KETERSEDIAAN PEMAHAMAN
SARYANFAR
TENAGA REGULASI
SEBAGAI
FARMASI DI YANG RENDAH
DISTRIBUTOR
DAERAH
INVESTASI/
PENJUALAN DATA SARPRAS
BEBAS SARANA YANG
ANTIBIOTIK/OBAT BERIZIN KURANG
KERAS TIDAK VALID MEMADAI
6
SARANA DISTRIBUSI/PELAYANAN FARMASI
catchment area BBPOM di Mataram = 761 sarana
DASAR HUKUM
PerBPOM 24 / 2021 tentang Pengawasan
PP 40/2013 tentang Pelaksanaan Undang- Pengelolaan Obat, Bahan Obat,
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Narkotika Farmasi di Fasyanfar
PerBPOM 21/2020 tentang Organisasi dan Tata Permenkes 73/2016 tentang Standar Pelayanan
Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan Kefarmasian di Apotek
Penerimaan
Kesesuaian barang dari pemasok
2
Penyimpanan
3 Obat, Bahan Obat, NPP, Vaksin / CCP
Penyerahan
Kepada Pasien dan/atau Fasyanfar lain 4
Pengembalian / Retur
5 Produk Rusak, ED, Death Stock
Pemusnahan
Produk Tidak Layak Jual
6
Pencatatan dan Pelaporan
7 SIPNAP
Pengadaan
12
Sumber Pengadaan
• Bersumber dari fasilitas resmi
• Memiliki sertifikat CDOB
• Terjaminnya legalitas, keamanan, mutu dan khasiat Obat dengan memastikan Izin Edar Obat yang
akan dipesan
Personel
• diterima oleh APJ di fasilitas Pelayanan
• apabila berhalangan hadir harus menunjuk APJ sementara (paling lama 3 bulan)
• dilaporkan kepada Dinkes/ UPTD didaerah setempat serta diinformasikan kepada fasilitas pemasok
Pengadaan dengan melampirkan spesimen tanda tangan
Surat Pesanan
• Manual : asli dan dibuat rangkap 2 (NPP 3) dan ditandatangani oleg Apj/TTK Pj dengam nama jelas dan Nomor SIPA/SIPTTK
• Sistem elektronik :
• harus bisa menjamin otoritas penggunaan sistem hanya oleh Apoteker/TTK Penanggung Jawab
• harus bisa menjamin ketertelusuran produk (min 5 th)
• harus dapat ditunjukan dan dipertanggungjawabkan kebenarannya pada saat pemeriksaan
• harus tersedia sistem backup data
• harus mudah dalam evaluasi & penarikan data pada saat dibutuhkan
• ada mekanisme pemberitahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa pesanan tersebut telah diterima
• pengadaan NPP harus dilengkapi SP manual asli, 7 (tujuh) hari setelah konfirmasi dari pihak pemasok
Surat Pesanan
Harus Mencantumkan:
• nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat lengkap (termasuk nomor telepon/ faksimili
bila ada) dan stempel sarana.
• nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap
• nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan
penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari Obat/Bahan Obat yang dipesan;
• nomor urut surat pesanan, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas;
Khusus harus memperhatikan Format sesuai ketentuan per-UU-an, Asli minimal Suarat Pesanan harus terpisah dari obat lain, dan
3 rangkap, tidak diperkenankan fax/fotocopy/e- khusus untuk SP Narkotika hanya berlalku untuk
NPP mail 1 item jenis Narkotika
Di TT APJ, nama jelas dan no. SIPA/SIPTTK, SP yg tdk bisa dilayani/dipenuhi harus:
Nama, alamat, no. tel/fax, stempel/cap sarana, • dibuat Surat Penolakan Pesanan paling lama
Nama, alamat dan Telp IF/PBF pemasok, nama, 7 harikerja,
bentuk & kekuatan sediaan, isi kemasan & jmlh • tetap diarsipkan dan diberi tanda pembatalan
dlm bentuk angka & huruf (NPP) yg jelas
Penerimaan
Penyimpanan
• DIsimpan dalam wadah asli dari
produsen • memperhatikan kemiripan penampilan dan
• Kondisi penyimpanan sesuai tertera penamaan Obat dan tidak berdekatan &
