distribusi
PMK RI Ayat 1 TAHUN Farmasi diajukan oleh
NO 26 Sertifikat Distribusi 2018 Pasal PBF.
TAHUN Farmasi diajukan oleh 7
2018 Ayat 2
PBF.
Pasal 7

10
Ayat 2 PBF sebagaimana
PBF sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
diselenggarakan oleh Pelaku Usaha
Pelaku Usaha nonperseorangan berupa
nonperseorangan berupa perseroan terbatas atau
perseroan terbatas atau koperasi.
koperasi. Ayat 3
Ayat 3 Persyaratan untuk
Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat
memperoleh Sertifikat Distribusi Farmasi
Distribusi Farmasi sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c yaitu memiliki
huruf c yaitu memiliki secara tetap apoteker
secara tetap apoteker berkewarganegaraan
berkewarganegaraan Indonesia sebagai
Indonesia sebagai penanggung jawab.
penanggung jawab. PMK RI
Persyaratan untuk
NO 26
memperoleh Sertifikat
PMK RI TAHUN
Persyaratan untuk Distribusi Cabang Farmasi
NO 26 2018 Pasal
memperoleh Sertifikat sebagaimana dimaksud
TAHUN 8
Distribusi Cabang dalam Pasal 3 ayat (1)
2018
Farmasi sebagaimana huruf d terdiri atas:
Pasal 8
dimaksud dalam Pasal 3 a. Sertifikat Distribusi
ayat (1) huruf d terdiri Farmasi; dan
atas: b. memiliki secara tetap
a. Sertifikat Distribusi apoteker
Farmasi; dan berkewarganegaraan
b. memiliki secara tetap Indonesia sebagai
apoteker penanggung jawab.
berkewarganegaraan
Indonesia sebagai PMK 34 Ayat 1
penanggung jawab. Th 2014 Untuk memperoleh izin
Pasal 7 PBF, pemohon harus
PMK 34 Ayat 1 mengajukan permohonan
Th 2014 Untuk memperoleh izin kepada Direktur Jenderal
Pasal 7 PBF, pemohon harus dengan tembusan kepada
mengajukan Kepala Badan, Kepala
permohonan kepada Dinas Kesehatan Provinsi
Direktur Jenderal dan Kepala Balai POM
dengan tembusan dengan menggunakan
kepada Kepala Badan, contoh Formulir 1
Kepala Dinas Kesehatan sebagaimana terlampir.
Provinsi dan Kepala
Balai POM dengan Ayat 2
menggunakan contoh Permohonan harus
ditandatangani oleh

11
Formulir 1 sebagaimana direktur/ketua dan
terlampir. apoteker calon
penanggung jawab disertai
Ayat 2 dengan kelengkapan
Permohonan harus administratif sebagai
ditandatangani oleh berikut:
direktur/ketua dan a. fotokopi Kartu Tanda
apoteker calon Penduduk (KTP)/identitas
penanggung jawab direktur/ketua;
disertai dengan b. susunan
kelengkapan direksi/pengurus;
administratif sebagai c. pernyataan
berikut: komisaris/dewan
a. fotokopi Kartu Tanda pengawas dan
Penduduk direksi/pengurus tidak
(KTP)/identitas pernah terlibat
direktur/ketua; pelanggaran peraturan
b. susunan perundang-undangan di
direksi/pengurus; bidang farmasi dalam
c. pernyataan kurun waktu 2 (dua) tahun
komisaris/dewan terakhir;
pengawas dan d. akta pendirian badan
direksi/pengurus tidak hukum yang sah sesuai
pernah terlibat ketentuan peraturan
pelanggaran peraturan perundang-undangan;
perundang-undangan di e. surat Tanda Daftar
bidang farmasi dalam Perusahaan;
kurun waktu 2 (dua) f. fotokopi Surat Izin
tahun terakhir; Usaha Perdagangan;
d. akta pendirian badan g. fotokopi Nomor Pokok
hukum yang sah sesuai Wajib Pajak;
ketentuan peraturan h. surat bukti penguasaan
perundang-undangan; bangunan dan gudang;
e. surat Tanda Daftar i. peta lokasi dan denah
Perusahaan; bangunan
f. fotokopi Surat Izin j. surat pernyataan
Usaha Perdagangan; kesediaan bekerja penuh
g. fotokopi Nomor apoteker penanggung
Pokok Wajib Pajak; jawab; dan
h. surat bukti k. fotokopi Surat Tanda
penguasaan bangunan Registrasi Apoteker
dan gudang; penanggung jawab.
i. peta lokasi dan denah
bangunan Ayat 3
j. surat pernyataan Untuk permohonan izin
kesediaan bekerja penuh PBF yang akan
apoteker penanggung menyalurkan bahan obat
jawab; dan selain harus memenuhi
persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)

