• UU NO 7 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST ILLICIT TRAFFIC NARCOTIC DRUGS AND
PSYCHOTROPIC SUBSTANCE, 1988 (KONVENSI PBB TENTANG PEMBERNTASAN PEREDARAN GELAP NARKOTIK DAN PSIKOTROPIKA)
• UU NO 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
• UU NO 17 TAHUN 2023 TENTANG KESEHATAN
• UU NO 6 TAHUN 2023 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2022
TENTANG CIPTA KERJA MENJADI UNDANG-UNDANG
• PP NO 72 TAHUN 1998 TENTANG PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
• PP NO 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
• PP NO 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR
• PP NO 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UU NO 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
• PP NO 5 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO
• PERMENKES NO 167 TAHUN 1972 TENTANG PEDAGANG ECERAN OBAT → KEPMENKES NO 1331 TAHUN 2002
• PERMENKES NO 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK
• PERMENKES NO 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSKESMAS
PELAKSANAAN
1. Per BPOM No 24 Tahun 2021 tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN
2. Per BPOM No 10 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan
3. Per BPOM No 14 Tahun 2019 tentang Penarikan dan Pemusnahan Obat Yang Tidak Memenuhi Standar dan/atau Persyaratan
Keamanan, Khasiat, Mutu, dan Label sebagaimana telah diubah dengan Per BPOM No 14 Tahun 2022
4. Per BPOM No 8 Tahun 2020 tentang Pengawasan Obat dan Makanan Yang Diedarkan Secara Daring sebagaimana telah
diubah dengan Per BPOM no 32 Tahun 2020
5. Per BPOM No 33 Tahun 2018 tentang Penerapan 2D Barcode Dalam Pengawasan Obat dan Makanan sebagaimana telah
diubah dengan Per BPOM No 22 Tahun 2022
6. KEPKABPOM Nomor HK.02.02.1.2.08.21.347 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas KEPKABPOM Nomor
HK.02.02.1.2.11.20.1126 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksananaan Persetujuan Penggunaan Darurat (Emergency
Use Authorization)
7. KepMenKes Nomor HK.01.07/MENKES/4799/2021 Tentang Daftar Obat Keadaan Darurat Medis →Daftar Obat Praktek Dokter
Mandiri & Klinik Yang tidak menyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian
8. Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan → Daftar obat bidan
9. KepKaBPOM No. 284 Tahun 2023 tentang Penahapan Pelaksanaan Pelaporan Pengelolaan Obat dengan 2D Barcode Metode
Otentifikasi oleh Fasilitas Distribusi dan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Pengawasan Full Spectrum
Pengawasan terhadap Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian
5
OUTLINE
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2021
PEDOMAN
PEDOMAN PENGELOLAAN SURAT PESANAN
PASAL 1
PENGELOLAAN NARKOTIKA, BERITA ACARA
SAMPAI OBAT DAN
PASAL 16 PSIKOTROPIKA, PENDELEGASIAN
BAHAN OBAT DAN PREKURSOR
YANG BAIK YANG BAIK
Pengelolaan Obat di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian
WAJIB MEMILIKI
PERIZINAN Dikelola oleh seorang APJ
BERUSAHA
FASILITAS dapat dibantu oleh Apoteker lain dan/atau
TTK, wajib memiliki SIP di Fasyanfar tsb
PELAYANAN
KEFARMASIAN Kegiatan pengelolaan Obat dan Prekursor Farmasi golongan obat
bebas terbatas oleh Toko Obat wajib berada di bawah tanggung
jawab seorang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
penanggung jawab
Regulasi Pengelolaan
Standar pelayanan kefarmasian sesuai
Komoditi yang Diatur 01 dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Fasilitas Pelayanan
Kegiatan Pengelolaan Obat, Bahan Kefarmasian
Obat, NPP
Apotek
Penerimaan Bahan
Pengadaan Penyimpanan
Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Pengelolaan Obat
Obat, Bahan
Obat dan
Puskesmas
Pelaporan NPP Penyerahan
Toko Obat
Hanya Obat Tanpa
Resep Dokter
PENGADAAN OBAT DAN BAHAN OBAT
dalam hal pengadaan bersumber Pengadaan Bahan Obat hanya dapat dilakukan
dari PBF harus dipilih PBF yang oleh Apotek, IFRS dan Puskesmas:
telah memiliki Sertifikat Cara
Distribusi Obat yang Baik Khusus u/ keperluan meracik, kecuali RS dpt u/
produksi dlm jumlah terbatas dan u/ kebutuhan sendiri
Sumber Pengadaan PBF
dari fasilitas
resmi SP –> ttd APJ/Ka.