pada kemasan dan/atau label penandaan khusus
• Tempat penyimpanan Obat dilengkapi
• Terpisah dari produk/bahan lain label identitas Obat (nama, bentuk sediaan,
• Terlindung dari dampak yang tidak dan kekuatan)
diinginkan akibat paparan cahaya
matahari, suhu, kelembaban atau • memperhatikan sistem FEFO dan/atau
faktor eksternal lain; sistem FIFO
• Penyimpanan harus dilengkapi dengan
• Tidak bersinggungan langsung antara kartu stok (manual/ elektronik). Pencatatan
kemasan dengan lantai yang dilakukan harus tertib dan akurat
• Memperhatikan bentuk sediaan dan • Obat yang sudah mendekati kedaluwarsa
kelas terapi Obat serta disusun secara (3-6 bulan sebelum tanggal daluwarsa)
alfabetis diberikan penandaan untuk kehati-hatian
PENYIMPANAN
1. Narkotika /Psikotropika
2. Prekursor dan OOT
3. Obat/ Bahan Obat Rusak
dan/atau kedaluwarsa
harus disimpan dalam lemari khusus harus disimpan di tempat yang aman harus disimpan terpisah dari
penyimpanan Narkotika/ berdasarkan analisis risiko obat/bahan obat yang masih layak
Psikotropika (pembatasan akses personil, mudah guna dan diberi penandaan yg jelas,
diawasi langsung Penanggung serta dilengkapi dengan pencatatan
Jawab) berupa kartu stok (manual/
elektronik)
4. 5. Obat berupa elektrolit
Obat Emergensi
konsentrasi tinggi
hanya digunakan pada saat • Tidak disimpan di unit perawatan kecuali
emergensi, dilengkapi dengan kunci untuk kebutuhan klinis yang penting.
pengaman disposable yang • Penyimpanan pada unit perawatan pasien
menjaminin tegritas/ keutuhan dan harus dilengkapi dengan pengaman,
keamanan penyimpanan obat diberi label yang jelas dan disimpan pada
emergensi dari akses pihak yang area yang dibatasi ketat untuk mencegah
tidak berwenang penatalaksanaan yang kurang hati-hati
PENYIMPANAN PRODUK RANTAI DINGIN
Tempat penyimpanan minimal chiller untuk
produk dengan persyaratan penyimpanan pada 1. 4.
suhu 2 oC sampai dengan suhu 8 oC dan Penyimpananobat tidak terlalu padat sehingga
freezer untuk produk dengan persyaratan sirkulasiudara dapat dijaga, jarak antara
penyimpanan pada suhu -25 oC sampai dengan produk sekitar 1-2 cm
suhu -15 oC
2. 5.
Khusus Produk Rantai Dingin (Cold Chain
Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan
Product) yang dilengkapi dengan Vaccine Vial
alat monitoring suhu yang terkalibrasi dan
Monitor (VVM), dilakukan pemeriksaan
generator
kondisi VVM secara berkala
3.
Harus dilakukan pemantauan suhu tempat
penyimpanan minimal 2 (dua) kali sehari
pada pagi dan sore hari.
PENCATATAN DALAM PENYIMPANAN
Jika pencatatan dilakukan secara
Penyimpanan harus dilengkapi dengan elektronik, maka:
kartu stok (manual/ elektronik) • Harus tervalidasi, mampu telusur dan dapat
ditunjukkan pada saat diperlukan;
• Harus mampu tertelusur informasi mutasi
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
Informasi dalam kartu stok terakhir;
• Harus tersedia sistem pencatatan lain yang
sekurang-kurangnya memuat:
dapat dilihat setiap dibutuhkan.
• Nama Obat/Bahan Obat, bentuk
• Harus dapat di salin/copy
sediaan, dan kekuatan Obat; dan/ataudiberikancetak/printout
• Jumlah persediaan; • Harus memiliki sistem perlindungan data
• Tanggal, nomor dokumen, dan elektronik melalui sistem otorisasi
sumber penerimaan; pengguna (misal memiliki password) untuk
• Jumlah yang diterima; mencegah akses yang tidak berwenang
Stok Opname terhadap data elektronik.
