Anda di halaman 1dari 79

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

DOSEN PENGAMPU :
DR. APT. MIRA ANDAM DEWI, M.SI

Anggota Kelompok
1. Amanda Arifianti Essen (2250411007)
2. Dismayana Anggita Rosti (2250411008)
3. Ariaci Mandala Putri (2250411015)
4. Fadhlur Rohmansyah (2260411002)
5. Elza Reihana (2250411008)
6. Arta Arum (2250411011)
PENDAHULUAN
Spektrofotometri adalah metode pengukuran kuantitatif
yang didasarkan pada pengukuran absorbansi
(penyerapan) radiasi gelombang elektromagnetik.

Spektrometer Fotometer

Alat yang menghasilkan Alat pengukur intensitas


sinar dari spektrum cahaya yang ditransmisikan
dengan Panjang atau diabsorpsikan
gelombang tertentu

Spektrofotometer adalah instrument yang digunakan untuk mengukur


jumlah cahaya yang diserap atau intensitas warna sesuai dengan
Panjang gelombang. Dengan pengukuran kuantitatif dari cahaya yang
diserap terukur dalam bentuk transmitansi dan absorbansi
DEFINISI SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi


yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultra violet
dekat (200 - 400 nm) dan sinar tampak (400 -800 nm) dengan
menggunakan instrument fotometer.

Serapan cahaya UV atau cahaya visible mengakibatkan transisi elektronik


yaitu elektron akan tereksitasi dari keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Eksitasi elektron-elektron ini, direkam dalam bentuk spektrum yang
dinyatakan sebagai panjang gelombang dan absorbansi, sesuai dengan jenis
elektron-elektron yang terdapat dalam molekul yang dianalisis.
SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Spektrofotometri UV Spektrofotometri Visibel


Dasar analisis:
Senyawa harus memiliki kromofor Dasar analisis:
dan auksokrom Senyawa asli harus berwarna,
Bila senyawa asli tidak berwarna,
Kromofor adalah bagian molekul maka dapat diubah menjadi senyawa
yang bertanggung jawab pada berwarna dengan cara:
penyerapan cahaya.
a. Memperpanjang kromofor
Auksokrom adalah gugus fungsi
yang mengandung pasangan b. Membentuk senyawa komplek
elektron bebas berikatan kovalen
tunggal, yang terikat pada
kromofor
Hubungan antara warna pada sinar tampak dengan
panjang gelombang
KEGUNAAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

• Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi


dan auksokrom dari suatu senyawa organik.
• Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang
gelombang maksimum suatu senyawa.
• Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer (Beer’s Law)

Jumlah relatif panjang gelombang cahaya Jumlah relatif cahaya yang melewati
yang terabsorpsi ketika melewati sampel sampel dikenal dengan istilah transmitan
tergantung pada: (T)
• Jarak yang ditempuh sinar ketika
melewati sampel (ukuran kuvet = b)
• Jumlah senyawa kimia dalam sampel Absorban (A) adalah jumlah relatif
yang mengabsorpsi sinar (konsentrasi cahaya terabsorpsi oleh sampel dan
analit = C berhubungan dengan transmitan (T)
• Kemampuan sampel mengabsorpsi
sinar (molar absorptivity = ℇ
A = ℇ. b .C
Pergeseran panjang gelombang dan absorban
(ε) pada Spektrum UV-Vis

• Pergeseran batokromik atau pergeseran merah adalah terjadi


perubahan absorbsi panjang gelombang ke arah panjang gelombang
yang lebih besar, hal ini terjadi karena adanya substituen/auksokrom
tertentu pada kromofor atau efek pelarut.

• Pergeseran hipsokromik atau pergeseran biru adalah terjadinya


perubahan absorbsi ke panjang gelombang yang lebih pendek. Hal ini
terjadi karena perubahan pelarut atau tidak adanya
substituen/auksokrom pada suatu kromofor atau efek pelarut.

• Efek hiperkromik merupakan peningkatan intensitas absorban.


• Efek hipokromik merupakan penurunan intensitas absorban.
PRINSIP KERJA

Prinsip kerja dari spektroskopi UV-Vis adalah ketika ada sumber sinar

berupa cahaya uv-vis (monokromatik) diteruskan melalui suatu media

(larutan bewarna) yang merupakan suatu sampel, maka sebagian

cahaya tersebut ada yang diserap, dipantulkan dan ada yang

diteruskan. Cahaya yang diserap tersebut akan menyebabkan elektron

terekstasi dari keadaan dasar ke keadaan yang memiliki energi yang lebih

tinggi. Serapan sinar ini tidak terjadi pada semua struktur.


