Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FARMASI FISIKA II
RHEOLOGI

DISUSUN OLEH :
NAMA

: ZARAH SAGITA TAWULO

NIM

: O1A1 15 150

KELAS

:D

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa, karena atas limpahan Rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Rheologi tepat pada waktu yang ditentukan. Penulisan makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Fisika II, serta
mendorong semangat untuk membantu mahasiswa Farmasi, terutama dalam
mempelajari penyakit Rheologi. Selain itu, adanya makalah ini diharapkan
dapat mengisi kekurangan dan kekosongan makalah Farmasi Fisika II yang
membahas mengenai Rheologi secara sederhana aplikatif, dan mudah
dipahami.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan
berupa arahan atau bimbingan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
banyak pihak terutama pada dosen Pengampu mata kuliah Farmasi Fisika II
yang telah memberikan tugas makalah ini. Juga kepada keluarga dan para
sahabat yang dalam hal ini telah memberi motivasi dalam bentuk materi
maupun pemikiran sehingga dalam penyusunan buku ini berjalan dengan
lancar. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermafaat bagi semua
pihak khususnya bagi para pembaca dan penyusunan makalah ini.

Kendari, 29 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Definisi Rheologi.................................................................................. 3
2.2 Tipe Alir Zat.......................................................................................... 3
2.3 Viskositas.............................................................................................. 8
2.4 Penentuan Viskositas dan Tipe Viskosimeter........................................ 11
2.5 Penerapan Rheologi dalam Bidang Farmasi......................................... 13
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman modern ini tuntutan akan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin tinggi. Aplikasi dari perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi perlu dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan, tak
terkecuali pada aplikasi farmasi. Semakin hari formulasi sediaan farmasi yang
ada semakin menunjukkan peningkatan kualitas sehingga mampu
memberikan pelayanan yang maksimal pada pasien.
Kualitas formulasi sediaan farmasi seperti pasta, lotion, cream, emulsi,
suspensi dan lainnya perlu ditingkatkan untuk mendukung kinerja sediaan
yang baik. Kualitas yang harus ada pada sediaan farmasi yang diformulasi
misalnya keseragaman dosis, konsistensi sediaan, stabilitas sediaan,
bioavailabilitas dan pengemasan sediaan yang baik.
Salah satu dasar yang harus ada dalam ilmu formulasi sediaan farmasi
adalah tentang rheologi atau sifat alir cairan. Dengan mengetahui sifat dari
suatu zat yang akan digunakan dalam formulasi sediaan farmasi dan
menentukan tipe alirnya, maka kita akan lebih mudah dalam melakukan
formulasi suatu sediaan sehingga diharapkan akan menghasilkan sediaan
yang aman dan berkualitas secara terapeutik. Selain itu, prinsip rheologi
digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form)
sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga
meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube,
atau pelewatan dari jarum suntik. Dengan mempelajari sifat alir cairan
mahasiswa diharapkan mampu berperan dalam formulasi sediaan farmasi,
analisis sediaan farmasi dan mampu memilih alat yang tepat untuk pembuatan
sediaan farmasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah


pada makalah ini adalah :
a. Apa definisi dari rheologi?
b. Apa saja macam-macam tipe alir zat?
c. Apa yang dimaksud dengan viskositas?
d. Bagaimana cara penentuan viskositas dan apa saja tipe viskosimeter?
e. Bagaimana penerapan rheologi dalam bidang farmasi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui definisi dari rheologi.
b. Untuk mengetahui macam-macam tipe alir zat.
c. Untuk mengetahui viskositas.
d. Untuk mengetahui penentuan viskositas dan tipe viskosimeter.
e. Untuk mengetahui penerapan rheologi dalam bidang farmasi.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar dapat memperluas
pemahaman dari pembaca mengenai :
a. Definisi dari rheologi.
b. Macam-macam tipe alir zat.
c. Viskositas.
d. Penentuan viskositas dan tipe viskosimeter.
e. Penerapan rheologi dalam bidang farmasi.

BAB II
ISI
2.1 Definisi Rheologi
Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo
berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Reologi adalah studi mengenai sifat
aliran materi, terutama ketika dalam kondisi cair, serta juga deformasi dari
benda padat dan semi padat.
Rheologi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran
cairan dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara
tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada
cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat. Rheologi
sangat penting dalam farmasi karena penerapannya dalam formulasi dan
analisis dari produk-produk farmasi seperti: emulsi, pasta, suppositoria, dan
penyalutan tablet yang menyangkut stabilitas, keseragaman dosis, dan
keajekan hasil produksi. Misalnya, pabrik pembuat krim kosmetik, pasta, dan
lotion harus mampu menghasilkan suatu produk yang mempunyai konsistensi
dan kelembutan yang dapat diterima oleh konsumen (Pratama dan Karim,
2015).
2.2 Tipe Alir Zat
Penggolongan menurut tipe alir dan deformasinya ada dua, yaitu
sistem newton dan sistem non-newton.

Diagram rheologi (Muhajir, 2011)


1. Sistem newton

Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari


cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas
suatu cairan, akan makin besar pula gaya persatuan luas (shearing stress)
yang diperlukan untuk menghasilkan rate of shear tertentu, rate of shear
harus berbanding lurus dengan shearing stress . adalah koefisien
viskositas atau viskositas. Satuan viskositas adalah poise, didefinisikan
sebagai gaya geser yang diperlukan agar menghasilkan kecepatan 1
cm/detik di antara dua bidang sejajar cairan yang masing-masing luasnya 1
cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm.

S=G
Istilah fluiditas (f) didefinisikan sebagai kebalikan dari viskositas

Viskositas kinematik (), adalah viskositas mutlak seperti didefiniskan


di atas di bagi oleh kerapatan cairan. Satuan viskositas kinematik adalah
stoke (s) dan centistoke (cs)
Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan
yang bersifat ideal adalah pelarut, campuran pelarut, dan larutan sejati.
Shearing stress (S) atau gaya yang diperlukan per satuan luas berbanding
lurus dengan kecepatan aliran yang dihasilkan atau Rate of Shear (G).
contohnya adalah gliserol

Kurva aliran Newton


2. Sistem non newton

Hampir seluruh sistem disperse termasuk sediaan-sediaan farmasi


yang berbentuk emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak
mengikuti hukum newton (Non Newtonian Bodies).
Plastis

Tidak
dipengaruhi
waktu

Pseudoplastis

Dilatan
Non Newton
Tiksotropik

Di pengaruhi
waktu

Antitiksotropik
Rheopeksi

Bagan macam-macam aliran non-Newton

Aliran plastis

: yield value

S = G Rate of share

Kurva aliran non-Newton plastis

Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong


sumbu shearing stress pada suatu titik tertentu dikenal sebagai harga
yield. Yield value adalah harga yang harus dipenuhi agar cairan mulai
mengalir, sebelum yield value zat bertindak sebagai bahan elastis
setelah yield value siatem mengalir sesuai dengan sistem newton
dimana shearing stress berbanding dengan rate of shear. Adanya
Yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel
yang berdekatan (disebabkan oleh gaya van der Waals), yang harus
dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Sekali yield value terlampaui,
tiap kenaikan shearing stress selanjutnya mengakibatkan kenaikan
yang berbanding langsung pada rate of shear. Pada umumnya plastis
menyerupai sistem Newton pada shear stress di atas yield value.

Aliran pseudoplastis

S = G Rate of share
Kurva aliran non-Newton pseudoplastis
Kurva tidak linier dan tidak ada yield value
(melengkung).Viskositas menurun dengan meningkatnya rate of
share. Terjadi pada molekul berantai panjang seperti polimer-polimer
termasuk gom, tragakan, Na-alginat, metil selulosa,
karboksimetilselulosa. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan
pseudoplastis disebabkan karena kerja shearing terhadap molekulmolekul yang secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu
yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan
dalam dari bahan tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih
6

besar pada tiap shearing stress berikutnya. Jadi meningkatnya


shearing stress menyebabkan keteraturan polimer sehingga mengurang
tahanan dan lebih meningkatkan rate of share pada shearing stress
berikutnya
Sistem pseudoplastis disebut pula sebagai sistem geser encer (
shear-thinning) karena dengan menaikkan tekanan geser viskositas
menjadi turun. Contoh klasik adalah kecap atau saus tomat yang untuk
mengeluarkannya dari botol harus mengocoknya kuat-kuat.