12
k. fotokopi Surat Tanda harus melengkapi surat
Registrasi Apoteker bukti penguasaan
penanggung jawab. laboratorium dan daftar
peralatan.
Ayat 3
Untuk permohonan izin
PBF yang akan
menyalurkan bahan obat
selain harus memenuhi
persyaratan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus
melengkapi surat bukti
penguasaan
laboratorium dan daftar
peralatan.

Jaminan / PMK RI Ayat 2 PMK RI Ayat 2


Pengawas NO 26 Sertifikat Distribusi NO 26 Sertifikat Distribusi
mutu TAHUN Farmasi TAHUN Farmasi
2018 2018 Pasal
Pasal 47 47

Rahasia - - - -
kefarmasia
n
Pencatatan
Pelaporan PMK RI Ayat 1 PMK RI Ayat 1
NO Setiap PBF dan NO Setiap PBF dan cabangnya
1148/M cabangnya wajib 1148/MEN wajib menyampaikan
ENKES/ menyampaikan laporan KES/PER/ laporan kegiatan setiap 3
PER/VI/ kegiatan setiap 3 (tiga) VI/2011 (tiga) bulan
2011 bulan Pasal 30 sekali meliputi kegiatan
Pasal 30 sekali meliputi kegiatan penerimaan dan
penerimaan dan penyaluran obat dan/atau
penyaluran obat bahan obat kepada
dan/atau bahan obat Direktur Jenderal dengan
kepada tembusan kepada Kepala
Direktur Jenderal Badan, Kepala Dinas
dengan tembusan Kesehatan
kepada Kepala Badan, Provinsi dan Kepala Balai
Kepala Dinas Kesehatan POM.
Provinsi dan Kepala
Balai POM. Ayat 2
Selain laporan kegiatan
Ayat 2 sebagaimana dimaksud
Selain laporan kegiatan pada ayat (1), Direktur
sebagaimana dimaksud Jenderal setiap
pada ayat (1), Direktur saat dapat meminta
Jenderal setiap laporan kegiatan

13
saat dapat meminta penerimaan dan
laporan kegiatan penyaluran obat dan/atau
penerimaan dan bahan
penyaluran obat obat.
dan/atau bahan
obat. Ayat 3
Setiap PBF dan PBF
Ayat 3 Cabang yang menyalurkan
Setiap PBF dan PBF narkotika dan psikotropika
Cabang yang wajib
menyalurkan narkotika menyampaikan laporan
dan psikotropika wajib bulanan penyaluran
menyampaikan laporan narkotika dan psikotropika
bulanan penyaluran sesuai ketentuan
narkotika dan peraturan perundang-
psikotropika sesuai undangan.
ketentuan
peraturan perundang- Ayat 4
undangan. Laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
Ayat 4 dan ayat (2) dapat
Laporan sebagaimana dilakukan secara
dimaksud pada ayat (1) elektronik dengan
dan ayat (2) dapat menggunakan teknologi
dilakukan secara informasi dan komunikasi.
elektronik dengan
menggunakan teknologi Ayat 5
informasi dan Laporan sebagaimana
komunikasi. dimaksud pada ayat (4)
setiap saat harus dapat
Ayat 5 diperiksa oleh
Laporan sebagaimana petugas yang berwenang.
dimaksud pada ayat (4)
setiap saat harus dapat
diperiksa oleh
petugas yang
berwenang.

2. PKaBPOM

Obat Bahan Baku Obat


Perkabpom no.6 tahun 2020
Aspek Perkabpom no.6 tahun 2020
Perkabpom no.10 tahun 2019
Perkabpom no.10 tahun 2019
Pekabpom no.5 tahun 2017

14
Definisi Perkabpom no.6 tahun 2020 Perkabpom no.6 tahun 2020

PRINSIP-PRINSIP UMUM PRINSIP-PRINSIP UMUM

1. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik 1. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang
(CDOB) berlaku untuk aspek Baik (CDOB) berlaku untuk aspek
pengadaan,penyimpanan, penyaluran termasuk pengadaan,penyimpanan, penyaluran
pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai termasuk pengembalian obat dan/atau bahan
distribusi. obat dalam rantai distribusi.

2. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat 2. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi
dan/atau bahan obat bertanggungjawab untuk obat dan/atau bahan obat bertanggungjawab
memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan
mempertahankan integritas rantai distribusi selama obat dan mempertahankan integritas rantai
distribusi selama
proses distribusi.
proses distribusi.
Perkabpom no.10 tahun 2019
Perkabpom no.10 tahun 2019
Pasal:1.
Pasal 1

2. Bahan Obat Tertentu yang Sering


1. Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan Disalahgunakan yang selanjutnya disebut
yang selanjutnya disebut dengan Obat-Obat Tertentu dengan Bahan Obat adalah bahan yang
adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan
pusat selain narkotika dan psikotropika, yang pada obat dengan standar dan mutu sebagai bahan
penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan baku farmasi pembuatan Obat-ObatTertentu
ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas termasuk baku pembanding.
mental dan perilaku.
Pekabpom no.5 tahun 2017

Pasal1

1.BahanObatdan Makananadalah Bahan


Obat,Bahan Obat Kuasi, Bahan Obat
Tradisional, Bahan Kosmetik, Bahan
Suplemen Kesehatan, dan BahanPangan.

7. Bahan Obat adalah bahan baik yang


berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan
standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi
termasuk baku pembanding, tidak termasuk
Bahan Obatberupa narkotika,
psikotropika,dan prekursor.

Standar
yang di CDOB CDOB
pakai

Persyaratan Perkabpom no.6 tahun 2020 Perkabpom no.6 tahun 2020

Fasilitas distribusi harus mempertahankan sistem Fasilitas distribusi harus mempertahankan


mutu yang mencakup tanggung jawab, proses dan sistem mutu yang mencakup tanggung jawab,

15
langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan proses dan langkah manajemen risiko terkait
yang dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus dengan kegiatan yang dilaksanakan. Fasilitas
memastikan bahwa mutu obat dan bahan obat dan distribusi harus memastikan bahwa mutu obat
integritas rantai distribusi dipertahankan selama dan bahan obat dan integritas rantai distribusi
proses distribusi. Seluruh kegiatan distribusi harus dipertahankan selama proses distribusi.
ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis dan Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan
semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan dengan jelas, dikaji secara sistematis dan
yang bermakna harus divalidasi dan semua tahapan kritis proses distribusi dan
didokumentasikan. perubahan yang bermakna harus divalidasi
dan didokumentasikan.
Sistem mutu harus mencakup prinsip manajemen
risiko mutu. Pencapaian sasaran mutu merupakan Sistem mutu harus mencakup prinsip
tanggung jawab dari penanggung jawab fasilitas manajemen risiko mutu. Pencapaian sasaran
distribusi, membutuhkan kepemimpinan dan mutu merupakan tanggung jawab dari
partisipasi aktif serta harus didukung oleh komitmen penanggung jawab fasilitas distribusi,
manajemen puncak. membutuhkan kepemimpinan dan partisipasi
aktif serta harus didukung oleh komitmen
Perkabpom no.10 tahun 2019 manajemen puncak.

C.3.Proses pengolahan dan analisis termasuk Perkabpom no.10 tahun 2019


pengolahan ulang harus memenuhi ketentuan CPOB
C.3.Proses pengolahan dan analisis termasuk
terkini
pengolahan ulang harus memenuhi ketentuan
Khusus untuk Bahan Obat/Obat-Obat Tertentuyang CPOB terkini
diterima melaluimekanismeimpor harus dipastikan
Khususuntuk Bahan Obat/Obat-Obat
diterima bersama dokumen terkait impor
Tertentuyang diterima
meliputi:a.Invoice;b.Certificate of Analysis(CoA)
melaluimekanismeimpor harus dipastikan
yang diterbitkan oleh produsennya;c.Sertifikat Cara
diterima bersama dokumen terkait impor
Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) atau dokumen
meliputi:a.Invoice;b.Certificate of
lain yang setara yang dikeluarkan oleh otoritas
Analysis(CoA) yang diterbitkan oleh
obatsetempat dan/atau otoritas pengawas obat negara
produsennya;c.Sertifikat Cara Pembuatan
lain
Obat Yang Baik (CPOB) atau dokumen lain
yang setara yang dikeluarkan oleh otoritas
obatsetempat dan/atau otoritas pengawas obat
negara lain

Pekabpom no.5 tahun 2017

Pasal 3

(1)Bahan Obat dan Makananyang dapat


dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia
harus memenuhi persyaratan keamanan,
khasiat/manfaat,dan mutu.

