Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

PERCOBAAN 1
PENENTUAN KERAPATAN (DENSITY)

I. Tujuan : Menentukan kerapatan bermacam-macam zat cair dan zat padat

II. Teori : Kerapatan

Kerapatan adalah massa per unit volume satu zat pada temperatur tertentu. Sifat
ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan
salah satu sifat fisika yang paling definitif serta dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian zat kimia.Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan
ukuran dan bobot molekul suatu komponen tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi
sifat karakteristik pemadatan Dalam sistem metrik kerapatan diukur dalam mililiter
atau gam per sentimeter kubik.

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Timbangan digital  Aquadest
 Piknometer  Etanol
 Corong  Aseton
 Beaeker glass  Kloroform
 Besi
 Peluru
 Tembaga

IV. Cara Kerja


A. Penentuan Volume Piknometer Pada Suhu Percobaan
1. Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
2. Isi piknometer denga air hingga penuh, kemudian timbang kembali.
3. Lihat dalam tabel berapa kerapatan air pada suhu percobaan, dan digunakan
untuk menghitung volume air (volume piknometer)
4. Cara perhitungan :
Misalnya : Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot piknometer + air = b gram
Bobot air = ( b – a ) gram
Dari tabel diketahui kerapatan air = ρ air
Volume Piknometer = Volume Air
1
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
( b−a )
V Piknometer = gram/ml
ρ air
B. Penetuan Kerapatan Zat Cair (Etanol, Aseton, kloroform)
1. Lakukan penimbangan zat x dengan menggunakan piknometer yang sama
seperti percobaan A.
Misalnya : Bobot Piknometer + zat cair x = c gram
Maka bobot zat cair x = ( c – a ) gram
2. Kerapatan zat cair x = ( c – a ) gram
V Pikno ml

C. Penentuan Kerapatan Zat Padat


1. Lakukan penimbangan zat padat yang akan ditentukan kerapatannya.
Misalnya : bobot zat padat = x gram
2. Masukan zat padat ke dalam piknometer yang sama lalu diisi penuh dengan air,
kemudian ditimbang.
3. Perhitungan :
Bobot piknometer + zatpadat + air = y gram
Bobot zat padat = x gram
Bobot piknometer + air = b gram
Maka bobot air yang tumpah = ( b + x – y ) gram

Volume air yang tumpah =volume zat padat = ( b + x – y ) gram


ρ air gram/ml
(ρair pada suhu percobaan lihat pada di tabel )

Bobot Zat Padat


4. Kerapatan zat padat =
Volume Zat Padat

V. Hasil Pengamatan

A. Kerapatan zat cair

No. Uraian Etanol Aseton Kloroform


1 Bobot piknometer kosong

2 Bobot piknometer + air penuh

3 Bobot piknometer + zat cair

4 Bobot zat cair,

5 Volume piknometer

2
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

6 Kerapatan zat cair

B. Kerapatan zat padat

No. Uraian Besi Peluru Tembaga


Bobot piknometer kosong
1
Bobot piknometer + air penuh
2
Bobot piknometer + air + zat padat
3
Bobot zat padat
4
Bobot air yang tumpah
5
Volume zat padat
6
Kerapatan zat padat
7

3
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

PERCOBAAN II
PENENTUAN BOBOT JENIS

I. Tujuan : Menentukan bobot jenis bermacam-macam zat cair dan zat padat

II. Teori : Bobot Jenis


Bobot jenis adalah ratio/perbandingan bobot zat terhadap bobot air pada
volume (V) dan temperatur (T) yang sama atau bobot jenis adalah ratio kerapatan suatu
zat terhadap kerapatan air pada V dan T yang sama. Karena bobot jenis merupakan
suatu perbandingan antara massa dan massa atau kerapatan dan kerapatan, dengan
demikian bobot jenis tidak mempunyai satuan atau dimensi.

