Anda di halaman 1dari 89

1

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
NOMOR: FY.01.01/XVI.1/248/2018
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI FARMASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi
klinik.

Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan


perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi
pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar
perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan.

Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi


Apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga dapat memberikan
Pelayanan Kefarmasian secara komprehensif dan simultan baik yang bersifat
manajerial maupun farmasi klinik.

Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa
Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.

Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus


mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur
dengan Peraturan Menteri Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktik
kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan
Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan
Menteri Kesehatan.

Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan
kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala
antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya kemampuan manajemen
2

rumah sakit akanfungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah


sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi
rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih
bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas
penyediaan dan pendistribusian.

Mengingat Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana


tercantum dalam Pedoman Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum,
maka untuk membantu pihak rumah saki t dalam mengi mple mentasika n
Pedoman Pelayanan Rumah Sak it tersebut perlu dibuat Pedoman
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.Sehubungan dengan berbagai kendala
sebagaimana tersebut diatas, maka sudah saatnya pula farmasi rumah sakit
menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan
berusaha menginplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi rumah
sakit.

B. PENGERTIAN
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker,
baik dalam bentuk paper maupun electronik untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
3

9. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan


seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
11. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, dan Analis Farmasi.
12. Penyiapan obat adalah proses mulai dari Resep/Kartu Instruksi Obat diterima oleh
Apoteker/Tenaga Tekhnis Kefarmasian sampai dengan obat diterima oleh perawat
di ruang rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau sampai dengan obat
diterima oleh pasien/keluarga pasien rawat jalan dengan jaminan bahwa obat yang
diberikan tepat dan bermutu baik. Yang termasuk juga dalam penyiapan obat
adalah pencampuran obat suntik tertentu, penyiapan obat sitostatika dan nutrisi
parenteral.
4

BAB II
RUANG LINGKUP

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan


yang bersifat manajerial berupa Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik. Kegiatan tersebut
harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan.

Apoteker dalam melaksanakan kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut juga harus


mempertimbangkan faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan manajemen risiko.
Pelayanan farmasi meliputi lima aktivitas utama:
1. Aktivitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
dan pencapaian tujuan kesehatan.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
3. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan dalam swamedikasi (self medication).
4. Aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan penggunaan obat yang
rasional.
5. Aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan farmasi Klinis .
5

BAB III
STANDAR KETENAGAAN

NO JENIS TENAGA PENDIDIKAN KEADAAN KEBUTUHAN KEKURANGAN PELATIHAN

1 Kepala Instalasi Apoteker/S2 1 1 0 Pelatihan Manajemen


Farmasi RS,Penggunaan Obat, PMKP,
APAR, BHD
2 Sekretaris Apoteker/S2 1 1 0 Pelatihan Manajemen
Instalasi Farmasi RS,Penggunaan Obat, PMKP,
APAR, BHD
3 Penanggung Apoteker/S2 2 2 0 Pelatihan Farmasi Klinis,
Jawab Farmasi Kemoterapi, TPN dan
Klinis/RS Pencampuran Obat Suntik,
APAR, BHD
4 Apoteker Sub Apoteker/S2 14 31 17 Pelatihan Farmasi Klinis,
PJ Farmasi Kemoterapi, TPN dan
Klinis/RS Pencampuran Obat Suntik,
APAR, BHD
5 Tenaga Teknis D3 Farmasi 93 119 26 Kemoterapi, TPN dan
Kefarmasian Pencampuran Obat Suntik,
(TTK) APAR, BHD
6

6 PJ Logistik S1 1 1 0 APAR, BHD


7 Pelaksana S1 6 6 0 APAR, BHD
Administrasi
8 Pekarya SMA/Sederajat 5 5 0 APAR, BHD
7

BAB IV
STANDAR FASILITAS

4.1. Standar Fasilitas

KONDISI KEKURA
NO FASILITAS STANDAR
SAAT INI NGAN

1 RUANGAN
A. Ruang Kantor/ a. ruang pimpinan Memenuhi -
Administrasi b. ruang staf syarat
c. ruang kerja / administrasi
tata usaha
d. ruang pertemuan
B. Ruang penyimpanan a. Kondisi Umum
Sediaan Farmasi, - Obat jadi Memenuhi -
Alat Kesehatan, dan - Obat produksi syarat
Bahan Medis Habis - Bahan baku Obat
Pakai - Alat Kesehatan
b. Kondisi Khusus
- Obat termolabil
- bahan laboratorium
dan reagensia
- Sediaan Farmasi
yang mudah terbakar
- Obat / bahan Obat
berbahaya
(narkotik/psikotropik)

C. Ruang distribusi a) Ruang distribusi untuk Memenuhi -


Sediaan Farmasi, pelayanan rawat jalan, di syarat
Alat Kesehatan, dan mana ada ruang
Bahan Medis Habis khusus/terpisah untuk
Pakai penerimaan resep dan
peracikan.
b) Ruang distribusi untuk
pelayanan rawat inap,
8

dapat secara sentralisasi


maupun desentralisasi di
masing-masing ruang
rawat inap.
D. Ruang konsultasi/ Ruang konsultasi/konseling Memenuhi -
konseling Obat harus jauh dari hiruk pikuk syarat
kebisingan lingkungan
Rumah Sakit dan nyaman
sehingga pasien maupun
konselor dapat berinteraksi
dengan baik.
E. Ruang Pelayanan Ruang tersendiri dengan Belum Belum
Informasi Obat dilengkapi sumber memenuhi ada
informasi dan teknologi syarat ruangan
komunikasi, berupa bahan
pustaka dan telepon.
F. Ruang produksi a)Lokasi jauh dari Belum Belum
pencemaran lingkungan memenuhi sesuai
(udara, tanah dan air tanah). syarat standar
b)Konstruksi Terdapat sarana ruangan
perlindungan terhadap: yang
(1) Cuaca dipersyar
(2) Banjir atkan
(3) Rembesan air
(4) Binatang/serangga
c) Rancang bangun dan
penataan gedung di ruang
produksi harus memenuhi
kriteria:
(1) Disesuaikan dengan alur
barang, alur kerja/proses,
alur orang/pekerja.
(2) Pengendalian lingkungan
terhadap:
 Udara
 Permukaan langit-langit,
9

dinding, lantai dan


peralatan/sarana lain;
 Barang masuk;
 Petugas yang di dalam.
(3) Luas ruangan minimal 2
(dua) kali daerah kerja +
peralatan, dengan jarak
setiap peralatan minimal
2,5 m.
(4) Di luar ruang produksi
ada fasilitas untuk lalu
lintas petugas dan
barang.
d) Pembagian ruangan:
 Ruang terpisah antara
Obat jadi dan bahan baku.
 Ruang terpisah untuk
setiap proses produksi.
 Ruang terpisah untuk
produksi Obat luar dan
Obat dalam.
 Gudang terpisah untuk
produksi antibiotik (bila
ada).
 Tersedia saringan udara,
efisiensi minimal 98%;
Permukaan lantai, dinding,
langit-langit dan pintu harus:
(a) Kedap air;
(b) Tidak terdapat
sambungan;
(c) Tidak merupakan media
pertumbuhan untuk mikroba;
(d) Mudah dibersihkan dan
tahan terhadap bahan
pembersih/desinfektan.
10

e) Daerah pengolahan dan


pengemasan:
 Hindari bahan dari kayu,
kecuali dilapisi cat
epoxy/enamel.
 Persyaratan ruang
produksi dan ruang
peracikan harus
memenuhi kriteria sesuai
dengan ketentuan cara
produksi atau peracikan
obat di Rumah Sakit.
Rumah Sakit
yangmemproduksi
sediaan parenteral steril
dan/atau sediaan
radiofarmaka harus
memenuhi Cara
Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB).
G. Ruang Aseptic a. Ruang bersih: kelas Memenuhi -
Dispensing 10.000 (dalam Laminar syarat
Air Flow = kelas 100)
b. Ruang/tempat penyiapan
:kelas 100.000
c. Ruang antara :kelas
100.000
d. Ruang ganti pakaian
:kelas 100.000
e. Ruang/tempat
penyimpanan untuk
sediaan yang telah
disiapkan

H. Ruangan Arsip dan Harus ada ruangan Belum Ruangan


Dokumen khusus yang memadai memenuhi Arsip
11

dan aman untuk syarat belum


memel ihara dan memadai
menyimpan dokumen
dalam rangka menjamin
agar penyimpanan sesuai
hukum, aturan,persyaratan
dan teknik manajemen yang
baik.
3 PERALATAN  Mebeulair (meja, kursi, Memenuhi -
a. Peralatan Kantor lemari buku/rak, filing syarat
cabinet dan lain-lain);
Komputer/mesin tik;
 Alat tulis kantor;
 Telepon dan faksimili.
b. Peralatan sistem  Jaringan Belum Perangka
komputerisasi  Perangkat keras Memenuhi t lunak
 Perangkat lunak (program syarat belum
aplikasi) sempurna

c. Peralatan Produksi  Peralatan farmasi untuk Belum Ruangan


persediaan, peracikan memenuhi belum
dan pembuatan Obat, syarat sesuai
baik nonsteril maupun standar
steril/aseptik.
 Peralatan harus dapat
menunjang persyaratan
keamanan cara
pembuatan Obat yang
baik.

d. Peralatan Aseptic  Biological Safety Memenuhi -


Dispensing Cabinet/Vertical Laminar syarat
Air Flow Cabinet (untuk
pelayanan sitostatik).
 Horizontal Laminar Air
Flow Cabinet (untuk
12

pelayanan pencampuran
Obat suntik dan nutrisi
parenteral).
 Pass-box dengan pintu
berganda (air-lock);.
 Barometer.
 Termometer.
 Wireless intercom.
e. Peralatan
Penyimpanan
1. Peralatan  lemari/rak yang rapi dan memenuhi -
Penyimpanan terlindung dari debu,
Kondisi Umum kelembaban dan cahaya
yang berlebihan.
 lantai dilengkapi dengan
palet.
2. Peralatan  Lemari pendingin dan AC
Penyimpanan untuk Obat yang
Kondisi Khusus termolabil;
 Fasilitas peralatan
penyimpanan dingin harus
divalidasi secara berkala;
Lemari penyimpanan
khusus untuk narkotika
dan Obat psikotropika;
 Peralatan untuk
penyimpanan Obat,
penanganan dan
pembuangan limbah
sitotoksik dan Obat
berbahaya harus dibuat
secara khusus untuk
menjamin keamanan
petugas, pasien dan
pengunjung.
13

3. Peralatan  Pelayanan rawat jalan


Pendistribusian/Pela (Apotik).
yanan  Pelayanan rawat inap
(satelit farmasi).
 Kebutuhan ruang
perawatan /unit lain.
4. Peralatan Konsultasi  Buku kepustakaan bahan- Memenuhi -
bahan leaflet,dan brosur
dan lain-lain;
 Meja, kursi untuk
Apoteker dan 2 orang
pelanggan, lemari untuk
menyimpan profil
pengobatan pasien;
 Komputer;
 elpon;
 Lemari arsip;
 Kartu arsip.
5. Peralatan Ruang  Kepustakaan yang Memenuhi -
Informasi Obat memadai untuk
melaksanakan Pelayanan
Informasi Obat;
 Peralatan meja, kursi, rak
buku, kotak;
 Komputer;
 Telpon – Faxcimile;
 Lemari arsip;
 Kartu arsip;
 TV dan VCD player.
6. Peralatan Ruang  Kartu Arsip; Belum Belum
Arsip  Lemari/Rak Arsipp. memenuhi ada rak
14

4.2. DENAH RUANG


1. GUDANG FARMASI

DENAH GUDANG PERBEKALAN FARMASI

TERAS DEPAN

Ruang KM/WC
GudangGudang
Tablet Ruang Ruang
Tablet ADM Gudang Arsip ADM. Farmasi
AD M Farmasi Ruang GUDANG RUMAH TANGGA
Sekretaris
PERLENGKAPAN

KM/
WC
Ruang Ruang
Gudang Ka. Instalasi Gudang Gudang Infus
Alkes ADM Distribusi Alkes Logistik
OAMHP Farmasi
Farmasi

Gudang Gudang
Gudang Tablet Gudang Gudang Gudang Gudang
Tablet Tablet Tablet Injeksi Injeksi Alkes

Gudang Tablet

2. DENAH DEPO FARMASI RAWAT JALAN

DENAH APOTEK RAWAT JALAN GEDUNG POLIKLINIK

TERAS DEPAN

RUANG
RUANG APOTEK RAWAT JALAN RUANG
KA. ADMISION II LOBY RuangRUANG
BPJS
KA. INSTALASI
BPJS
MEDICAL RECORD
ADMISION II

ADMISION II
RUANG TUNGGU PASIEN
Poli Eksekutif Infor
masi
POLI EKSEKUTIF

KASIR
RJ
RUANG
PROMKES
RUANG PENYIMPANAN
STATUS PASIEN

Gudang Tablet
15

3. DENAH DEPO FARMASI RAWAT INAP

DENAH DEPO RAWAT INAP

TERAS LUAR

DEPO REGISTRASI
RAWAT INAP LOBY

LOGISTIK
KEBIDANAN & RUANG
LIFT

LIFT

ANAK RESIDEN
16

BAB V
KEBIJAKAN

1. Rumah sakit membuat pedoman pengorganisasian dan mengelola pelayanan


kefarmasian dan penggunaan obat rumah sakit yang menyeluruh atau mengarahkan
semua tahapan pelayanan obat yang aman sesuai peraturan.
2. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang komite/tim farmasi dan terapi dilengkapi
dengan menyusun formularium RS berdasarkan kriteria yang disusun secara
kolaboratif sesuai peraturan perundang-undangan.
3. Kebijakan Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
di RSUP Dr. M. Djamil:
a. Dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan azas cost – effectiveness.
b. Panitia Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat yang menunjukkan
keunggulan di bandingkan produk lain yang sejenis dari aspek khasiat, keamanan,
ketersediaan di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah.
c. Penyediaan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus di batasi untuk mengefisienkan pengelolaannya dan menjaga kualitas
pelayanan.
d. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pimpinan RSUP Dr. M.Djamil
Padang untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan di RSUP Dr. M.Djamil
Padang tertuang dalam buku Formularium RSUP Dr.M.Djamil Padang.
e. Proses penyusunan dan revisi formularium (sistem formularium) harus dirancang
agar dihasilkan formularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan
pengobatan yang rasional. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus
secara rutin setiap tahun dan dilakukan revisi setiap tiga tahun.
f. Kebijakan dan prosedur sistem formularium harus dimasukkan sebagai salah satu
peraturan yang harus di patuhi dan dilaksanakan oleh semua staf medik.
g. Kelompok Staf Medik (KSM) mengajukan usulan obat formularium ke Panitia
Farmasi dan Terapi berdasarkan fakta bahwa obat tersebut tercantum di dalam
pedoman medik yang diterbitkan oleh Kelompok Staf Medik . Oleh karena itu setiap
penggantian obat atau rejimen terapi di dalam pedoman pelayanan medik harus
diberitahukan kepada Panitia Farmasi dan Terapi.
h. Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi
dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan
bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik,
perhatian khusus, kelebihan obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang
sudah tercantum di dalam formularium, uji klinik, atau kajian epidemiologi yang
17