2)Selain harus memenuhi persyaratan


keamanan, khasiat/manfaat,dan mutu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga
harus memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang impor.

Pasal 4

Pemasukan Bahan Obatdan


Makanandilakukan oleh perusahaanatau

16
importir di bidang Obat dan Makanan sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-
undangan

Perkabpom no.6 tahun 2020 Perkabpom no.6 tahun 2020

apoteker Penanggung JawabProduksi dengan apoteker Penanggung JawabProduksi dengan


mencantumkan nama lengkap, nomor Surat Izin mencantumkan nama lengkap, nomor Surat
Praktik Apoteker (SIPA)dan stempel perusahaan Izin Praktik Apoteker (SIPA)dan stempel
perusahaan
Perkabpom no.10 tahun 2019
Perkabpom no.10 tahun 2019
Apoteker Penanggung JawabProduksi dengan
mencantumkan nama lengkap, nomor Surat Izin Apoteker Penanggung JawabProduksi dengan
Sumber Daya
Praktik Apoteker (SIPA)dan stempel perusahaan mencantumkan nama lengkap, nomor Surat
Manusia Izin Praktik Apoteker (SIPA)dan stempel
perusahaan

Pekabpom no.5 tahun 2017

Kepala Badan

Direktur Pengawasan Distribusi Produk


Terapetik dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga setiap triwulan

Sarana/ Perkabpom no.6 tahun 2020 Perkabpom no.6 tahun 2020


Prasarana
Bangunan peralatan dan fasilitas yang memadai. Bangunan peralatan dan fasilitas yang
memadai.
Fasilitas distribusi harus menetapkan dan
mempertahankan prosedur untuk Fasilitas distribusi harus menetapkan dan
identifikasi,pengumpulan penomeran pencarian mempertahankan prosedur untuk
penyimpanan pemeliharahan pemusnahan dan semua identifikasi,pengumpulan penomeran
kases dokumen yang berlaku pencarian penyimpanan pemeliharahan
pemusnahan dan semua kases dokumen yang
Perkabpom no.10 tahun 2019 berlaku

D.10.Apabila menggunakan jasa pihak Perkabpom no.10 tahun 2019


ketiga/ekspedisi:a.Harus dibuat kontrak tertulis antara
Industri Farmasi (pemberi kontrak) dan penyedia D.10.Apabila menggunakan jasa pihak
jasa/ekspedisi (penerima kontrak). Kontrak tertulis ketiga/ekspedisi:a.Harus dibuat kontrak
harus mengacu kepada Pedoman Teknis tertulis antara Industri Farmasi (pemberi
CDOB.b.Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk kontrak) dan penyedia jasa/ekspedisi
menilai kompetensi penerima kontrak dan melakukan (penerima kontrak). Kontrak tertulis harus
pengawasan (jika perlu melakukan audit) terhadap mengacu kepada Pedoman Teknis
pelaksanaan tugas yang dikontrakkan. CDOB.b.Pemberi kontrak bertanggung jawab
untuk menilai kompetensi penerima kontrak
-6 -c.Jika terjadi kerusakan Obat-Obat Tertentu dan melakukan pengawasan (jika perlu
selama pengiriman, penerima kontrak wajib melakukan audit) terhadap pelaksanaan tugas
mengembalikanObat-Obat Tertentu ke pemberi yang dikontrakkan.
kontrak dengan menyertakan berita acara
kerusakan.d.Setiap kehilangan Obat-Obat Tertentu -6 -c.Jika terjadi kerusakan Obat-Obat
selama pengiriman wajib dilaporkan oleh penerima Tertentu selama pengiriman, penerima
kontrak ke pihak kepolisian dan pemberi kontrak, kontrak wajib mengembalikanObat-Obat

17
untuk selanjutnya pemberi kontrak melaporkan ke Tertentu ke pemberi kontrak dengan
Badan POM. menyertakan berita acara kerusakan.d.Setiap
kehilangan Obat-Obat Tertentu selama
pengiriman wajib dilaporkan oleh penerima
kontrak ke pihak kepolisian dan pemberi
kontrak, untuk selanjutnya pemberi kontrak
melaporkan ke Badan POM.