Syarat Pengukuran

Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk penentuan Untuk mendapatkan spektrum UV-Vis yang baik
terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. perlu diperhatikan pula konsentrasi sampel.
Sampel harus diubah menjadi suatu larutan jernih. Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi
akan linier (A≈C) apabila nilai absorbansi larutan
Sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa antara
persyaratan pelarut yang dipakai antara lain : 0,2-0,8 (0,2 ≤ A < 0,8)
 Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap
terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak
berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai
oleh sampel).
 Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang
dianalisis.
 Kemurniannya harus tinggi
Absorpsi UV-Vis
Besarnya energi untuk transisi dapat
dihitung dari persamaan Planck, yaitu:
Karakteristik berbagai macam kromofor
Instrumen Spektrofotometer

• Sumber cahaya (Lampu) : memancarkan semua warna cahaya


(yaitu, cahaya putih).
• Monokromator : memilih satu panjang gelombang dan panjang
gelombang yang dikirimkan melalui sampel.
• Detektor : mendeteksi panjang gelombang cahaya yang telah
melewati sampel.
• Amplifier : meningkatkan sinyal sehingga lebih mudah untuk baca
terhadap kebisingan latar belakang.
Komponen Spektrofotometer
1. Lampu 2. Monokromator
• Spektrofotometer UV Semua cahaya
1. Lampu Gas hidrogen Cahaya polikromatik
2. Lampu Merkuri
• Spektrofotometer Visible Monokromator  memilih cahaya monokromatik
Lampu Tungsen Cahaya satu warna

Cahaya merah
yang diserap
oleh larutan
hijau
Komponen Spektrofotometer
3. Detektor
Berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel
dan mengubahnya menjadi arus listrik.
Macam – macam detector :
• Detektor foto (Photo detector)
Syarat-syarat sebuah detektor :
• Photocell, misalnya CdS.
• Kepekaan yang tinggi
• Phototube
• Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
• Hantaran foto
• Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
• Dioda foto
• Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
• Detektor panas
• Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan
tenaga radiasi.
Komponen Spektrofotometer
4. Sample Cells
Sample cells (kuvet)
 Spektrofotometer UV
Quartz (crystalline silica)
 Spektrofotometer Visible
Glass
Spectronik 20
1. Dengan ruang sampel kosong,
mengatur panjang gelombang Sample Chamber
Digital Display Mode Knob
(set to Trans)
yang diinginkan kemudian
menyesuaikan diri dengan T
0% dengan tombol kanan pada
panel depan.
2. Masukkan larutan blanko, tutup
dan menyesuaikan T 100%
dengan tombol kanan pada
panel depan.
3. Solusi Insertdye, membaca dan
mencatat nilai% T.
4. Mengubah * panjang
gelombang, ulangi langkah 2-4
Filter Lever Wavelength Knob
0-100%T Knob

*NOTE: filter harus diganti secara periodik untuk range panjang gelombang
yang dipelajari : biru (400-449), hijau (450-549) dan jingga (550-749)
Tipe Instrumen Spektrofotometer

1. Single-beam instrument ( satu berkas sinar )


digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada panjang
gelombang tunggal. Single beam menghasilkan pengukuran sinar UV
dan sinar tampak. Skema Instrumen Single Beam :
2. Double-beam instrument ( dua berkas sinar )
Instrument yang digunakan dengan panjang gelombang 190 sampai 750 nm,
mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang membentuk V
yang disebut pemecahan sinar. Skema instrumen Double Beam :
Aplikasi spektrofotometer UV

Protein
Amino Acids (aromatic)
Glucose Determination
Enzyme Activity (Hexokinase)
Struktur kimia dan absorpsi Visible

Larutan yang dapat dianalisis dengan spektrofotometer


visible  senyawa yang berwarna
Contoh : KMnO4
Apabila senyawa tersebut tidak berwarna, maka perlu
ditambahkan pengompleks yang dapat membentuk warna
Contoh : analisis logam Pb
Aplikasi spektrofotometer visible

Niacin
Pyridoxine
Vitamin B12
Metal Determination (Fe)
Fat-quality Determination (TBA)
Enzyme Activity (glucose oxidase)
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE
Dengan metode eksploitasi yang berbeda :

Fungsi dan Kegunaan


Spektrofotometri UV-Visible

Metode Kualitatif Metode Kuantitatif


Metode Kualitatif
Jumlah spektrum UV

Spektrum Tunggal Spektrum Ganda Kumpulan Spektrum

Spektrum Warna Spektrum Diferensial Titik Isosbestik (TI)

Perbandingan
Spektrum Derivatif TI Tersembunyi
Langsung

Faktor Bentuk Normalisasi


“SPEKTRUM TUNGGAL”
SPEKTRUM WARNA

Paling sederhana
Signifikansi tinggi
Pada Panjang gelombang 210 nm menandakan keberadaan nitrat, 240 nm
menandakan adanya pemisahan matriks organik terlarut dan padatan
tersuspensi, 320 nm menandakan hanya ada kandungan padatan
tersuspensi.
SPEKTRUM DERIVATIF

Meningkatkan titik pada kurva sehingga memberikan informasi mengenai struktur


dengan bentuk yang lebih baik
Penggunaan spektrum derivative menyingkirkan pengaruh yang tidak diinginkan
dari media keruh.
Turunan pertama menunjukkan slope dari spektrum normal, dengan puncak
menunjukkan peningkatan absorban dan panjang gelombang, dan titik bawah
muncul setelah titik puncak dari spektrum normal. Sementara itu, gelombang
yang melewati nilai 0, berpengaruh terhadap titik puncak dari spektrum normal.
Spektrum turunan kedua berhubungan dengan slope dari spektrum turunan
pertama. Dalam contoh, terdapat beberapa titik dimana gelombang memiliki nilai
0 dan titik bawah berhubungan dengan titik puncak sebagai spektrum langsung.
Spektrum turunan ketiga tidak memberikan informasi tambahan yang relevan.
Gambar spektrum asam urat dan spektrum derivative (turunan pertama, kedua, dan ketiga)
dikalkulasikan dengan beberapa langkah diferensiasi (2, 5, 10, 20, dan 30 nm). Sebagai contoh
d2s10 merupakan spektrum turunan kedua dari tahap diferensiasi 10 nm.
FAKTOR BENTUK

Faktor bentuk didefinisikan pada setiap panjang gelombang terhadap puncak


atau landai dengan:
FB =

Dimana D(λ) adalah nilai dari turunan kedua yang terukur pada Panjang
gelombang λ, A(λ) adalah nilai absorban yang terukur pada Panjang
gelombang λ dan H yang sama, dan lebar pada setengah ketinggian puncak
(perbedaan Panjang gelombang yang diukur dari spektrum turunan kedua).
Dengan mempertimbangkan nilai turunan kedua dan tanda (negatif pada
puncak), rasio awal diubah menjadi (*(-100)).
Tipologi spektrum berdasarkan nilai faktor bentuk

Berdasarkan nilai faktor bentuk, spektrum UV dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok:


a. Kelompok pertama, faktor bentuk >4, berisi sampel dengan spektrum UV yang menunjukkan
serapan puncak yang spesifik, menunjukkan adanya komponen penyerap utama.
b. Kelompok kedua, 0.1 < faktor bentuk < 4, sampel memberikan spektrum monoton.
c. Kelompok terakhir, Faktor bentuk< 0.1, menunjukkan sampel yang tidak dapat menyerap.
“SPEKTRUM GANDA”
SPEKTRUM DIFERENSIAL
Sederhana.
Banyak digunakan.
Dapat dilakukan di hampir seluruh laboratorium
spektrofotometer

Gbr. Adanya kandungan matrix


organic ditunjukkan dengan adanya
perbedaan spektrum.
Gbr. Perbedaan spektrum sampel air buangan
tanaman
PERBANDINGAN LANGSUNG
Jarang digunakan.
Dalam setiap panjang gelombang, nilai serapan satu spektrum
disandingkan dengan spektrum kedua

Gbr. Perbandingan secara langsung dari nilai absorban


NORMALISASI
Ketika bentuk spektrum bervariasi antara satu
spektrum dengan spektrum lainnya

Gbr. Normalisasi dari spektrum dengan bentuk yang sama


Gbr. Normalisasi dari spektrum dengan bentuk yang berbeda.
“EVOLUSI STUDI KUMPULAN SPEKTRUM”
TITIK ISOSBESTIK
Jika semua spektrum atau setidaknya beberapa spektrum terdapat
dalam 1 kumpulan, Bersama-sama melintasi 1 poin, poin tersebut
disebut titik isobestik (TI)
Satu contoh klasik dari TI adalah sekumpulan spektrum terhadap
satu komponen dalam larutan, pada berbagai macam nilai pH, yang
menunjukkan kesetimbangan antara bentuk asam dan bentuk
dasarnya, proporsi bergantung pada nilai Ph

Gbr. Kandungan pembuangan


limbah air pada sugai
menunjukkan titik isosbestik.
TITIK ISOSBESTIK TERSEMBUNYI
Kebanyakan, tidak ada titik isosbestik yang muncul pada sekumpulan
spektrum sampel
Dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor fisikokimia (sedimentasi,
praesipitasi, oksidasi, dan lain-lain)
Langkah normalisasi dapat menggiring munculnya setidaknya satu titik
isosbestik yang terdapat dalam sekumpulan spektrum. Titik tersebut
dinamakan TI tersembunyi

Gbr. Bentuk spektrum awal (kiri), dan


normalisasi (kanan) dari limbah air
menunjukkan adanya TI tersembunyi.
Metode Kuantitatif
Hukum Lambert-Beer

Larutan Murni Larutan Sampel

Absorbsimetri Sederhana untuk 1


Pendekatan 2 Panjang Gelombang
Analit

Dua Analit Slope Spektrum

Metode Multikomponen dengan


Metode Derivatif
Regresi Multilinier

Kompensasi Polinomal terhadap


Gangguan

Metode UV Spectral Deconvolution


(UVSD)
“LARUTAN MURNI”
ABSORBSIMETRI SEDERHANA UNTUK 1 ANALIT

Hukum Beer-Lambert memiliki beberapa keterbatasan, dan yang paling


utama adalah hanya dapat mendeteksi analit dengan konsentrasi yang
rendah
Secara umum hubungan perhitungan dari konsentrasi C terhadap nilai
serapan (A) sesuai panjang gelombang.
C= f(A)
Untuk konsentrasi yang lebih tinggi, faktor koreksi harus diperhitungkan
Untuk mengkoreksi efek tersebut menggunakan subtitusi nilai ελ dari
persamaan Beer-Lambert dengan ελ(n2 + 2)2 dimana n merupakan
indeks refraksi
DUA ANALIT

METODE DUA PANJANG GELOMBANG spektrum yang beririsan pada


campuran sampel merupakan limitasi yang terpenting terhadap metode
spektrofotometri dimana salah satu komponen terpisah pada jangkauan
UV-Visible.
Saat dua analit harus dideterminasi dalam larutan yang sama, dua
panjang gelombang yang berbeda harus dipilih agar satu analit tidak
mengganggu perhitungan yang lainnya
Apabila 2 jenis memberikan spektrum yang beririsan, maka persamaan
dapat berupa:
DUA ANALIT
METODE PANJANG GELOMBANG N resolusi spektrofotometri dari
campuran 2 komponen sebagai dasar perpanjangan hukum Beer
Lambert
Bergantung pada pengukuran absorbansi pada dua perbedaan panjang
gelombang dan pemenuhan hukum aditivitas absorbansi
Untuk panjang gelombang tertentu λi

Dimana adalah absorban yang terukur dalam sampel dan


sesuai

standard (S1 dan S2) pada panjang gelombang λ1 . CS1, CS2, C1, C2
adalah konsentrasi standard dan komponen campuran.
METODE MULTIKOMPONEN DENGAN REGRESI MULTILINIER

Jika tidak ada interferensi dalam larutan, generalisasi dari hubungan aditif
dapat diterapkan, memberikan efek matriks, dan keterlibatan interaksi
kimia dapat diabaikan

Dimana r merupakan nilai residual, yaitu perbedaan antara nilai yang


terukur dan terkalkulasi
Nilai tersebut harus diminimalisir dengan:
a. Standard tunggal atau rata-rata
b. Beberapa standard dari komponen dan campurannya
c. Metode generalisasi adisi multiple standard
“SAMPEL ASLI”
PENDEKATAN DUA PANJANG GELOMBANG

Metode dua panjang gelombang digunakan sebagai karakterisasi dan


kuantifikasi zat organik terlarut dan karbon organic terlarut
Panjang gelombang yang mengabsorbsi secara kuat kemungkinan
mengandung kromofor aromatic dan memiliki karakter hidrofobik
Komponen yang mengabsorb UV secara lemah kemungkinan bersifat
hidrofilik
SLOPE SPEKTRUM

2 area spektrum yang berbeda (275-295 nm dan 350-


400 nm) berhubungan dengan bobot molekular.
METODE DERIVATIF

Nilai derivative dapat digunakan pada setiap panjang gelombang (kecuali


pada panjang gelombang dimana nilai turunannya adalah nol) dan
khususnya dimana turunan kedua bersifat minimum (sesuai dengan nilai
maksimum spektrum normal).
Metode puncak-lembah, perbedaan antara dua nilai minimum maksimum
digunakan, metode ini lebih sensitif daripada metodenilai derivatif.
Dalam metode tangen, dua garis ditarik di antara dua garis maxima atau
minima yang berurutan, dan jarak antara garis singgung, maksimum
menengah atau minimum dihitung; metode ini memungkinkan setiap
variasi dapat dikoreksi dari garis dasar karena efek matriks.
KOMPENSASI POLINOMINAL TERHADAP GANGGUAN

Kompensasi efek interferensi adalah dengan memodelkannya respon


optik dengan fungsi matematika sederhana, f(λ)

Beberapa fungsi dapat digunakan, namun yang paling memungkinkan


digunakan untuk polynominal adalah:
METODE UV SPECTRAL DECONVOLUTION (UVSD)

Bertujuan untuk menjelaskan setiap spektrum yang diperoleh melalui


langkah dekonvolusi, dan untuk menghitung beberapa parameter.
setiap spektrum dapat dianggap sebagai kombinasi linier dari
sejumlah spektrum tertentu yang telah direduksi, yang diberi nama
'spektra referensi’

Dimana Sudan Sref, masing-masing merupakan spektrum dari sampel


dan ith merupakan spektrum referensi (diantara p), dan Sres
merupakan spektrum residual yaitu spektrum yang diperoleh dan
direstitusi
METODE UV SPECTRAL DECONVOLUTION (UVSD)

Gbr. Contoh spektrum referensi, normalisasi (ref 1: zat organic terdisolusi, ref
2: koloid, ref 3: padatan tersuspensi, ref 4: nitrat, ref 5: surfaktan).
RIVIEW JURNAL
JURNAL 1
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol
Buah Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis

Uji kualitatif yang dilakukan, meliputi uji alkaloid, flavonoid,


saponin dan tanin menggunakan pereaksi yang sesuai dengan
parameter uji, sedangkan untuk uji kuantitatif menggunaklan metode
spektrovotometri UV-Vis.

Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah


Okra positif mengandung alkaloid ditandai dengan adanya endapan
jingga, flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning jingga,
saponin ditandai dengan adanya busa yang stabil, dan tanin ditandai
dengan adanya warna hitam. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Buah Okra (Abelmoschus
esculentus L. Moench) dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis
Pada uji alkaloid digunakan reagen Dragendroff, uji
flavonoid digunakan pereaksi HCl dan magnesium, uji saponin
dilakukan dengan dikocok dalam HCl 2N, dan uji tannin
digunakan pereaksi FeCl3. Setelah itu, dilakukan analisis
kuantitatif untuk penentuan kadar total senyawa metabolit
sekunder (alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin) yang
terkandung dalam ekstrak etanol buah Okra menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis.
Hasil dan Pembahasan
Hasil uji kualitatif pada ekstrak etanol buah Okra diperoleh hasil
positif mengandung alkaloid pada uji Dragendorff yang ditandai dengan
terbentuknya endapan kalium alkaloid. Pereaksi Dragendorff dibuat dari hasil
pencampuran bismut nitrat dengan HCl. Penggunaan nitrogen pada uji
alkaloid dengan Dragendorff ditujukanuntuk membentuk ikatan kovalen
koordinat dengan ion logam K+.

Hasil penetapan uji kuantitatif kadar total alkaloid ekuivalen kuinin


diperoleh persamaan regresi y= 0,000215332x –0,000210680; R2 =0,993.
Berdasarkan persamaan regresi tersebut, dilakukan perhitungan kadar total
alkaloid ekuivalen kuinin pada sampel sehingga diperoleh kadar
total alkaloid ekuivalen kuinin untuk ekstrak etanol buah Okra adalah
2168,72 mg/gram.
Hasil dan Pembahasan

Hasil uji kualitatif metabolit sekunder flavonoid terhadap ekstrak


etanol buah Okra dengan menggunakan pereaksi HCl dan logam Mg
diperoleh hasil positif mengandung flavonoid yang ditandai dengan
terbentuknya larutan berwarna kuning.

Hasil penetapan uji kuantitatif kadar total flavonoid ekuivalen


kuersetin menggunakan kuersetin sebagai kurva baku standar,diperoleh
pesamaan regresi yaitu y=0,00463704x + 0,00215730;R2 =0,999.
Berdasarkan pesamaan regresi tersebut, dilakukan perhitungan kadar
total flavonoid ekuivalen kuersetin pada sampel, diperoleh kadar total
flavonoid ekuivalen kuersetinuntuk ekstrak etanol buah Okra adalah 2,79
mg/gram.
Hasil dan Pembahasan

Hasil uji kualitatif ekstrak etanol buah Okra positif


mengandung saponin yang ditandai terbentuknya buih pada saat sampel
ditambahkan HCl lalu dikocok, hal ini dikarenakan seyawa saponin
memiliki gugus hidrofil yang berikatan dengan air sedangkan gugus
hidrofob akan berikatan dengan udara.

Hasil penetapan uji kuantitatif kadar saponin terhadap ekstrak


etanol buah Okra, diperoleh persamaan regresi yaitu y=0,000193011x –
0,0039565; R2 =0,992. Persamaan regresi tersebutdigunakanuntuk
menghitung kadar saponin pada sampel berdasarkan standar saponin dari
QuillajaBarkdandiperoleh kadar saponin kuantitatifadalah 10,17 mg/gram.
Hasil dan Pembahasan

Hasil uji kualitatif ekstrak etanol buah Okra, positif


mengandung tannin yang ditandai dengan larutan berwarna hitam
setelah ditambahkan larutan FeCl3. Hal ini dikarenakan terdapat senyawa
fenol dalam tanin yang membentuk senyawa kompleks dengan ion Fe3+.
Hasil penetapan uji kuantitatif kadar tanin total ekuivalen asam tanat
diperoleh persamaan regresi senyawa saponin,yaitu y= 0,0423x + 0,0033;R2 =
0,999. Berdasarkan persamaan regresi tersebut,dilakukan perhitungan kadar
tanin total ekuivalenasam tanatpada sampel, sehingga diperoleh kadar untuk
ekstrak etanol buah Okra (Abelmoschus Esculentus L. Moench) adalah
1975,78 mg/gram.
JURNAL 2
Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin C Pada Buah Pepaya Dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui


kadar vitamin C pada varian buah papaya Arum Bogor,
California, dan Bangkok

Penetapan kadar vitamin C pada sampel dilakukan dengan


memasukkan nilai absorbansi sampel pada persamaan regresi
linier kurva kalibrasi vitamin C, kemudian dihitung kadar
vitamin C pada sampel.
Hasil dan Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan pada beberapa varian buah pepaya dengan
metode spektrofotometri UV-Vis didapatkan hasil:

1. Panjang gelombang (λ) maksimum baku pembanding vitamin C yaitu 264,6


nm. Kadar vitamin C pada pepaya Arum Bogor 123,8 mg/100 g

2. Panjang gelombang (λ) maksimum vitamin C pada pepaya California yaitu


263,40 nm.Kadar vitamin C pada pepaya California 106,6 mg/100 g

3. Panjang gelombang (λ) maksimum vitamin C pada pepaya Bangkok yaitu


261,20 nm. Perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah
yang paling besar di sekitar panjang gelombang maksimum, bentuk kurva
absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambeer-Beer akan
terpenuhi.
Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pada


ketiga varietas buah pepaya mengandung vitamin C dengan kadar ratarata yaitu
pepaya Arum Bogor 123,8 mg/100 g, pepaya California yaitu 106,6 mg/100 g
dan pepaya Bangkok yaitu 85,2 mg/100 g. Kadar vitamin C buah pepaya Arum
Bogor lebih tinggi dibandingkan pepaya California dan pepaya Bangkok.
JURNAL 3
Method Validation of Silica Dispersive Solid Phase Extraction
Combined with Spectrophotometer UV-Vis for the Determination of
Allopurinol in Herbal Medicin

Proses ekstraksi dilakukan dengan mendispersikan silika ke dalam 30 mL larutan sampel yang
berisi standard allopurinol, kemudian diaduk dengan pengaduk hotplate. Silika dikumpulkan
dan didesorbsi menggunakan pelarut etanol dengan bantuan vortex.

Metode ekstraksi turunan SPE yang cepat dan sederhana, yaitu ekstraksi fase padat dispersif
(DSPE) dilakukan dengan silika terdispersi sebagai penyerap padat untuk prakonsentrasi analit
target dari larutan sampel.

Proses ekstraksi dimulai dengan pengadukan larutan sampel pada kecepatan 800
rpm. Pada akhir proses ekstraksi, silika dikumpulkan dan didesorpsi
menggunakan etanol dengan memanfaatkan pusaran. Larutan desorpsi dianalisis
dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 250 nm
Dalam penelitian ini, silika diaplikasikan sebagai sorben padat untuk ekstraksi dan
prakonsentrasi allopurinol dalam sampel obat herbal dengan ekstraksi fase padat
dispersif. Selanjutnya, pengaduk magnetik dan bubuk silika ditempatkan ke dalam
sampel. Proses ekstraksi dimulai dengan pengadukan larutan sampel pada kecepatan 800
rpm. Pada akhir proses ekstraksi, silika dikumpulkan dan didesorpsi menggunakan etanol
dengan memanfaatkan pusaran. Larutan desorpsi dianalisis dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 250 nm

Sebelum dilakukan identifikasi kuantitatif, sampel jamu dievaluasi dengan


metode kromatografi lapis tipis (KLT). Sampel yang positif ditentukan
konsentrasi allopurinol menggunakan metode silika DSPE kombinasi
dengan spektrofotometer UV-Vis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima sampel jamu,
terdapat tiga sampel yang positif mengandung allopurinol
sebagai obat kimia pada jamu, yaitu sampel A, sampel B, dan
sampel C. Metode Silica DSPE selektif, efisien, dan cocok
untuk analisis kuantitatif penyakit. allopurinol pada sampel
jamu, dengan %R pada metode spiking berkisar antara 49,52 –
89,74. Hasil penurunan %R menunjukkan bahwa komponen lain
dalam jamu menghambat silika berpori silika. Hal ini membuat
kemampuan silika untuk menyerap analit juga menurun
Simpulan

Penelitian ini mengungkapkan silika DSPE cocok untuk penentuan obat


kimia dalam jamu. Metode ini telah menghilangkan teknik pemisahan
klasik seperti ekstraksi cair-cair dan ekstraksi fase padat. Metode ini
mampu sebagai alternatif metode analitik untuk miniaturisasi ekstraksi
fase padat.
Contoh Penggunaan Larutan Blanko
Langkah-langkah analisis sebagai berikut:

1.Persiapkan larutan blanko dengan mencampurkan 1 mL larutan NaCl 0,9% dengan 9 mL aquades.
2.Persiapkan larutan sampel dengan mencampurkan 1 mL susu dengan 9 mL larutan NaCl 0,9%.
3.Masukkan larutan blanko dan larutan sampel ke dalam kuvet dan masukkan ke dalam spektrofotometer.
4.Ukur absorbansi pada panjang gelombang 280 nm.
5.Kemudian lakukan koreksi absorbansi dengan mengurangi absorbansi larutan blanko dari absorbansi larutan sampel.

Dalam analisis ini, larutan blanko pelarut digunakan untuk mengkompensasi efek penyerapan oleh pelarut (larutan NaCl
0,9%). Sehingga dengan menggunakan larutan blanko pelarut, kita dapat memperoleh hasil analisis yang lebih akurat.
Contoh Pembuatan Larutan Blanko
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik
karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent). Contoh:
larutan nitrit dibuat berwarna dengan pereaksi sulfanila-mida dan N-(1-naftil)-etilendiamin, formaldehida yang dilarutkan dengan air
direaksikan dengan pereaksi nash, dalam penentuan Fe reagen pengompleks yang dugunakan dalam penelitian yaitu 1,10-
fenantrolin, batofenantrolin, TPTZ, Eriochrome Cyanine R-CTA, formaldoxime dan ferrozine dan penentuan silika (Si) dalam
suasana asam direaksikan dengan amonium heptamolibdat dapat membentuk kompleks berwarna.

Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus memiliki lima sifat di bawah ini:

1.Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang
mengakibatkan menyusutnya warna larutan (fading), disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara fotokimia,
pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh
kestabilan yang lebih baik.
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warna harus cukup tua) yang berarti
bahwa absortivitas molarnya (ε) besar. Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan
memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.
3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi kecil kecil dalam nilai pH, suhu
maupukondisis-kondisi yang lain

4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.

5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.


Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:

1.Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa jam, dapat
menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva
kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.

2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.


3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.

4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.

5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga warna yang terjadi
benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang dapat mengubah
zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak
berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki dengan
komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.
Diskusi

Pertanyaan ( Atika Sri Indriyani)


Mengapa pembacaan absorbansi dilakukan pada panjang gelombang maksimum?

Penjawab : Elza Reihana

Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah perubahan absorban untuk
setiap satuan kosentrasi adalah paling besar pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan
diperoleh kepekaan analisis yang maksimum.
Diskusi

Pertanyaan (Ita Rachmawati)


Apakah spektrofotometer dapat menguku larutan transparan?

Penjawab : Dismayana Anggita Rosti

Spektrofotometer adalah instrument yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diserap atau
intensitas warna sesuai dengan Panjang gelombang. Dengan pengukuran kuantitatif dari cahaya yang diserap
terukur dalam bentuk transmitansi dan absorbansi. Spektrofotmeter dibagi menjadi tiga, yaitu spektrofotometer uv,
spektrofotometer visible dan spektrofotometer uv-visible. Jadi, dikembalikan kembali kepada laboratorium
bapak/ibu, apakah spektrofotmeter yang ada di labroatorium adalah spektrofotmeter uv atau spektrofotmeter uv
visible. Jika spektrofotmeter uv maka dipastikan bahwa larutan transparan tersebut mempunya gugus kromofor
yaitu dengan cara pencarian melalui data pustaka. Tetapi jika spektrofotmeter visible yang ada di laboratorium,
maka larutan transparan tersebut harus dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik/ zat pembentuk
warna yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Tentunya, reagen spesifik yang digunakan harus sesuai
dengan pengujian tersebut. Contoh: penentuan silika (Si) dengan metode spektrofotometri adalah larutan
mengandung Si dalam suasana asam direaksikan dengan amonium heptamolibdat terbentuk senyawa kompleks
asam molibdosilikat yang berwarna kuning. Diperoleh bahwa serapan maksimum terjadi pada panjang gelombang
812 nm
Diskusi

Pertanyaan (Nurhayati)
Apakah larutan standar dan sampel boleh diukur dalam waktu yang berbeda?

Penjawab (Amanda A. Essen)

Larutan standar merupakan suatu larutan yang mengandung konsentrasi yang diketahui secara tepat
dari unsur atau zat.Dalam pengujian spektrofotometri, larutan standar yang digunakan biasanya dalam
bentuk deret standar. Deret standar dibuat berdasarkan kadar sampel yang biasa dianalisa, dimana
dalam kadar sampel harus masuk kedalam rentang deret standar yang dibuat.Karena dari data deret
standar tersebut akan muncul persamaan regresi yang didapatkan dari kurva kalibrasi yang terbaca di
alat spektrofotmeter.Oleh karena itu, secara idealnya, larutan standar yakni pengukuran deret standar
harus berbarengan dengan larutan sampel. Hal ini dikarenakan ada engaruh dari matriks sampel
ataupun standar yang dapat berubah. Sehingga, jika sampel harian sudah banyak, minimal kita lakukan
pengukuran deret standar satu kali dalam satu hari
Diskusi

Pertanyaan Widiyaningrum Agus Sukarno)


Apa tujuan setting blanko pada penggunaan spektrofotometer UV-Vis?

Penjawab (Ariaci Mandala Putri)

Larutan blanko adalah larutan yang digunakan sebagai referensi untuk membandingkan intensitas cahaya yang
diukur pada sampel yang dianalisis. Larutan blanko biasanya terdiri dari pelarut yang sama seperti yang digunakan
dalam sampel, tetapi tidak mengandung zat yang akan dianalisis. Larutan blanko digunakan sebagai factor koreksi.
Fungsi utama larutan pada spektrofotometri adalah untuk mengurangi kesalahan pengukuran dengan
mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat yang akan dianalisi. Tanpa larutan blanko, efek
penyerapan oleh zat-zat selain zat yang akan dianalisis akan masuk ke dalam pengukuran, sehingga menghasilkan
hasil yang tidak akurat. Dengan menggunakan larutan blanko, dapat mengurangi pengaruh penyerapan oleh zat
lain, sehingga menghasilkan hasil yang lebih akurat.
Daftar Pustaka
Amanda, E.R., Rosmawati, A.S., Nurfadillah, L., Buono, G.P., dan Ambari, Y. 2022. “Validasi
Metode Ekstraksi Fasa Padat Terdispersi Menggunakan Silika Kombinasi
Spektrofotometer UV-Vis untuk Analisa Allupurinol dalam jamu”. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol.
19, 77-87.

Gandjar, I.G & Rohman A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hendayana, Sumar (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen.Bandung:Jurusan


Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Lestari, L., dan Darmayanti S. 2021.“Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin C pada Buah
Pepaya dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis”. Jurnal Proteksi Kesehatan, Vol. 10, No.1,
PP. 62-68.

Rohman, Abdul, Ibnu Gholib Gandjar, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Suhartati T., 2017. Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometri massa untuk
penentuan struktur senyawa organik. Bandar Lampung: AURA CV. Anugrah Utama
Raharja

Purwanto, A., & Ernawati, F. (2012). Metode spektrofotometri uv-vis untuk pengujian kadar silika
dalam natrium zirkonat
Daftar Pustaka
Tandi, J., Melinda, B., Purwantari, A., dan Widodo, A. 2020. “Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Buah Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench)
dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis”. Jurnal Riset Kimia, 6(1), 2020: 74-80.

UV-Visible Spectrophotometry of Water and Wastewater, @nd edition, Olivier Thomas and
Cristopher Burgess, ISBN: 978-0-444-63897-7, British Library Cataloguing-in- Publication
Data, Elsevier, January 2017.

Wardani, Melinda. 2013. Instrumentasi Fisika Spektrofotometri UV Vis, fakultas matematika dan
dan ilmu pengetahuan alam universitas padang, padang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai