Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

Di Indonesia terdapat lebih dari 30.000 jenis tumbuhan dan lebih dari
1.000 jenis tumbuhan obat telah dimanfaatkan dalam industri obat tradisional
sebagai jamu, obat herbal berstandar ataupun fitofarmaka (Hariyati, 2005). Jamu
merupakan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi
penyakit dan menjaga kesehatan tubuh dan telah diaplikasikan sejak lama.
Seiringnya penggunaan obat tradisional maka perlu adanya pemanfaatan serta
pengembangan dalam penelitian dan standarisasi bahan sehingga dapat digunakan
dalam pelayanan kesehatan nasional (WHO, 2002).

Penggembangan obat tradisional di Indonesia telah diarahkan untuk


meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan serta
penyembuhan penyakit. Namun penggunaan obat tradisional dalam bidang
pelayanan belum dapat digunakan sepeerti obat modern, karena harus ada uji
lanjut dalam bidang khasiat dan keamanan obat herbal (BPOM, 2005). Untuk
menunjang bidang tersebut dalam bidang farmakologi, farmakokinetik serta
toksisitas maka perlu adanya uji mutu dan standarisasi ekstrak.

Salah satu tanaman yang berpotensi dikembangkan dalam dunia


pengobatan adalah temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb). Rimpang temu ireng
diketahui menggandung saponin, flavonoid, amilum, lemak, zat pahit, zat warna
biru, tanin, dan plifenol juga minyak atsiri 0,3-2% (Syamsulhidayat dkk, 1991 dan
Gunawan dkk, 1989). Zat warna kuning kurkuminoid terdiri dari 62% kurkumin
dan 38% desmetoksikurkumin (Sari, 2008). Tanaman rimpang temu ireng terbukti
memiliki khasiat dalam mengobati beberapa penyakit yaitu antibakteri, anti virus,
antiseptik, anti histamin (Nugahaningtyas dkk, 2005), merangsang pembentukan
estrogen (Robinson, 1995), Antifungal dan insektisida (Geissman, 1962).

Prosedur dalam memastikan mutu ekstrak salah satunya adalah


standarisasi. Persyaratan mutu ekstrak bisa dilihat dari segi parameter non
spesifik. Standarisasi diperlukan untuk melihat nilai parameter tertentu secara
konstan (Depkes RI, 2000). Standarisasi ekstrak rimpang temu ireng dilihat dan
dibandingkan dengan pustaka khusus ekstrak tumbuhan obat. Untuk menjamin
obat yang berasal dari bahan herbal maka perlu pengukuran parameter non
spesifik pada ekstrak etanol temu ireng.

Menurut penelitian Khodijah, dkk (2013) minyak atsiri temu hitam mampu
menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan B. subtilis dengan kekuatan yang
berbeda-beda tergantung konsentrasi yang digunakan. Rimpang temu ireng dapat
di manfaatkan sebagai obat cacing (Putri, 2009). Kurkuminoid diketahui memiliki
efek toksin (Setiyono, 2014), dan flavonolid berkhasiat sebagai antihipertensi,
merangsang pembentukan estrogen, antifungal, dan insektisida (Nugrahaningtyas
dkk, 2005).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ini bertujuan untuk mengetahui batasan


standar parameter non spesifik yang memenuhi persyaratan ekstrak secara umum
agar dapat menjamin mutu esktrak etanol temu ireng.
INTISARI

Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb) menandung saponin,


flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan triterpenoid salah satu tanaman di
Indonesia yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional terbukti
memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, antidiabetes, obat diare, dan anti fungi.
Kandungan dalam tumbuhan tidak dapat dijamin selalu konstan karena ada kadar
air, susut pengeringan, kadar abu dan cemaran logram berat. Untuk menjamin
mutu dan keamanan bahan baku obat. Tujuan penelitiaan ini untuk standarisasi
parameter non spesifik pada ekstrak rimpang bangle.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Ekstrak yang diperoleh


dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dengan cara ultrasonik
kemudian dikentalkan dengan rotary evaporator. Kemudian dilakukan pengujian
parameter non spesifik ekstrak rimpang bangle meliputi penetapan kadar air,
kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, susut pengeringan, bobot jenis dan
cemaran logam berat. Kadar logam berat ditentukan dengan Spektroskopi Serapan
Atom (SSA). Hasil data pengujian parameter non spesifik dianalisis secara
Deskriptif dan dibandingkan dengan acuan penetapan parameter standar yang
tertera pada buku Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia.

Kata kunci : Standarisasi, Ekstrak rimpang bangle, parameter non spesifik

Anda mungkin juga menyukai