Pekabpom no.5 tahun 2017

Sumber Daya
- -
Lain

Kegiatan/ Perkabpom no.6 tahun 2020 Perkabpom no.6 tahun 2020


proses
Pelaksanaan dan pengelolahan system manajemen Pelaksanaan dan pengelolahan system
mutu yang baik serta distribusi obat dan atau bahan manajemen mutu yang baik serta distribusi
obat yang benar sangat bergantungpada personil yang obat dan atau bahan obat yang benar sangat
menjalankanya.harus ada personil yang kopenten bergantungpada personil yang
untuk melaksanakan semua tugas yang menjadi menjalankanya.harus ada personil yang
tanggung jawab fasilitas distribusi.tanggung jawab kopenten untuk melaksanakan semua tugas
masing-masing personil harus dipahamidengan jelas yang menjadi tanggung jawab fasilitas
dan dicatat.semua personil harus memahami CDOB distribusi.tanggung jawab masing-masing
dan harus menerima pelatihan dasar maupun pelatihan personil harus dipahamidengan jelas dan
lanjutan yang sesuai dengan tanggung jawabnya. dicatat.semua personil harus memahami
CDOB dan harus menerima pelatihan dasar
Perkabpom no.10 tahun 2019 maupun pelatihan lanjutan yang sesuai
dengan tanggung jawabnya.
Pasal 4
Perkabpom no.10 tahun 2019
(1)Pengaturan Pengelolaan Obat-Obat Tertentu dalam
Peraturan Badan ini meliputi pengelolaan Obat-Obat Pasal 4
Tertentu di:a.fasilitas produksi;b.fasilitas
distribusi;danc.Fasilitas Pelayanan (1)Pengaturan Pengelolaan Obat-Obat
Kefarmasian.(2)Fasilitas produksi sebagaimana Tertentu dalam Peraturan Badan ini meliputi
dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa Industri pengelolaan Obat-Obat Tertentu di:a.fasilitas
Farmasi.(3)Fasilitas distribusi sebagaimana dimaksud produksi;b.fasilitas distribusi;danc.Fasilitas
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:a.PBF;b.PBF Pelayanan Kefarmasian.(2)Fasilitas produksi
Cabang; danc.instalasi farmasi. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berupa Industri Farmasi.(3)Fasilitas distribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:a.PBF;b.PBF Cabang;
danc.instalasi farmasi.

Pekabpom no.5 tahun 2017

Pasal 18

(1)Pemasukan Bahan Obat hanya dapat


dilakukan oleh:a.Industri Farmasi; dan
PedagangBesar Farmasi

18
Izin yang Perkabpom no.6 tahun 2020 Perkabpom no.6 tahun 2020
diperlukan
Bahan obat dari indutri farmasi Bahan obat dari indutri farmasi
dan prose
asalyang disalurkan kepada fasilitas asalyang disalurkan kepada fasilitas
perizinan
distribusiharus disertai sertifikat asli. distribusiharus disertai sertifikatasli.
Sertifikat analias yang dikeluarkan oleh Sertifikat analias yang dikeluarkan
indutri farmasi harus menunjukanhasil oleh indutri farmasi harus
analis yang diperoleh dari pngujian menunjukanhasil analis yang
acak. diperoleh dari pngujian acak.

Direkomendasikan untuk menggunakan Direkomendasikan untuk


format sertifikat analis seperti yang menggunakan format sertifikat
disalurkan ole WHO Expert Committee on analis seperti yang disalurkan ole
Specification for Pharmaceutical WHO Expert Committee on
Preparation Specification for Pharmaceutical
Preparation

Pekabpom no.5 tahun 2017

Pasal 5

(1) Selain harus memenuhi ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
pemasukan bahan Obatdan Makanan juga
harus mendapat persetujuandari Kepala
Badan.

(2) Persetujuan dari Kepala


Badansebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa SKI.

(3) SKI sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pemasukan.

(4) SKI sebagaimanadimaksud pada ayat (2)


menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakanbagian
tidak terpisahkan dari PeraturanKepala
Badanini.

Pasal 6

(1) Selain proses penerbitan SKI sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3),
penerbitan SKI juga dapat diberikan
Pelayanan Prioritas.

