PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang tanggung jawab Apoteker
dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi
2. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran
sediaan farmasi
3. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tetang penerapan aspek-aspek
CDOB di PBF.
4. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
dibidang bisnis pada PBF.
1.3 Manfaat
Bagian terakhir dalam manajemen mutu adalah manajemen risiko mutu yang
merupakan suatu proses sistematis untuk menilai, mengendalikan,
mengkomunikasikan dan mengkaji risiko terhadap mutu obat dan atau bahan obat.
Hal ini dapat dilaksanakan baik secara proaktif maupun retrospektif.
2.4 Operasional
Aspek operasional merupakan aspek yang berisi seluruh aktifitas yang
dilakukan oleh PBF mulai dari tahapan pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran (Agustyani et al, 2017).
Mekanisme operasional PBF yang baik sesuai CDOB harus menggunakan semua
perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan bahwa sumber obat dan bahan
obat yang diterima berasal dari industri farmasi / fasilitas distribusi lain yang
mempunyai izin sesuai peraturan perundang – undangan untuk meminimalkan resiko
obat dan bahan obat palsu memasuki rantai distribusi resmi.(BPOM RI, 2020)
A. Pengadaan
Kualifikasi Pemasok
a. Pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta menerapkan prinsip dan Pedoman CPOB.
b. Jika obat dan/atau bahan obat diperoleh dari fasilitas distribusi lain, maka
fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok tersebut mempunyai
izin serta menerapkan prinsip dan Pedoman CDOB.
c. Pengadaan obat dan/atau bahan obat harus dikendalikan dengan prosedur
tertulis dan rantai pasokan harus diidentifikasi serta didokumentasikan.
d. Sebelum memulai kerjasama dengan pemasok baru, fasilitas distribusi
harus melakukan pengkajian guna memastikan calon pemasok tersebut
sesuai, kompeten dan dapat dipercaya untuk memasok obat dan/atau bahan
obat. Dalam hal ini, pendekatan berbasis risiko harus dilakukan dengan
mempertimbangkan:
1. Reputasi atau tingkat keandalan serta keabsahan operasionalnya
2. Obat dan/atau bahan obat tertentu yang rawan terhadap pemalsuan
3. Penawaran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar yang
biasanya hanya tersedia dalam jumlah terbatas dan
4. Harga yang tidak wajar.
Kualifikasi Pelanggan
a. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat
hanya disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang untuk
menyerahkan obat ke masyarakat. Bukti kualifikasi pelanggan harus
didokumentasikan dengan baik.
b. Pemeriksaan dan pemeriksaan ulang secara berkala dapat mencakup tetapi
tidak terbatas pada permintaan salinan surat izin pelanggan.
c. Fasilitas distribusi harus memantau tiap transaksi yang dilakukan dan
melakukan penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pola transaksi obat
dan/atau bahan obat yang berisiko terhadap penyalahgunaan, serta untuk
memastikan kewajiban pelayanan distribusi obat dan/atau bahan obat
kepada masyarakat terpenuhi.
d. Dalam pelaksanaan penyelidikan, fasilitas distribusi dapat memastikan
kebenaran penyaluran melalui mekanisme pembayaran yang dilakukan
oleh pemesan. (BPOM RI, 2020)
B. Penerimaan
1. Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat
dan/atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang
disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama transportasi.
2. Obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika kedaluwarsa, atau
mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan besar obat dan/atau
bahan obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh konsumen.
3. Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan atau tindakan
pengamanan khusus, harus segera dipindahkan ke tempat penyimpanan
yang sesuai setelah dilakukan pemeriksaan.
4. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat harus
dicatat pada saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran.
5. Jika ditemukan obat dan/atau bahan obat diduga palsu, bets tersebut harus
segera dipisahkan dan dilaporkan ke instansi berwenang, dan ke pemegang
izin edar.
e. Pengiriman obat dan/atau bahan obat yang diterima dari sarana
transportasi harus diperiksa sebagai bentuk verifikasi terhadap keutuhan
kontainer/sistem penutup, fisik dan fitur kemasan serta label kemasan.