SP Inst APOTEK
IF INST. FARMASI RS
terjaminnya legalitas,
keamanan, mutu dan • OBT / OBAT BEBAS INST. FARMASI
khasiat Obat dengan • SP -> ttd TTK PJ
KLINIK
memastikan Izin Edar KONDISI KHUSUS
Obat yang akan
dipesan LPLPO
TOKO OBAT
Cek Izin Edar?
Cek produk SAS? INST. FARMASI PUSKESMAS PUSKESMAS
Cek produk EUA?
PEMERINTAH • Kosong stok di IF
DAERAH INST. FARMASI Pemda
RSUD/KLINIK DAERAH • Max. u/ kebutuhan 1 bln
• Dilengkapi LPLPO
SP –> ttd Ka. Inst pengembalian
INST. FARMASI
PEMERINTAH INST. FARMASI
PUSAT RSUP/TNI/POLRI
Perhatikan izin dan
kewenangan sarana
tujuan penyaluran
PENGADAAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR
Pengadaan Narkotika dari PBF
yang menyalurkan Narkotika dalam hal pengadaan bersumber
→ wajib memiliki izin khusus dari PBF harus dipilih PBF yang Perhatikan izin dan
Penyaluran Narkotika dan telah memiliki Sertifikat Cara kewenangan sarana
Sertifikat CDOB komoditi Distribusi Obat yang Baik tujuan penyaluran
Sumber Pengadaan Narkotika PBF
PBF
dari fasilitas
APOTEK
resmi
IF SP –>
SP –> ttd
ttd APJ/Ka.
APJ/Ka. INST. FARMASI RS
Inst
Inst
TOKO OBAT
INST. FARMASI
PEMERINTAH
PUSAT
Pengadaan Narkotika dari IFP
INST. FARMASI
yang menyalurkan Narkotika RSUP/TNI/POLRI
→ wajib memiliki izin SP –> ttd Ka.SP
Inst
khusus Penyaluran Narkotika INST. FARMASI
INST. FARMASI RSUD/KLINIK DAERAH
PEMERINTAH
DAERAH
PUSKESMAS
LPLPO
Legalitas Sarana
Surat Pesanan
Manual : asli dan dibuat rangkap 2 (NPP 3) dan ditandatangani oleg Apj/TTK Pj dengam nama jelas dan Nomor
SIPA/SIPTTK
Sistem elektronik :
Pengadaan • harus bisa menjamin otoritas penggunaan sistem hanya oleh Apoteker/TTK Penanggung Jawab
• harus bisa menjamin ketertelusuran produk (min 5 th)
• harus dapat ditunjukan dan dipertanggungjawabkan kebenarannya pada saat pemeriksaan
• harus tersedia sistem backup data
• harus mudah dalam evaluasi & penarikan data pada saat dibutuhkan
• ada mekanisme pemberitahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa pesanan tersebut telah diterima
• pengadaan NPP harus dilengkapi SP manual asli, 7 (tujuh) hari setelah konfirmasi dari pihak pemasok
Arsip Pegadaan
• SP yang tidak dapat digunakan karena suatu hal, harus diberi tanda pembatalan yang jelas dan
diarsipkan bersama dengan Surat Pesanan lainnya
• SP yang tidak bisa dilayani baik sebagian atau seluruhnya, harus meminta surat penolakan pesanan dari
pemasok
• Faktur Pembelian diarsipkan bersatu dengan Surat Pesanan
• Surat penolakan pesanan dari pemasok harus diarsipkan menjadi satu dengan arsip Surat Pesanan
• Seluruh arsip harus mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat diperlukan
Surat Pesanan
Harus Mencantumkan:
• nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat lengkap (termasuk
nomor telepon/ faksimili bila ada) dan stempel sarana.
• nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap
• nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan huruf)
dan isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran)
dari Obat/Bahan Obat yang dipesan;
• nomor urut surat pesanan, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas;
3.