Aliran dilatan

Kurva aliran non-Newton dilatan


Sistem aliran dilatan disebut juga sebagai system geser kental
(shear-thickening system). Istilah dilatan dikaitkan dengan
meningkatnya volume . Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat aliran
dilatan dimiliki oleh suspensi yang berkonsentrasi tinggi (>50%) dari
partikel yang terdeflokulasi, contohnya adalah pencampuran veegum
dan CMC. Viskositas meningkat dengan bertambahnya rate of
shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan kembali ke keadaan
fluiditas aslinya.
Mekanisme sistem aliran dilatan yaitu pada saat istirahat,
partikel-partikel tersebut tersusun rapat dengan volume antar partikel
atau volume void (kosong) minimum. Tetapi jumlah pembawa
dalam suspensi tersebut cukup untuk mengisi volume ini dan
menyebabkan partikel-partikel bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya pada rate of shear rendah. Pada saat shear stress meningkat,
bulk dari sistem tersebut mengembang atau memuai. Partikel-partikel

tersebut, dalam usahanya untuk bergerak lebih cepat satu melampaui


lainnya, mengambil bentuk kemasan terbuka. Susunan tersebut
mengakibatkan meningkatnya volume void (kosong) di antara
partikel. Jumlah pembawa yang tinggal adalah tetap ( konstan) dan
pada beberapa titik menjadi tidak cukup untuk mengisi ruang-ruang
kosong antar partikel menjadi lebih besar. Oleh karena itu hambatan
aliran meningkat karena partikel-partikel tidak terbasahi atau dilumasi
secara sempurna lagi oleh pembawa tersebut, sehingga suspensi akan
seperti pasta yang kaku. Bahan-bahan dilatan bisa menjadi padat pada
kondisi shear yang tinggi, dengan demikian dapat merusak alat pada
proses pembuatan.
2.3 Viskositas
Viskositas adalah besaran yang menyatakan tahanan dari cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka cairan sukar mengalir (Pratama dan
Karim, 2015). Viskositas suatu fluida merupakan daya hambat yang
disebabkan oleh gesekan antara molekul-molekul cairan, yang mampu
menahan aliran fluida sehingga dapat dinyatakan sebagai indikator tingkat
kekentalannya. Nilai kuantitatif dari viskositas dapat dihitung dengan
membandingkan gaya tekan per satuan luas terhadap gradien kecepatan aliran
dari fluida (Warsito dkk., 2012). Makin kental suatu cairan, makin besar gaya
yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu.
Viskositas dispersi kolodial dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase
dispersi. Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem dispersi dengan
viskositas rendah, sedang sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid
linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas
merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.
Viskositas mula-mula diselidiki oleh Newton, yaitu dengan
mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu seperti pada gambar
berikut :

Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar


satu sama lain. Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya
bergerak dengan kecepatan konstan, sehingga setiap lapisan akan bergerak
dengan kecepatan yang berbanding langsung dengan jaraknya terhadap lapisan
terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan dv antara dua lapisan yang
dipisahkan dengan jarak dx adalah dv/dx atau kecepatan geser (rate of share).
Sedangkan gaya satuan luas yang dibutuhkan untuk mengalirkan zat cair
tersebut adalah F/A atau tekanan geser (shearing stress) (Astuti dkk, 2008).
Menurut Newton :
F/A

= dv/dx

F/A

= dv/dx

= F/A
dv/dx

= koefisien viskositas, satuan Poise


Viskositas dinyatakan dalam simbol . Viskositas merupakan

perbandingan antara shearing stress F/A dan rate of shear dv/dr. Satuan
viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2.
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka
viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas dari
suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskositas akan meningkat dengan
makin tingginya temperatur ( Martin, 2006).
Hubungan antara viskositas dengan suhu dapat ditunjukkan pada
persamaan Arrhenius :
= A e Ev/RT

A : konstanta yang tergantung pada berat molekul dan volume molar zat
cair
Ev : energi aktivasi
R : konstanta gas
T : suhu mutlak
Viskositas dari suatu fluida merupakan sifat penting dalam analisis
perilaku cairan dan gerakan cairan dengan batas tertentu. Viskositas adalah
resistansi cairan untuk geser atau aliran dan merupakan ukuran dari properti
cairan perekat / kohesif atau friksional. Resistensi ini disebabkan oleh gesekan
antarmolekul diberikan ketika lapisan cairan mencoba untuk saling berpindah
dengan satu sama lain. Sehingga viskositas merupakan ukuran hambatan
(resitansi) suatu bahan terhadap aliran. faktor-faktor yang mempengaruhi
viskositas dari fluida cair antara lain (a). Tekanan dimana viskositas cairan
naik dengan naiknya tekanan. Tekanan pada viskositas fluida akan
memberikan pengaruh pada ikatan partikel-partilkel pada zat cair. (b).
Temperatur dimana viskositas akan turun dengan naiknya temperatur.
Pemanasan zat cair menyebabakan molekul molekulnya memperoleh energi.
Molekul- molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul
melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan
temperatur. (c) Ukuran dan berat molekul dimana viskositas naik dengan
naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju
alirannya lambat dan kekentalannya tinggi. Larutan minyak misalnya CPO
memiliki kekentalan tinggi serta laju aliran lambat sehingga viskositas juga
tinggi. (d). Kekuatan antar molekul dimana semakin besar ikatan antar
molekul suatu zat cair maka nilai viskositas yang dimiliki akan semakin tinggi
(Juhantoro, dkk., 2012).
Viskositas dapat berpengaruh pada formulasi sediaan-sediaan farmasi,
contohnya pada sediaan suspensi, tidak boleh terlalu kental (viskositas tinggi)
sehingga menyebabkan suspensi tidak bisa di kocok, hal ini dapat
menyebabkan distribusi zat aktif tidak merata pada seluruh cairan dan juga
akan mengalami kesulitan pada saat penuangan, contoh lain untuk sediaan
10

mata, viskositas dinaikkan untuk membantu menahan obat pada jaringan


sehingga menambah efektivitas terapinya.
Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar
partikel zat cair. Viskositas dalam gas yang berperan adalah gaya akibat
tumbukan antar molekul-molekul dalam gas. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya
bahan bahan yang distribusi kecepatan sulit mengalir dikatakan memiliki
viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan
hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai :
Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan
gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newton, di mana
perbandingan antara tegangan geser dengan kecepatan gesernya konstan.
Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat
digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara
kedua bidang tersebut. (Martin, 1993).
Pada dasarnya makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar
pula gaya per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu rate of shear tertentu, sehingga rate of shear harus
sebanding langsung dengan shearing stress.
2.4 Penentuan Viskositas dan Tipe Viskometer
Berhasil tidaknya penentuan dan evaluasi sifat-sifat rheologis dari
suatu sistem tertentu bergantung pada pemilihan alat ukur viskositas
(viskosimeter). Semua viskosimeter dapat digunakan untuk menentukan
viskositas cairan Newton dan hanya viskosimeter yang bekerja pada berbagai
rate of shear yang dapat digunakan untuk cairan non-Newton.
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang
dinamakan viskometer. Viskometer dibagi menjadi dua, yaitu viskometer satu
titik (misalnya, viskometer kapiler, bola jatuh atau hoeppler, penetrometer,
plate-plastometer, dll). Sedangkan viskometer titik ganda (misalnya
viskometer rotasi tipe stromer, Brookfield, rotovisco, dll). Ada beberapa tipe
viskometer yang biasa digunakan antara lain:

11

a.

Viskometer kapiler / Ostwald


Viskositas dari cairan Newton bisa ditentukan dengan mengukur
waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda
ketika ia mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu
alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan
bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk
lewat 2 tanda tersebut (Martin, 1993).

b. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat gaya archimides.
Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca)
melalui tabung gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang diselidiki.
Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel
(Martin, 1993).
c. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar
dari bob dan dinding dalam dari cup di mana bob masuk persis di tengahtengah. Kelemahan viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkan geseran yang tinggi di sepanjang keliling bagian tube
sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini
menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini
disebut aliran sumbat (Martin, 1993).
d. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan di tengah-tengah
papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya
digeser di dalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar (Martin, 1993).

