Anda di halaman 1dari 4

PERCOBAAN II INDEKS BIAS CAIRAN I.

TUJUAN Mahasiswa mampu mendefinisikan parameter indeks bias Mahasiswa mampu menentukan indeks bias dengan berbagai tujuan Mahasiswa mampu memahami prinsip dan operasional instrument yang digunakan (Refraktometer)

II.

DASAR TEORI Indeks bias (n) adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam suatu zat atau yang dapat didefinisikan sebagai perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias. Harga indeks bias dalam farmakope dinyatakan untuk garis D cahaya Natrium pada dublet 589,0 nm. Umumnya alat dirancang untuk digunakan dengan cahay putih, tetapi dikalibrasikan agar memberikan indeks bias untuk garis D cahaya Natrium. Indeks bias berguna untuk identifikasi zat dan deteksi ketidakmurnian (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Indeks bias suatu zat diukur dengan menggunakan refraktometer, yaitu alat perdagangan umumnya dibuat dengan sinar putih yang telah ditera sehingga dapat menyatakan indeks bias yang menggunakan sinar Na pada panjang gelombang doublet 590 nm dan 589,6 nm (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979). Refraktometer ada 2 macam: 1. Refraktometer Abbe Digunakan untuk mengukur rentan indeks bias dari bawah yang tercantum dalam farmakope, berikut indeks biasnya.
2. Hand Refractometer

Digunakan untuk mengukur indeks bias dengan rentan tertentu Indeks bias mengalami perubahan dengan berubahnya panjang gelombang cahaya dan temperature. Pada umumnya nilai ini ditentukan jika indeks biasnya diketahui, contohnya nD berarti indeks bias menggunakan suhu garis emisi D dari Natrium pada 589 nm, pada temperature 20C. Tekanan harus dijaga tetap pada waktu pengukuran indeks bias gas. Indeks bias dapat digunakan untuk identifikasi suatu zat yang dilarutkan dalam zat yang

lainnya. Suatu refraktometer khusu digunakan untuk menetukan indeks biasnya (Martin, 1993). Indeks bias tidak hanya bergantung pada macam zat, tetapi juga pada gelombang cahaya. Bila panjang gelombang tidak disebutkan, biasanya indeks bias yang diambil adalah indeks bias cahaya kuning lampu natrium yang panjang gelombangnya 589 nm. Indeks bias jelas yang umumnya digunakan untuk alat optic terletak antara 1,46 dan 1,96. Sedikit sekali zat yang indeks biasa lebih besar dari rulit( Crystalline titanium dioxide ) yang indeks biasnya 2,7. Indeks bias pada kondisi standar, untuk violet yang panjang gelombangnya 436 nm, indeks biasnya 1,0002914, dengan demikian untuk kebanyakan keperluan indeks bias udara dapat dianggap 1. Indeks bias gas bertambah sesuai dengan pertambahan kerapatan gas yang bersangkutan ( Sears, 1991).

III.

ALAT dan BAHAN Vegetables oil Minyak jagung Minyak cendana Minyak apel

Aromatic oil Minyak melati Minyak mawar

Hand Refractometer

IV. SKEMA KERJA Hand Refractometer Penutup prisma dibuka, 1 atau 2 tetes sampel pada prisma utama kemudian penutup prisma ditutup dengan lembut sampai menyentuh prisma utama

Skala 1,2, atau 3 diatur dengan memutar knob sampai tanda tergantung dari konsentrasi sampel yang akan diuji. Jarak dari skala adalah sebagai berikut : 1 2 3 : 1,333 1,404 (skala sebelah kiri) : 1,404 1,468 (skala tengah)

: 1,468 1,520 (skala sebelah kanan)

Ujung refraktometer diarahkan ke cahaya yang terang, lihatlah melalui lensa sambil diputar putar sampai skala terklihat jelas

Akan nampak garis batas yang memisahkan sisi yang terang dan gelap pada bagian atas dan bawah. Jika garis batas berwarna atau tidak jelas, maka putarlah ring untuk menghilangkan warna hingga garis batas tersebut menjadi jelas. (jika indeks bias sampel sama sekalo=I tidak diketahui, aturlah knob pada posisi 1 , 2,atau 3 dan carilah posisi yang menunjukkan perbedaan jelas antara bagian terang dan bagian gelap )

Kalibrasi yang ditunjukkan oleh garis batas tersebut memperlihatkan indeks bias

IX. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 937 Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 1030 Martin, A., 1993, Farmasi Fisik, Edisi III, Jilid 2, UI Press, Jakarta, pp.272

Sears, Z., 1991, Fisika Untuk Universitas 3, Binacipta, Jakarta, pp.903-904

Yogyakarta, 19 Maret 2012 Praktikan,

(Sophia Sari Asdini)

(Rizki Seviana Puspitasari)

Anda mungkin juga menyukai