(2) Pelayanan Prioritas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan
kepada Pemohon SKI yang memenuhi
kriteriasebagai berikut:a.memiliki Angka
Pengenal Importir Umum (API-U) atau
Angka Pengenal Importir-Produsen (API-
P);b.memiliki rekam jejak yang baik, yaitu
mematuhi ketentuan peraturan perundang-
19
undangan di bidang pengawasan obat dan
makanan selama minimal 6(enam)
bulanterakhir; dan

-16 -c.telah melakukan importasi selama


6(enam) bulan terakhir dengan frekuensi dan
volume tertentu.

(3) Selainharus memenuhi kriteria


sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pelayanan Prioritas hanya dapat diberikan
untuk pemasukan bahan Obat dan Makanan
tertentu berdasarkan hasil kajian oleh
masing-masing Deputi.

(4) Pemohon SKI yang masuk dalam daftar


pelayanan prioritas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (3) ditetapkan oleh
masing-masing Deputidan dievaluasi secara
berkala.

(5) Pelayanan Prioritas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka
waktu 6 (enam) bulan sepanjang Pemohon
SKI tetap memenuhi kriteria sesuai dengan
evaluasi berkala

Pasal 7

Permohonan SKI oleh Pemohon SKI yang


masuk dalam daftar Pelayanan
Prioritassebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (4), permohonannya akan diproses
secara otomatis melalui sistem e-bpomtanpa
dilakukan evaluasi.

Pasal 11

(1) Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10dilakukan melalui websiteBadan
Pengawas Obat dan Makanan dengan alamat
http://www.pom.go.idatau melalui subsite
http://www.e-bpom.pom.go.idatau portal
Indonesia National Single Window untuk
proses secarasingle submission.

(2) Pemohon melakukan entrydata secara


onlinedan mengunggah dokumen pendukung
ke dalam aplikasi e-bpomatau portal
Indonesia National Single Window untuk
proses secarasingle submission.

(3) Dokumen pendukungsebagaimana


dimaksud padaayat (2)terdiri atashasil
pemindaian:a.asli Surat Permohonan yang

20
ditandatangani oleh direktur atau kuasa
direksi bermateraicukup;

-18 -b.asli Surat Pernyataan Penanggung


Jawab bermateraicukup;c.asliAngka
Pengenal Impor(API);d.asliSurat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP);e.asli Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP);danf. daftar HS Code
komoditi yang akan diimpor.

(4) Untuk permohonan SKIBahan obat, selain


harus memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), juga harus
dilengkapi dengan hasil pemindaian asli Izin
IndustriFarmasi atau Izin Pedagang Besar
Farmasi.

(5) Terhadap permohonan pendaftaran


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), dilakukan verifikasisecara
online.(6)Apabila diperlukan, petugas dapat
melakukan verifikasi dokumen secara
manual.(7)Dalam hal hasil
verifikasidinyatakan lengkap dan benar,
Pemohon SKI akan mendapatkan
usernamedan password.

Jaminan/peng Perkabpom no.6 tahun 2020 Perkabpom no.6 tahun 2020


awasan .mutu
Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi Semua pihak yang terlibat dalam proses
harus menerapkan prinsip kehati-hatian (due distribusi harus menerapkan prinsip kehati-
diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB, misalnya hatian (due diligence) dengan mematuhi
dalam prosedur yangterkait dengan kemampuan prinsip CDOB, misalnya dalam prosedur
telusur dan identifikasi risiko yangterkait dengan kemampuan telusur dan
identifikasi risiko
Perkabpom no.10 tahun 2019
Perkabpom no.10 tahun 2019
Sebelum dilakukan pengiriman, harus dilakukan
pemeriksaan oleh Apoteker Penanggung jawab Sebelum dilakukan pengiriman, harus
Pemastian Mutuatau Apoteker yang ditunjuk oleh dilakukan pemeriksaan oleh Apoteker
Apoteker Penanggung jawab Pemastian Mutu Penanggung jawab Pemastian Mutuatau
terhadap kesesuaian antara fisik obat dan informasi Apoteker yang ditunjuk oleh Apoteker
yang tercantum dalam dokumen pengiriman antara Penanggung jawab Pemastian Mutu terhadap
lain nama, bentuk dan kekuatan sediaan, kuantitas kesesuaian antara fisik obat dan informasi
obat,nomor bets dan tanggal daluwarsa yang tercantum dalam dokumen pengiriman
antara lain nama, bentuk dan kekuatan
sediaan, kuantitas obat,nomor bets dan
tanggal daluwarsa

Pekabpom no.5 tahun 2017

Pasal 26

21
(2)Badan Pengawas Obat dan Makanan
selama proses penerbitan SKI dan SKK
NOM setiap saat dapat melakukan
pemeriksaan secara acak atas kebenaran dan
keabsahan dokumen SKI dan SKK NOM
pada sarana Pemohon SKI.

