Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PRAKTIKUM

ILMU RESEP

DI SUSUN OLEH :

DIPLOMA III FARMASI 2022

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB

HESLI SALUSU

MUJRIAH TAHIR

LABORATORIUM FARMASETIKA DAN TEKNOLOGI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku (Kemenkes, 2016). Resep yang baik harus memuat cukup informasi
yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan mengerti obat apa yang
akan diberikan kepada pasien. Pengkajian resep adalah proses pengkajian
terhadap penulisan resep oleh tenaga kefarmasian yang dimulai dari seleksi
administrasi, farmasetis, dan klinis baik pada resep rawat jalan maupun rawat
inap. Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait
obat (Kemenkes, 2016). Permasalahan yang timbul dalam pelayanan resep
diantaranya penulisan resep yang tidak terbaca, kurang lengkapnya informasi
pasien, tidak tercantumnya aturan pemakaian obat, dan tidak terdapat paraf
dokter penulis resep. Pengkajian resep harus sesuai dengan yang tertulis
dalam Permenkes Nomor 72 Tahun 2016, meliputi persyaratan
administratif,farmasetis, dan klinis. Aspek administratif merupakan skrining
awal pada saat resep dilayani di farmasi. Aspek administratif meliputi nama
pasien, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, tinggi badan pasien, nama
dokter, nomor izin, alamat, paraf dokter, tanggal resep, dan ruangan atau unit
asal resep. Skrining administratif perlu dilakukan karena berkaitan dengan
kejelasan tulisan obat, keabsahan resep, dan kejelasan informasi di dalam
resep. Ketidaklengkapan resep pada aspek administratif dapat menyebabkan
medication error. Akibat medication error dapat menimbulkan kegagalan terapi
dan efek obat yang tidak diharapakan sehingga merugikan pasien (Megawati
dan Santoso, 2017). Resep adalah kompetensi dari dokter dalam pelayanan
kesehatan yang berarti bahwa dokter wajib untuk menguasai cara penulisan
resep yang baik dan benar. Peresepan yang baik dan benar memiliki peran
yang besar dalam terapi dan pengobatan dan kesehatan pasien. Keterampilan
menulis resep harus dilakukan dengan mandiri dan tuntas sesuai dengan SKDI
2012 yang menuliskan bahwa penulisan resep sebagai salah satu kompetensi
yang harus dicapai oleh lulusan dokter. Keterampilan menulis resep
mempunyai level kompetensi 4A. Sehingga harus mulai dilatih sebelum
menjadi dokter untuk mengurangi kesalahan dalam menulis resep (Megawati
dan Santoso, 2017).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan
permasalahan dari laporan ini adalah bagaimanakah pengkajian resep secara
administratif.
I.3 Maksud dan Tujuan
I.3.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan
atau meracik obat yang baik dan benar.
I.3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui lebih jelas
dan mendalam mengenai resep.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Secara umum, obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna
mencegah, meringankan dan menyembuhkan penyakit (Elmitra, 2017). Obat
adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua
makhluk hidup untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah,
meringankan dan menyembuhkan penyakit (Simamora, 2018)
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar untuk mencegah,
meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Obat adalah suatu bahan
atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan
diagnosis, mencegah, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau
hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Paulina,
2020)
II.1.1 Resep
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan
tertentu dan menyerahkannya kepada pasien(Romdhoni, 2020)
Format resep terbagi atas 6 bagian yaitu:
a. Inscriptio
Terdiri dari nama dokter, sip, alamat/telepon/hp/kota/tempat dan tanggal
penulisan resep.
b. Invocatio
Yaitu permintaan tertulis dari dokter dalam singkatan latin “R/:Recipe” yang
artinya ambillah atau berikanlah.
c. Prescriptio
Nama obat, jumlah dan bentuk sediaan obat.
d. Signatura
Yaitu aturan pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan
terapi.
e. Subscriptio
Yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas
dan keabsahan resep tersebut.
f. Pro
Dicantumkan nama dan umur pasien.
II.1.1 Resep

dr. Dini Fitra Liana


Dokter Umum
Inscri SIP: 446.DU/966.1/35.73.306/2011
ptio Jl. Depag No 7 Daya, 085140424082
Praktik: Pagi: Senin-Sabtu Jam 08.00-11.00 WIB
Makassar, 3 Mei 2022
Invoc Prescri
atio ptio
R/ Paracetamol tab 500 mg No X
S. 3 dd 1 p.c

Signa TTD Subsc


tura riptio
Pro : Nn. Waljinah
Umur : 19 tahun
Alamat : Perum ABC no.3. Jl Parumpa Daya
II.1.2 Bahasa Latin
aa : ana : Tiap-tiap
add. : add : Tambahkan
ad.us.ext. : ad usum externum : untuk pemakaian luar
ad.us.int. : ad usum internum : untuk pemakaian dalam
a.c. : ante coenam : Sebelum makan
a.d : auri dextrae : Telinga kanan
a.l : auri laevae : Telinga kiri
b.d.d. : bis de die : Dua kali sehari
c. : cochlear : Sendok makan (15 ml)
cth : cochlear tea : Sendok teh (5 ml)
cito : cito : Segera
d.c : durante coenam : Sementara makan
d.in.dim : da in dimidio : Berikan separuhnya
d.in.2plo : da in duplo : Berikan 2 kalinya
d.in.3plo : da in triplo : Berikan 3 kalinya
dd. : de die : Sehari
det : detur : Diberikan
dtd : da tales doses : Berikan sesuai
takarannya
e.d : eyes drops : Obat tetes mata
f : fac : Dibuat
gtt : guttae : Tetes
gutt.ad.aur. : guttae ad aureus : Tetes telinga
h. : hora : Jam
h.v. : hora vespertina : Malam
h.m. : hora matutina : Pagi
haust : haustus : Diminum sekaligus
iter : iteretur : Diulang
liq : liquid : Cair
m : mane, misce : Pagi, campur
m.et.v. : mane et vespere : Pagi dan malam
m.f : misce fac : campur buat
n.i : ne iteretur : Jangan diulang
ne.det : ne detur : Tidak diberikan
noct : nocte : Tengah malam
o.h : omni hora : Tiap jam
o.m : omni mane : Tiap pagi
o.n : omni nocte : Tiap malam
P.I.M : periculum in mora : Berbahaya bila ditunda
p.r.n. : pro re nata : Jika perlu
pot : potio : Larutan
p.c. : post coenam : Setelah makan
pulv. : pulvis : Serbuk
q.s : quantum satis : Secukupnya
R : recipe : Ambillah
s : signa : Tandailah
statim ; statim : Penting
t.d.d : ter de die : 3 kali sehari
tinct : tincture ; Tingtur
urgent : urgent : Penting
u.c : usus cognitus : Pemakaian diketahui
u.e : usus externus : Pemakaian luar
u.i : usus internum : Pemakaian dalam
v : vespere : Malam
II.1.3 Penggolongan obat
Macam-macam Penggolongan Obat
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat
menurut Permenkes No. 917/1993 adalah :
1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol 5
2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya
termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa
resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan
garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM
3. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat
dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh : Asam Mefenamat Obat psikotropika adalah obat keras
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam,
Phenobarbital
4. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin
II.1.4 Perhitungan dan Pengenceran
Penggunaan obat yang dosisnya kurang dari takaran anjuran tidak akan
berpengaruh terhadap penyakit sedangkan mengonsumsi obat melebihi
takaran yang disarankan beresiko mengidap gejala atau bahkan penyakit
tertentu. Untuk menghitungkan dosis obat yang harus kita tahu dan hafal
adalah rumusnya.
A.Perhitungan Dosis Berdasarkan Umur
a. Rumus Young
Untuk anak di bawah umur 8 tahun n (umur dalam tahun)

b. Rumus fried
Untuk anak umur 0-2 tahun

n (umur dalam bulan)

c. Rumus dilling
Untuk anak umur dia atas pas 8 tahun

n (umur dalam tahun)


d. Rumus cowling
Unutk anak umur diatas 8 tahun

n (umur dalam tahun)

e. Rumus gaubiusi

B.Perhitungan Dosis Berdasarkan Bobo Badan


Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat
karena sesuai dengan kondisi pasien ketimbang umur yang terkandung tidak
sesuai dengan berat badan, bila memungkinkan hitung dosis melalui berat
badan.
A. Rumus Clark (amerika)
B. Rumus Thermich (jerman)

C.Perhitungan Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh


Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh serta Contoh
Soal Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (Body Surface
Area: BSA) atau Dosage Calculations Based on Body Surface Area.

Setelah Luas permukaan tubuh (BSA) dihitung, maka dimasukkan


kedalam rumus CROWFORD-TERRY-ROURKE dibawah ini untuk melakukan
konversi/penyesuaian dari dosis dewasa ke dosis anak-anak, Dosis Perkiraan
Konversi = Luas Permukaan Tubuh (LPT) Anak/ LPT Dewasa x Dosis Dewasa,
Seperti dibawah ini:
D. Perhitungan Dosis Dengan Pemakaian Berdasarkan Jam

a. Menurut FI III

b. Menurut Van Duin


Pemakaian sehari di hitung unutk 16, kecuali antibiotik dihitunggnya
sehari semalam 24 jam.
E. Pengenceran (pemicikan)
Pengenceran obat atau pemicikan obat merupakan tahapan yang harus
dilakukan untuk meningkat keakuratan takaran obat dalam resep disebabkan
takaran obat <50 mg, sehingga dikhawatirkan alat tidak akurat dalam
menimbangnya, sehingga diperlukan pengenceran obat.
Pengenceran obat harus dilakukan dengan menambahkan bahan yang
inert (tidak bereaksi) dan tidak memiliki efek farmakologi) . pengenceran obat
bisa dilakukan untuk membuat sediaan padat (solid) maupun sediaan cair
(liquid), untuk bahan padat misalnya sacharum lactis dan untuk bahan cair
aquadest.
F. Pengenceran bahan baku obat dalam bentuk padat

(Rentang 10 mg sampai 50 mg)


a. Metode pemicikan sediaan padat
1. Ketentuan batas penimbangan terendah adalah 50 mg
2. Timbang obat yang akan di encerkan sebesar 50 mg
3. Tambahkan SL (tergantungn perbandingan pengenceran obat),
misalnya 1:10 artinya 1 bagian obat (50 mg) di encerkan hingga 10
kalinya menjadi (500 mg) berarti jumlah SL 9 bagian yang harus di
timbang 500 mg-50 mg = 450 mg atau dengan cara perhitungan 9/10 x
500 mg.
4. Gerus campuran SL dan obat sampai homogen
G. Pengenceran bertingkat
Pengenceran bertingkat adalah tahap analisis laboratorium yang
berfungsi untuk mengencerkan jumlah mikroorganisme di dalam sampel (jika
diperkirakan sangat padat) dengan perbandingan pengenceran 1:9 sehingga
diperoleh pengenceran 1/10 untuk setiap tingkat pengencerannya.

a. Pengenceran 1
Timbang Atropin Sulfas 0,3 mg, Untuk ini dilakukan pengenceran
bertingkat sebagai berikut :

b. Pengenceran 2
H. Pengenceran tablet (Rentang 1-10 mg)
Contoh :
Timbang CTM sebanyak 5 mg maka perhitungan pengencerannya
sebagai berikut :

Cara/teknis pengerjaannya : Timbang 50 mg CTM + Sacharus Lactis


2450 mg, gerus hingga homogen, lalu ambil hasil pengenceran sebanyak 250
mg ( 250 mg mengandung 5 mg CTM).

II.1.5 Copy Resep dan Etiket


A. Copy Resep
Salinan resep adalah salinan tertulis suatu resep sebagai pengganti
resep asli apabila oabat diambil sebagian atau untuk mengulang resep
tersebut. Jika oabat diambil sebagian, salinan resep digunakan untuk
mengambil sisa obat yang belum diambil. Salinan resep harus memuat nama
dan alamat apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, “det/”detur”
untuk obat yang sudah diserahkan atau “ne detur” untuk obat yang belum
diserahkan, nomor resep, tanggal pembuatan (Rifqi, 2014). Rifqi, 2014.Salinan
resep lengkap
Bagian-bagian daric oppy resep ialah:
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan APA dan nomor SIA
3. Nama, umur, pasien
4. Nama dokter penulis resep
5. Tanggal penulisan resep
6. Tanggal dan nomor urut pembuatan
7. Tanda R/
8. Tanda “det” atau “deteur” untuk obat yang sudah diserahkan “ne det”
atau “ne deteur” untuk obat yang belum diserahkan
9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep
telah ditulis sesuai dengan aslinya.
II.1.6.2 Etiket
Etiket obat adalah label atau penanda obat yang diberikan oleh fasilitas
kesehatan baik praktik dokter, klinik, puskesmas, atau pun rumah sakit yang
biasanya ditempel di depan kemasan obat atau alat kesehatan yang berguna
untuk memberikan informasi penggunaan obat atau alat kesehatan tertentu
pada penggunanya Adapun etiket terbagi 2 yaitu etiket putih dan biru (Novarina
w,2017). Novarina w,2017.arti label, etiket obat, oabt dalam dan obat luar.

 Etiket putih
etiket yang digunakan untuk obat dalam atau obat yang
dikonsumsi melalui saluran pencernaan atau secara oral.Jenis
obat yang menggunakan etiket putih diantaranya bentuk tablet,
kapsul, puyer, sirup, sirup tetes (drop), ataupun suspensi.
 Etiket biru
etiket yang digunakan untuk obat luar ataupun obat suntik. Jenis
obat yang menggunakan etiket putih diantaranya bentuk salep,
krim, gel, bedak, obat suntik, tetes mata, dan tetes telinga.
Etiket:Putih (Oral) Etiket:Biru (Luar)

II.1.6 Skrining resep


Skrining Resep atau biasa dikenal dengan Pengkajian Resep
merupakan kegiatan apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi
pengkajian administrasi, farmasetik dan klinis sebelum resep diracik.
Tujuannya tentunya untuk menjamin keamanan (safety) dan kemanjuran
(efficacy) dari obat dalam resep ketika digunakan pasien serta memaksimalkan
tujuan terapi.
Kajian administratif meliputi:
1. informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)
2. informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP),
alamat, nomor telepon dan paraf)
3. tanggal penulisan resep
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan
2. stabilitas
3. kompatibilitas (ketercampuran obat)

Pertimbangan klinis meliputi:


1. ketepatan indikasi dan dosis obat
2. aturan, cara dan lama penggunaan obat
3. duplikasi dan/atau polifarmasi
4. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
5. kontra indikasi
6. interaksi

II.1.7 Uraian Bahan


Aminophylin (Farmakope Edisi III, Hal : 82)

Nama Resmi AMINOPHYLLINUM

Nama Lain Aminofilina

Rumus Molekul C16H24N10O4

Rumus Struktur

Pemerian butir atau serbuk; Putih agak kekuningan; Bau lemah mirip
amoniak; rasa pahit.
Kelarutan; Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin
menjadi keruh; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlndung dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan Bronkodilator, antispasmodikum, diuretikum.
II.2.2 Codein (Farmakope Edisi III, Hal : 172)
Nama Resmi CODEINI HYDROCHLORIDUM
Nama Lain Kodeina Hidroklorida
Rumus Molekul C18H21NO3,HCI.2H2O
Rumus Struktur

Pemerian Serbuk hablur putih atau hablur jarum tidak berwarna.


Kelarutan Larut dalam 20 bagian air dan dalam lebih kurang 90 bagian etanol
(90%) P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan Antitusivum.

II.2.3 CTM (Farmakope Edisi III, Hal : 153)


Nama Resmi CHLORPHENIRAMINI MALEAS
Nama Lain Klorfeniramina maleat
Rumus Molekul C16H19CIN2,C4H4O4
Rumus Struktur

Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit


Kelarutan Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) P dan
dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan Antihistaminikum.

II.2.4 Efedrin (Farmakope Edisi III, Hal : 236)


Nama Resmi EPHEDRINI HYDROCHLORIDUM
Nama lain Efedrina hidroklorida
Rumus molekul C10H15NO’HCL
Rumus Struktur

Pemerian Hablur putih atau serbuk putih halus; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan Larut dalam lebih kurang 4 bagian air,dalam lebih kurang 14
bagian etano (95%) P; praktis tidak larut dalam eter P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat dan penggunaan Simpatomimetikum.

II.2.5 GG (Farmakope Edisi III, Hal : 272)


Nama Resmi GLYCERYLIS GUALACOLAS
Nama Lain Gliseril Guaiakolat
Rumus Molekul C10H14O4
Rumus Struktur
Pemirian serbuk hablur ;putih hingga agak keabuan ;hampir tidak berbau
atau berbau lemah.
Kelarutan larut dalam air,dalam etano (95%) P, dalam kloroform P, dalam
gliserol P dan dalam propilenglikol P.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik,terlindung dari cahaya.
Khasiat dan Penggunaan Ekspektoran.

II.2.6 Luminal (Farmakope Edisi III, Hal : 481)


Nama Resmi PHENOBARBITALIM
Nama Lain Luminal
Rumus Molekul C12H12N2O3
Rumus Struktur

Pemerian Hablur atau serbuk serbuk;putih tidak berbau;rasa agak pahit.


Kelarutan sangat sukar larutan dalam air;larut dalam etanol (95%) P,dalam
eter P, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat penggunaan Hipnotikum,sedativum.
II.2.7 S.L (Farmakope Edisi III, Hal : 338)
Nama Resmi LACTOSUM
Nama Lain Saccharum lactis
Rumus Molekul C12H22O11H2O
Rumus Struktur

Pemerian serbuk hablur;putih tidak berbau; rasa agak manis.


Kelarutan Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih;sukar
larut dalam etanol (95%) P,praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam
eter P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan pengunaan Zat tambahan.

Anda mungkin juga menyukai