mendukung keunggulannya, perbandingan harga dan biaya pengobatan dengan


obat atau cara pengobatan terdahulu, kecuali yang memiliki data bioavailabilitas
/bioekuivalensi (BA/BE) dan /atau rekomendasi tingkat I evidence-based medicine
(EBM).
i. Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang memperlihatkan
tingkatan bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari
segolongan obat yang sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah
khasiat dan keamanan yang sama tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah
dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling
murah.
j. Suatu obat harus dihapuskan dari formularium jika obat tersebut sudah tidak
beredar lagi di pasaran, obat obat yang dalam proses penarikan oleh BPOM atau
dari pabrikan, tidak ada lagi yang meresepkan, atau sudah ada obat lain yang lebih
cost – effective.
k. Setiap penambahan obat baru dalam formularium harus dilakukan program
monitoring meliputi efikasi, keamanan dan ketepatan biaya.
l. Pada kasus di mana diperlukan suatu obat yang tidak tercantum dalam
formularium, maka dokter dapat mengajukan permintaan obat diluar formularium
dengan mengisi Formulir Permintaan Obat diluar Formularium. Setelah disetujui
Komite Medik, Direktur Medik akan memutuskan apakah penyediaan obat tersebut
dapat disetujui atau tidak. Jika dapat disetujui, maka Instalasi Farmasi akan
melanjutkan proses usulan pengadaannya.
m. Pada keadaan di mana obat yang diperlukan tidak tersedia, maka Instalasi Farmasi
akan menyampaikan pemberitahuan kepada dokter penulis resep dan
menyarankan obat pengganti jika ada.
n. Sosialisasi formularium dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi melalui
presentasi di hadapan staf medis.
o. Buku Formularium yang sedang berlaku wajib tersedia di setiap lokasi pelayanan:
di counter perawat (ruang rawat), Poliklinik, instalasi gawat darurat, ruang dokter
dan depo farmasi.
p. Pengawasan kepatuhan penulisan resep sesuai formularium dilakukan secara
berjenjang dimulai dari Sub bagian/divisi, KSM secara berkala dan berdasarkan
data penggunaan obat dari Instalasi Farmasi.
18

q. Berdasarkan data dari Instalasi Farmasi,Panitia Farmasi dan Terapi menyurati


Direksi dan selanjutnya Direksi membuat surat teguran kepada KSM atas
penyimpangan peresepan obat yang tidak sesuai dengan formularium (Fornas dan
Formularium Rumah Sakit).
r. Penghargaan terhadap peresepan obat sesuai dengan formularium RSUP Dr. M.
Djamil Padang akan diberikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
s. Yang berhak mengajukan permintaan obat di luar formularium adalah staf medik.
t. Produk obat dengan kandungan zat aktif yang sama disetujui masuk dalam
formularium maksimal 4 (empat). Yaitu : 1 original product (nama dagang yang
memegang hak paten), 2 copy drug dan 1 produk generik.
4. Rumah sakit menetapkan Regulasi tentang pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai (BMHP) serta berkhasiat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan harus berdasarkan.
a. Dari jalur resmi
b. Berdasarkan kontrak termasuk hak akses meninjau ke tempat penyimpanan dan
transportasi sewaktu-waktu
c. Ada garansi keaslian obat
5. Kebijakan perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai (BMHP) di RSUP Dr. M. Djamil:
a. Perencanaan disusun mengacu kepada Formularium Nasional/Formularium RSUP
Dr. M. Djamil Padang dan ketentuan lainnya serta daftar alat kesehatan dan
reagensia yang telah disepakati oleh pengguna dan ditetapkan oleh Direksi RSUP
DR. M. Djamil Padang.
b. Perencanaan terdiri dari 3 jenis:
Perencanaan rutin : perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai rutin/umum dan spesifik digunakan oleh unit kerja, disusun oleh
Instalasi Farmasi berdasarkan data distribusi yang lalu dan usulan kebutuhan unit
kerja untuk memenuhi kebutuhan 6 (enam) bulan, diajukan ke Direktur Utama
melalui Direktur Medik & Keperawatan sesuai jadwal perencanaan yang tentukan.

Perencanaan – Pengadaan Jalur CITO : perencanaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai rutin maupun non rutin kebutuhan
pasien/unit kerja yang tidak tersedia di Instalasi Farmasi saat dibutuhkan, diadakan
melalui ULP/ Pejabat Pengadaan dalam waktu 1 x 24 jam.

Perencanaan – Pengadaan Emergensi : perencanaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disusun oleh unit kerja untuk
19

kebutuhan yang bersifat mendesak, di luar jadwal perencanaan, disetujui oleh


Direktur Medik dan Keperawatan, kemudian diadakan melalui Unit Layanan
Pengadaan (ULP). Jika tidak memungkinkan pengadaan melalui unit layanan
pengadaan/pejabat pengadaan dalam waktu cepat/segera maka dapat diperoleh
melalui Apotek yang telah ditunjuk oleh RSUP Dr. M. Djamil.

6. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pengadaan bila sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak ada dalam stok atau tidak tersedia saat
dibutuhkan, termasuk:
a. Meminta konfirmasi ke dokter tentang adanya obat subtitusi
b. Berdasarkan perjanjian kerja sama dengan apotek/RS/supplier untuk menjamin
keaslian obat
7. Kebijakan Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di RSUP Dr. M. Djamil:
a. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
kebutuhan RSUP DR. M. Djamil Padang per 6 (enam) bulan dilakukan secara
sentralisasi oleh Unit Layanan pengadaan (ULP).
b. Pengadaan obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, reagensia, bahan
radiologi, dilakukan berdasarkan perencanaan yang diajukan oleh Instalasi Farmasi
selaku Koordinator perencanaan.
c. Pengadaan obat yang tidak tercantum dalam formularium hanya dapat dilakukan
setelah mendapat rekomendasi dari Panitia Farmasi dan Terapi.
d. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak tersedia di Instalasi Farmasi dilakukan mengikuti Standar Prosedur
Operasional Bila Persediaan/Stok Obat Kosong.
e. Pembelian cepat ke distributor dilakukan hanya jika proses pengadaan melalui Unit
Layanan pengadaan tidak memungkinkan karena faktor kecepatan pelayanan.
f. Pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ke
Apotek/Depo farmasi/rumah sakit lain dilakukan hanya jika pembelian ke distributor
tidak memungkinkan karena ketidaktersediaan atau faktor kecepatan pengiriman.
8. Kebijakan Produksi Sediaan Farmasi:
a. Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian
pelindung hendaklah diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area
produksi, baik karyawan maupun pengunjung/tamu.
b. Pengadaan bahan baku hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spefisikasi yang relevan.
20

c. Penerimaan bahan baku dilengkapi dengan sertifikat analisa, dan khusus bahan
berbahaya dan beracun (B3) dilengkapi dengan lembar data keselamatan bahan
atau material safety data sheet (MSDS).
d. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan
atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada resiko terjadi
campur baur ataupun kontaminasi silang.
e. Pendistribusian hasil produksi Instalasi Farmasi melalui gudang Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai prosedur Pendistribusian
Perbekalan Farmasi.
f. Khusus untuk formula baru dan formula untuk penelitian :
- Permintaan obat/sediaan farmasi dengan formula baru atau formula khusus
untuk penelitian di Bagian/ Instalasi dilakukan dengan cara membuat surat
usulan kepada Kepala Instalasi Farmasi dengan tembusan Direktur Medik dan
Keperawatan.
- Khusus pengadaan bahan dan pengemas yang digunakan untuk penelitian
dibebankan ke Bagian/ Instalasi yang bersangkutan.
- Instalasi farmasi akan memenuhi permintaan tersebut bila sarana dan prasarana
terpenuhi.
9. Kebijakan Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di RSUP Dr. M. Djamil:
a. Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan RSUP Dr. M. Djamil Padang dan
tenaga gudang farmasi di gudang farmasi.
b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima
sesuai dengan yang tercantum pada dokumen yang telah ditetapkan pada
pengiriman Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai :
- Surat Pesanan
- Faktur / Surat Jalan
- SuratPerintah Kerja / Kontrak yang dikeluarkan ULP/Pejabat Pengadaan
c. Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dilakukan di gudang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai mengikuti ketentuan yang berlaku.
21

10. Kebijakan penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai:
a. Area penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai tidak boleh dimasuki oleh petugas selain petugas farmasi,
b. Penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia dan gas medis harus dilakukan
sesuai persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan
keamanannya serta memudahkan dalam pencariannya untuk mempercepat
pelayanan.
c. Khusus bahan berbahaya seperti bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif , oksidator/reduktor, racun, korosif, karsinogenikdisimpan terpisah dan
disertai tanda bahan berbahaya.
d. Obat narkotika disimpan dalam lemari terpisah dengan pintu terkunci. Untuk
penyimpanan narkotika di gudang dan depofarmasi, pintu terkunci ganda.
e. Obat jadi dan bahan baku harus diberi label yang mencantumkan isi/kandungan
zat aktif, tanggal kadaluarsa dan peringatan penting.
f. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di
tempat terpisah dan diberi label khusus.
g. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan tempat
penyimpanannya harus diperiksa secara berkala.
11. Kebijakan Pengelolaan Obat Narkotika:
a. Yang berhak menulis resep adalah dokter purnawaktu, dokter tamu, dan dokter
PPDS yang bertugas dan mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) atau Surat Izin
Praktik Kolektif (SIPK) di RSUP M. Djamil.
b. Narkotik hanya dapat diberikan untuk indikasi :
- Persiapan pemeriksaan diagnostic
- Sedasi/relaksasi
- Analgetika
c. Depo farmasi mengirim laporan mutasi dan pemakaian obat narkotika dan
psikotropika setiap bulan kepada Instalasi Farmasi.
12. Regulasi tentang pengaturan tata kelola bahan berbahaya, narkotika dan psikotropika
yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan perundang-undangan dapat
dilihat pada Pedoman Pengaturan Bahan Berbahaya, Narkotika, dan Psikotropika.
13. Rumah sakit mengatur Regulasi tentang proses larangan penyimpanan elektrolit
konsentrat di rawat inap kecuali bila dibutuhkan secara klinis dan apabila terpaksa
disimpan di area rawat inap harus diatur keamanannya untuk menghindari kesalahan.
22

14. Kebijakan pengelolaan obat high alert:


a. Penyimpanan obat high alert dilakukan dalam lemari penyimpan obat yang
bertanda khusus (penandaan warna merah dan stiker high alert) serta tidak
tercampur dengan obat lainnya dengan akses terbatas.
b. Obat kemoterapi hanya boleh disimpan di Instalasi Farmasi (Gudang Farmasi
dan Depo Farmasi)
c. Setiap petugas farmasi/perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda
(double-check) terhadap semua High Alert Medications sebelum diberikan
kepada pasien.
d. Setiap staf klinis terkait harus mengetahui penanganan obat high alert. Obat-
obat yang termasuk LASA/NORUM diberi stiker LASA.
e. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
harus melibatkan tenaga kefarmasian.
f. Setiap petugas farmasi/perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda
(double-check) terhadap semua High Alert Medications sebelum diberikan ke
pasien.
g. Untuk elektrolit konsentrat hanya disimpan di unit pelayanan yang memiliki
kebutuhan klinis (Ruang Observasi Intensif (ROI), ruang ICU,NICU,PICU dan
High Care Unit (HCU)) diberi label khusus High Alert dan ditempatkan pada
tempat dengan akses terbatas.

15. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang penyimpanan obat dengan ketentuan
khusus meliputi:
a. produk nutrisi
b. obat dan bahan radioaktif
c. obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap mungkin memiliki risiko terhadap
keamanan
d. obat program atau bantuan pemerintah/pihak lain
e. obat yang digunakan untuk penelitian.
Yang dapat dilihat secara rinci pada Pedoman Penyimpanan Obat Khusus.
16. Kebijakan Penyimpanan Obat Khusus:
a. Pasien tidak diperbolehkan membawa Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dari luar RSUP Dr.M.Djamil Padang untuk digunakan
selama perawatan di RSUP Dr. M.Djamil. Jika pasien/keluarga pasien ingin
menggunakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dibawa harus atas persetujuan dokter dan menandatangani surat pernyataan
menggunakan obat dari luar rumah sakit. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
23

Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa masuk oleh pasien harus diperiksa
mutunya secara visual dan dicatat dalam Formulir Serah Terima Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari Pasien. Obat disimpan di Depo
Farmasi dalam wadah terpisah dan diberi label yang jelas.
b. Produk nutrisi disimpan secara terpisah dalam kelompok nutrisi sesuai dengan
aturan penyimpanan yang ditetapkan produsen.
c. Obat program disimpan secara terpisah dalam kelompok obat program sesuai
dengan aturan penyimpanan yang ditetapkan produsen.
d. Obat yang bersifat radioaktif disimpan sesuai persyaratan penyimpanannya.
e. Obat penelitian disimpan terpisah dari obat lain dan dikelola tersendiri.
17. Kebijakan Pengelolaan OABMHP emergensi:
a. Obat emergensi disimpan dalam troli/kit/lemari emergensi terkunci, diperiksa,
dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera jika jenis dan jumlahnya
sudah tidak sesuai lagi dengan daftar.
b. Troli/kit/lemari emergensi hanya boleh diisi dengan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai emergensi, tidak boleh dicampur
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai lain.
c. Setiap troli /kit/lemari emergensi memiliki Daftar Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Emergensi yang ditempel/ digantung
di troli/kit/lemari emergensi.
d. Apabila terdapat Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai emergensi yang tidak tertagih/hilang, maka konsekuensi finansial menjadi
tanggung jawab pihak yang menghilangkan.
e. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
penguncian troli dikontrol oleh petugas farmasi.
f. Troli akan dibuka sebulan sekali untuk dilakukan pemeriksaan kesesuaian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan daftar,
ketepatan penyimpanan dan tanggal kadaluarsa.
g. Laci troli diberi label yang jelas berdasarkan jenis tindakan (Airway, Breathing,
Circulation). Prosedur khusus diletakkan pada rak bagian bawah.
h. Jenis obat dan alat kesehatan emergensi disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan.
i. Pengecekan defibrilator dilakukan setiap hari oleh dokter/perawat.
j. Tidak semua troli emergensi memiliki defibrilator. Lokasi troli emergensi yang
memiliki defibrilator ditetapkan oleh Kepala Unit Pelayanan dan diketahui oleh
petugas.
24

18. Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali (recall), dan pemusnahan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak layak pakai karena
rusak, mutu substandar, atau kadaluwarsa.
19. Rumah Sakit menetapkan regulasi tentang permintaan obat/peresepan/instruksi
pengobatan termasuk:
a. Permintaan obat/peresepan/instruksi pengobatan benar, lengkap dan terbaca.
b. Penetapan dokter beserta daftar dokter yang berhak menulis resep/permintaan
obat/memberi instruksi pengobatan umum.
c. Penetapan dokter beserta daftar dokter yang berhak menulis resep/permintaan
obat/memberi instruksi pengobatan khusus.
20. Kebijakan Peresepan di RSUP Dr. M. Djamil Padang:
a. Yang berhak menulis KIO/resep adalah dokter yang memiliki surat izin praktik
(SIP) atau Surat izin Praktik Kolektif (SIPK) dan dokter tamu di RSUP Dr. M.
Djamil.
b. KIO/Resep yang tidak memenuhi ketentuan kelengkapan resep, tidak akan dilayani
oleh petugas farmasi.
c. Permintaan obat rawat inap menggunakan Kartu Instruksi Obat, kecuali Rawat Inap
Ambun Pagi menggunakan Kartu Pemberian Obat (KPO) yang sekaligus menjadi
dokumen Pemberian Obat pengganti Daftar Pemberian Obat (DPO) pada rekam
medis.
d. Peresepan obat mengacu pada Formularium RSUP Dr. M.Djamil, Formularium
Nasional, dan ketentuan lain yang berlaku.
e. Peresepan Alat kesehatan mengacu pada daftar Alat kesehatan yang ada di
Instalasi Farmasi RSUP Dr.M.Djamil Padang
f. Peresepan antibiotik untuk profilaksis hanya dapat menggunakan lini 1 dan lini 2
sedangkan antibiotik lini 3 harus melampirkan hasil kultur dan mendapat
persetujuan dari tim PPRA (ketentuan tercantum dalam Pedoman Penggunaan
Antibiotika dan Formularium RSUP Dr. M. Djamil).
Secara rinci dapat dilihat pada Pedoman Penulisan Resep.
21. Rumah sakit membuat regulasi tentang syarat elemen resep yang meliputi:
1) syarat elemen kelengkapan resep
2) langkah-langkah untuk menghindari kesalahan pengelolaan peresepan/
permintaan obat dan instruksi pengobatan
3) pengelolaan resep yang tidak benar, tidak lengkap dan tidak terbaca sesuai
4) pengelolaan resep khusus
25

22. Kebijakan Pengkajian Resep di RSUP Dr. M. Djamil:


a. Sebelum obat disiapkan, Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian harus melakukan
kajian/telaah terhadap Resep/Kartu Instruksi Obat/Kartu Pemberian Obat yang
meliputi:
- Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan minum atau makan
obat dan waktu pemberian
- Duplikasi terapeutik
- Potensi Alergi atau sensitivitas
- Interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan
- Variasi kriteria penggunaan obat
- Berat badan pasien dan atau tinggi badan pasien
- Kontraindikasi

b. Jika ditemukan ketidakjelasan atau ketidaksesuaian Apoteker/Tenaga Tekhnis


Kefarmasian menghubungi dokter penulis resep.
c. Kajian/telaah tidak perlu dilakukan pada keadaan emergensi, di ruang operasi dan
tindakan intervensi diagnostik.
d. Apoteker/Tenaga Tekhnis Kefarmasian diberi akses ke data pasien yang
diperlukan untuk melakukan kajian/telaah resep.
e. Dalam proses penyiapan obat oleh Apoteker/Tenaga Tekhnis Kefarmasian
diberlakukan substitusi generik, artinya farmasi diperbolehkan memberikan salah
satu dari sediaan yang zat aktifnya sama dan tersedia di RSUP Dr. M. Djamil
dengan terlebih dahulu memberitahu dokter.
f. Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi
berbeda zat kimianya, dalam dosis yang ekivalen, dapat dilakukan oleh
Apoteker/Tenaga Tekhnis Kefarmasian dengan terlebih dahulu minta persetujuan
dokter penulis resep/konsulen. Persetujuan dokter atas substitusi terapeutik dapat
dilakukan secara lisan atau melalui telepon. Apoteker/Tenaga Tekhnis Kefarmasian
menuliskan obat pengganti, tanggal, jam komunikasi dan nama dokter yang
memberikan persetujuan, dicatat pada lembar resep/kartu instruksi obat.
23. Kebijakan Penyiapan Obat di RSUP Dr. M. Djamil:
a. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan
dan standar praktik kefarmasian.
b. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain selain petugas
farmasi.
26

c. Penyiapan obat steril dilakukan di ruangan “clean room” yang dilengkapi dengan
laminary Air Flow Cabinat, oleh petugas yang sudah mendapatkan pelatihan
Teknik Aseptik menggunakan Alat Pelindung Diri.
d. Petugas yang menyiapkan radiofarmasi harus di bawah supervisi Apoteker atau
tenaga terlatih.
e. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap diberlakukan sistem
dosis unit dan pasien rawat jalan diberlakukan sistem resep individual. Sistem
dosis unit adalah penyiapan obat yang dikemas untuk satu kali pemakaian. Sistem
resep individual adalah penyiapan obat yang dikemas sesuai permintaan jumlah
yang tercantum di resep.
f. Setiap obat pasien yang telah disiapkan dan diserahkan ke/berada di ruang rawat,
harus berlabel atau memiliki etiket.
g. Untuk sediaan steril, secara rinci diatur dalam Pedoman Penyiapan dan
Dispensing Sediaan Steril.
24. Kebijakan pengobatan sendiri oleh pasien:
Dalam hal penggunaan obat sendiri oleh pasien, RSUP Dr. M. Djamil tidak
membolehkan pasien melakukan penggunaan obat sendiri terutama yang mempunyai
teknik khusus seperti pemakaian insulin. Insulin harus diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang di rumah sakit. Untuk obat inhaler dapat digunakan oleh
pasien sendiri.
25. Kebijakan Pemberian Obat di RSUP. Dr. M. Djamil:
a. Rumah sakit menetapkan staf klinis yang kompeten dan berwenang untuk
memberikan obat dengan cara tertentu contoh: pemberian obat dalam sendi, obat
intra tecal, obat intra vena serta termasuk pembatasannya sesuai dokumen
Kebijakan Pemberian Obat.
b. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang verifikasi sebelum pemberian obat
kepada pasien yang meliputi:
- identitas pasien
- nama obat
- dosis
- rute pemberian
- dan waktu pemberian
26. Kebijakan Pemusnahan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP di RSUP Dr. M. Djamil:
a. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
kadaluarsa/rusak harus dihapuskan sesuai prosedur dan peraturan farmasi yang
berlaku.
27

b. Pemusnahan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Direktur Utama.


c. Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai
kadaluarsa/rusak dilakukan oleh Tim Pemusnahan dibantu oleh Instalasi
Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan disaksikan oleh Balai Besar POM Padang.
d. Pemusnahan dilaksanakan setiap satu tahun atau dalam keadaan tertentu dapat
dilaksanakan sesuai kebutuhan.
e. Khusus untuk pemusnahan obat narkotika, obat dan daftarnya di pisahkan dari
obat lain.
Prosedur rinci dapat dilihat pada SPO Pemusnahan Obat, Alat Kesehatan, dan BMHP
Kadaluarsa.
27. Prosedur rinci penarikan obat dapat dilihat pada SPO Sistim Penarikan Obat.
28. Regulasi tentang pemantauan terapi obat dan efek samping obat serta pelaporannya
secara rinci dapat dilihat pada SPO Pemantauan Efek Samping Obat.
29. Kebijakan Kegiatan Farmasi Klinik:
1. Rekonsiliasi obat harus dilakukan oleh Apoteker rawat inap dalam waktu 1x 24
jam.
2. Untuk pasien yang masuk dan sudah pulang di luar jam dinas apoteker, maka
tidak dilakukan rekonsiliasi, edukasi, pengisian CPPT, dan Pemantauan Terapi
Obat.
30. Kebijakan Pemantauan Terapi Obat di RSUP Dr. M. Djamil:
Pasien yang diprioritaskan untuk mendapatkan pemantauan terapi obat adalah:
pasien rawatan intensif. Secara rinci tentang Pemantauan Terapi Obat dapat dilihat
pada Pedoman Pemantauan Terapi Obat.
31. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi medication safety yang bertujuan
mengarahkan penggunaan obat yang aman dan meminimalisasi kemungkinan terjadi
kesalahan penggunaan obat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai
acuan dapat dilihat secara rinci dalam Pedoman Pencegahan dan Pelaporan
Medication Error.
28

BAB VI
TATA LAKSANA

A. PELAYANAN SAAT INI


6.1. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS
HABIS PAKAI
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di
rumah sakit merupakan bagian penting dari pengelolaan rumah sakit karena peran
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang cukup besar
dalam sistem pelayanan kesehatan, baik dari sisi medik maupun ekonomi. Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dikelola oleh Instalasi
Farmasi RSUP Dr.M.Djamil Padangmeliputi obat, alat kesehatan , bahan medis
habis pakai, reagensia, bahan radiologi. Pengelolaan dan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bersifat multidisipliner yang
meliputi serangkaian kegiatan, yaitu :
1. Pemilihan
2. Perencanaan dan pengadaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Permintaan
6. Penyiapan/peracikan
7. Pendistribusian
8. Pengembalian perbekalan
9. Pencatatan dan pelaporan
10.Pemusnahan
11.Pengawasan dan Pengendalian

Rangkaian kegiatan tersebut harus diselenggarakan secara efektif dan efisien serta
berorientasi pada keselamatan pasien.

Tujuan:
a. Mengelola Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna
29

e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUP Dr. M.
Djamil dikelompokkan atas :
a. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Dasar
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
merupakan kebutuhan dasar dalam perawatan /tindakan di ruangan atau
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk
pemakaian bersama pasien.
Contoh : kapas, cairan antiseptik, verband, plester.
b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Emergensi
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai emergensi
adalah obat dan alat kesehatan yang penggunaannya harus segera dan bersifat
menyelamatkan jiwa dan hidup pasien (life saving)
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Pelengkap
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai pelengkap
adalah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
kebutuhan terapi individu pasien yang tidak termasuk ke dalam perbekalan
farmasi dasar dan emergensi, dituliskan oleh dokter pada lembar resep
(manual)/KIO atau secara peresepan elektronik.

6.1.1. Pemilihan/seleksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai

PENGERTIAN:
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.

TUJUAN:
- Menghasilkan formularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional.
- Memenuhi kebutuhan obat yang sebelumnya tidak tercantum dalam
Formularium RSUP Dr. M.Djamil Padang namun sangat dibutuhkan
dalam pelayanan kesehatan di RSUP Dr.M.Djamil Padang .
- Menjaga mutu pelayanan melalui terapi obat yang rasional.
30

Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:


1. Mengutamakan penggunaan Obat generik;
2. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
3. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
4. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
5. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
6. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
7. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
8. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga
yang terjangkau.

Prosedur Usulan Obat diluar Formularium:


1. Staf medik pengusul mengisi Formulir Usulan Pencantuman Nama Obat
Dalam Formularium dIlengkapi dengan dokumen- dokumen pendukung
yang meliputi :
a. Monografi obat yang diusulkan Dokumen pendukung mutu produk:
 Surat Izin Edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM RI)
 Persetujuan Indikasi obat dari BPOM RI
 Certificate of Analysis atau dokumen yang setara
 Hasil pemeriksaan BA/BE oleh laboratorium Independen
b. Dokumen hasil uji klinik dan/atau kajian epidemiologi yang
mendukung keunggulan obat yang akan diusulkan dari aspek
efektivitas dan keamanan dibandingkan obat lama yang sudah
tercatum dalam formularium.
c. Kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan
bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan
efek toksik dan perhatian khusus.
2. Staf medik pengusul mengirimkan dokumen usulan kepada Ketua
Kelompok Staf Medik /Divisi.
3. Ketua Kelompok Staf Medik /Divisi meneliti dokumen usulan dan
memastikan bahwa obat yang dapat disetujui untuk diusulkan sudah
disepakati dan/atau tercantum dalam pedoman pelayanan medik.
31

6.1.2. Perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan dalam penyusunan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kebutuhan RSUP
DR. M. Djamil Padang yang harus tersedia untuk periode waktu tertentu,
dimulai dari kompilasi penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai hingga perhitungan kebutuhan dan nilai rupiah
mengacu kepada ketentuan yang berlaku.

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,


jumlah dan harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai y an g s e su a i de ng an k e bu t uha n dan
a ng ga r a n, un tu k m en gh i nd a r i k eko songan obat dengan
m engguna kan metode yang dapa t di pe rtang gung j a w a b kan
d a n d a s a r d a s a r p e r e n ca n aa n y a n g te l a h d i t e n t u k an a n t a ra
l a i n k ons um s i, e pide m lo log i, ko mb inas i m etode ko nsu ms i dan
ep ide m iolo gi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman Perencanaan:
 DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah
Sakit, ketentuan setempat yang berlaku
 Data catatan medik
 Anggaran yang tersedia
 Penetapan prioritas
 Siklus penyakit
 Sisa persediaaan
 Data pemakaian periode yang lalu
 Rencana pengembangan

TUJUAN:
- Menyusun kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai secara tepat
- Mencegah terjadinya kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
- Meningkatnya penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang efektif dan efisien
32

- Memperoleh Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai yang tepat spesifikasi, tepat mutu, tepat waktu, dengan harga yang
layak.

Sumber data Perencanaan:


- Data distribusi 6 (enam) bulan terakhir dari Instalasi Farmasi
- Usulan kebutuhan yang diajukan oleh Unit Kerja
- Usulan kebutuhan terkait dengan rencana pengembangan pelayanan di
Unit Kerja

6.1.3. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pengadaan adalah suatu rangkaian kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang telah direncanakan dan disetujui melalui cara pembelian, produksi
sediaan farmasi, sumbangan hibah/Dropping.

Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses yang mengatur


berbagai cara, teknik, dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu
keputusan tentang obat-obatan yang akan diadakan, baik jumlah
maupun sumbernya.

Pengadaan sebagai kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang


telah direncanakan dan disetujui, dapat melalui:
1. Pembelian
 Secara tender (oleh Unit layanan Pengadaan)
 Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi/rekanan (oleh Pejabat Pengadaan)
 Secara e-catalog (oleh Pejabat Pengadaan)
2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi
 Produksi Steril
 Produksi Non Steril
3. Sumbangan/droping/hibah
Teknis pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan
dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang ekonomis
dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
33

Teknis pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan


yang dimulai dengan pengkajian seleksi obat, penentuan jumlah
yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode teknis pengadaan, pemilihan waktu pengadaan,
pemilihan pemasok yang baik, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan dan pembayaran. Teknis
pengadaan merupakan penentu utama dari ketersediaan obat dan
total biaya kesehatan.

Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi, alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai:
1. Sediaan farmasi,alat kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakaiyang diadakan memiliki izin edar atau nomor registrasi.
2. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS) yang sudah berbahasa Indonesia
3. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar.
4. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.

Untuk satu periode pengadaan disediakan satu nama dagang diantara


alternative copy drugs yang tercantum dalam formularium.
Contoh:
Dalam Formularium RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015 :
Profenid (paten); Kaltrofen dan Pronalges (copy); Ketoprofen generik
Pada suatu periode pengadaan maka penawaran produk Kaltrofen dan
Pronalges akan dibandingkan dalam hal : harga, ketersediaan dan
kelengkapan varian di pasaran.

6.1.4. Produksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pengertian:
M e r u p a k a n k e g i a t a n membuat, merubah bentuk, dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
34

Tujuan:
a. Memenuhi kebutuhan obat/sediaan famasi yang tidak ada di pasaran.
b. Memenuhi kebutuhan obat/sediaan farmasi yang termolabil.
c. Memproduksi sediaan farmasi yang lebih ekonomis.
d. Memenuhi kebutuhan obat/sediaan farmasi untuk keperluan penelitian.
e. Menghasilkan produk sediaan farmasi yang dapat dipertanggung
jawabkan.

Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yangdiproduksi:
a. Sediaan farmasi dengan formula khusus
b. Sediaan farmasi dengan harga murah
c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
e. Sediaan farmasi untuk penelitian
f. Sediaan nutrisi parenteral

Jenis produksi sediaan farmasi:


a. Produksi non steril
Prosedur pembuatan dilakukan dengan cara non steril. Produk yang
dihasilkan berupa: kapsul, puyer, botol (larutan/emulsi), salep, krim dan
pengemasan kembali dalam bentuk sediaan yang lebih kecil (repacking)
sesuai permintaan/ kebutuhan pelayanan.
b. Produksi steril
Prosedur pembuatan dilakukan dengan cara sterilisasi akhir atau
aseptik. Berhubung untuk produksi steril membutuhkan persyaratan
tinggi disamping sarana dan prasarana yang membutuhkan persyaratan
tinggi dan tidak ekonomis dibanding sediaan yang ada di pasaran, maka
kegiatan ini terbatas untuk melayani permintaan sediaan farmasi yang
tidak ada dipasaran atau menunjang penelitian di RSUP Dr. M. Djamil.

Standar Produksi
1. Sarana dan Prasarana
a. Bangunan
 Lokasi : terpisah sesuai peruntukan, bersih, pengaturan cahaya,
udara, tekanan dan suhu baik.
35

 Alur kerja dan alur barang yang teratur : dapat menunjang


proses pembuatan sediaan yang baik.
 Proses pembersihan dan desinfeksi, dilakukan secara periodik
dan terjadwal.
b. Peralatan
 Sesuai kebutuhan
 Bahan inert dan mudah dibersihkan
c. Alat pelindung diri yang digunakan
 Jas lab
 Penutup kepala
 Masker
 Sarung tangan
 Apron yang sesuai
 Penutup kaki
2. Kompetensi SDM: Tenaga Teknis Kefarmasian (D3 Farmasi, SMF)
1. Memahami penggunaan alat produksi (misalnya alat timbangan
dan alat ukur)
2. Memahami teknik farmasi untuk pencampuran obat
3. Memahami tentang penanganan bahan obat berbahaya
4. Telah mengikuti pelatihan pembuatan obat steril/ aseptik
dispensing, khusus produksi steril
3. Syarat Petugas Produksi
 Petugas yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka
yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani
bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan
obat jadi sampai dia sembuh kembali.
 Tiap petugas yang masuk ke area pembuatan hendaklah
mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan
yang dilaksanakan pakaian pelindung yang sesuai dengan
kegiatan yang dilaksanakan.
 Area produksi : jas lab, penutup rambut, sandal khusus
 Ruang peracikan : jas lab, penutup rambut, sandal khusus,
masker dan sarung tangan. Khusus pemasangan etiket tidak
menggunakan sarung tangan
 Cuci tangan dengan sabun cair setiap penggantian produk
36

 Cuci tangan dengan sabun cair/handrub setiap sebelum dan


sesudah menggunakan sarung tangan.

4. Proses Pembuatan dan Pengawasan


- Dilakukan sesuai Protap yang berlaku:
 Formula Induk
 SPO
- Dokumentasi untuk setiap tahap pembuatan:
 Dokumen Pembuatan Obat (DPO)
 Buku Pembuatan Obat (BPO)
 Kartu Stok

Prosedur:
a. Perencanaan dan pengadaan bahan baku dan bahan pengemas
b. Persiapan produksi
- Penerapan hygiene perorangan
- Mencuci tangan
- Kebersihan ruangan produksi
- Penyiapan bahan baku dan bahan pengemas
- Penimbangan
- Penyiapan etiket
c. Kegiatan produksi
- Pembuatan sediaan steril
- Pembuatan sediaan non steril
- Pengemasan kembali
d. Pengemasan dan pemasangan etiket
e. Penyimpanan dan penyaluran hasil produksi
f. Jaminan mutu/ pengawasan mutu proses produksi dan hasil produksi
g. Administasi
- Umum
- Perencanaan
- Pembuatan Laporan
h. Penanggulangan bila terjadi kontaminasi bahan berbahaya
i. Penarikan dan penghapusan barang farmasi rusak dan kadaluarsa.
37

6.1.5. Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
PENGERTIAN:
Kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.

TUJUAN:
Menjamin Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang diterima sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan baik jenis, jumlah,
spesifikasi, mutu, dan waktu kedatangan berdasarkan dokumen penerimaan.

Penerimaan sebagai kegiatan verifikasi penerimaan/penolakan, dokumentasi,


dan penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan checklist yang sudah
disiapkan untuk masing – masing jenis produk yang berisi antara lain:
 kebenaran jumlah kemasan
 kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan
 kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan
 kebenaran jenis produk yang diterima
 tidak terlihat tanda – tanda kerusakan
 kebenaran identitas produk
 penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus, dan brosur
 tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk
 jangka waktu kadaluarsa.

Pedoman dalam penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai:
 Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa
 Barang harus bersumber dari distributor utama
 Bahan berbahaya (B3) harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS) yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia
 Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of
origin
 Expire date minimal 2 tahun kecuali vaksin, reagensia atau kondisi
tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.
38

6.1.6. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
PENGERTIAN:
Suatu rangkaian kegiatan dimulai dari mengelompokkan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai hingga menempatkan sesuai
aturan kefarmasian (berdasarkan jenis sediaan, bentuk sediaan dan alfabetis,
dengan menerapkan sistem FIFO dan FEFO, disertai sistem informasi yang
menunjukkan ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai).

TUJUAN:
- Memelihara mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
- Menjaga ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
- Memudahkan pengawasan dan operasional penyiapan
- Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

Ketentuan Umum:
39

PROSEDUR:
A. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai Umum
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan sesuai persyaratan dan standar kefarmasian, berdasarkan:
a. Bentuk sediaan dan jenisnya :
- Obat oral, obat luar, obat infus dan sebagainya
- Alat Kesehatan balut, alat bedah, dan sebagainya
b. Suhu penyimpanan dan stabilitasnya :
- Suhu beku antara : -20 dan 10oC
- Suhu dingin : 2 – 8 oC
- Suhu sejuk : 8 – 15 oC
- Suhu kamar : 15 – 30 oC
c. Sifat bahan
- Ketahanan terhadap cahaya
d. Susunan alfabetis
e. Sistem FIFO (First In First Out) untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak mempunyai tanggal kadaluarsa
dan FEFO (First Expired First Out) untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang mempunyai tanggal
kadaluarsa disusun berdasarkan FEFO.

Secara rinci tentang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai secara umum dapat dilihat pada Pedoman
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP.

B. Penyimpanan Gas Medis


1. Ruang penyimpanan harus memenuhi syarat :
- Terpisah dari Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai lain
- Bebas dari sumber api
- Sirkulasi udara yang baik
- Dilengkapi dengan alat pemadam api
2. Gas Medis yang sudah diterima dari Panitia Penerimaan disimpan di
instalasi gas medis sesuai dengan aturan kefarmasian, meliputi :
40

- Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi


penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis.
- Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas
medis yang ada isinya.
- Penyimpanan gas medis tabung dilakukan secara terpisah sesuai
jenisnya.
Contoh :
 Oksigen tabung, N2O, CO2 harus terpisah
 Tabung gas medis isi harus terpisah dari tabung kosong.
- Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup
demi keselamatan .

C. Penyimpanan obat high alert: secara rinci dapat dilihat pada Panduan
Pengelolaan Obat High Alert dan Elektrolit Konsentrat.

D. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika


Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari berkunci ganda. Suhu
penyimpanan sesuai yang tertera pada kondisi penyimpanan obat. Secara
rinci dapat dilihat pada Pedoman Pengaturan Bahan Berbahaya, Narkotika,
dan Psikotropika.

E. Penyimpanan Bahan Berbahaya


Bahan berbahaya yang telah diterima disimpan di dalam ruang terpisah dan
terkunci.
Cara penyimpanan B3 :
- Sesuai tercantum pada kemasan
- Beri simbol/ label sesuai klasifikasi B3 pada rak/ lemari penyimpanan
- Beri tanda peringatan “Dilarang Merokok. Menyalakan Api “ di tempat
bahan yang mudah menyala/meledak/pengoksidasi
- Bila terjadi tumpahan atau terkena bahan B3, maka lakukan tindakan
sebagai tercantum dalam MSDS.

Secara rinci dapat dilihat pada Pedoman Pengaturan Bahan Berbahaya,


Narkotika, dan Psikotropika.
41

F. Penyimpanan Produk Nutrisi


Produk nutrisi disimpan secara terpisah dari obat lain di lemari penyimpanan
obat sesuai dengan aturan penyimpanan yang ditetapkan pabrik yang tertera
pada kemasan obat produk nutrisi tersebut. Secara rinci dapat dilihat pada
Pedoman Pengelolaan Obat Khusus.

G. Penyimpanan Obat Radioaktif


Obat yang bersifat radioaktif disimpan sesuai persyaratan penyimpanannya
yang ditetapkan oleh pabrik di Instalasi radiologi. Secara rinci dapat dilihat
pada Pedoman Pengelolaan Obat Khusus.

H. Penyimpanan Obat Emergensi


- Obat emergensi disimpan dalam troli/kit/lemari emergensi terkunci,
diperiksa, dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera jika jenis dan
jumlahnya sudah tidak sesuai lagi dengan daftar.
- Kondisi penyimpanan obat emergensi disesuaikan dengan stabilitas
masing-masing obat emergensi.
Secara rinci dapat dilihat pada Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Emergensi.

I. Penyimpanan Reagen Labor


Reagen labor disimpan sesuai persyaratan penyimpanannya yang ditetapkan
oleh pabrik di Instalasi Laboratorium.

Pengaturan Tata Ruang


Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian, dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan
tata ruang gudang dengan baik.
42

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang


bangunan gudang adalah sebagai berikut:
1. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
 Gudang menggunakan sistem satu lantai, jangan menggunakan sekat -
sekat karena akan membat as i pengaturan ruangan. Jika
digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk
mempermudah gerakan.
 Berdasarkan arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang
gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus
L.
2. Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah
adanva sirkulasi udara yang cukup didalam ruang gudang. Sirkulasi yang
baik akan memaksimalkan umur hidup dari Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sekaligus bermanfaat dalam
memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. ldealnya dalam gudang
terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang
luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin, apabila kipas angin
belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
3. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan
Farmasi.
Keuntungan penggunaan pallet:
 S i r k u l a s i u da r a d a r i b a w ah d an p e r l i nd un ga n t e r ha da p banjir
 Peningkatan efisiensi penanganan stok
 D a p at m en a m pu ng Se d ia an F a r m a s i , A l a t Ke se ha t an , d an
B a ha n Me d i s H ab i s Pa k a i l e b ih b an y a k
 P a l l e t lebih murah dari pada rak
4. Kondisi penyimpanan khusus
 Vaksin memerlukan "Cold Chain" khusus dan harus dilindungi dari
kemungkinan putusnya aliran listrik.
 Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus
dan selalu terkunci.
 Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan
43

dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus


terpisah dari gudang induk.
5. Pencegahan Kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus
dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang
cukup.Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala,
untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.

Penyusunan Stok Perbekalan Farmasi


Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai disusun
menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian
stok maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (Fist InFirst
Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi.Yang masa kadaluarsanya
lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan lebih dulu sebab
umumnya Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan
umurnya relatif lebih tua dengan masa kadaluarsa lebih awal.
2. Susunan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan teratur.
3. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika.
4. Simpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan
kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
5. Simpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dalam dengan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk
penggunaan luar.
6. Cantumkan nama masing-masing Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai pada rak dengan rapi.
7. Apabila persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai cukup banyak maka biarkan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tetap dalam boks masing -
masing,
8. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
44

mempunyai batas waktu penggunaan perlu dilakukan rotasi stok a gar


Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
tersebut tidak selalu berada dibelakang sehingga dapat dimanfaatkan
sebelum masa kadaluarsa habis.
9. Item Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang sama ditempatkan pada satu lokasi walaupun dari sumber
anggaran yang berbeda.

6.1.7. Pendistribusian Perbekalan Farmasi


Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di rumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
untuk menunjang pelayanan medis.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau


oleh pasien dengan mempertimbangkan :
 Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
 Metode sentralisasi atau desentralisasi
 Sistem floor stock, resep individual, dispensing dosis unit
atau kombinasi

Sistem distribusi yang baik harus:


 Menjamin kesinambungan penyaluran/penyerahan
 Mempertahankan mutu
 Meminimalkan kehilangan, kerusakan, dan kadaluarsa
 Menjaga ketelitian pencatatan
 Menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan
peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku
 Menggunakan sistem informasi manajemen

a. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap dirumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap
45

di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem


kombinasi oleh farmasi.

Kartu Instruksi Obat (KIO) yang telah diisi oleh DPJP diterima oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian Depo Farmasi rawat inap paling lambat jam 10.00
WIB. Petugas depo farmasi menelaah KIO, dan menyiapkan obat yang
diminta dengan sistem Unit Dose Dispensing. Obat yang telah disiapkan
diperiksa kembali oleh Tenaga Teknis Kefarmasian depo farmasi sebelum
diserahterimakan ke perawat ruangan. Obat diserahterimakan paling
lambat jam 12.00.
b. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk Pasien Rawat Jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di
rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau
desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh farmasi rumah sakit.
c. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di Luar Jam Kerja
Merupakan kegiatan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam
kerja yang diselenggarakan oleh:
a. Depo farmasi yang ditunjuk yang buka 24 jam
b. Ruang rawat yang menyediakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai emergensi.

Jenis sistem pelayanan distribusi:


1. Sistem persediaan lengkap di ruangan (Floor Stock)
Sistem distribusi persediaan lengkap di ruangan adalah tatanan
kegiatan pengantaran Sediaan Farmasi, Alat Keseha tan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan yang ditulis dokter pada order
perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan di ruangan oleh
perawat dengan mengambil dosis/unit Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari wadah persediaan yang
langsung diberikan kepada pasien di ruang tersebut.
46

Dalam hal ini:


 Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat merupakan
tanggung jawab perawat ruangan
 Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat
 Pe rbe ka lan yang d i si mpan t ida k da la m j u m lah besa r dan
dapa t dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi

Keuntungan sistem persediaan lengkap di ruangan:


a. Pelayanan lebih cepat
b. Menghindari pengembalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai ke IFRS
c. Mengurangi penyalinan oder perbekalan farmasi

Kelemahan sistem persediaan lengkap di ruangan:


a. Kesalahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sangat meningkat karena order Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai tidak dikaji oleh Depo farmasi
b. Persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sangat meningkat, dengan fasilitas ruangan
yang sangat terbatas.
c. Kemungkinan hilangnya Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai tinggi.
d. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas
penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang sesuai disetiap ruang perawatan pasien.
e. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani
perbekalan farmasi.
f. Meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan
farmasi.

2. Sistem resep perorangan (resep individual)


Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk
pasien. Dalam sistem ini Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai disiapkan dan di d i s t r i b u s i k a n o l e h
IFRS sesuai yang tertulis pada r e s e p . Pendistribusian
47

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai


resep perorangan/pasien rawat jalan melalui depo farmasi rawat jalan.
Keuntungan resep perorangan, yaitu:
a. Semua resep/order dikaji langsung oleh Apoteker, yang
kemudian memberi keterangan atau informasi kepada pasien
secara langsung.
b. Memberi kesempatan interaksi profesional antara Apotek er,
dokter, perawat dan pasien.
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
d. Mempermudah penagihan biaya Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien.
Kelemahan/ kerugian sistem resep perorangan, yaitu:
a. Memerlukan waktu yang lebih lama
b. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan.