2.5 Penerapan Rheologi dalam Bidang Farmasi


1. Sifat rheologi dalam suspensi
12

Viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan


dari partikel-partikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari
suspensi bila wadahnya dikocok dan bila produk tersebut dituang dari
botol dan kualitas penyebaran dari cairan (lotio) bila digunakan untuk
suatu bagian permukaan yang akan diobati. Pertimbangan rheologi juga
penting dalam pembuatan suspensi.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada
penyimpanan adalah lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang
tersuspensi. Gaya ini diabaikan dan bisa dibuang. Tetapi jika wadah
dikocok dan produk dituang dari botol terdapat laju shearing yang tinggi.
Zat pensuspensi yang ideal harus mempunyai viskositas yang tinggi pada
shear yang dapat diabaikan yakni selama penyimpanan dan zat
pensuspensi itu harus mempunyai viskositas yang rendah pada laju
shearing yang tinggi yakni ia harus bebas mengalir selama pengocokan,
penuangan, dan penyebarannya ini.
2. Sifat rheologi dalam emulsi
Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress
selama pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat
aliran produk akan menjadi sangat penting untuk penampilan emulsi yang
tepat pada kondisi penggunana dan pembuatannya. Jadi penyebaran
produk dermatologik dan produk kosmetik harus dikontrol agar didapat
suatu preparat yang memuaskan. Aliran emulsi parenteral melalu jarum
hipodermik, pemindahan suatu emulsi dari botol atau tube dan sifat dari
satu emulsi dalam berbagai proses penggilingan yang digunakan dalam
pembuatan produk ini secara besar-besaran, menunjukkan perlunya
karakteristik aliran yang tepat.
Kebanyakan emulsi, kecuali emulsi encer menunjukkan aliran non
Newton yang mempersulit interpretasi data dan perbandingan kuantitatif
antara sistem-sistem dan formulasi-formulasi yang berbeda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi
perbandingan dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume fase,
distribusi ukuran partikel dan viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jadi,
jika konsentrasi volume dari fase terdispers rendah (kurang dari 0,05),
13

sistem tersebut adalah Newton. Dengan naiknya konsentrasi volume,


sistem tersebut menjadi lebih tahan terhadap aliran dan menujukkan
karekteristik aliran pseudoplastis. Pada konsentrasi yang cukup tinggi,
terjadi aliran plastis. Jika konsentrasi volume mendekati 0,74 mungkin
terjadi inversi dengna berubahnya viskositas secara nyata. Pengurangan
ukuran partikel rata-rata akan menaikkan viskositas. Makin luas
distribusi ukuran partikel, makin rendah viskositasnya jika dibandingkan
dengan sistem yang memiliki ukuran partikel rata-rata serupa tetapi
dengan distribusi ukuran partikel yang lebih sempit.
3. Sifat rheologi dalam semisolid
Pembuat salep farmasetik dan krim kosmetik menyadari adanya
keinginan untuk mengontrol konsistensi bahan non-Newton. Instrumen
yang paling baik untuk menentukan sifat-sifat rheologi dari semisolid di
bidang Farmasi adalah viskometer putar (rotational viscometer).
Untuk analisis semisolid yang berbentuk emusi dan suspensi
digunakan cone-plate viscometer. Viscometer Stormer terdiri dari cup
yang stationer dan bob yang berputar, dan alat ini juga baik untuk
semisolid.
4. Sifat aliran pada serbuk
Serbuk bulk agak analog dengan cairan non Newton menunjukkan
aliran plastik dan kadang-kadang dilatansi partikel-partikel dipengaruhi
oleh gaya tarik menarik sampai derajat yang bervariasi. Oleh karena itu,
serbuk bisa jadi mengalir bebas (free-flowing) atau melekat. Dalam
pengertian khusus yaitu ukuran partikel porositas dan kerapatan, dan
kehalusan permukaan. Sifat-sifat dari zat padat yang menentukan
besarnya interaksi partikel-partikel.
Akan halnya partikel-partikel yang relati kecil (kurang dari 10m),
aliran partikel melalui lubang dibatasi karena gaya lekat antara partikel
besarnya sama dengan gaya gravitasi. Karena gaya yang terakhir ini
merupakan fungsi dari garis tengah yang di naikkan pangkat tiga, gayagaya tersebut menjadi lebih bermakna apabila ukuran partikel meningkan
dan aliran dipermudah. Laju aliran maksimum dicapai setelah aliran
berkurang apabila ukuran partikel mendekati besarnya lubang tersebut.
14

Jika suatu serbuk mengandung sejumlah partikel-partikel kecil, sifat-sifat


aliran serbuk bisa diperbaiki dengan menghilangkan fines atau
mengadsorbsinya pada partikel-partikel yang lebih besar. Kadang kadang,
aliran yang jelek bisa diakibatkan karena adanya kelembapan dalam hal
mana pengeringan partikel-partikel akan mengurangi lekatnya partikelpartikel tersebut.
Partikel-partikel panjang atau plat cenderung untuk mengepak
walaupun dengan sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang
mempunyai porositas tinggi. Partikel-partikel dengan kerapatan tinggi dan
porositas dalam rendah cenderung untuk mempunyai sifat-sifat bebas
mengalir. Ini dapat dikurangi dengan kasarnya permukaan, yang
cenderung mengakibatkan karakteristik aliran yang jelek disebabkan oleh
gesekan dan kelekatannya.
Serbuk yang mengsalir tidak baik atau granulat memberikan banyak
kesulitan pada industri farmasi. Produksi unit sediaan tablet yang seragam
terbukti bergantung pada beberapa sifat granulat. Jika ukuran granular
berkurang, variasi berat tablet pun berkurang. Variasi berat minimum
dicapai pada granul yang mempunyai garis tengah 400 sampai 800 m.
Jika ukuran granul dikurangi lagi, granul mengalir kurang bebas dan
variasi berat granul meningkat. Distribusi ukuran partikel mempengaruhi
aliran dalam dan pemisahan dari suatu granulat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan mengenai rheologi, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Rheologi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran
cairan dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan
antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing
rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat.
15

2. Tipe alir pada rheologi terdiri atas 2 yaitu Sistem Newton dan Sistem nonNewton. Pada Sistem Newton, hubungan antara shearing rate dan
shearing stress adalah linear, dengan suatu tetapan yang dikenal dengan
viskositas atau koefisien viskositas dan tiipe alir ini umumnya dimiliki
oleh zat cair. Pada Sistem non-Newton, shearing rate dan shearing stress
tidak memiliki hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung
dari besarnya tekanan yang diberikan, tipe aliran non-Newton terjadi pada
dispersi heterogen antara cairan dengan padatan seperti pada koloid,
emulsi, dan suspensi
3. Viskositas adalah besaran yang menyatakan tahanan dari cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka cairan sukar mengalir.
4. Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan
viskometer. Viskometer dibagi menjadi dua, yaitu viskometer satu titik
(misalnya, viskometer kapiler, bola jatuh atau hoeppler, penetrometer,
plate-plastometer, dll). Sedangkan viskometer titik ganda (misalnya
5.

viskometer rotasi tipe stromer, Brookfield, rotovisco, dll).


Penerapan rheologi dalam bidang farmasi dapat diaplikasikan pada
formulasi sediaan suspensi, emulsi, semisolid, dan serbuk.

16

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C. Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press.
Astuti, K.W., M.P. Susanti, I.M.A.G. Wirasuta, dan I.N.K. Widjaja. 2008. Buku
Ajar Farmasi Fisik. Jimbaran: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Udayana.
Juhantoro, N., I Made A., dan Semin S., 2012, Penentuan Properties Bahan Bakar
Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine, Jurnal
Teknik ITS, Vol. 1, No 1.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 2008. Farmasi Fisika 2 Edisi Ketiga.
Jakarta : UI Press.
Muhajir, K., 2011, Pengaruh Viskositas terhadap Aliran Fluida Gas-Cair melalui
Pipa Vertikal dengan Perangkat Lunak Ansys Fluent 13.0, Jurnal
Kompetensi Teknik, Vol 3 (1).
Pratama, W. A., dan A. Karim Z., 2015, Uji SPF In Vitro dan Sifat Fisik Beberapa
Produk Tabir Surya yang Beredar di Pasaran, Majalah Farmaseutik,
Vol. 11 (1).
Warsito, Sri W. S., dan Dyan I., 2012, Desain dan Analisis Pengukuran Viskositas
dengan Metode Bola Jatuh Berbasis SensorOptocoupler dan Sistem
Akuisisinya pada Komputer, Jurnal Natur Indonesia, Vol. 14, No 3.

17

Anda mungkin juga menyukai