Rahasia
- -
kefarmasian

Perkabpom no.6 tahun 2020 Pekabpom no.5 tahun 2017

1.7 System mutu garus didokementasikan Pasal 29


secara lengkap dan dipantau efektivitasnya. (1)Industri farmasi atau pedagang
Semua kegiatan yang terkait dengan mutu besar farmasi yang mendapat
SKIwajib menyampaikan laporan
harus didefinisikan dan didokumentasikan
atas pelaksanaan importasi bahan
dan harus tetap adanya sebuah pandun
obat.(2)Laporan setiap pelaksanaan
mutu tertulis atau dokemtasi lainya yang importasi Bahan Obat sebagaimana
setara dimaksud pada ayat (1)
untuk:a.industri farmasi,berupa
5.4 semua pelaksaan inspeksi diri yarus
laporan pemasukan dan penggunaan
dicatat.laporan harus disi semua Bahan Obat;b.pedagang besar
pengamatan yang dilakukan pengamatan farmasi,berupa laporan pemasukan
selama pengamatan dan salinan laporan dan penyaluran Bahan
tersebut harus disampaikan kepada Obat.(3)Laporan sebagaimana
manajemendan pihak terkait lainya. Jika dimaksud pada ayat (2)disampaikan
dalam pengamatan ditemukan adanya kepada Kepala Badan cq. Direktur
Pencatatan
penyimpamgan atau kekurangan maka Pengawasan Distribusi Produk
dan
harus diidentifikasi dan di buat CAPA. Terapetik dan Perbekalan Kesehatan
pelaporan Rumah Tanggasetiap
CAPAharus didokumentasikan dan di
triwulan.(4)Khusus untuk importasi
tindaklanjuti.
Bahan Obat Tertentu dilaporkan
secara elektronik kepada Kepala
9.29. Dokuemtasi distribusi harus
Badan cq. Direktur Pengawasan
mencakup informasi sebagai berikut:
Narkotika, Psikotropika, dan Zat
tanggal, nama obat dan bahan obat, Adiktif paling lambattanggal 10
nomer bats ,tanggal kadaluwasa ,jumlah (sepuluh) bulan berikutnya melalui
yang diterima /disalurkan website Badan Pengawas Obat dan
:nama dan alamat pemasok/ pelanggan Makanandengan alamat
http://www.pom.go.idatau subsite
Perkabpom no.10 tahun 2019 http://e-napza.pom.go.id.
2.1.Industri Farmasi wajib membuat, menyimpan, dan -27 -(5)Industri Farmasi dan Pedagang Besar
Farmasi wajib menyampaikan laporan
-10 -mengirimkan laporan terkait pengelolaan Bahan
pemasukan, penggunaan dan penyaluran
Obat dan Obat-Obat Tertentu.I.2.2.Laporan harus
Bahan Obat Tertentu setiap bulan paling
dibuat secara tertib dan akurat.I.2.3.Laporan
lambattanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
sebagaimana dimaksud pada butir I.2.1
melalui website Badan Pengawas Obat dan
meliputi:a.Laporan pemasukan dan penggunaan
Bahan Obatuntuk produksi (Formulir 2)b.Laporan
22
penyaluran hasil produksi Obat-Obat Tertentu
(Formulir 3)c.Laporan pemusnahan (Formulir

23
6);d.Laporan penarikan kembali obat dari peredaran Makanan dengan alamat
(jika terjadi);e.Laporan kehilangan Bahan Obat/Obat- http://www.pom.go.idatau subsite http//e-
Obat Tertentubeserta laporan hasil investigasi (jika napza.pom.co.id
terjadi).I.2.4.Laporan sebagaimana dimaksud
padabutir I.2.3 huruf (a) dan (b) wajib disampaikan
setiap bulan kepada Kepala Badan c.q. Direktur
Pengawasan Produksi Obat, Narkotika,
Psikotropika,dan Prekursorpaling lambat setiap
tanggal 10 bulan berikutnya.I.2.5.Laporan
sebagaimana dimaksud pada butir I.2.3huruf (c) dan
(d) wajib disampaikan setiap kali kejadian kepada
Kepala Badan c.q. Direktur Pengawasan Produksi
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursordengan
tembusan Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota serta Balai
Besar/BalaiPOM setempat paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah pemusnahan.I.2.6.Laporan kehilangan
sebagaimana dimaksud pada butir I.2.3 hurufwajib
disampaikan setiap kali kejadian kepada Kepala
Badan c.q. Direktur PengawasanProduksi
Obat,Narkotika, PsikotropikadanPrekursordengan
tembusan Kepala Balai Besar/Balai POM setempat
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah terjadinya
kehilangan sedangkan laporan hasil investigasi paling
lambat 1 (satu) bulan sejak kejadian

D. Kesimpulan

1. PMK
Secara garis besar semua aspek Distribusi baik Obat dan Bahan Obat memiliki
aspek dan persyaratan yang sama kecuali PBF Bahan Baku obat Selain memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, PBF yang akanmenyalurkan bahan
obat juga harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk pengujian bahan obat
yang disalurkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Direktur Jenderal; dan
b. memiliki gudang khusus tempat penyimpanan bahan obat yang terpisah dari
ruangan lain. (PMK 34 Th 2014 Tentang PBF)

2. PerKaBPOM
a. Definisi : Perkabpom no.6 tahun 2020 (Pelaporan Kegiatan Industri Farmasi) lebih
spesifik terkait CDOB yang harus dilaporkan mengenain tata cara pembuatan obat
sedangakan Perkabpom no.10 tahun 2019 dan Pekabpom no.5 tahun 2017
menjelaskan penyalahan penggunaan obat dan bahan obat.
b. Studi yang dipakai : Perkabpom no.6 tahun 2020 Obat dan bahan obat tata cara
CDOB industri farmasi, sedangakan Perkabpom no.10 tahun 2019 pengawasan obat
dan bahan obat yang sering penyalagunaan dan Pekabpom no.5 tahun 2017
menjelaskan 2019 pengawasan obat dan bahan obat.

24
c. Persyaratan : Seperti yang disebutkan pada Perkabpom no.6 tahun 2020 manjemen
mutu, Perkabpom no.10 tahun 2019 pasal 4 Pengaturan Pengelolaan Obat-Obat
Tertentu dalam Peraturan Badan ini meliputi pengelolaan Obat-Obatan dan
Pekabpom no.5 tahun 2017 Pasal 3(1)Bahan Obat dan Makananyang dapat
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan keamanan,
khasiat/manfaat,dan mutu dan juga harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan
d. SDM : Pada Perkabpom no.6 tahun 2020 menekankan personal yang berkompeten
dan memadai , Perkabpom no.10 tahun 2019 dan Pekabpom no.5 tahun 2017 harus
memilik nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).
e. Sarana Prasarana :. Perkabpom no.6 tahun 2020 harus memiliki fasilitas dan
peralatan yang memadai , Perkabpom no.10 tahun 2019 dan Pekabpom no.5 tahun
2017 harus memiliki surat pengadaan.
f. Sumber Daya Lain : Perkabpom no.6 tahun 2020 , Perkabpom no.10 tahun 2019
dan Pekabpom no.5 tahun 2017 tidak ada.
g. Kegiatan/Proses : Perkabpom no.6 tahun 2020 Pelaksanaan dan pengelolahan
system manajemen mutu yang baik , Perkabpom no.10 tahun 2019 dan Pekabpom
no.5 tahun 2017 hanya dapat dilakukan oleh:a.Industri Farmasi; dan PedagangBesar
Farmasi.
h. Proses perizinannya : Perkabpom no.6 tahun 2020 Pelaksanaan dan pengelolahan
system manajemen mutu yang baik , Perkabpom no.10 tahun 2019 dan Pekabpom
no.5 tahun 2017 harus memiliki surat izin yang berlaku.
i. Pencatatan dan Pelaporan : Perkabpom no.6 tahun 2020 System mutu harus
didokementasikan secara lengkap dan dipantau efektivitasnya, Perkabpom no.10
tahun 2019 dan Pekabpom no.5 tahun 2017 sama- sama harus mebuat lapaoran
kepada badan BPOM.

25

Anda mungkin juga menyukai