(BPOM RI, 2020)
C. Penyimpanan
a. Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat harus mematuhi
peraturan perundang-undangan.
b. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/atau bahan obat harus sesuai dengan
rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang memproduksi
bahan obat standar mutu farmasi.
c. Volume pemesanan obat dan/atau bahan obat harus memperhitungkan
kapasitas sarana penyimpanan.
d. Obat dan/atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat
dan/atau bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan
akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal
lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat dan/atau bahan obat
yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus.
e. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang diterima harus dibersihkan
sebelum disimpan.
f. Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus
memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan dan
memungkinkan penyimpanan secara teratur sesuai kategorinya; obat
dan/atau bahan obat dalam status karantina, diluluskan, ditolak,
dikembalikan, ditarik atau diduga palsu.
g. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stock sesuai
dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah
First Expired First Out (FEFO).
h. Obat dan/atau bahan obat harus ditangani dan disimpan sedemikian rupa
untuk mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campurbaur. Obat
dan/atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkan di lantai.
i. Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik,
dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara
fisik untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara
berkala. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock
opname secara berkala berdasarkan pendekatan risiko.
j. Perbedaan stok harus diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis yang
ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya campur-baur, kesalahan keluar-
masuk, pencurian, penyalahgunaan obat dan/atau bahan obat.
f. Dokumentasi yang berkaitan dengan penyelidikan harus disimpan untuk
jangka waktu yang telah ditentukan. (BPOM RI, 2020)
D. Pemisahan obat dan bahan obat
Menurut BPOM tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik,
Pemisahan obat yang mempunyai persyaratan khusus seperti obat ditolak,
kadaluwarsa, retur, produk kembalian, dan diguga palsu harus disimpan di tempat
terpisah dengan label yang jelas, aman dan terkunci dan akses masuk dibatasi
hanya untuk personel berwenang.
E. Pemusnahan dan bahan obat
a. Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat dan/atau bahan obat yang tidak
memenuhi syarat untuk didistribusikan.
b. Harus diidentifikasi secara tepat, diberi label yang jelas, disimpan secara
terpisah dan terkunci serta ditangani sesuai dengan prosedur tertulis.
c. Dalam hal pemusnahan menggunakan jasa pihak ketiga, maka harus
memastikan bahwa pemusnahan disaksikan dan dilakukan sesuai ketentuan di
bidang lingkungan hidup.
d. Jumlah dan intensitas obat dan bahan obat yang akan dimusnahkan harus
disesuaikan dengan ketersediaan waktu penyaksian pelaksanaan pemusnahan
sampai selesai, sehingga tidak berpotensi terjadinya kebocoran obat dan bahan
obat yang akan dimusnahkan.
e. Obat dan bahan obat yang akan dimusnahkan dilakukan pre-destroy dengan
merusak bentuk sediaan dan menghilangkan identitas produk. Hasil pre-
destroy dikemas sedemikian rupa sehingga rincian obat dan bahan tidak dapat
diketahui oleh pihak yang melakukan pemusnahan.
f. Pelaporan
g. Dokumentasi terkait pemusnahan obat dan/atau bahan obat termasuk
laporannya harus disimpan sesuai ketentuan.
F. Penerimaan pesanan
Pada saat penerimaan surat pesanan baik secara manual maupun secara
elektronik, penanggung jawab harus melakukan skrining terkait. Hal ini ada pada
Lampiran (BPOM, 2020):
2.7 Transportasi
Pengemudi pengiriman (termasuk pengemudi kontrak harus dilatih CDOB
dalam bidang yang terkait dengan pengiriman.
Lingkup pelatihan CDOB terkait pengiriman meliputi :
a. POB pengiriman
b. Area pengiriman
c. Penanganan kondisi yang tidak diharapkan
d. Dokumentasi pengiriman
2.8 Fasilitas distribusi berdasar kontrak
Kriteria penerima kontrak :
a. Penerima kontrak harus memiliki tempat, personil yang kompeten, pengetahuan
dan pengalaman dalam melaksanakan tugas yang dikontrakkan oleh pemberi
kontrak.
b. Fasilitas distribusi yang ditunjuk oleh fasilitas distribusi lain untuk
melaksanakan kegiatan distribusi harus memenuhi persyaratan CDOB.
c. Penerima kontrak tidak diperbolehkan mengalihkan pekerjaan yang
dipercayakan oleh pemberi kontrak kepada pihak ketiga sebelum dilakukannya
evaluasi dan mendapatkan persetujuan dari pemberi kontrak serta dilakukannya
audit ke pihak ketiga tersebut.
d. Penerima kontrak harus menghindari aktivitas lain yang dapat mempengaruhi
mutu obat dan/ bahan obat.
e. Penerima kontrak harus melaporkan kejadian apapun yang dapat mempengaruhi
mutu obat dan/ bahan obat kepada pemberi kontrak sesuai dengan persyaratan
kontrak.(BPOM RI, 2020)
Kriteria pemberi kontrak :
a. Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk kegiatan yang dikontrakkan.
b. Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi yang diperlukan
oleh penerima kontrak.
c. Pemberi kontrak harus memberikan informasi tertulis yang harus dilaksanakan
oleh penerima kontrak. (BPOM RI, 2020)
2.9 Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen
mutu, dokumentasi tertulis dengan baik secara manual maupun elektronik harus jelas
untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan dan memenuhi prinsip
ketertelusuran, keamanan, aksesibilitas, integritas dan validitas. Hal ini meliputi
dokumen tertulis terkait dengan distribusi (pengadaan, penyimpangan, penyaluran
dan pelaporan) (BPOM RI, 2020).
Dokumentasi harus komprehensif mencakup ruang lingkup kegiatan fasilitas
distribusi dan ditulis dalam bahasa yang jelas, dimengerti oleh personel dan tidak
berarti ganda, terdapat pengaturan wewenang dan keamanan terhadap pihak – pihak
yang dapat mengakses, mengubah, menghapus dan/menyetujui, menandatangani
dokumen. Prosedur tertulis harus disetujui dan diberi tanggal oleh personel yang
berwenang, dan harus tercetak.
Tujuan dilakukannya dokumentasi adalah terkait dengan bets, instruksi, dan
prosedur pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan, sehingga dapat
memastikan mutu dengan baik. Sedangkan untuk penrapan dokumentasi yang baik
dan benar dengan cara sesuai CDOB yaitu dokumentasi harus jelas dan rinci, harus
komprehensif dalam bahasa yang mudah dimengerti, dan diberi tanggal oleh
personil yang berwenang lalu dokumen harus mudah didapat Kembali. (BPOM RI,
2020)
BAB III
PEMBAHASAN
3.4 OPERASIONAL
Operasional di PBF Tirta Husada Farma-Pati meliputi :
1. Pengadaan
a. Kualifikasi pemasok
Di PT. Tirta Husada Farma-Pati, proses seleksi pemasok dilakukan oleh
kantor pusat di PT. Tirta Husada Farma-Semarang. Pemasok bisa dari
Industri Farmasi Luar Negeri, Industri Farmasi dalam Negeri dan
Pedagang Besar Farmasi (PBF).
b. Kualifikasi pelanggan
Pelanggan yang akan bekerjasama dengan PBF untuk mendistribusikan
obat atau produk lain harus memenuhi pesyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, yaitu:
1. Pelanggan memiliki SIA, Apoteker Penanggung Jawab memiliki
SIPA
2. Apotek memiliki Apoteker Penaggug Jawab dan pemilik sarana
apotek yang jelas
3. Memiliki tempat dan fasilitas yang jelas
4. Adanya kemampuan untuk mendistribusikan produk ke konsumen.
Setiap outlet atau pelanggan yang ingin bekerjasama dengan PBF PT. Tirta
Husada Farma-Pati harus mengisi formulir spesimen outlet yang berisi data
Apotek, Klinik, RS, Toko Obat dan PBF, formulir tersebut disertai dengan
lampiran berupa:
3. Penyimpanan Barang
Pada penyimpanan barang di PT. Tirta Husada Farma-Pati, obat atau produk
non obatlainnya disimpan terpisah sasuai status produk seperti:
1. Produk golongan Ethical
2. Produk golongan prekusor farmasi
3. Produk golongan Dot Biru (Obat-Obat Tertentu)
4. Produk golongan Beraroma Keras
5. Produk farmasi sediaan tetes mata dan tetes telinga
6. Produk farmasi sediaan oral cair dan sediaan oral cair suplemen
7. Produk farmasi sediaan oral cair Dot hijau ( DBL)
8. Produk farmasi sediaan oral cair obat tradisional dan herbal terstandar
9. Produk sediaan tablet, kapsul dan serbuk obat tradisional dan herbal
terstandar
10.Produk farmasi sediaan padatan
11.Produk farmasi sediaan oral padatan Dot Biru.
Gudang penyimpanan disertai alat pengatur suhu. Suhu dipantau dan dicatat
setiap hari pagi, siang dan sore.
Waktu pengiriman barang untuk daerah luar kota berbeda dengan dalam
kota. Barang dalam kota diantar oleh sopir setiap hari, sedangkan barang
untuk luar kota diatar setiap hari rabu dan jum’at. Proses pendistribusian luar
kota dilakukan expedisi JOYO EXPRES dan untuk pendistribusian dalam kota
dilakukan oleh petugas PT. Tirta Husada Farma-Pati.
3.7 Transportasi
Pengiriman di PT. Tirta Husada Farma-Pati harus aman dan dilengkapi
dokumentasi yang sesuai untuk mempermudah indentifikasi dan verifikasi
kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan. Pengiriman dilakukan oleh pihak
internal maupun eksternal (jasa ekspedisi), jika menggunakan jasa rekan ekspedisi
harus memiliki surat perjanjian kerjasama dan dilakukan pelaporan ke instansi
terkait. Ekpedisi yang dilakukan kerjasama adalah Joyo Express. Jika terjadi
kondisi yang tidak diharapkan selama transportasi, harus segera dilaporkan kepada
fasilitas distribusi dan/atau penerima obat.
3.9 Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen
mutu. Dokumentasi dapat berupa tertulis maupun elektronik dan harus jelas untuk
mencegah kesalahan dari komunikasi lisan dan memenuhi prinsip ketertelusuran,
keamanan, aksesibilitas, integritas dan validitas. Dokumentasi berdasarkan dengan
distribusi (pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pelaporan), dokumen
prosedur tertulis, dokumen intruksi tertulis, dokumen kontrak, catatan, data, dan
dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu, dalam bentuk kertas maupun
elektronik.
Penyimpanan dokumen dilakukan minimal 3 tahun dan disimpan secara baik,
tertelusur, dan mampu ditunjukkan (BPOM., 2020). Pada Pedagang Besar Farmasi
(PBF) PT. Tirta Husada Farma-Pati penyimpanan dilakuakan selama 5 tahun.
Setelah 5 tahun oleh audit perpajakan dokumen akan diminta.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesipulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
di PT. Tirta Husada Farma-Pati di dapatkan kesimpulan:
1. Penerapan aspek CDOB di PT. Tirta Husada Farma-Pati sudah berjalan dengan
baik.
2. PT. Tirta Husada Farma-Pati sudah menggunakan sistem teknologi informasi
untuk memudahkan dalam kegiatan distribusi.
4.2 Saran
1. Untuk meningkatkan kepuasan peanggan di luar kota, maka pengirimannya
dijadikan minimal 1 minggu 3 kali.
2. Penambahan staf gudang untuk menunjang pelayanan distribusi obat dan
penataan stok barang di gudang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2020. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI No. 6 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1148 Tahun2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi. Jakarta.