3. Sistem unit dosis (Unit Dose Dispensing)


Pendistribusian obat – obatan melalui resep perorangan yang
disiapkan, diberikan/digunakan untuk pemakaian sehari, yang berisi
obat dalam j u m l a h y a n g t e l a h d i t e t a p k a n a t a u j u m l a h y a n g
c u k u p u n t u k penggunaan sehari.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dosis unit
(unit dose dispensing) adalah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas
satu atau beberapa jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.

Istilah unit dose sebagaimana digunakan rumah sakit, berhubungan


dengan jenis kemasan dan juga sistem untuk mendistribusikan
kemasan itu.Pasien membayar hanya Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang dikonsumsi saja.Konsep kemasan
dosis bukan suatu inovasi bar u bagi kefarmasian dan kedokteran
karena industri farmasi telah membuat kemasan unit tunggal
untuk sampel dan pada tahun terakhir telah dibuat menjadi produk kemasan
tunggal yang dijual ke rumah sakit untuk melayani resep.
48

Keuntungan sistem distribusi unit dosis:


1. Pasien hanya membayar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang dikonsumsinya saja.
2. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan sudah disiapkan
oleh IFRS.
3. Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
4. Menghindari duplikasi order Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang berlebihan.
5. Meningkatkan penberdayaan petugas profesional dan non
profesional yang lebih efisien.
6. Mengurangi resiko kehilangan dan pemborosan perbekalan
farmasi.
7. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit
secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/ order sampai
pasien menerima dosis unit.
8. Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bertambah ba ik.
9. Apoteker dapat langsung datang ke unit perawatan/ ruang pasien,
untuk melakukan konsultasi perbekalan farmasi, membantu
memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan
untuk perawatan pasien yang lebih baik.
10. Peningkatan pengendalian dan pemantauan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
menyeluruh.
11. Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi.

Kelemahan sistem unit dosis:


1. Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi
2. Meningkatnya biaya operasional

4. Sistem kombinasi
Sistem distribusi yang menerapkan sistem distribusi resep/ order
individual sentralisasi juga menerapkan distribusi persediaan di
ruangan yang terbatas.Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang disediakan di ruangan adalah Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diperlukan oleh banyak penderita setiap hari diperlukan, dan
49

biasanya adalah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai yang harganya murah mencakup perbekalan
farmasiberupa resep atau Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bebas.

Keuntungan sistem distribusi kombinasi:


a. Semua resep/order perorangan dikaji langsung oleh Apoteker.
b. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara Apoteker,
dokter, perawat, dan pasien/keluarga secara langsung.
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.

Mendesain suatu sistem distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


dan Bahan Medis Habis Pakai di rumah sakit memerlukan:
1. Analisis sistematik dari rasio manfaat-biaya dan perencanaan
operasional. Setelah sistem diterapkan, pemantauan kinerja dari
evaluasi mutu pelayanan tetap diperlukan guna memastikan bahwa
sistem berfungsi sebagaimana dimaksudkan.
2. Jumlah ruangan dalam sistem, cakupan geografis dan tata ruang
rumah sakit, populasi pasien.
3. Kualitas dan kuantitas staf IFRS.

Permintaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai dapat dilakukan denganmenggunakan :
a. Buku Permintaan Perbekalan Farmasi
b. Resep/KIO
c. Permintaan/ Instruksi lisan

A. Permintaan Menggunakan Buku Permintaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Permintaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dari unit kerja dengan menggunakan buku Permintaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dikeluarkan oleh Instalasi
Farmasi, diserahkan ke Gudang Farmasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Ketentuan
50

Buku Permintaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dari unit kerja diserahkan ke Gudang Farmasi minimal 1 (satu) hari
sebelum jadwal Distribusi

B. Peresepan
Peresepan adalah permintaan secara tertulis baik manual ataupun melalui
sistem informasi farmasi dari dokter kepada Depo farmasi/petugas farmasi
untuk menyiapkan sediaan farmasi yang diperlukan oleh pasien.

Tujuan
1. Untuk memenuhi ketentuan atau aspek legal dalam permintaan obat
2. Agar semua permintaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai terdokumentasi dengan baik.

Prosedur
a. Jenis KIO/Resep/ Permintaan:
1) KIO/Resep regular adalah peresepan obat dan alat kesehatan
kebutuhan pasien.
2) KIO/Peresepan bersifat segera (cito) adalah peresepan obat- obatan
dan alat kesehatan untuk menyelamtkan jiwa pasien (Life saving),
disiapkan oleh petugas farmasi dengan batas waktu respons maksimal
15 menit.
3) KIO/Resep pasien pulang adalah peresepan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dipersiapkan untuk
pasien pulang dari perawatan di rumah sakit.
b. Penulisan Resep/KIO/KPO
1) Resep/KIO/KPO ditulis secara manual pada lembar resep.
2) Tulisan secara manual harus jelas dan mudah dibaca.
3) Penggunaan istilah dan singkatan harus mengikuti ketentuan (sesuai
Standar Singkatan RSUP Dr. M. Djamil) sehingga tidak disalahartikan.
c. Penulisan Instruksi Pengobatan pada Rekam Medis :
- Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum
dalam rekam medis
- Penulis resep harus melakukan penyelarasan obat (medication
reconciliation) sebelum menulis resep. Penyelarasan obat adalah
membandingkan antara daftar obat yang sedang digunakan pasien dan
51

obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya
terapi suatu obat (omission).
- Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan adanya
kontraindikasi, interaksi obat, dan reaksi alergi.
- Kelanjutan terapi obat yang sempat dihentikan karena operasi atau
sebab lain harus dituliskan kembali dalam bentuk resep/instruksi
pengobatan baru.
- Perubahan terhadap resep/ instruksi pengobatan yang telah diterima
oleh Depo farmasi/Tenaga Teknis Kefarmasian Depo farmasi harus
diganti dengan resep/Intruksi pengobatan baru.

C. Permintaan / Instruksi Lisan


- Instruksi lisan (Verbal Order) harus diminimalkan, hanya dilakukan dalam
kondisi sangat mendesak dan tidak boleh dilakukan saat dokter berada di
ruang rawat.
- Instruksi lisan untuk obat high alert tidak diperbolehkan, kecuali dalam
situasi emergensi.
- Dalam waktu 24 jam, dokter sudah harus meresepkan obat yang diminta
secara lisan tersebut.

D. Pengkajian Resep
Pengertian
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian Depo farmasi dan untuk melakukan skrining resep terhadap
masalah yang bersifat administrasi, farmasetika, dan klinikal.

Tujuan
Untuk memastikan bahwa resep yang akan disiapkan telah memenuhi
persyaratan administratif, farmasetik dan klinik.
52

Prosedur
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik meliputi :
1. Identitas pasien : nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir,
umur, jenis kelamin, ruang rawat, berat badan, dan tinggi badan
(terutama pada pasien geriatrik dan anak - anak).
2. Kelengkapan resep : nama dokter, No.SIP, Paraf dokter, nama obat,
bentuk sediaan obat, jumlah obat, aturan pakai dan stabilitas obat.
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu),
maka konfirmasi ke dokter yang bersangkutan atau ruang rawat untuk
mengetahui dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan
diketahui jumlah obat yang dibutuhkan.
4. Kesesuaian dengan pedoman pelayanan/ peraturan yang berlaku
B. Pengkajian dari aspek klinik meliputi :
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat terutama untuk
pasien pediatri dan geriatri.
2. Duplikasi obat
3. Alergi pada pasien, disesuaikan dengan rekam medik.
4. Interaksi obat
5. Kontraindikasi
6. Masalah – masalah yang berkaitan dengan resep / instruksi
pengobatan.
C. Penanganan Resep yang Bermasalah
Resep bermasalah adalah resep/Instruksi pengobatan yang:
- Tidak dapat dibaca atau penulisan tidak jelas
- Terdapat kesalahan/ketidaktepatan

Hal yang harus diperhatikan :


 Bila terjadi kesalahan dalam penulisan resep, koreksi tidak boleh
dilakukan dengan cara menimpa tulisan awal yang salah dengan
tulisan yang baru.
Jika dokter berada ditempat maka dokter mencoret tulisan yang tidak
jelas tersebut dan menulis perbaikan diatas coretan kemudian
membubuhkan paraf, seperti contoh di bawah :
Rx. Ceftriaxon No. VI ∫ 3 dd 1
menjadi
da Ceftazidim budi (paraf dokter)
Rx. Ceftriaxon No. VI ∫ 3 dd 1
53

 Jika dokter tidak berada di tempat, maka Depo Farmasi/Tenaga


Teknis Kefarmasian Depo farmasi dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi. seperti contoh di bawah :
Contoh : Rx. Ceftriaxon No. VI ∫ 3 dd 1
menjadi
da Ceftazidim acc dr. Budi tgl 17/08/11 pkl 13.44 YN
Rx. Ceftriaxon No. VI ∫ 3 dd 1
 Hasil konfirmasi melalui perawat dilakukan dengan memberikan
catatan nama perawat yang dihubungi dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi.
 Resep lebih dari 2 (dua) coretan harus diganti dengan lembar resep
baru.
 Kesalahan penulisan tanggal pada resep harus diganti dengan resep
baru.

D. Automatic Stop Order.


Automatic Stop Order adalah suatu sistem penghentian pemberian obat
secara otomatis agar tidak timbul efek yang tidak diinginkan atau
berkembangnya resistensi antibiotika.

Obat yang termasuk dalam kebijakan automatic stop order adalah obat
yang sesuai dengan restriksi Fornas contoh :
No Nama Obat Stop Order
1 Ketorolac injeksi 30 mg/ml 2 – 3 amp/ hari
Maks 2 hari
2 Ketoprofen sup 100 mg 2 sup/hari,
Maks 3 hari
3 N asetil sistein Maks 10 kaps
/kasus
4 Lansoprazol injeksi 20 mg/ml 1-3 amp/hari
Maks 3 hari
54

E. Penyiapan Obat
PENGERTIAN:
Yang dimaksud dengan penyiapan obat adalah proses mulai dari
resep/instruksi pengobatan diterima oleh Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian Depo farmasi sampai dengan obat siap diserahterimakan
kepada perawat di ruang rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap,
atau sampai dengan obat diterima oleh pasien/ keluarga pasien rawat jalan
dengan jaminan bahwa obat yang diberikan tepat dan bermutu baik. Yang
termasuk juga dalam penyiapan obat adalah pencampuran obat suntik
tertentu, penyiapan obat sitostatika dan nutrisi parenteral.

F. Pemberian Obat
1. Obat yang telah disiapkan petugas farmasi (Tenaga Teknis Kefarmasian
Depo Farmasi) harus diverifikasi oleh Tenaga Teknis Kefarmasian lain
dengan prinsip lima benar yaitu : benar identitas pasien, benar obat,
benar jumlah dan dosis, benar waktu/frekuensi pemberian, dan benar
cara pemberian.
2. Perawat ketika menerima obat dari petugas farmasi melakukan verifikasi
dengan prinsip lima benar yaitu : benar identitas pasien, benar obat,
benar jumlah dan dosis, benar waktu/frekuensi pemberian, dan benar
cara pemberian.
3. Perawat sebelum memberikan obat ke pasien melakukan verifikasi
dengan prinsip lima benar yaitu : benar identitas pasien, benar obat,
benar jumlah dan dosis, benar waktu/frekuensi pemberian, dan benar
cara pemberian.
4. Standar waktu pemberian obat:
Signa Jam pemberian (WIB)
1 x 1 pagi 06 – 07
1 x 1 sore 16 – 17
1 x 1 malam 21 – 22
2x1 06 – 07 / 10 – 11; 18 – 19 / 22 - 23
3x1 06 – 07; 14 – 15; dan 22 – 23
4x1 06-07; 12-13; 18-19 dan 22-23
5x1 06-07; 10-11; 15-16; 20-21; 23;24
6x1 05-06; 9-10; 13-14; 17-18; 21-22; 01-02
55

Jadwal ini tidak berlaku untuk obat antibiotika, program pengobatan


khusus (seperti propilaksis, kemoterapi dll), dan pasien di ruang rawat
intensif.

Untuk obat antibiotika, obat diberikan dengan prinsip around the clock
yaitu dibagi 24 jam, misalnya untuk pemakaian obat 2 kali sehari
diberikan tiap 12 jam.

G. Penandaan Obat
Secara garis besar, penandaan obat di RSUP Dr. M. Djamil dibagi menjadi
dua, yaitu Label dan Etiket. Label digunakan untuk memberikan tanda pada
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
yang membutuhkan perhatian khusus, sedangkan Etiket digunakan pada
semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang telah selesai disiapkan dan akan diantarkan ke ruang rawat atau
diberikan kepada pasien.
Jenis-jenis label adalah :
Label Untuk
Obat yang memerlukan kewaspadaan
HIGH tinggi (high alert), ditempelkan pada wadah
ALERT obat kemasan terkecil untuk elektrolit
konsentrat/pada rak penyimpanan untuk
high alert lainnya.
Obat yang masuk dalam daftar look alike
sound alike, yaitu memiliki
CAUTION nama/penampilan yang mirip dengan obat
lain. Ditempelkan pada rak/wadah obat.
L.A.S.A

Obat sitostatik yang harus ditangani


OBAT KANKER dengan hati hati oleh setiap petugas yang
TANGANI DENGAN
menyimpan dan mendistribusikannya,
HATI- HATI ditempelkan pada wadah obat kemoterapi
kemasan terkecil.
Obat yang waktu kadaluarsanya kurang
Tgl Exp : dari 3 bulan ditempelkan pada wadah obat.
Catatan : selain label, bisa juga digunakan
56

plastik klip berwarna kuning sebagai wadah


obat (tidak perlu label)

Jenis-jenis etiket adalah :


Jenis etiket Contoh
Etiket putih, INSTALASI FARMASI DR. M DJAMIL PADANG
untuk obat oral Jl. Perintis Kemerdekaan
Telp.(0751) 4788118
No. RM Tanggal
Nama Pasien
Tgl lhr : Umur :
Nama Obat
Exp Date

Aturan pakai

INSTALASI FARMASI DR. M DJAMIL PADANG


Jl. Perintis Kemerdekaan
Telp.(0751) 4788118
No. RM Tanggal
Nama Pasien
Tgl lhr : Umur :
Nama Obat
Exp Date

Aturan pakai : .....x sehari.... sendok teh/makan


Sebelum/sesudah makan
Kocok dahulu sebelum diminum
57

Etiket biru, INSTALASI FARMASI DR. M DJAMIL PADANG


untuk obat non Jl. Perintis Kemerdekaan Telp.(0751) 4788118
oral/obat luar No. RM Tanggal
Nama Pasien
Tgl lhr : Umur :
Nama Obat
Exp Date

Aturan pakai
Kocok dahulu sebelum dipakai

INSTALASI FARMASI DR. M DJAMIL PADANG


Jl. Perintis Kemerdekaan Telp.(0751) 4788118
No. RM Tanggal
Nama Pasien
Tgl lhr : Umur :
Nama Obat
Exp Date

Aturan pakai
Obat Luar

Prosedur
Petugas farmasi memberikan label khusus pada obat/bahan

6.1.8. Pengembalian Perbekalan Farmasi


a. Dari Pasien
Pengertian
Pengembalian (retur) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari pasien adalah proses pengembalian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
digunakan pasien karena perubahan terapi, pasien meninggal, pasien
pulang atau pindah ruang rawat.
58

Kebijakan Pengembalian/retur:
- Masih dalam kemasan asli (tidak terbuka)
- Label (nama obat, kekuatan, nomor batch, tanggal kadaluarsa) masih
terbaca jelas,
- Bukan obat racikan, obat termolabil dan tablet tanpa kemasan
- Harga yang dikembalikan: harga jual – biaya administrasi.
- Bagi pasien rawat inap, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai hanya dapat dikembalikan selama status pasien
masih dirawat di RSUP Dr. M. Djamil.
- Bagi pasien rawat jalan:
 Tidak lebih satu minggu dari tanggal kuitansi
 Membawa kuitansi asli, etiket obat serta keterangan dari dokter
yang menyatakan bahwa Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai tersebut sudah tidak digunakan.

b. Dari Unit Kerja


Pengertian
Pengembalian (retur) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari unit kerja adalah serangkaian kegiatan di unit
kerja dimulai dari seleksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang kadaluarsa dan atau rusak, penandaan,
penarikan, pencatatan, kemudian mengirimkan ke Instalasi farmasi.