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Timbangan digital  Aquadest
 Piknometer  Etanol
 Corong  Aseton
 Beaeker glass  Kloroform
 Besi
 Peluru
 Tembaga

IV. Cara Percobaan :


A. Penentuan Bobot Air
1. Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering dengan seksama.
2. Piknometer diisi dengan air sampai penuh, kemudian ditimbang.
3. Cara perhitungan :
Misalnya : Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot piknometer + air (penuh) = b gram
Bobot air = ( b – a ) gram

B. Penentuan Bobot Jenis Zat Cair


1. Lakukan penimbangan zat cair x dengan menggunakan piknometer yang sama
seperti pada percobaan A.
Misalnya : Piknometer + Zat cair x = c gram

4
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
2. Bobot jenis zat cair x adalah = ( c – a ) gram
( b – a ) gram

C. Penentuan Bobot Jenis Zat Padat


1. Lakukan penimbangan zat padat yang akan ditentukan bobot jenisnya,
Misalnya = x gram
2. Masukan zat padat ke dalam piknometer yang sama, lalu diisi air hingga penuh.
3. Perhitungan:
Bobot piknometer + zat padat + air = y gram
Bobot zat padat = x gram
Bobot piknometer + air (penuh) = b gram
Maka bobot air yang tumpah = ( b + x - y ) gram
Bobot Zat Padat
Bobot jenis =
Bobot air yang tumpah

V. Hasil Pengamatan

A. Kerapatan zat cair

No. Uraian Etanol Aseton Kloroform


1 Bobot piknometer kosong

2 Bobot piknometer + air penuh

3 Bobot piknometer + zat cair

4 Bobot zat cair

5 Bobot air

6 Bobot jenis zat cair

B. Kerapatan zat padat

No. Uraian Besi Peluru Tembaga


1 Bobot piknometer kosong
2 Bobot piknometer + air penuh
3 Bobot piknometer + air + zat padat
4 Bobot zat padat
5 Bobot air yang tumpah

5
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

6 Bobot jenis zat padat

PERCOBAAN III

PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN

I. Tujuan : Mampu mengukur tegangan permukaan berbagai zat cair dengan metode
kenaikan kapiler
II. Teori :

Dalam zat cair, gaya kohesif antara molekul satu dengan molekul-molekul
tetangganya besar pengaruhnya. Kalau kita perhatikan tetesan zat cair yang tersuspensi
dalam udara (gambar di bawah), maka moleku1-molekul di dalam tetesan tersebut
dikelilingi oleh molekul-molekul Iainnya dari segala jurusan yang mempunym gaya tarik-
menarik sama. Namun, molekul-molekul yang berada di permukaan tetesan (yang
merupakan antar muka cair-udara) dari kanan, kiri dan bawahnya mereka menerima gaya
kohesif yang sama dari molekul-molekul tetangganya. Akan tetapi dari atas mereka
mengalami gaya tarik menarik adhesif dengan udara yang relatif kecil dibandingkan
dengan gaya kohesif antar molekul zat cair.

Efek keseluruhannya ialah molekul-molekul di permukaan tersebut mengalami


gaya ke dalam. Gaya ini menyebabkan luas permukaan zat cair tersebut menjadi lebih
kecil Oleh karena itu tetesan zat cair mempunyai kecenderungan berbentuk bola, sebab
bentuk bola mempunyai luas permukaan terkecil persatuan volume. Gaya yang
diberikan sejajar dengan permukaan untuk mengimbangi gaya ke dalam tersebut
di atas dinamakan tegangan muka dan mempunyai satuan dyne / cm (cgs).

Prinsip Kerja Metode Kenaikan Kapiler


Suatu cairan naik dalam kapiler karena gaya tegangan mukanya bekena sepanjang
perimeter kapiler, menurut definisi di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

6
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

γ = Gaya / 2 π r dimana : r = Jari-jari


γ = Tegangan Muka

Gaya ini menyebabkan cairan naik ke atas, secara pasti dilawan oleh efek gravitasi yang
dapatdinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Efek gravitasi = π r2 h ρ g Dimana : r = Jari – Jari kapiler


h = tinggi keniakan zat cair
ρ = Kerapatan zat cair
g = Gaya gravitasi

Dengan menyamakan kedua gaya tersebut di atas didapatkan persamaan sebagai berikut :

γ. 2 π r = π r2 h ρ g atau γ= ½ r ρ h g

Sudut yang dibuat cairan dengan kapiler pada dapat memodifisir persamaan tersebut,
tetapi secara umum untuk cairan efeknya adalah sedemikian sehingga faktor ini dapat
diabaikan.
Pengukuran jari-jari kapiler adalah hal yang sukar dilakukan. Untuk itu dilakukan melalui

perbandingan kenaikan kapiler cairan yang sudah diketahui tegangan mukanya.

1
r . hu . u . g
γ uji 2
=
γ standar 1
r . hs . ρ s . g
2
γ uji γ s. hu. ρ u
=
hs. ρ s
Jadi dengan mengetahui kerapatan dan kenaikan cairan dalam kapiler yang sama,
tegangan mukacairan yang belum diketahui dapat ditentukan.

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Pipa kapiler  Air
 Erlenmeyer  Na lauryl sulfat 0,01%, 0,05% dan 0,1%
 Piknometer
 Penggaris

IV. Cara Kerja


A. Penentuan Volume Piknometer Pada Suhu Percobaan

7
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
1. Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
2. Isi piknometer denga air hingga penuh, kemudian timbang kembali.
3. Lihat dalam tabel berapa kerapatan air pada suhu percobaan, dan digunakan
untuk menghitung volume air ( volume piknometer )

4. Cara perhitungan :
Misalnya : Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot piknometer + air = b gram
Bobot air = ( b – a ) gram
Dari tabel diketahui kerapatan air = ρ air
Volume Piknometer = Volume Air
( b−a )
V Piknometer = gram/ml
ρ air

B. Penetuan Kerapatan Zat Cair


1. Lakukan penimbangan zat x dengan menggunakan piknometer yang sama
seperti percobaan A.
Misalnya : Bobot Piknometer + zat cair x = c gram
Maka bobot zat cair x = ( c – a ) gram

2. Kerapatan zat cair x = ( c – a ) gram


V Pikno ml
C. Penentuan Kenaikan Kapiler Zat Cair
1. Masukan zat cair dalam cawan porselin
2. Tandai kapiler
3. Celupkan pipa kapiler ke dalam cawan porselin sebatas tanda
4. Ukur kenaikan kapiler
V. Hasil Pengamatan
No. Uraian Na lauryl sulfat Na lauryl sulfat Na lauryl
0,01% 0,05% sulfat 0,1%
1 Bobot piknometer kosong

2 Bobot piknometer + air penuh

3 Bobot piknometer + zat cair

4 Bobot zat cair

8
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

5 Volume Piknometer

6 Kerapatan Zat Cair

7. Kenaikan Kapiler

PERCOBAAN IV
PENENTUAN VISKOSITAS (KEKENTALAN)

I. Tujuan : Menentukan Viskositas bermacam-macam zat cair

II. Teori : Viskositas

Viskositas adalah suatu penyataan " tahanan untuk mengalir "dari suatu sistem
yang mendapat tekanan . Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan
untukmembuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Cairan mempunyai gaya gesek
yang lebih besar untuk mengalir dari pada gas, sehingga cairan mempunyai koefisien
Viskositas lebih besar dari pada gas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya
temperatur, sedangkan viskositas cairan menurun dengan naiknya temperatur. Koefisien
viskositas gas pada tekanan tidak berlaku besar (tidak tergantung tekanan) tetapi untuk
cairan naik dengan naiknya tekanan.

Prinsip Kerja :

Viskositas cairan dapat ditentukan berdasarkan Hukum Stokes. Hukum Stokes


berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zai car. Benda bulat denganjari-jari r dan
kerapatan ρ , yang jatuh karena gaya gravitasi fluida dengan rapat dm, akan dipengaruhi
oleh gaya gravitasi sebesar :
4 3
f1= π r ( ρ−ρm ) g
3

Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besarTetapi
dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh makitl
besar. Pada saat kesetimbangan, besarya kecepatan benda jatuh tetap (V tetap). Menurut
Hukum Stokes, untuk benda bulat tersebut gaya gesek pada kesetimbangan :
f2 = 6 π r ƞV
f1 = f2
4 3
π r ( ρ−ρm ) g = 6 π r ƞV
3
9
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

2r 2( ρ−ρ m)
Ƞ = g
9v

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Piknometer  Aquadest
 Gelas Ukur 1000 ml  Propilengglikol
 Timbangan Digital  Gliserin
 Corong  Alkohol
 Beaeker glass  OBH
 Viskosimeter Ostwald
 Viskosimeter Brokfield