• Tanggal, nomor dokumen, dan
Melakukan stok opname secara berkala sekurang-
tujuan penyerahan/penggunaan; kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan untuk Obat Mutasi Obat dari Instalasi Farmasi
• Jumlah yang dan Prekursor, dan stokopname Narkotika dan Rumah Sakit ke depo/unit antara lain
diserahkan/digunakan; Psikotropika secara berkala sekurang-kurangnya rawatinap, rawatjalan, kamaroperasi,
sekali dalam 1 (satu) bulan dibuktikan dengan
• Nomor bets dan kedaluwarsa keterangan: instalasi gawat darurat, harus tercatat
setiap penerimaan atau • tanggal pelaksanaan stok opname pada kartustokdengan disertai bukti serah
• rekonsiliasi jumlah pemasukan/penerimaan, terima obat dari instalasi farmasi kepada
penyerahan/ penggunaan; dan
jumlah pengeluaran/penggunaan dan stok akhir depo/unit
• Paraf atau identitas petugas • paraf manual/elektronik petugas yang
yang mengerjakan melakukan stok opname
Penyerahan
20
PENYERAHAN OBAT OLEH BIDAN
(PMK 28 Th. 2017)
21
22
Pengembalian
Pemusnahan
• Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab wajib memastikan kemasan
termasuk label obat yang akan dimusnahkan telah dirusak.
• Pemusnahan Obat/Bahan Obat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pelaporan
• Dalam hal ditemukan Obat yang diduga substandard atau ilegal termasuk palsu, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus
melaporkan kepada Badan POM melalui Unit Pelaksana Teknis terdekat.
• Pelaporan paling sedikit mencakup informasi sebagai berikut:
• Informasi obat yaitu terdiri atas: nama obat;dosis;komposisi;nomor bets;tanggal produksi dan/atau tanggal kedaluwarsa;
nomor izin edar;foto produk yang menampilkan bentuk sediaan dan kemasan;pendaftar dan/atau produsen;
• Kronologis singkat penemuan obat, antara lain: waktu kejadian; kondisi penyimpanan; konkemasan primer dan/atau
sekunder; lokasi temuan; dan keterangan yang mendasari dugaan sebagai substandard dan/atau illegal termasuk palsu.
TEMUAN KRITIKAL DI
SARANA APOTEK
ke sarana lain,obat
Penyaluran tenaga
dalammedis ataubanyak
jumlah ke perorangan (sebagai
Apotek Distributor)
Masih kurangnya Sumber Daya Manusia (Tenaga Kefarmasian) di puskesmas. Dari hasil pengawasan
dari Puskesmas yang diperiksa selama jam buka Puskesmas tidak terdapat tenaga kefarmasian.
ditemukan obat kedaluwarsa blm dilakukan inventarisir dan blm dilaporkan dan Blm MUSNAH
Hasil Pengawasan Tahun 2022 di Kabupaten Lombok Tengah
Pemusnahan 1
Pengembalian 4
10 Penyerahan/Penyaluran 6
Pengadaan 17
0 5 10 15 20 25 30 35
HASIL PENGAWASAN KAB. LOMBOK TENGAH
S.D TW III 2023
14
13
12
10
10
9 9
6
6
4 4 4
4
3
2 2
2
1 1 1 1
0 0 0
0
IFK RS Apotek PKM Klinik Toko Obat
0 5 10 15 20 25
KESIMPULAN
1
Permasalahan di bidang pengawasan Pengelolaan Obat di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian merupakan hal yang kompleks dan melibatkan
banyak pihak/sektor yang terkait di dalamnya
.