Prosedur:
1. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dikelola oleh unit kerja, berasal dari Instalasi Farmasi atau
bukan, bila telah kadaluarsa dan atau rusak harus dikembalikan/
dikirimkan ke Instalasi Farmasi.
2. Pengembalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai kadaluarsa dan atau rusak harus disertai Surat
Pengantar yang dilengkapi dengan daftar Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dikembalikan,
ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja.
3. Petugas unit kerja dan Gudang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai melakukan serah terima Sediaan
59

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang


dikembalikan.

c. Penarikan
Pengertian
1. Penarikan kembali Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah sebuah sistem yang digunakan oleh
Instalasi Farmasi untuk memperoleh kembali Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari seluruh tempat
distribusinya di rumah sakit disebabkan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tersebut ditarik oleh pabrik,
distributor, Badan POM, maupun oleh Instalasi Farmasi sendiri.
2. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat , alat
kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.

Tujuan
1. Memastikan bahwa Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang beredar adalah Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang terjamin mutunya.
2. Menghindari kejadian yang tidak diinginkan pada pasien akibat
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang seharusnya telah ditarik dari peredaran.

Secara rinci, penarikan obat, alkes, dan BMHP dapat dilihat pada SPO
Penarikan Obat, Alkes, dan BMHP.

6.1.9. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor mutasi Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang terjadi di Instalasi
Farmasi.
Pencatatan dapat dilakukan secara manual maupun elekronik, pada
umumnya menggunakan kartu stok dan sistem informasi farmasi.
60

Data pada kartu stok manual maupun elektronik dapat memberikan


informasi antara lain :
a. Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tersedia
b. Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima
c. Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang didistribusikan
d. Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang hilang/ rusak

Tujuan
Informasi yang diperoleh dapat bermanfaat untuk :
a. Mengetahui stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tersedia dengan cepat
b. Penyusunan laporan mutasi
c. Penyusunan perencanaan pengadaan dan distribusi
d. Pertanggungjawaban oleh petugas pengelola Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
e. Alat bantu kontrol bagi Penanggung Jawab/Pengelola Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai atau Kepala
Instalasi Farmasi.

Pelaporan
Pelaporan adalah serangkaian kegiatan dimulai dengan mengumpulkan
data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tersedia, yang masuk dan yang keluar, yang rusak dan atau
kadaluarsa, untuk periode waktu tertenu, kemudian disusun dalam format
tertentu, untuk diserahkan kepada pihak yang berkepentingan.

Tujuan
- Tersedianya data mutasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang dikelola oleh Instalasi Farmasi
- Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi dan
penyusunan perencanaan
- Memudahkan petugas untuk melakukan pengawasan dan
pengendalian
61

Prosedur:
1. Setiap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima harus terdokumentasi dengan benar dan baik.
2. Pencatatan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima dilakukan pada kartu stok masing – masing
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai atau
sistem informasi farmasi.
3. Laporan mutasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai (setiap bulan) dan Laporan Stok Opname (setiap 3 bulan)
dibuat oleh Depo Farmasi, Gudang Farmasi, dan unit kerja lain di
bawah koordinasi Instalasi Farmasi.
4. Laporan mutasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dan stok opname yang dibuat oleh Unit Kerja dikirimkan
ke Instalasi Farmasi.
5. Instalasi Farmasi diwajibkan membuat laporan yang ditujukan kepada
Direktur Medik dan Keperawatan terdiri dari :
- Laporan Mutasi Perbekalan Farmasi
- Laporan Narkotika
- Laporan stok opname (setiap 3 bulan)
- Laporan Indikator Kinerja Unit
- Laporan penulisan resep sesuai Formularium Nasional
- Laporan Medication error (Prescription Error)
- Laporan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang jarang dgunakan/tidak digunakan 3 (tiga)
bulan berturut-turut.
- Laporan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang mendekati kadaluarsa dan kadaluarsa.

6.1.10. Pemusnahan
PENGERTIAN:
Pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai adalah rangkaian kegiatan mulai dari seleksi Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang kadaluarsa/ rusak,
penandaan, penarikan, pencatatan, menghitung nilai rupiah, sampai proses
penghapusan.
62

TUJUAN:
1. Menjamin pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang sudah tidak memenuhi syarat yang digunakan
2. Menghindari penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang sub standar
3. Mengurangi beban penyimpanan.

6.1.11. Pengawasan dan Pengendalian


A. PENGAWASAN
Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memastikan bahwa
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku.
Tujuan
1. Menjaga mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang dikelola
2. Meningkatkan mutu kinerja pengelola Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga akan
meningkatkan mutu pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pelanggan.

Kegiatan pengawasan dan pengendalian persediaan harus dilakukan


untuk memberi masukan dalam pengambilan suatu keputusan yang
berkaitan dengan pengelolaan dan pelayanan perbekalan farmasi.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan adalah :


1. Mengukur persentase kesesuaian sarana dan fasilitas penyimpanan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dibandingkan dengan standar.
Sarana dan fasilitas penyimpanan yang sesuai standar dapat
memperkecil persentase dan nilai rupiah Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang rusak dan atau
kadaluarsa.
2. Mengukur batas waktu respons dalam penyelesaian usulan
perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai baik rutin maupun non rutin.
3. Mengukur persentase pemenuhan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
63

B. PENGENDALIAN
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh
Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
di Rumah Sakit.

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
dan kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow
moving);
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

6.1.12. PENANGANAN OBAT KHUSUS


1. OBAT HIGH ALERT
a) Pengelolaan obat high alert adalah serangkaian kegiatan pengaturan
obat – obat yang secara khusus terdaftar di RSUP Dr. M. Djamil dalam
kategori obat mempunyai risiko tinggi yang dapat menyebabkan
kerusakan secara serius (harm) apabila terjadi kesalahan (Medication
Error) dalam penanganan dan penggunaannya yang dimulai dari
penyimpanan, peresepan, penyiapan sampai pada tahap
penggunaan/pemberian obat.
b) Obat yang masuk dalam kategori obat High Alert:
a. Obat elektrolit pekat: NaCl 3 %
64

b. Obat Kemoterapi
c. Obat Kategori LASA (look alike-sound alike)
c) Elektrolit konsentrat adalah serangkaian kegiatan pengaturan obat-obat
mengandung elektrolit pekat yang mempunyai risiko tinggi dapat
menyebabkan toksisitas secara serius (harm) apabila terjadi kesalahan
(Medication Error) dalam penanganan dan penggunaannya yang dimulai
dari penyimpanan, peresepan, penyiapan, sampai pada tahap
penggunaan/pemberian obat.
d) Obat-obat yang memiliki kemiripan bunyi, nama, atau penampilan
tersebut, disebut obat LASA (Look Alike Sound Alike).

Daftar obat high alert ditentukan oleh Instalasi Farmasi (daftar terlampir)

DAFTAR OBAT HIGH ALERT


KELOMPOK ELEKTROLIT KONSENTRAT

NO NAMA DAGANG NAMA GENERIK


1 NACL 3 % 500 ML Natrium Klorida 3 %

DAFTAR OBAT HIGH ALERT


KELOMPOK INJEKSI

NO NAMA GENERIK NAMA DAGANG


1 asam ibandronat BONEVELL
2 asam zoledronat ZOMETA 4mg/5ml
3 asparaginase LEUNASE 10.000 IU
4 bevasizumab AVASTIN 10 mg
5 bleomisin BLEOCIN 15 mg
6 cisplatin CISTEEN 10 MG
CISTEEN 50 MG
7 dactinomycin ACTINOMICIN D
8 dakarbazin DACARBAZIN
9 daunorubisin DAUNOCIN 20 mg
10 disodium klodronat tetrahidrat ACTABON
11 doksorubisin DOXORUBICIN 10 MG
DOXORUBICIN 50 mg
KEMODOXIN 10 mg
KEMODOXIN 50 mg
12 dosetaksel BREXEL 20 mg
BREXEL 80 mg
65

DOSETAKSEL 80MG/2ML
DOSETAKSEL 20MG/0,5ML
DAXOTEL 80MG
13 epirubisin EPIRUBISIN 10 MG/5 ML
EPIRUBISIN 50 MG/25 ML
14 etoposid ETOPUL 100 mg/ 5 ml
15 fluorourasil CURACIL 250 mg
CURACIL 500 mg
FLUOROURACIL 250 MG
FLUOROURACIL 500MG
16 gemsitabin GEMCITABIN 1GR
GEMCITABIN 200 MG
GEMSICAL 1 GR
GEMSICAL 200 mg
GEMEDAC 1 GR
GEMEDAC 200 mg
17 goserelin asetat ZOLADEX 3,6 mg
ZOLADEX 10,8 mg
18 Irinotecan CAMPTO 100 MG
19 kalsium folinat (leukovorin, Ca) CALSIUM FOLINAT 50MG/ML
LEUCOVORIN 50 mg
20 karboplatin KEMOBOTIN 150
KEMOBOTIN 450
CARBOPLATIN 150 mg/15 ml
CARBOPLATIN 450
21 leuprorelin asetat TAPROS 1,88 MG
TAPROS 3,75M
TAPROS 3M
22 mesna UROMITEXAN 400 MG/4 ML
23 methotrexate METHOTREXATE 50MG/2ML
24 oksaliplatin OXALIPLATIN 50 MG
OXALIPLATIN 50 MG MEDAC
25 paclitaxel PACLITAXEL 30 MG
FONCOPAC 100 mg
FONCOPAC 300 mg
SINDAXEL 30 mg
PAXOMED 100 mg
26 rituksimab MABTHERA 100 mg
MABTHERA 500 mg
27 setuksimab ERBITUX 5 mg/ml
28 siklofosfamid CYCLOPHOSPAMID 50 mg
ENDOXAN 1000 mg
ENDOXAN 200 mg
CYCLOVID 500 mg
29 sisplatin CISPLATIN 10 mg
66

CISPLATIN 50 mg
30 sitarabin CYTARABIN DBL 1 gr
31 trastuzumab HERCEPTIN 440 mg
32 vinorelbin VINORELBIN
33 vinblastin VINBLASTIN 10 MG
34 vinkristin VINCRISTINE 1 mg
VINCRISTINE 2 mg

DAFTAR OBAT HIGH ALERT


KELOMPOK TABLET

NO NAMA DAGANG NAMA GENERIK


1 ARIMIDEX 1 MG TAB anastrozol
2 AROMASIN TAB eksemestan
3 CASODEX TAB bikalutamid
4 FEMARA TAB Letrozol
5 FLUDARA TAB Fludarabin
6 GLIVEC TAB imatinib mesilat
7 IRESSA Gefitinib
8 LEZRA Letrozol
9 METHOTREXAT 2,5 MG TAB Metotreksat
10 TAMOKSIFEN 20 MG TAB Tamoksifen
11 TARCEVA Erlotinib
12 TYKERB 250 MG Lapatinib
13 XELODA TAB Kapesitabin

DAFTAR OBAT HIGH ALERT


KELOMPOK LASA
(Look Alike - Sound Alike)

No Look - Alike (Mirip Bentuk)


1 Acarbose 100 mg tab ACARBOSE 50 MG
2 Amiodarone Injeksi Norepinefrin bitartrat 4 mg Injeksi,
Dobutamin Injeksi
3 Alopurinol 100 mg Tablet Alopurinol tab 300 mg
4 Amlodipin 5 mg Tablet Amlodipin* 10 MG Tablet
5 Amoksisilin 125 mg syrup Erythromycin Syrup
6 Asam Traneksamat * 250 mg Injeksi Asam Traneksamat * 500 mg Injeksi
7 ASERING ASERING 5
8 Asiklovir 200 mg Tablet Asiklovir 400 mg Tablet
67

9 Candesartan * 16 mg Tablet Candesartan * 8 mg Tablet


10 Captopril 12,5 mg Tablet Captopril 25 mg Tablet
11 CARBOPLATIN 150 mg/15 ml Injeksi CARBOPLATIN 450 mg/45 ml
12 Ceftriakson Injeksi Farsorbid 10 ml Injeksi
13 Ciprofloxacin 100 ml Parasetamol 10 mg/ml infus
14 Cisplatin 10 mg Injeksi Cisplatin 50 mg Injeksi
15 CISTEEN 1Omg CISTEEN 50mg
16 Clindamycin 150mg Clindamycin 300mg
17 DEPAKOTE 250 mg Tablet DEPAKOTE ER 250mg, DEPAKOTE ER
500mg
18 Diazepam injeksi Fenobarbital 50 mg/ml Injeksi =
Fitomenadion 10 mg/ml Injeksi = Epinefrin
Injeksi
19 Difenhidramin Injeksi Lidokain 2 % injeksi
20 Docetaksel * 20mg/0,5ml Injeksi Docetaksel * 80mg/2ml Injeksi
21 Doxorubicin 10 mg/ 5 ml Injeksi DOXORUBICIN 50 mg/vial Injeksi
22 DUMIN RECT TUBE 125MG/2.5ML DUMIN RECT TUBE 250MG/4 ML
23 DUROGESIC * 12,5 mcg/Jam DUROGESIC * 25 mcg/Jam
24 Endoxan Injeksi Holoxan Injeksi
25 EXJADE * 250 MG Tab EXJADE 500mg
26 Glimepiride 1 mg Tablet Glimepiride 2 mg Tablet, Glimepiride 4mg
27 Haloperidol 0,5 mg Tablet Haloperidol 1.5 mg Tablet, Haloperidol 5
mg Tablet
28 HERBESSER CD 100 Kapsul HERBESSER CD 200 Kapsul
29 Ibuprofen 200 mg Tablet Ibuprofen 400 mg Tablet
30 Irbesartan * 300 mg Tablet Irbesartan 150 MG Tab
31 Isoniazid (INH) * 100 mg Tablet Isoniazid (INH) * 300 mg Tablet
32 KOATE DVI 230 IU- 400 IU KOATE DVI 450 IU- 600 IU
33 LAMICTAL 25mg LAMICTAL 50mg
34 Levofloxacin 500 mg/100 ml infus Ciprofloxacin 2 mg/ml Infus
35 Lisinopril 10mg Lisinopril 5mg
36 LOVENOX * 60 mg / 0.6 ml Injeksi LOVENOX 20mg/0.2ml INJEKSI,
LOVENOX 40 mg / 0,4 ml Injeksi
37 Metformin 500 mg Tablet Metformin 850 mg Tablet
38 Micardis 80 mg Tablet Micardis 40 mg, Pradaxa 75 mg Tablet,
Pradaxa 110 mg Tablet
39 MST Continous 10 mg Tablet MST Continous 15 mg Tablet
40 Natrium Diklofenak 25 mg Tablet Natrium Diklofenak 50 mg Tablet
41 Nicardipine 10 mg/10 ml Aminopylline 10 ml Injeksi
42 ONBREZ 150 ONBREZ 300
43 Ondansetron 4 mg Tablet Ondansetron 8 mg Tablet
44 ONZAPIN 10 MG ONZAPIN 5 MG
45 PLASBUMIN 20 % 100 ML PLASBUMIN 20 % 50 ML, PLASBUMIN 25
% 100ML, PLASBUMIN 25% 20 ML,
PLASBUMIN 5% 250 ml, PLASBUMIN 5%
50ml
46 PROGRAF 0.5mg PROGRAF 1mg
68