IV. Cara Kerja


1. Viskosimeter Ostwald
A. Penentuan Volume Piknometer Pada Suhu Percobaan
1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
2) Isi piknometer denga air hingga penuh, kemudian timbang kembali.
3) Lihat dalam tabel berapa kerapatan air pada suhu percobaan, dan digunakan
untuk menghitung volume air (volume piknometer)
4) Cara perhitungan :
Misalnya : Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot piknometer + air = b gram
Bobot air = ( b – a ) gram
Dari tabel diketahui kerapatan air = ρ air
Volume Piknometer = Volume Air
( b−a )
V Piknometer = gram/ml
ρ air

B. Penetuan Kerapatan Zat Cair


1) Lakukan penimbangan zat x dengan menggunakan piknometer yang sama
seperti percobaan A.
Misalnya : Bobot Piknometer + zat cair x = c gram
Maka bobot zat cair x = ( c – a ) gram

10
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
2) Kerapatan zat cair x = ( c – a ) gram
V Pikno ml

C. Prosedur Viskosimeter Ostwald


1) Isi Tabung C dengan Aquadest 5 ml.
2) Sendot / tarik aquadest dari tabung C dengan menggunakan filler, hingga posisi
cairan ada di atas tanda A
3) Catat waktu jatuh aquadest dari tanda A sampai tanda B
4) Lakukan hal yang sama untuk zat cair yang akan di uji viskositasnya
5) Hitung viskositas zat uji dengan rumus :
( t . ρ ) Uji
ηUji =η Standar
( t . ρ ) Standar

Ket :
t = waktu jatuh zat cair dari A – B
ρ = Kerapatan Zat Uji
mengukur kerapatan zat yang di uji sma dengan percobaan 1.

2. Viskosimeter Brokfield
A. Prosedur Viskosimeter Brokfield
1) Pasang alat sesuai dengan gambar
2) Setelah alat terpasang dengan benar pilih spindel dimulai dari ukuran yang
terkecil
11
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
3) Cairan yang akan diukur dimasukkan ke dalam becker glass 500 ml
4) Pasang spindel dan posisi spindel sehingga permukaan cairan berada tepat pada
tanda tengah batang
5) Atur rpm dimulai dari yang terkecil
6) Tekan tombol on biarkan berputar 2 sampai 3 kali putaran
7) Amati skala tetap dengan cara tuas belakang di tekan tahan dan tombol pada
posisi off
8) Skala yang diharapkan antara 10 sampai 100
9) Apabila skala di bawah 10 maka kecepatan (rpm) harus dinaikan
10) Apabila skala diatas 100 maka spindel diganti dengan nomor spindel yang
besar
11) Skala (dial reading) diamati dengan cara yang sama dengan poin 7
12) Viskositas dihitung / ditentukan dengan skala yang terbaca (dial reading) kali
faktor tertera pada alat (centipoises)

V. Hasil Pengamatan

No. Uraian Air Alkohol OBH


1 Bobot piknometer kosong

2 Bobot piknometer + air

3 Bobot piknometer + zat cair

4 Bobot zat cair

5 Volume Piknometer

12
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

6 Kerapatan Zat Cair

7 Waktu Tempuh

PERCOBAAN V
PENENTUAN SIFAT ALIR ZAT

I. Tujuan : Menentukan sifat alir bermacam-macam zat cair

II. Teori : Rheologi

Istilah rheology berasal dari Bahasa Yunani yaitu rheo yang berarti mengalir
dan logos yang berarti ilmu pengetahuan yang digunakan untuk memerikan aliran zat
cair dan deformasi zat padat. Jika zat diklasifikasikan menurut tipe alir dan
deformasinya maka pada umumnya zat dibagi menjadi dua kategori yaitu: system
Newton dan system non Newton.
1. Sistem Newton. Zat cair, lapisan dasar dianggap menempel pada tempatnya. Jika
lapisan bidang zat cair bergerak dengan kecepatan konstan maka lapisan bawahnya
bergerak dengan kecepatan yang berbanding lurus dengan jarak dari lapisan dasar
yang diam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa system Newton menghasilkan garis
lurus/linier. Ditinjau dari hukum Newton bahwa semakin besar viskositas zat cair
maka semakin besar tekanan geser yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan
geser tertentu. Dari hukum ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan geser berbanding
lurus dengan tekanan geser.
2. Sistem non Newton. Zat bukan Newton adalah zat yang tidak mengikuti hukum alir
Newton. Zat bukan Newton terbagi menjadi dua bagian yaitu: yang dipengaruhi
waktu dan tidak dipengaruhi waktu. Adapun zat bukan Newton yang tidak
dipengaruhi waktu yaitu:
a. Plastis : Cairan non Newton yang dapat mengalir setelah melampaui nilai yield
value, dan setelah melampaui yield value viskositasnya akan sama dengan
cairan Newton
b. Pseudoplastis : Cairan non Newton yang viskositasnya menurun dengan
meningkatnya kecepatan geser
c. Dilatan : Cairan non Newton yang viskositasnya meningkat dengan
meningkatnya kecepatan geser
13
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
Cairan non Newton yang sangat dipengaruhi waktu adalah:
a. Thixotropi : didefinisikan sebagai suatu pemulihan keadaan yang berlangsung
secara isothermal dari suatu zat yang kehilangan konsistensi karena geseran
yang terjadi pada waktu didiamkan. Kurva thixotropic saat penurunannya kurva
akan menyimpang ke kiri dari kurva naiknya.
b. Antithixotropi : didefinisikan sebagai suatu penurunan konsistensi secara
komparatif pada waktu sampel didiamkan yang diperoleh sebagai hasil dari
geseran. Pada setiap kecepatan geser, tekanannya lebih besar pada kurva dari
pada kurva naik. Kurva antithixotropi saat penurunan kurva akan menyimpang
ke kanan dari kurva naiknya.

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Beaeker glass 500 ml  Lotion
 Viskosimeter Brokfield  Yogurt
 Shampo

IV. Cara Kerja

Viskosimeter Brokfield LV
1. Pasang alat sesuai dengan gambar dan sambungkan dengan aliran listrik
2. Setelah alat terpasang dengan benar pilih spindel dimulai dari ukuran yang
terkecil
3. Cairan yang akan diukur dimasukkan ke dalam becker glass 500 ml
4. Pasang spindel dan atur posisi spindel sehingga permukaan cairan berada tepat
pada tanda tengah batang spindel
5. Atur rpm dimulai dari yang terkecil
6. Tekan tombol on biarkan berputar 2 sampai 3 kali putaran setiap rpm, setiap
putaran didiamkan selama 5 menit
7. Amati skala tetap tiap rpm dengan cara tuas belakang di tekan tahan dan
tombol pada posisi off
8. Skala yang diharapkan antara 0 sampai 100
9. Apabila skala di atas 50 maka spindle diganti dengan nomor spindle yang lebih
besar

14
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
10. Jika skala sudah mencapai ≤ 100 maka turunkan rpm dari skala sebelumnya
hingga skala terendah
11. Viskositas dihitung/ditentukan dengan cara skala yang terbaca (dial reading)
tiap rpm dikali faktor tertera pada alat (centipoises)
12. Tekanan geser ( F ) dihitung dengan cara dial reading tiap rpm dikalikan
dengan Kv (673,7 dyne/cm2)
13. Gambar kurva hubungan antara :
a. Rpm dengan viskositas
b. Tekanan geser (F) dengan rpm

V. Hasil Pengamatan

Rpm Dial reading Viskositas (cp) F (Tekanan geser)


dyne/cm2

15
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

PERCOBAAN VI
PENENTUAN TITIK LEBUR

I. Tujuan : Menentukan titik lebur bermacam-macam zat

II. Teori : Titik Lebur

Titik lebur suatu kristal padat adalah suhu dimana padatan mulai berubah
menjadi cair pada tekånan udara satu atmosfir. Jika suhu dinaikan molekul senyawa
akan menyerap energi. Makin tinggi suhu makin banyak energi yang diserap, maka
akan menaikkan gerakan vibrasi dan rotasi dari molekul. Jika suhu terus dinaikkan
mengakibatkan rusaknya molekul dan berubah dari padatan menjadi cairan. Pada
keadaan cair molekul masih terikat satu dengan lainnya tetapi sudah tidak teratur lagi.
Fakror-faktor yang mempengaruhi peleburan :

1. Ikatan antar molekul


Makin kuat ikatan antar molekul dari suatu senyawa makin besar energi yang
diperlukan untuk memecahnya dan dengan kata lain titik lebur makin tinggi
2. Kesimetrian
Jika suatu molekul dalam keadaan simetri maka akan dapat menyerap energi yang
lebih banyak tanpa merusak kisi-kisi kristal.
3. Ukuran molekul
Molekul yang berukuran lebih besar pada umumnya melebur pada suhu yang lebih
tinggi.
4. Polimorfisme
Suatu senyawa kadang-kadang mempunyai beberapa bentuk kristal, dan hal itu
memberikan titik lebur yang berbeda-beda.