2
Diperlukan sinergisme dan kerjasama antar lintas sektor terkait,
masyarakat dan pelaku usaha untuk meningkatkan efektivitas
pengawasan Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
3
Perlu adanya bimbingan teknis (peningkatan kompetensi)
tenaga farmasi pengelola obat di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian secara berkala dan kontinyu
48
34
35
36
37
TE K N IK M E N Y U S U N
CORRECTIVE ACTION AND PREVENTIVE ACTION (CAPA)
ATAU TIN D A KA N PER B A I K A N D A N PEN C E G A H A N
(TPP) FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
OUTLI
NE
1. Tujuan Pengawasan dan Tujuan TPP/CAPA
4. Contoh CAPA/TPP
5. Kesimpulan
1. TUJUAN CAPA/ TPP
Corrective Action
1. Memperbaiki ketidaksesuaian yang sudah terjadi
2. Menghindari terjadinya kembali ketidaksesuaian yang sama
Preventive Action
3. Dilakukan sebelum masalah terjadi
4.Menghindari terjadinya ketidaksesuaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan cara proaktif melakukan
tindakan peningkatan (improvement)
)
Major • menyebabkan potensi kerusakan mutu obat;
• menyebabkan potensi penyimpangan peredaran obat dari dan/atau ke
fasilitas atau pihak yang tidak memiliki kewenangan; dan/atau bersifat
(Sedang) sistemik yang mengakibatkan pengelolaan obat menjadi tidak konsisten
terhadap ketentuan, standar dan persyaratan
2. Kriteria
• Diisi dengan: Kritikal/ Mayor/ Minor
3. Persyaratan
• Diisi dengan peraturan perUndang-Undangan atau pedoman yang dilanggar
4. Gap Analysis
• Diisi dengan akar penyebab/ root cause yang menyebabkan terjadinya temuan
2. UNSUR-UNSUR CAPA/ TPP (lanjutan)
5. Dampak
• Diisi dengan dampak yang ditimbulkan dari temuan
7.Batas waktu
Penyelesaian
• Diisi dengan batas
waktu
2. UNSUR-UNSUR CAPA/ TPP (lanjutan)
8. Penanggung Jawab
• Diisi dengan personil yang bertanggung jawab sesuai dengan job description
9. Bukti Perbaikan
• Diisi dengan bukti telah dilaksanakan perbaikan (bisa berupa dokumen atau foto). Jika
Tindakan Perbaikan atau Tindakan Pencegahan yang dilakukan dengan pembuatan SOP,
maka dokumen harus dilampirkan dan bukti sosialisasi
Implementasi
Analisis dan Rencana
Lakukan sosialisasi TPP kepada
seluruh staf yang terkait Tindakan Perbaikan dan
Tindak Lanjut Pencegahan Lakukan analisis
Temuan tidak Laksanakan tindakan perbaikan secara seksama terhadap temuan
dan Pencegahan yang dan susun upaya perbaikan dan
berulang ditetapkan pencegahan disertai dengan bukti
(dokumentasi)
4. Contoh Evaluasi CAPA/TPP
5. Kesimpulan
700 ribu
jiwa
50
DASAR KEBIJAKAN
DALAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
Kebijakan Global WHO:
Global Action Plan on AMR
1 2 3
SK Ka BPOM No. HK. PerBPOM No. 24 Tahun 2021 Surat Edaran Plt. Deputi No. B-
02.02.1.2.03.20.98 tahun 2020 Tentang Pengawasan PW.01.12.3.34.05.21.398 tanggal 17
Peta Jalan Pengendalian AMR di pengelolaan obat, bahan obat, Mei 2021 Tentang Implementasi
Lingkungan Badan POM NPP di fasilitas pelayanan Rencana Aksi Pengendalian AMR di
kefarmasian Badan POM
Peran dan Upaya Badan POM
Daerah
Jumlah
Capaian Jumlah total sarana Apotek terperiksa: 3.473
Hasi
Penyerahan
1 l 2 3 -
AB:masyarakat/ pasien
7 2 , 3 2 % sarana pelayanan 9,75% sarana pelayanan (56,62%),
kefarmasian MASIH kefarmasian yang - tenaga kesehatan lain
melakukan penyerahan menyerahkan antibiotika (10,42%)
antibiotika tanpa resep tanpa resep dokter yang - perorangan/ freelance (6,70%)
dilakukan oleh tenaga non - saryanfar lain (2,75%).
kefarmasian
Profil Antibiotik yang Diserahkan di
Apotek (Resep dan Non Resep)
Hasil pemetaan pengelolaan obat tahun Hasil intensifikasi pengelolaan antibiotika
2018 yang dilakukan di 5 (lima) provinsi di Sarana Pelayanan Kefarmasian tahun
di Indonesia (Jawa Tengah, Sumatera 2021 oleh 22 Balai Besar/Balai POM dan
Barat, Kalimantan Barat, Gorontalo, dan 16 Loka POM di Indonesia*
Bengkulu)
Clindamycin, Amoxicillin
1. Amoxicillin
500 mg dan Ampisilin
2. Cefadroxil
Merupakan 3 (tiga) besar antibiotik 3. Cefixime
terbanyak yang diserahkan di Apotek 4. Azithromycin
(dengan dan tanpa resep dokter)
5. Cefixime