47 Ramipril 2,5 mg Tablet Ramipril 5 mg Tablet = Ramipril 10 mg


Tablet
48 Rifampisin 300 mg Kapsul Rifampisin 450 mg Kaps, Rifampisin 600
mg Kaps
49 SANDIMMUN NEORAL* 25 mg Tablet SANDIMUN NEORAL* 100 mg Kapsul
50 SIFROL 0,375mg SIFROL 0,75 MG
51 Spironolacton 25 mg Tablet Spironolakton 100 mg Tablet
52 STESOLID RECTAL 10mg/ml 2,5m STESOLID RECTAL 5 mg/2,5ml
53 SYMBICORT TURB* 160/4,5 mcg SYMBICORT* 80/4,5 mg
54 TANAPRES * 10MG TABLET TANAPRES * 5MG TABLET
55 TAPROS 1,88 MG TAPROS 3M
56 TARONTAL 300mg TARONTAL 400mg
57 TASIGNA 150mg TASIGNA 200mg
58 TEMODAL 100 MG TEMODAL 20 MG
59 TOPAMAX 100 TOPAMAX 25mg
60 TRIOFUSIN 1000 TRIOFUSIN 500, TRIOFUSIN E 1000
61 VALSARTAN-NI 160mg Tablet VALSARTAN-NI 80mg Tablet
62 Ventolin Nebulizer Flixotide Nebulizer
63 VINCRISTINE 1 mg Inj VINCRISTINE 2 mg Injeksi
64 Vitamin A 100.000 IU ( Retinol ) Vitamin A 200.000 IU (Retinol)
65 ZOLADEX 10,8 mg/5ml ZOLADEX* 3,6 mg/vial

No Sound - Alike (Mirip Bunyi)


1 ALLOPURINol HALOPERIDol
2 CISplatin CARBOplatin
3 DAUNOrubisin DOXOrubisin
4 DOXEtaxel PACLItaxel
5 GliBENCLAMID gliMEPIRIDE
6 KloRPROMAZin kloFAZIMin
7 LEVOfloxacin CIPROfloxacin
8 NiFEdipin niMOdipin
9 VINBLAStine VINCRIStine

Setiap depofarmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obathigh alert
dan panduan obat high alert.

PROSEDUR
A. Penyimpanan
1. Pisahkan obat-obat yang termasuk obat high alert sesuai dengan daftar obat
high alert.
2. Tempelkan stiker merah bertuliskan “high alert” pada setiap obat high alert.
3. Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high alert
yang terpisah dari obat lainnya.
69

4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat high alert lainnya yaitu
berdasarkan bentuk sediaan, suhu penyimpanan, tanggal kadaluarsa (sistem
FEFO), dan alfabetis namanya, tempelkan stiker obat sitostatik.
5. Obat sitostatik dengan LASA tidak diletakkan berdekatan satu sama lain dan
diberi label LASA.

B. Peresepan
1. Dokter meresepkan obat high alert secara tertulis (manual/elektronik), kecuali
pada kondisi emergensi dapat dilakukan secara verbal/lisan.
2. Dokter memastikan bahwa peresepan sudah lengkap dan benar dalam hal
indikasi, ketepatan obat, dosis, waktu, rute pemberian.

C. Penyiapan
1. Tenaga Teknis Kefarmasian Depo farmasi melakukan telaah resep obat high
alert.
2. Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta merah.
3. Jika Apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert dapat
didelegasikan pada Tenaga Teknis Kefarmasian yang sudah ditentukan.
4. Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum
obat diserahkan kepada petugas kesehatan lain/pasien (untuk obat tertentu)
dan keduanya menuliskan inisial nama pada lembar resep.
5. Tenaga Teknis Kefarmasian menyerahkan obat high alert kepada petugas
kesehatan lain/pasien (untuk obat tertentu) dengan memberikan penjelasan
yang memadai atau meminta mereka untuk membaca secara teliti panduan
obat high alert.

D. Pemberian
1. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat
lain harus melakukan pemeriksaan kembali secara independen yang terdiri
dari:
a. kesesuaian antara obat dengan rekam medik / instruksi dokter
b. ketepatan perhitungan dosis obat
c. identitas pasien
2. Perawat yang memberikan obat high alert secara infus harus memastikan:
a. ketepatan kecepatan pompa infus.
b. jika obat lebih dari satu, maka tempelkan label nama obat pada syringe
pump dan setiap ujung jalur selang.
70

c. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan


kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high
alert.

E. Pelabelan
1. Tempelkan stiker merah bertuliskan “high alert” pada rak/wadah penyimpanan
high alert, dan pada kemasan terkecil obat untuk obat elektrolit konsentrat.
2. Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high alert
yang terpisah dari obat lainnya.
3. Label untuk obat sitostatika ditempelkan stiker sitostatik berbentuk lingkaran
berwarna ungu dan bagi obat LASA adalah berupa stiker lingkaran biru
dengan kata LASA berwarna biru di tengahnya yang menandakan petugas
harus mewaspadai adanya obat lain yang mirip dengan obat yang diberi label
LASA.

2. NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan - golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini atau yang
kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

Prosedur
A. Peresepan
1. Dokter menuliskan resep dengan mencantumkan indikasi penggunaan
narkotika yang diresepkan, nama jelas dan nomor SIP
2. Resep asli dilengkapi dengan nama dan alamat pasien.
B. Penyimpanan
1. Depofarmasi wajib menyimpan narkotika secara terpisah di dalam lemari
khusus harus berkunci. Penyimpanan di depo dan gudang farmasi harus
berkunci ganda.
2. Setiap Sub Penanggung Jawab (Sub PJ) depo bertanggung jawab
terhadap kunci lemari dan keamanan penyimpanan narkotika.
3. Kunci lemari narkotika diberi tali berwarna biru dan dikalungkan pada
pemegang kunci yang ditunjuk oleh Sub PJ Depo.
4. Hanya pemegang kunci yang diizinkan untuk membuka lemari.
71

C. Pelayanan Resep
1. Jika resep belum lengkap secara administrasi, maka dokter harus
melengkapi terlebih dahulu.
2. Obat disiapkan sesuai resep, pengambilan harus mengurangi kartu stok
obat.
3. Sub PJ Depo Farmasi membuat laporan mutasi dan pemakaian obat
narkotika dan psikotropika setiap bulan ditujukan ke Kepala Instalasi
Farmasi.

3. SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


EMERGENSI
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai emergensi
adalah obat dan alat kesehatan yang penggunaannya harus segera dan bersifat
menyelamatkan jiwa dan hidup pasien (live saving).
Tujuan
1. Memudahkan unit kerja menggunakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai emergensi pada saat diperlukan
2. Menjamin Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
selalu tersedia dan siap pakai untuk mengatasi kegawat-daruratan pasien di
ruang rawat.

4. SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


DIBAWA PASIEN DARI LUAR
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
pasien dari luar adalah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang dibawa oleh pasien yang berasal dari luar Instalasi Farmasi
RSUP M.Djamil.

Prosedur:
1. Perawat tempat pasien dirawat akan menanyakan apakah pasien/keluarga
membawa obat.
2. Jika ada, perawat menghubungi petugas farmasi untuk dilakukan verifikasi.
3. Petugas farmasi akan menyimpan obat pasien pada tempat yang telah
disediakan pada masing – masing Depo Farmasi, dengan bukti serah terima
yang ditandangani pasien/keluarga dan petugas farmasi.
72

4. Obat yang dibawa pasien dari luar rumah sakit tersebut akan diserahkan
kembali saat pasien keluar dari ruang rawat dengan bukti serah terima.
5. Jika pasien tidak mau membawa pulang obat yang akan diserahkan petugas
farmasi, maka petugas Depo Farmasi akan mengembalikan obat ke gudang
farmasi untuk dilakukan pemusnahan sesuai dengan SPO Pemusnahan
Perbekalan Farmasi.
6. Jika pasien memutuskan akan menggunakan obat yang dibawa tersebut
(dengan persetujuan dokter) maka pasien diminta untuk menandatangani surat
pernyataan bahwa RSUP Dr. M. Djamil tidak bertanggung jawab terhadap
dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan obat tersebut.
7. Petugas farmasi melakukan verifikasi mutu produk secara visual (bentuk,
warna, bau, tanggal expired) dan mengisi Formulir Serah Terima Obat dari
Pasien yang terdiri dari 2 rangkap, satu untuk pasien dan yang satu lagi untuk
Depo farmasi.
8. Selanjutnya jika masih ada obat sisa akan dikembalikan ke pasien saat keluar
dari ruang rawat dengan formulir serah terima.

6.2. PELAYANAN FARMASI KLINIK


Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep;
2. Penelusuran riwayat penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10.Dispensing sediaan steril

6.2.1. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat.
Bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis Resep. Depo farmasi harus melakukan pengkajian resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
73

Persyaratan administrasi meliputi:


a. Nama, No. MR, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi
badan pasien
b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal Resep
d. Ruangan/unit asal Resep

Persyaratan farmasetik meliputi:


a. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
b. Dosis dan jumlah Obat
c. Stabilitas obat
d. Aturan dan cara penggunaan

Persyaratan klinis meliputi:


a. duplikasi pengobatan
b. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
c. kontraindikasi
d. interaksi obat.

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,


penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).

6.2.2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan obat oleh Apoteker adalah kegiatan tatap
muka antara Apoteker dengan pasien atau keluarga pasien dalam upaya
menelusuri informasi riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di
rumah sakit. Pasien baru dalam waktu 2x24 jam harus dilakukan wawancara,
diprioritaskan pasien dengan diagnosis riwayat penyakit kronis.

Tujuan
1. Mengetahui adanya kemungkinan riwayat alergi, efek samping dan efek-
efek yang tidak diharapkan akibat penggunaa obat.
2. Menilai kepatuhan pasien dalam penggunaan obat
74

3. Menyelaraskan rejimen terapi antara sebelum perawatan dan saat


perawatan.

Prosedur :
1. Mengidentifikasi data pasien dari rekam medik pasien meliputi riwayat
sosial dan riwayat penyakit keluarga.
2. Meminta pasien/keluarga pasien menunjukan obat-obat yang digunakan
sebelum dirawat di rumah sakit.
3. Apoteker menjelaskan kepada pasien/keluarga pasien mengenai kebijakan
Rumah Sakit terhadap obat yang dibawa pasien dari luar RSUP Dr.
M.Djamil.
4. Menanyakan tentang riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di
rumah sakit, meliputi:
- nama obat yang digunakan (nama generik/nama dagang) cara
perolehan (resep, non resep) termasuk obat herbal dan suplemen
- dosis/aturan pakai,
- lama penggunaan obat, (kapan mulai menggunakan dan kapan
dihentikan),
- bagaimana obat digunakan (dengan jadwal teratur, kadang-kadang,
jika timbul gejala saja, dll),
- sumber obat
- jumlah obat tersisa
5. Menanyakan apakah pasien mempunyai riwayat alergi obat dan/atau efek
samping obat. Jika pasien mempunyai riwayat ini, maka ditelusuri :
- nama obat (nama generik dan nama dagang),
- bentuk sediaan,
- dosis,
- kapan terjadi,
- selang waktu antaa obat digunakan dengan timbulnya reaksi yang
tidak diharapkan,
- obat – obat lain yanh digunakan bersamaan dengan obat yang
dicurigai,
- gejala-gejala reaksi.
6. Mendokumentasikan kegiatan wawancara kepada Lembar Riwayat
Penggunaan Obat untuk dimasukkan ke dalam rekam medik pasien.
75

6.2.3. Rekonsiliasi Obat


Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak
diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah
Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:
1. memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien
2. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
3. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:
1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping
Obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping obat,
dicatat tanggal kejadian, obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi
dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat
penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat
pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart.
Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua obat yang digunakan oleh pasien baik resep maupun obat bebas
termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.

2. Komparasi
Apoteker membandingkan data obat yang pernah, sedang, dan akan
digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan
dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau
diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik
pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter
pada saat penulisan resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana
dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.
76

3. Konfirmasi
Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi. Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi
kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
- menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja
- mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti,
dan
- memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi
obat.
4. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau
perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi obat yang diberikan.

6.2.4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi obaat (PIO) merupakan salah satu kegiatan pelayanan
farmasi klinik yang dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
Depo farmasi yang terlatih untuk memberikan informasi dan konsultasi tentang
obat secara akurat tidak bias dan faktual kepada dokter, apoteker, perawat,
tenaga kesehatan lainnya, pasien dan keluarga baik di rumah sakit maupun di
luar rumah sakit.
Pelayanan Informasi Obat meliputi Pelayanan Informasi Obat Aktif dan Pasif :
a. Pelayanan Informasi obat aktif meliputi membuat panduan, leaflet
b. Pelayanan Informasi obat pasif meliputi menjawab pertanyaan.
Tujuan :
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien, keluarga pasien,
tenaga kesehatan, dan umum di lingkungan rumah sakit maupun di luar
rumah sakit
2. Meminimalkan terjadinya kesalahan penggunaan obat
3. Menunjang terapi obat yang rasional

Prosedur:
1. Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat pasif :
1. Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Depo farmasi menerima
pertanyaan lewat telepon atau penanya yang datang langsung.
77

2. Jika membutuhkan waktu untuk penelusuran informasi maka meminta


nomor telepon penanya dan menyepakati waktu untuk dihubungi
kembali.
3. Melakukan penelusuran secara sistematis, mulai dari sumber informasi
tersier, sekunder, dan primer jika diperlukan.
4. Jika pertanyaan datang lewat surat, e-mail, faksimili, pertanyaan
dijawab maksimal 2x24 jam setelah pertanyaan diterima.
5. Setiap kualifikasi tenaga memiliki batas kewenangan masing-masing
dalam menjawab pertanyaan tentang obat

2. Pelaksaaan Pelayanan Informasi Obat Aktif


Apotekermembuat : brosur, leaflet

6.2.5. Pelayanan Konseling Obat


Pelayanan Konseling Obat adalah kegiatan edukasi kepada pasien tentang
penggunaan obat.
Pelayanan konseling meliputi konseling pasien rawat inap dan rawat jalan.

Tujuan:
- Meningkatkan pamahaman pasien terhadap penyakit dan tujuan
pengobatannya
- Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap rejimen terapi obat yang telah
ditetapkan
- Pasien menggunakan obat secara benar
- Mengoptimalkan hasil terapi obat.

Prosedur:
1. Melakukan seleksi pasien berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan dari
data rekam medik atau informasi dari dokter/perawat.
2. Memberikan informasi dan edukasi obat kepada pasien /keluarga,
terutama untuk obat yang akan digunakan secara mandiri oleh pasien
mengenai :
a. Indikasi
b. dosis
c. waktu
d. cara minum/ menggunakan obat
e. hasil terapi yang diharapkan
78

f. efek samping obat


g. dan hal-hal lain yang harus diperhatikan selama penggunaan obat.

6.2.6. Visite
Visite adalah kunjungan rutin ke pasien yang dilakukan oleh Apoteker secara
mandiri atau bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya
Prioritas pasien yang dilakukan visite adalah : pasien geriatri, pasien pediatri,
pasien di ruang perawatan intensif dengan kriteria:
- Pasien yang mendapat rejimen pengobatan lebih dari 7 item obat
(polifarmasi)
- Pasien yang mendapt rejimen pengobatan dengan indeks terapi sempit
- Pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi
- Pasien yang dipilih oleh Tim Terpadu

Prosedur:
1. Melakukan persiapan :
a. Mengumpulkan informasi penggunaan obat dari catatan penggunaan
obat, monitoring pengobatan dan wawancara dengan pasien/keluarga di
Depo farmasi.
b. Mengumpulkan data berupa keluhan pasien, hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnostik, penilaian dokter melalui rekam kedik dan
catatan pengobatan di ruang rawat.
c. Memeriksa penggunaan obat meliputi ketepatan indikasi, dosis ,rute,
injeksi, efek samping obat dan biaya.
2. Pelaksanaan :
a. Mengidentifikasi permasalahan pasien terkait penggunaan obat
b. Mencatat masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
c. Mencatat rekomendasi yang diberikan selama visite

6.2.7. Pemantauan Terapi Obat


Kegiatan evaluasi secara sistematis terhadap terapi obat yang diberikan
kepada pasien dalam upaya mencapai hasil terpai yang diinginkan.

Pemantauan terapi obat (PTO) seharusnya dilaksanakan untuk seluruh pasien.


Mengingat terbatasnya jumlah apoteker dibandingkan jumlah pasien, maka
perlu ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau. Pasien yang
79

diprioritaskan untuk mendapatkan pemantauan terapi obat adalah: pasien


rawatan intensif dengan kriteria :
- Pasien yang mendapat rejimen pengobatan lebih dari 7 item obat
(polifarmasi)
- Pasien yang mendapat rejimen pengobatan antibiotik lebih dari 4 jenis obat
(tidak termasuk obat TBC)
- Pasien yang mendapat rejimen pengobatan dengan indeks terapi sempit
- Pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi
- Pasien yang mengalami efek yang tidak diharapkan akibat penggunaan obat.

Prosedur:
a. Melakukan seleksi pasien berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan.
b. Mengumpulkan data pasien yang terdiri dari:
- Mengumpulkan data mengenai penggunaan obat pasien yang meliputi
dosis, rute, serta kemungkinan terjadinya interaksi dan efek samping obat
dari catatan pengobatan di Depo farmasi.
- Mengumpulkan data berupa keluhan pasien, hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnostik, penilaian dokter, diagnosa dan terapi dari rekam
medik serta catatan penggunaan obat dari kardeks di ruang rawat.
c. Mengidentifikasi masalah terkait obat.
d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat (rekomendasi
terapi).
e. Membuat rencana pemantauan.
f. Melakukan komunikasi dengan dokter dan perawat mengenai rekomendasi
pengobatan pasien.

6.2.8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi. Efek Samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi.
MESO bertujuan:
a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang;
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan;
80

c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi


angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang idak dikehendaki; dan
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.

Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:


a. mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ESO)
b. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO
c. mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo
d. mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Panitia Farmasi dan
Terapi;
e. melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan:


a. kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
b. ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

6.2.9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi Penggunaan obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

Tujuan EPO yaitu:


a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat
b. membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat
d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat

Kegiatan praktek EPO:


a. mengevaluasi pengggunaan obat secara kualitatif
b. mengevaluasi pengggunaan obat secara kuantitatif

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:


a. indikator peresepan
b. indikator pelayanan
81

6.2.10. Dispensing Sediaan Steril


Dispensing Sediaan Steril adalah pelayanan Instalasi Farmasi dalam
pencampuran sediaan steril sesuai perintah dokter dengan menggunakan
teknik dan perlengkapan yang aseptik.

Jenis Pelayanan Dispensing Sediaan Steril yang Dilakukan Instalasi Farmasi:


a. Pencampuran obat sitostatika
Proses pencampuran obat sitostatika dengan menggunakan teknik dan
perlengkapan aseptik yang aman sehingga diperoleh sediaan jadi
sitostatika steril yang siap langsung diberikan oleh perawat ke pasien.
b. TPN
Proses pencampuran beberapa Jenis nutrisi yaitu : protein, karbohidrat,
lemak, elektrolit, vitamin dan mineral dengan menggunakan teknik dan
perlengkapan aseptik sehingga diperoleh sediaan jadi Total Parenteral
Nutrition (TPN) steril yang siap langsung diberikan oleh perawat ke pasien.

Standar Dispensing Sediaan Steril


a. Sarana dan Prasarana
- Ruang Bersih (cleanroom) atau ruangan khusus dengan akses terbatas
- Untuk obat sitostaitka menggunakan Biological Safety Cabinet, minimal
tipe II- A1
- Untuk obat non-sitostatika menggunakan Laminar Air Flow Cabinet tipe
horizontal
- Alat pelindung diri :
 Jas lab/ innerware
 Pakaian terusan (jumpsuit) dengan bahan non-serabut yang menutupi
seluruh tubuh
 Masker
 Sarung tangan steril
 Kacamata googel
 Penutup kaki

b. Kompetensi SDM
- Memahami konsep teknik aseptic
- Telah mengikuti pelatihan IV admixture
- Telah mengikuti pelatihan TPN
82

- Telah mengikuti pelatihan penanganan obat sitostatika

c. Syarat Petugas
- Petugas yang sedang sakit atau mempunyai penyakit tidak boleh
bekerja dalam ruang steril
- Petugas yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan :
 Ruang Persiapan : jas lab/innerware, penutup rambut, sandal
khusus, dan khusus untuk tempat pencampuran obat sitostatika
menggunakan sarung tangan
 Ruang pencampuran : pakaian jumpsuit yang dilengkapi penutup
kepala dan sepatu khusus, masker dan sarung tangan. Khusus untuk
tempat pencampuran obat sitostatika menggunakan masker N95,
sarung tangan dua lapis, dan baju pelindung disposible tambahan.
- Cuci tangan dengan sabun aseptik setiap sebelum dan sesudah
menggunakan sarung tangan.

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik


aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi
petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian obat.

Dispensing sediaan steril bertujuan:


a. menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan;
b. menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
c. melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
d. menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.

Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :


a. Pencampuran Obat Suntik
Melakukan pencampuran Obat steril sesuai kebutuhan pasien yang
menjamin kompatibilitas dan stabilitas Obat maupun wadah sesuai dengan
dosis yang ditetapkan.
83

Kegiatan:
1) mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;
2) melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang
sesuai; dan
3) mengemas menjadi sediaan siap pakai.

Faktor yang perlu diperhatikan:


1) ruangan khusus;
2) lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan
3) HEPA Filter.

b. Penyiapan Nutrisi Parenteral


Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh
tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan
menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap
prosedur yang menyertai.
Kegiatan dalam dispensing sediaan khusus:
1) mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk
kebutuhan perorangan; dan
2) mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.

Faktor yang perlu diperhatikan:


1) tim yang terdiri dari dokter, Depo farmasi, perawat, ahli gizi;
2) sarana dan peralatan;
3) ruangan khusus;
4) lemari pencampuran Biological Safety Cabinet; dan
5) kantong khusus untuk nutrisi parenteral.

c. Penanganan Sediaan Sitostatik


Penanganan Sediaan Sitostatik maupun sediaan obatnya dari efek toksik
dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan
pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada
pasien sampai pembuangan limbahnya.

Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai


prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
84

Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi:


1) melakukan perhitungan dosis secara akurat;
2) melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai;
3) mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan;
4) mengemas dalam kemasan tertentu; dan
5) membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.

Faktor yang perlu diperhatikan:


1) ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai;
2) lemari pencampuran Biological Safety Cabinet;
3) HEPA filter;
4) Alat Pelindung Diri (APD);
5) sumber daya manusia yang terlatih; dan
6) cara pemberian Obat kanker.

Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan Obat kanker


secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh
tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan
terhadap lingkungan, petugas.

6.3. PENDIDIKAN, PENELITIAN, PENGEMBANGAN

6.3.1. PELATIHAN

Pengertian
a. Pelatihan khusus
Pelatihan yang diselenggarakan oleh Instalasi Farmasi untuk pegawai farmasi
RSUP.Dr.M.Djamil. Sumber dana pelatihan berasal dari Rencana Bisnis
Anggaran Instalasi Farmasi.

b. Pelatihan Umum
Pelatihan yang diselenggarakan oleh Instalasi Farmasi dibawah koordinasi
Bagian Diklat untuk pegawai RSUP. Dr. M. Djamil. Sumber dana pelatihan
berasal dari Rencana Bisnis Anggaran Diklat RSUP. Dr. M. Djamil
85

Tujuan
Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dari
tenaga farmasi di RSUP.Dr.M.Djamilsehingga mampu meningkatkan mutu
pelayanan farmasi di RSUP Dr.M.Djamil

6.3.2. PENYELENGGARAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) MAHASISWA

Pengertian
Pelaksanana bimbingan praktek kerja lapangan peserrta didik D3, S1 Profesi
dan S2 bidang farmasi yang telah memiliki Perjanjian Kerja Sama dengan RSUP
Dr. M. Djamil untuk jangka waktu tertentu.

Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan pada peserta didik yang mengikuti PKL di RSUP
Dr. M. Djamil

B. ALUR PELAYANAN
 ALUR PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN
1. Resep datang ke apotek , diterima oleh tenaga teknis kefarmasian
2. Resep diskrining oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian. Skrining resep
ini antara lain skrining administratif, skrining farmasetis, dan skrining klinis.
a. Skrining administratif. Berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep
maupun pemalsuan resep. Yang dianalisis dalam skrining ini antara lain ada
tidaknya maupun keaslian dari:
 ada tidaknya Nama,SIP, dan alamat dokter.
 ada tidaknya dan logis tidaknya Tanggal penulisan resep.
 ada tidaknya Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
 ada tidaknya Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
(jika perlu).
 benar salahnya Nama obat, sesuai tidaknya potensi obat, dosis, jumlah
yang minta.
 jelas tidaknya Cara pemakaian untuk pasien

b. Skrining farmasetis. Yakni menyesuaian dengan kondisi pasien tentang:


 bentuk sediaan, apakah cocok digunakan pasien?
86

 dosis apakah sesuai dengan umur, atau berat badan pasien. Sesuai disini
maksudnya dapat menyelesaikan problema terapi pasien. Disini akan
dihitung dosis dan apakah dosis over dosis atau tidak.
 potensi obat, cocok tidak khasiatnya dengan penyakit yang diderita
pasien,
 stabilitas, apakah apabila obat ini digunakan dalam bentuk sediaan
tertentu (misal cair), apakah stabil atau tidak
 inkompatibilitas, apakah obat satu berinteraksi dengan obat yang lainnya
ketika dicampur/ketika dibuat, apakah rusak atau tidak
 cara dan lama pemberian apakah dapat menyebabkan kenyamanan pada
pasien atau tidak.

c. Skrining klinis
 adanya alergi, efek samping, interaksi, obat
 kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain)
 disini juga harus benar – benar dicatat adalah
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi,
sehingga nanti bisa disampaikan pada saat konseling.
 apabila tahap skrining ini bermasalah, maka kita harus dapat mencari
solusi nya lalu memberikan solusi itu kepada dokter.

3. Cek ketersediaan obat di farmasi (konfirmasi kepada dokter penulis resep apabila
obat yang diresepkan tidak tersedia).
4. Penyiapan/peracikan obat
Tahap yang dilakukan pada penyiapan/peracikan obat antara lain
penyiapan/peracikan, dan penyerahan obat ke pasien. Yang melakukan tahpa ini
tidak harus apoteker, bisa tenaga ahli kesehatan seperti AA,ataupun tenaga
terlatih lainnya.
a. Peracikan. dalam peracikan, dilakukan kegiatan penimbangan obat,
pencampuran obat apabila obat perlu dicampur (dijadikan serbuk, cairan, dll),
kemudian pengemasan setelah obat berhasil dibuat. Dan tahap selanjutnya
adalah pemberian etiket. Yang harus diperhatikan adalah tahap ini harus
jelas prosedurnya, ada protab/sopnya dengan memperhatikan tahap tahap
kritikal seperti dosis yang harus tepat, pencampuran yang harus tepat. Etiket
87

pun harus jelas dan dapat dibaca serta mudah dipahami. Pengemasan pun
harus rapi dan dapat menjaga kualitas dari obat tersebut.
b. Penyerahan obat ke pasien.sebelum obat di serahkan kepasien, maka harus
dilakukan pengecekan kembali terhadap kesesuaian antara obat dengan
etiket, obat dengan resep. Di sini yang mengecek kembali adalah petugas
lain. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker/TTK dan dilakukan konseling
serta pemberian informasi, dan edukasi agar pasien dapat complience
maupun adherence.
5. Pemberian informasi, edukasi, dan konseling
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien
sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling,
mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi
atau perbekalan kesehatan lainnya.Untuk penderita penyakit tertentu seperti
cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker
harus memberikan konseling secara berkelanjutan agar bisa menghasilkan
output maksimal.
6. Monitoring Penggunaan Obat
Monitoring penggunaan Obat ini lebih dikhususkan oleh pasien – pasien yang
mempunyai penyakit kronis, seperti DM, hipertensi.

 ALUR PELAYANAN RESEP RAWAT INAP


1. KIO diterima oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
2. Resep diskrining oleh apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian meliputi:
a. Skrining administratif
 ada tidaknya Nama,SIP dan alamat dokter.
 ada tidaknya dan logis tidaknya Tanggal penulisan resep.
 ada tidaknya Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
 ada tidaknya Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
(jika perlu).
 benar salahnya Nama obat , sesuai tidaknya potensi obat , dosis, jumlah
yang minta.
88

 jelas tidaknya Cara pemakaian untuk pasien


b. Skrining farmasetis
c. Skrining klinis
3. Penginputan obat di SIM-RS
4. Penyiapan atau peracikan Obat (Lihat SPO)
5. Beri etiket
6. Serahkan obat kepada petugas pelayanan
7. Pemberian informasi, edukasi, dan konseling
8. Monitoring penggunaan obat ini lebih dikhususkan oleh pasien – pasien yang
mempunyai penyakit kronis, seperti DM, hipertensi.
89

BAB VII
DOKUMENTASI

1. Daftar Obat Kosong Depo Farmasi


2. Form Monitoring Obat baru
3. Form Rekonsilasi Obat
4. Form untuk entri data mutu
5. Form Informasi Hasil Pengkajian Resep
6. Form Informasi Kekosongan Obat
7. Form Kepatuhan Fomularium nasional
8. Form Supervisi
9. Form KIO
10. Form Pemantauan suhu
( Format terlampir )

Anda mungkin juga menyukai