Harus dilakukan pemantauan suhu tempat
penyimpanan minimal 2 (dua) kali sehari
pada pagi dan sore hari.
PENYIMPANAN
6.
Obat Emergensi
dilengkapi dengan kunci pengaman
hanya digunakan pada saat emergensi disposable yang menjamin
integritas/keutuhan dan keamanan
penyimpanan obat emergensi dari
akses pihak yang tidak berwenang
Memperhatikan aspek keamanan
dalam penyimpanannya dan
hanya digunakan pada saat
emergensi ditetapkan jumlah, jenis, dan
penempatan obat emergensi
dengan melibatkan Apoteker
dilakukan monitoring secara
berkala terhadap kelengkapan,
kondisi, dan kedaluwarsa obat
emergensi yang disimpan dilaporkan segera oleh petugas
yang membuka dan menggunakan
obat emergensi yang tersedia
dilakukan penggantian segera untuk setiap obat emergensi
obat emergensi yang terpakai, yang digunakan kepada Apoteker
kedaluwarsa, atau rusak Penanggung Jawab
PENCATATAN DALAM PENYIMPANAN
Jika pencatatan dilakukan secara
Penyimpanan harus dilengkapi elektronik, maka:
dengan kartu stok (manual/ • Harus tervalidasi, mampu telusur dan
dapat ditunjukkan pada saat diperlukan;
elektronik)
• Harus mampu tertelusur informasi mutasi
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
Informasi dalam kartu stok sekurang- terakhir;
kurangnya memuat: • Harus tersedia sistem pencatatan lain yang
• Nama Obat/Bahan Obat, bentuk dapat dilihat setiap dibutuhkan.
sediaan, dan kekuatan Obat; • Harus dapat di salin/copy
dan/ataudiberikancetak/printout
• Jumlah persediaan;
• Harus memiliki sistem perlindungan data
• Tanggal, nomor dokumen, dan
elektronik melalui sistem otorisasi
sumber penerimaan; pengguna (misal memiliki password) untuk
• Jumlah yang diterima; mencegah akses yang tidak berwenang
• Tanggal, nomor dokumen, dan Stok Opname terhadap data elektronik.
tujuan penyerahan/penggunaan; Melakukan stok opname secara berkala sekurang-
kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan untuk Obat Mutasi Obat dari Instalasi Farmasi
• Jumlah yang diserahkan/digunakan;
dan Prekursor, dan stokopname Narkotika dan Rumah Sakit ke depo/unit antara lain
• Nomor bets dan kedaluwarsa Psikotropika secara berkala sekurang-kurangnya rawatinap, rawatjalan, kamaroperasi,
setiap penerimaan atau sekali dalam 1 (satu) bulan dibuktikan dengan
instalasi gawat darurat, harus
keterangan:
penyerahan/ penggunaan; dan tercatat pada kartustokdengan
• tanggal pelaksanaan stok opname
• Paraf atau identitas petugas yang • rekonsiliasi jumlah pemasukan/penerimaan, disertai bukti serah terima obat dari
mengerjakan jumlah pengeluaran/penggunaan dan stok akhir instalasi farmasi kepada depo/unit
• paraf manual/elektronik petugas yang
melakukan stok opname
PENYERAHAN OBAT DAN BAHAN OBAT
• DAERAH TERPENCIL
• SURAT PERMINTAAN Hanya Obat Emergensi berdasarkan
TERTULIS Kepmenkes Nomor
DOKTER HK.01.07/MENKES/263/2018 tentang
• SURAT PESANAN Daftar Obat Keadaan Darurat Medis
• OBAT PD LAMP PERMEN
pada Praktik Mandiri Dokter
PASIEN
Praktik Bidan
5. Oksigen 13 Difenhidramin inj 10 mg
.
PUSKESMAS 6. NaCl infus (inf) 14 Domperidon tab 10 mg,
. syr 5 mg/mL, drops 5
mg/mL
INST. FARMASI 7. Deksametason inj 5 mg 15 Ketoprofen suppositoria
• KOSONG STOK
RSUD/KLINIK DAERAH • DISTRIBUTOR
. 100 mg
KOSONG 8. Salbutamol cairan
• SURAT KETERANGAN inhalasi 30 dan 50 mcg
KEKOSONGAN OBAT
APOTEK
a) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis
INST. FARMASI RS
Narkotika harus disimpan terpisah dari resep APOTEK
dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
b) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis INST. FARMASI KLINIK
Psikotropika harus disimpan terpisah dari resep
dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
c) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis
Prekursor Farmasi harus disimpan terpisah dari TOKO OBAT
PASIEN
resep dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
d) Resep yang di dalamnya tertulis Narkotika
bersama Psikotropika dan/atau Prekursor
Farmasi harus disimpan bergabung dengan resep
Narkotika lainnya. INST. FARMASI
e) Resep yang di dalamnya tertulis Psikotropika RSUP/TNI/POLRI
bersama Prekursor Farmasi harus disimpan • (-) DALAM RESEP
bergabung dengan resep Psikotropika lainnya. • SURAT PERMINTAAN
INST. FARMASI TERTULIS
RSUD/KLINIK DAERAH • SURAT KETERANGAN
KEKOSONGAN OBAT
PUSKESMAS RESEP
Pengelolaan Resep
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
a) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Narkotika harus disimpan
terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
b) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Psikotropika harus disimpan
terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
c) Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Prekursor Farmasi harus
disimpan terpisah dari resep dan/ atau surat permintaan tertulis lainnya.
d) Resep yang di dalamnya tertulis Narkotika bersama Psikotropika
dan/atau Prekursor Farmasi harus disimpan bergabung dengan resep
Narkotika lainnya.
e) Resep yang di dalamnya tertulis Psikotropika bersama Prekursor
Farmasi harus disimpan bergabung dengan resep Psikotropika lainnya.
Pengembalian
Pemusnahan
• Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab wajib
memastikan kemasan termasuk label obat yang akan dimusnahkan telah
dirusak.
• Pemusnahan Obat/Bahan Obat dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pelaporan
• Dalam hal ditemukan Obat yang diduga substandard atau ilegal termasuk palsu, Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian harus melaporkan kepada Badan POM melalui Unit Pelaksana Teknis terdekat.
• Pelaporan paling sedikit mencakup informasi sebagai berikut:
• Informasi obat yaitu terdiri atas: nama obat;dosis;komposisi;nomor bets;tanggal produksi
dan/atau tanggal kedaluwarsa; nomor izin edar;foto produk yang menampilkan bentuk sediaan
dan kemasan;pendaftar dan/atau produsen;
• Kronologis singkat penemuan obat, antara lain: waktu kejadian; kondisi penyimpanan;
konkemasan primer dan/atau sekunder; lokasi temuan; dan keterangan yang mendasari dugaan
sebagai substandard dan/atau illegal termasuk palsu.
Peran Tenaga Kesehatan dan Masyarakat
dalam Membangun Budaya Pelaporan Obat Substandar dan Ilegal termasuk
Palsu untuk Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia
Pelaporan Obat
Substandar Dan Early Warning
Palsu Melalui System
BPOM Mobile
Pemastian
Penguatan Budaya Waspada dan Keamanan, Obat dan Makanan
Post Market Pelaporan Obat Khasiat dan
Substandar dan Palsu Mutu Obat Aman
Control Beredar Meningkatkan
Kualitas Manusia
Indonesia
Sinergitas Semua
Pihak (Pengawasan
Semesta)
Ruang Lingkup Pelaporan
Pelaporan obat substandar dan ilegal termasuk
palsu oleh tenaga kesehatan melalui aplikasi
Tenaga Kesehatan melakukan Pendaftaran /
registrasi mandiri dengan mencantumkan
BPOM Mobile hanya untuk komoditi obat
beberapa data yang diperlukan yang ditemukan pada sarana pelayanan
1 kefarmasian tempat tenaga
Tenaga Kesehatan melakukan pelaporan untuk
obat substandar atau ilegal termasuk kesehatan tersebut bekerja.
palsu (fitur tenaga kesehatan) dan fitur
pengaduan (untuk masyarakat umum)
3
Jenis Obat Yang Dilaporkan
01 Obat Substandar, obat dengan izin edar yang tidak memenuhi
standar dan/atau persyaratan
02
Obat Ilegal Termasuk Palsu
1. Obat Ilegal adalah Obat Tanpa Izin Edar Termasuk Obat Palsu
2. Obat Palsu adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
penandaan yang meniru identitas obat lain yang memiliki NIE
Obat Substandar