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
 Melting Block  β Naftol

16
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

 Pipa kapiler  Coffein


 Klem  Teofilin
 Statif
 Termometer
 Lamnpu Spiritus
 Loope

IV. Cara Kerja


1. Lebih kurang 1 - 2 mg zat yang akan diuji titik lebumya, dimasukkan ke dalam pipa
kapiler.
2. Pipa kapiler yang telah diisi zat, dimasukkan pada lubang Melting Block .
3. PanaskanMelting Block menggunakan lampu spiritus / bunsen.
4. Catat suhu pada waktu zat mulai melebur sampai berubah menjadi cair.

Gambar Rangkaian Melting Block

V. Hasil Pengamatan

Zat Jarak lebur Titik lebur Literatur


β Naftol

Coffein

Teofilin

17
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

PERCOBAAN VII
PENETAPAN KADAR ETANOL

I. Tujuan Percobaan : Mahasiswa mampu menetapkan kadar etanol.

II. Dasar Teori :


Etanol adalah campuran etilalkohol dan air, mengandung tidak kurang dari 94,7
% v/v atau 92,0 % v/v dan tidak lebih dari 92,7 % C2H60. Kelarutan, mudah larut dalam
air, dalam chloroform P dan dalam eter P. Cairan tidak berwarna,jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak. Etanol 60% — 80 % berkhasiat bakterisid kuat dan cepat terhadap
bakteri-bakteri. Gram-positif dan negatif ( efektif dalam 2 menit ) termasuk basil TBC,
terhadap fungi dan virus kerjanya tidak selalu sama efektifnya dan spora-spora tidak peka
untuknya. Konsentrasi optimal adalah 70%, diatasnya kurang efektif karena presentasi air
terlalu sedikit untuk membasahkan kuman dan demikian menyebabkan lebih peka untuk
bakterisid etanol. Karena cepat menguap, maka pada kulit harus digosok lebih kurang 2
menit lamanya. Pada penggunaan oral, etanol memperlihatkan kegiatan atas SSP, yakni
semula merangsang dan kemudian menekannya juga menyebabkan vasodilatasi ( muka
menjadi merah dan perasaan panas ) dan menstimulir produksi getah Iambung bila
diminum sebelum makan. Bertambah banyak ketagihan alkohol menjadi masalah yang
sangat mencemaskan.

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
 Labu alas bulat  Alkohol < 30%
 Termometer  Alkohol > 30 %
 Pendingin liebig
 Erlenmeyer
 Klem
 Statif

18
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

 Kompor Listrik
 Piknometer
 Corong
 Timbangan Digital
 Gelas ukur

IV. Cara Kerja


A. Untuk zat uji yang mengandung etanol kurang dari 30%

1. Pipet 25 ml cairan uji ke dalam alat destilasi (catat suhu pemipetan)


2. Tambahkan air sama banyak.
3. Destilasi cairan uji hingga 23 ml
4. Atur suhu hasil destilasi hingga suhu sama dengan suhu pemipetan.
5. Tambahkan hasil destilasi dengan air hingga 25 ml.
6. Tetapkan bobot jenis cairan tersebut.
7. Hitung kadar etanol menggunakan tabel bobot jenis alkohol Fl.
B. Untuk zat uji yang mengandung etanol lebih dari 30% v/v
1. Pipet 25 ml cairan uji ke dalam alat destilasi (catat suhu pemipetan)
2. Tambahkan air sama banyak.
3. Destilasi hingga diperoleh hasil 48 ml
4. Atur suhu sulingan hingga sama dengan suhu pemipetan
5. Tambahkan air hingga volume 50 ml
6. Tetapkan bobot jenis hasil destilasi
7. Tentukan kadar etanol dengan menggunakan table bobot jenis alcohol F1

V. Hasil Pengamatan
No. Uraian Etanol
1 Bobot piknometer kosong
2 Bobot piknometer + air penuh
3 Bobot piknometer + zat cair
4 Bobot zat cair,
5 Bobot air
6 Bobot jenis zat cair

Gambar Rangkaian Alat Destilasi

19

Anda mungkin juga menyukai