Anda di halaman 1dari 34

ASPEK LEGAL ETIS

TELEFARMASI
DALAM PELAYANAN
KEFARMASIAN

Disampaikan pada Seminar PC KOTA KUPANG, 19 DES 2020 1


2
LEARNING
1. Peserta memahami regulasi di
OBJECTIVE
Indonesia terkait Telemedicine
2. Peserta memahami
Perlindungan konsumen dan
Pasien
3. Peserta dapat melakukan
praktek kefarmasian secara legal
etis dalam menerapkan
telemedicin 3
OUTLINE

Latar Belakang

Definisi Telemedicine

Standar Regulasi

Praktek Telefarmasi di Kefarmasian

Penerapan Telefarmasi di Indonesia


4
TELEMEDICINE

• Apa dampak Hukumnya bagi apoteker?


• Bagaimana mengimplementasikannya dalam praktek sehari hari?

5
Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang berkualitas, mudah dijangkau (Pancasila dan UUD 1945)

Dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien (UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan)

dilakukan berbagai upaya di bidang kesehatan salah satunya dengan


penggunaan teknologi informasi melalui telemedicine yang diatur dalam
6
Permenkes No. 20 Tahun 2019
Definisi Telemedicine
(Permenkes No. 20 Tahun 2019)

• Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional


kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran

informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi,
dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan
kesehatan individu dan masyarakat (Pasal 1 Angka 1 )

Pelayanan Telemedicine dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki Surat Izin Praktik
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) penyelenggara (Pasal 2)
7
Telemedicine Menurut WHO

Jarak menjadi faktor penting dalam layanan Telemedicine.


Terdapat empat elemen utama terkait telemedicine yaitu:

1. Telemedicine bertujuan untuk memberi dukungan klinis


2. Telemedicine bertujuan untuk mengatasi hambatan geografis, dengan
menghubungkan pengguna yang tidak berada pada lokasi fisik yang sama
3. Telemedicine melibatkan penggunaan berbagai jenis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)
4. Telemedicine bertujuan untuk meningkatkan luaran kesehatan 8
BAGAIMANA REGULASI DI INDONESIA?
10

Sumber : http://farmalkes.kemkes.go.id
REGULASI YANG KESEHATAN
• UU 36/2009 - Kesehatan
ADA SAAT INI • PP 72/1998 – Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alkes
• PP 51/ 2009 – Tenaga Kefarmasian
• PP 72/2012 – Sistem Kesehatan Nasional
• Permenkes 72,73,74/2016- Standar Pelayanan Kefarmasian di RS,
Apotek dan puskesmas
• Kepmenkes No 02396/A/SK/VIII/1986 Pasal 2 menyebutkan bahwa
obat keras hanya dapat diberikan dengan resep dokter.

TRANSAKSI ELEKTRONIK
• UU 11/2008 jo UU 19/2016 - ITE
• UU 14/2008 Keterbukaan Informasi Publik
• PP 82/2012 Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik (PSTE)
• Permen Kominfo 20/2016 – Perlindungan Data Pribadi

PERLINDUNGAN KONSUMEN/PASIEN
• UU 8/1999 – Perlindungan Konsumen
• UU 40/2009 – Praktek Kedokteran (MR) – Permenkes no 11
269/2008
KETENTUAN RESEP ELEKTRONIK DAN/ATAU ALATKESEHATAN

SE MENKES HK.02.01/MENKES/303/2020
Permenkes No. 20 Tahun 2019 Peraturan BPOM No. 8 Tahun 2020
tentang Pelayanan Telemedicine antar tentang Pengawasan Obat dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Makanan yang Diedarkan secara
Daring

Pasal 6
Penulisan resep elektronik Pasal 6
dikecualikan untuk obat Penyerahan Obat secara
golongan narkotika dan daring yang dilakukan oleh
psikotropika Apotek dapat menggunakan
sistem elektronik yang dimiliki
oleh Apotek dan/Atau yang
disediakan oleh PSEF
Peraturan BPOM No. 8 Tahun 2020 tentang Pengawasan
Obat dan Makanan yang Diedarkan secara Daring

Pasal 27
Apotek dan/atau PSEF dilarang mengedarkan secara
daring untuk Obat yang termasuk dalam:

a. Obat keras yang termasuk dalam obat-obat tertentu


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Obat yang mengandung prekursor farmasi;
c. Obat untuk disfungsi ereksi;
d. Sediaan injeksi selain insulin untuk penggunaan
sendiri;
e. Sediaan implan yang penggunaannya memerlukan
bantuan tenaga kesehatan; dan
f. Obat yang termasuk dalam golongan Narkotika dan
Psikotropika.
Tinjauan Regulasi yang ada dari perspektive Farmasi

Permenkes No. 20 Tahun 2019 PMK ini hanya mengatur layanan


tentang Pelayanan Telemedicine
antar Fasilitas Pelayanan antar fasilitas pelayanan kesehatan
Kesehatan
bukan dengan pasien

Perka ini telah mengatur peredaran


Peraturan BPOM No. 8 Tahun 2020 secara daring, tidak hanya untuk obat
tentang Pengawasan Obat dan
Makanan yang Diedarkan secara
tetapi juga obat tradisional, suplemen
Daring kesehatan, dan kosmetika,
namun belum mencakup standar
pelayanan kefarmasian secara
keseluruhan
Rancangan Permenkes tentang
Pelayanan Kefarmasian Secara Harapan: adanya harmonisasi dengan
Elektronik
peraturan-peraturan sebelumnya
RANCANGAN E-FARMASI • PENYELENGGARA
A. Apotek yang memiliki izin
B. Penyelenggara adalah PSE e-Farmasi

• PERIZINAN E-FARMASI
A. PSE E Farmasi harus memiliki izin dari Menteri Kesehatan
B. PSE harus terdaftar pada Menkominfo

• RESEP
A. Resep yang dapat dilayani oleh resep elektronik dan resep yg non-
elektronik dapat diverifikasi penulisnya dan tidak menunjukkan
indikasi potensi adanya penyalahgunaan
B. Resep harus disimpan setidaknya 5 tahun untuk menjaga
kerahasiaan dan penelusuran riwayat pengobatan
16
• INFORMASI OBAT

RANCANGAN E-FARMASI A. Dilaksanakan berdasarkan Standar Regulasi yang ada


B. Penyelenggara adalah PSE e-Farmasi

• PRODUK
A. Persediaan Farmasi : Obat, obat tradisional, suplemen kesehatan,

kosmetik
B. Obat termasuk obat bebas dan obat keras dengan resep dokter
C. PKRT dan alat kesehatan yang diperbolehkan di apotek

• PENGANTARAN
A. Pengantaran dapat dilakukan oleh jasa pengantaran yang merupakan
bagian dari apotek maupun pihak ketiga penyedia jasa antaran yang memiliki
perjanjian kerjasama dengan apotek dan PSE e-Farmasi

17
BAGAIMANA PERANAN APOTEKER PADA TELE
FARMASI?
Pelayanan Kefarmasian
(PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian)

Pelayanan Kefarmasian
adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. (Pasal
1 Ayat 4)
Pelayanan Kefarmasian

1. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Permenkes No. 73 Tahun 2016)

2. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Permenkes No. 72 Tahun 2016)

3. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (Permenkes No. 74 Tahun 2016)


Permenkes 72, 73, 74 /2016 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit, Apotek dan Puskesmas

Standar Pelayanan Kefarmasian di RS meliputi standar:


1. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
2. pelayanan farmasi klinik.
a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

Oleh APOTEKER
Pelayanan Kefarmasian di Era Digitalisasi

Telefarmasi merupakan bentuk

dari pelayanan kefarmasian dimana


apoteker dan pasien tidak berada di
lokasi yang sama namun dapat
berinteraksi menggunakan fasilitas
teknologi informasi dan komunikasi.
Pemanfaatan Teknologi dalam Pelayanan Kefarmasian

Peluang Ancaman
Efisiensi waktu dan biaya Aspek legal
Memperluas jangkauan Cyber crime (e.g.
pelayanan penyalahgunaan data)
Fleksibilitas dalam Operational error (jaringan,
pelayanan perangkat)
Cakupan area pelayanan Error, Misuse, and Abuse of
menjadi lebih luas Medication
Contoh implementasi Telefarmasi

E-EDUKASI DI SMART PHONE FITUR DI E-COUNCELING E-PRESCRIPTION


Contoh Implementasi Telefarmasi

E PHARMACY, KOLABORASI DENGAN DOKTER, PERAWAT CPD ONLINE


KONSELING DAN PEMANTAUAN TERAPI

Pemantauan minum obat secara Video

26

GRUP KOMUNIKASI PASIEN DENGAN WAG


Kemasan
Pengantaran
obat

TERTUTUP, TERSEGEL, MENJAGA KEAMANAN


DAN KERAHASIAAN
27
Penerapan Telefarmasi di Indonesia

• Telemedicine sudah berkembang cukup luas. Di Rumah Sakit


misalnya, penggunaan telemedicine sudah diimplementasikan
seperti e-prescription dan e-dispensing.

• Untuk di komunitas, masyarakat yang mengalami


keterbatasan akses konsultasi kesehatan dan pengobatan,
sudah difasilitasi dengan hadirnya berbagai platform
ASPEK LEGAL : STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN

Penerapan e-prescribing sudah dilakukan oleh beberapa fasilitas


kesehatan, namun fasilitas atau media untuk apoteker baik itu dalam
melakukan konseling, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Monitoring
Efek Samping Obat (MESO), monitoring kepatuhan minum obat dan
perkembangan terapi pasien sampai saat ini belum memadai dan
dilakukan secara individual, parsial dan tidak terstandar melalui
media telepon, whatsapp dan video call.
Telefarmasi di Masa Pandemi

Surat Edaran Menteri Kesehatan No HK.02.01/MENKES/303/202 tentang Penyelenggaraan Pelayanan


Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Rangka Pencegahan
Penyebaran Covid-19
Telefarmasi di Masa Pandemi

Surat Edaran Menteri Kesehatan No HK.02.01/MENKES/303/202 tentang Penyelenggaraan Pelayanan


Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Rangka Pencegahan
Penyebaran Covid-19
PENUTUP

1. Apoteker dalam pelaksanaan telemedicine harus mempertahankan perilaku professional,


dengan mematuhi peraturan perundang undangan terkait pelayanan kefarmasian secara
online/elektronik
2. Tele medicine diharapkan memperkuat pelayanan kesehatan, BUKAN MENGGANTIKAN
layanan standar.
3. Pengembangan pendidikan berkelanjutan tentang profesionalisme dalam telefarmasi
untuk memastikan Apoteker memahami aspek hukum pelayanan secara
online/elektronik
4. Menggunakan perangkat untuk transaksi elektronik dengan fitur security yang
handal dan terupdate secara online
5. Bila harus melakukan kerjasama dengan pijak ke 3, maka mitra bisnis yang dipilih
harus sudah memiliki izin dari pemerintah/tersertifikasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai