Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WarahmatullahiWabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puja dan puji syukur atas kehadirat
allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan anugerah-Nya, sehingga penulis
dapat melaksanakan PKL (Praktik Kerja Lapangan) serta dapat mengerjakan
penyusunan laporan PKL ini dengan baik dan lancar.
PKL merupakan bentuk pengaplikasian seluruh kemampuan dan teori
yang sudah dipelajari dan dikuasai di kampus kemudian diterapkan dan
dikembangkan dalam dunia kerja yang nyata. Sehingga banyak sekali keilmuan
yang akan diperoleh serta pengalaman yang akan bertambah dan akan menjadi
wawasan cakrawala keilmuan yang tidak bias didapatkan tanpa adanya praktik
secara langsung. PKL ini juga merupakan salah satu kewajiban yang harus
dipenuhi oleh seluruh mahasiswa tingkat akhir (semester 6) untuk mendapatkan
kelulusan bidang studi yang telah ditempuh selama ini. Penulis telah
melaksanakan PKL ini di Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah Sakit Aloei
Saboe, dari tanggal 19 Agustus 2021-30 Agustus 2021.
Semua hasil dan rincian kegiatan akan disertakan dan diuraikan lebih rinci
pada laporan PKL ini. Pada akhirnya penulis mengucapkan terimakasih atas
perhatian seluruh rekan-rekan yang telah membantu menyusun laporan PKL ini,
sehingga dapat menghasilkan sebuah laporan yang dapat member manfaat kepada
pembaca yang budiman. Tiada gading yang takretak, untuk itu penulis berharap
kepada pembaca untuk selalu bersedia memberikan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan bagi penulis.
Wassalamualaikum Warahmatullahir Wabarakatuh.

Gorontalo, September 2021


Penulis

Kelompok VI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan .................................................... 2
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan ........................................................... 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Uraian Umum Apotek .................................................................... 4
2.2 Organisasi Instansi ......................................................................... 6
2.3 Personalia ....................................................................................... 7
2.4 Tugas dan Fungsi ........................................................................... 9
2.5 Kegiatan-Kegiatan Instansi .......................................................... 10
BAB III URAIAN KHUSUS ......................................................................... 20
3.1 Letak Geografis Apotek Pelengkap Kimia Farma ....................... 20
3.2 Jam Operasional Apotik............................................................... 20
3.3 Kegiatan Instansi.......................................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 21
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 28
5.2 Saran ............................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dilaksanakannya PKL
Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling berharga di kehidupan
tiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu
keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya
merupakan bebas dari penyakit. Keseahatan juga merupakan salah satu indikator
untuk menggambarkan majunya suatu negara. Tingkat kesehatan di negara-negara
maju cenderung lebih tinggi dibandingkan negara berkembang seperti Indonesia.
Survey yang dilakukan oleh Johns Hopkins Center for Health Security
menunjukan bahwa kualitas kesehatan Indonesia berada di posisi keempat Asia
Tenggara atau peringkat 30 dunia pada tahun 2019. Sedangkan negara tetangga
kita, Malaysia dan Singapura menempati urutan ke 2 dan ke 3. Belum lagi,
kondisi pandemi sekarang, kasus COVID-19 di Indonesia masih mengalami
peningkatan yang sangat pesat. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya peningkatan
kesehatan yang lebih optimal.
Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Menkes, 2004). Dalam
pelaksanaan peningkatan upaya kesehatan, peran Fasilitas-fasilitas kesehatan
sangatlah dibutuhkan.
Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat (Perpres No.71 Tahun 2013). Ada 10 jenis
fasilitas kesehatan menurut Undang-Undang, salah satu diantaranya Apotek.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung. jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien (PERMENKES, 2016). Maka dapat dikatakan bahwa apotek
adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat membantu
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dan juga sebagai
tempat mengabdi dan praktek profesi Apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian.
Dalam upaya menjalankan pelayanan kefarmasisan di apotek, tidak hanya
Apoteker, namun tenaga kefarmasian juga diperlukan agar proses pelayanan lebih
maksimal dan efektif. Farmasi sebagai tenaga kesehatan mempunyai lingkup
pekerjaan yang meliputi semua aspek tentang obat hingga membuat sediaan jadi
dan melakukan pelayanan obat kepada pemakai atau pasien.
Dengan demikian sebagai Mahasiswa farmasi yang memerlukan
pembekalan diri dengan pengetahuan mengenai apotek. Oleh karena itu, Program
Studi Strata I Universitas Negeri Gorontalo bekerja sama dengan PT. Kimia
Farma Apotek untuk menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek
Kimia Farma Rumah Sakit Aloe Saboe yang berlangsung dari tanggal 19 Juli – 31
Juli 2021. Kegiatan PKL ini memberikan pengalaman kepada calon Sarjana
Farmasi untuk mengetahui pengelolaan suatu apotek dan pelaksanaan pengabdian
Sarjana Farmasi khususnya di apotek.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Agar mahasiswa dapat memahami sistem administrasi dan sistem
pengelolaan obat dan memberikan gambaran yang luas dan jelas mengenai kerja
nyata farmasi diapotek, serta dapat mengetahui pelaksanaan pelayanan
kefarmasian di apotek kimia farma dan untuk meningkatkan keterampilan peserta
didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
Adapun tujuan pembuatan laporan PKL ini yaitu:
1. Sebagai bukti tertulis bahwa mahasiswa telah melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah Sakit Aloe
Saboe Gorontalo
2. Agar mahasiswa mampu mengembangkan dasar-dasar teori yang di
dapatkan dari kampus yang berhubungan dengan hasil Praktek Kerja
Lapangan (PKL)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum Apotek
2.1.1 Sejarah Kimia Farma (Raharjo, 2017)
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini
pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958 pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02
Tahun 2020 tanggal 28 Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0115053
tanggal 28 Februari serta tertuang dalam Akta isalah RUPSLB Nomor 18 tanggal
18 September 2019, terjadi perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia
Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk, efektif per tanggal 28
Februari 2020.
2.1.2 Program Manajemen (Raharjo, 2017)
Selama beberapa tahun terakhir, Kimia Farma telah membuat kemajuan
yang signifikan dan terobosan di banyak bidang bisnis Healthcare yang
dijalankan. Sejalan dengan Program Kemandirian Bahan Baku Obat Nasional
yang tertuang dalam roadmap Kementerian Kesehatan serta didukung dengan
adanya Paket Kebijakan Ekonomi XI yang dituangkan dalam Instruksi Presiden
RI No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan
Alat Kesehatan, Kimia Farma membangun fasilitas produksi yang bertujuan untuk
mengurangi ketergantungan akan impor Bahan Baku Obat (BBO). Pada akhirnya,
Indonesia mampu mandiri dalam produksi BBO.
Sebagai agen bisnis di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Kimia Farma terus berekspansi untuk menjadi perusahaan yang
memiliki daya saing unggul. Sejak pertengahan tahun 2017, manajementelah
mencanangkan tiga program prioritas untuk mencapai target Tiga Besar Industri
Farmasi Nasional di tahun 2019, yakni:
1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Andal dan Kompeten
Pondasi dari implementasi tiga program prioritas tersebut adalah melalui
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui penjabaran strategi
ini, manajemen berupaya untuk mendorong laju produktivitas agar Kimia Farma
dapat meningkatkan daya saing industri.
2. Digitalisasi
Untuk menjadi perusahaan Healthcare terkemuka, Kimia Farma
menerapkan digitalisasi secara end-to-end, yaitu implementasi teknologi informasi
dari hulu ke hilir. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, membuat proses
bisnis semakin cepat, dan meningkatkan sales.
3. Strategi Aliansi
Guna meningkatkan posisi dan daya saing Kimia Farma ke depannya,
maka diperlukan strategi aliansi atau strategic alliance. Hal ini merupakan salah
satucara dalam menjalankan aktivitas fungsi bisnis yang berorientasi pada tujuan
kerjasama jangka panjang antara dua perusahaan dalam mengelola peluang dan
risiko untuk peningkatan manfaat.
Menjelang memasuki usia setengah abad pada tahun 2021, Kimia Farma
berkomitmen untuk semakin memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi
masyarakat di seluruh pelosok nusantara. Di samping itu, Kimia Farma juga
bertekad untuk mencatat kinerja positif dari waktu ke waktu demi meningkatkan
kesejahteraan para pemangku kepentingan (stakeholder).
2.1.3 Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan
b. Misi
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,
perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan
serta optimalisasi aset
2. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan
operational excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
profesional
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder
2.2 Organisasi Instansi
2.2.1 Strukur Organisasi Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah Sakit Aloei
Saboe

Apoteker Penanggung Jawab


Apt. Indah Khairunnisa Kadullah, S.Farm

Tenaga Teknis Kefarmasian

Delvi Tuloli, Amd. Friscilla Messe, Mutia Ashril Karim


Farm Amd. Farm S. Farm
2.2.2 Struktur Organisasi Kimia Farma

Bussines Managerial

KTU

SDM Pengadaan Keuangan Pemasaran

APA

Apoteker Koordinator
Pendamping TTK/Apoteker

TTK TTK TTK TTK TTK TTK

2.3 Personalia
Struktur organisasi apotek Kimia Farma berpedoman pada ketentuan yang
telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Secara umum, struktur
organisasi di semua Apotek Kima Farma sama, namun masingmasing apoteker
pengelola apotek (APA) memiliki wewenang untuk menyesuaikan struktur
organisasi dengan kondisi dan sarana yang dimiliki.
Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe Saboe dipimpin oleh
seorang APA yang dibantu oleh 3 orang asisten apoteker. Semua karyawan di
apotek bertanggung jawab sepenuhnya kepada APA. Sedangkan APA
bertanggung jawab pada BM atas semua kegiatan kefarmasian yang dilakukan di
apotek. Untuk efisiensi dan efektivitas kerja, ditetapkan pembagian tugas dan
tanggung jawab di setiap bagian, sebagai berikut:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Apoteker pengelola apotek bertanggung jawab terhadap semua kegiatan
yang terjadi di apotek, baik di bidang teknis kefarmasian, administrasi, maupun
bidang ketenagakerjaan.
Tugas dan tanggung jawab apoteker pengelola apotek adalah :
1. Memimpin seluruh kegiatan apotek dan bertanggung jawab terhadap
pengembangan serta kelangsungan hidup apotek
2. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai
dengan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan
anggaran dana, yang dibutuhkan serta mengusahakan kebijaksanaan dan
strategi kerja agar program yang telah ditetapkan dapat terlaksana dengan
baik
3. Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, melaui pelayanan
teknis farmasi dan informasi
4. Mengelola, melaksanakan, dan mengawasi administrasi yang meliputi
administrasi-administrasi umum, kefarmasian, keuangan, dan personalia
5. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi
yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika
6. Melakukan kegiatan pengembangan dengan jalan mengikuti dan
merencanakan usaha pengembangan apotek, meningkatkan pelaksanaan
dan kegiatan usaha di bidang manajemen apotek
7. Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek kepada BM
Gorontalo
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
Dalam melaksanakan kegiatan di Apotek TTK bertanggung jawab
langsung kepada APA. Tugas dan tanggung jawab dari seorang tenaga teknis
kefarmasian meliputi :
1. Menyiapkan permintaan resep (menimbang, meracik, dan mengemas
etiket) sesuai permintaan resep
2. Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian obat
3. Membuat kuitansi dan salinan resep (copy resep) untuk obat yang perlu
diulang, obat yang baru diserahkan sebagian, obat yang belum diserahkan
atas permintaan pasien
4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk
5. Mengontrol persediaan obat di ruang racik
6. Mengisi buku defekta bila persediaan obat sudah hampir habis
7. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan
memberikan informasi lain yang diperlukan
8. Pada keadaan darurat dapat menggantikan pekerjaan kasir, melayani
penjualan obat bebas dan menggantikan juru resep
9. Mencatat barang yang masuk dan keluar berdasarkan kartu stok
10. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan dan sanitasi atau kebersihan di
ruang peracikan.
2.4 Tugas dan Fungsi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 Tentang Apotek, apotek menyelenggarakan fungsi :
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
b. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI
Nomor 26 Tahun 1969 Tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat
yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata
d. Sebagai sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan
lainnya
2.5 Kegiatan-kegiatan Instansi
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 2019
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan
pelayanan farmasi klinik.
2.5.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP)
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
(BMHP) meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
1. Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP merupakan tahap
awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP yang sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan BMHP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun rencana
kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP:
1) Perlu dipastikan kembali komoditas yang akan disusun
perencanaannya
2) Perlu disusun daftar spesifik mengenai sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP yang akan direncanakan, termasuk didalamnya
kombinasi antara obat generik dan bermerk
3) Perencanaan perlu memperhatikan waktu yang dibutuhkan,
mengestimasi periode pengadaan, mengestimasi safety stock dan
memperhitungkan leadtime
b. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP pasien periode sebelumnya (data konsumsi), sisa stock dan
data morbiditas
c. Penetapan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang direncanakan menggunakan metode perhitungan kebutuhan
d. Evaluasi Perencanaan
e. Revisi rencana kebutuhan obat (jika diperlukan)
f. Apotek yang bekerjasama dengan BPJS diwajibkan untuk mengirimkan
RKO yang sudah disetujui oleh pimpinan Apotek melalui aplikasi E-
Monev
Adapun beberapa metode perencanaan, diantaranya :
a. Metode Konsumsi, memperkirakan penggunaan obat berdasarkan
pemakaian sebelumnya sebagai perencanaan yang akan datang
b. Metode Epidemiologi, berdasarkan penyebaran penyakit yang paling
banyak terdapat di lingkungan sekitar apotek
c. Metode Kombinasi, mengombinasikan antara metode konsumsi dan
metode epidemiologi
d. Metode Just In Time (JIT), membeli obat pada saat dibutuhkan
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian. Pengadaan sediaan farmasi
dilaksanakan berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani Apoteker pemegang
SIA dengan mencantumkan nomor SIPA sebagaimana tercantum dalam Lampiran
1. Surat pesanan dibuat sekurangkurangnya rangkap 2 (dua) serta tidak dibenarkan
dalam bentuk faksimili dan fotokopi. Satu rangkap surat pesanan diserahkan
kepada distributor dan 1 (satu) rangkap sebagai arsip. Apabila Surat Pesanan tidak
bisa dilayani baik sebagian atau seluruhnya, maka Apotek harus meminta surat
penolakan pesanan dari pemasok. Surat Pesanan Narkotika hanya dapat diperoleh
dari PT Kimia Farma Trading and Distribution, seperti tercantum dalam Lampiran
2 Surat Pesanan Narkotika dan Lampiran 3 Surat Pesanan Psikotropika dibuat
dengan jumlah 3 (tiga) rangkap. Pengadaan sediaan farmasi yang merupakan
prekursor menggunakan surat pesanan seperti tercantum pada Lampiran 4 untuk
obat jadi.
Surat Pesanan dapat menggunakan sistem elektronik. Sistem elektronik
yang digunakan harus bisa menjamin ketertelusuran produk, sekurang kurangnya
dalam batas waktu 5 (lima) tahun terakhir dan harus tersedia sistem backup data
secara elektronik. Surat pesanan secara elektronik yang dikirimkan ke distributor
harus dipastikan diterima oleh distributor, yang dapat dibuktikan melalui adanya
pemberitahuan secara elektronik dari pihak distributor bahwa pesanan tersebut
telah diterima.
Pengadaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Sediaan farmasi diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang
memiliki izin
2) Alat Kesehatan dan BMHP diperoleh dari Penyalur Alat Kesehatan (PAK)
yang memiliki izin
3) Terjaminnya keaslian, legalitas dan kualitas setiap sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang dibeli
4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang dipesan datang tepat
waktu
5) Dokumen terkait sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP mudah
ditelusuri
6) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP lengkap sesuai dengan
perencanaan
Waktu pengadaan obat dilakukan berdasarkan kebutuhan dengan
mempertimbangkan hasil analisa dari data:
a. Sisa stok dengan memperhatikan waktu (tingkat kecukupan obat dan
perbekalan kesehatan)
b. Kapasitas sarana penyimpanan
c. Waktu tunggu
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan pemeriksaan
merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan
jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau Surat
Pengiriman Barang yang sah.
Penerimaan sediaan farmasi di Apotek harus dilakukan oleh Apoteker.
Bila Apoteker berhalangan hadir, penerimaan sediaan farmasi dapat didelegasikan
kepada Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker Pemegang SIA.
Pemeriksaan sediaan farmasi yang dilakukan meliputi:
a. Kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik
b. Kesesuaian nama, bentuk sediaan, kekuatan sediaan obat, isi kemasan
antara arsip surat pesanan dengan obat yang diterima
c. Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur pembelian dan/atau Surat
Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi:
1) Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama obat, jumlah,
bentuk, kekuatan sediaan obat, dan isi kemasan
2) Nomor bets dan tanggal kadaluwarsa
Apabila hasil pemeriksaan ditemukan sediaan farmasi yang diterima tidak
sesuai dengan pesanan seperti nama, kekuatan sediaan sediaan farmasi, jumlah
atau kondisi kemasan dan fisik tidak baik, maka sediaan farmasi harus segera
dikembalikan pada saat penerimaan. Apabila pengembalian tidak dapat
dilaksanakan pada saat penerimaan misalnya pengiriman melalui ekspedisi maka
dibuatkan Berita Acara yang menyatakan penerimaan tidak sesuai dan
disampaikan ke pemasok untuk dikembalikan. Jika pada hasil pemeriksaan
dinyatakan sesuai dan kondisi kemasan baik maka Apoteker atau Tenaga
Kefarmasian yang mendapat delegasi wajib menandatangani Faktur Pembelian
dan/atau Surat Pengiriman Barang dengan mencantumkan nama lengkap, nomor
SIPA/SIPTTK dan stempel sarana.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan
farmasi. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan,
serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
Aspek umum yang perlu diperhatikan:
a. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup untuk memuat sediaan farmasi,
alat kesehatan dan BMHP
b. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-langit
minimal 50 cm
c. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor
d. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu
e. Tersedia sistem pendingin yang dapat menjaga suhu ruangan dibawah
25ºC
f. Lokasi bebas banjir
g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu
h. Tersedia alat pemantau suhu ruangan dan lemari pendingin
i. Pengeluaran obat menggunakan Sistem First In First Out (FIFO), First
Expired First Out (FEFO)
j. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi sediaan farmasi serta disusun secara alfabetis
k. Kerapihan dan kebersihan ruang penyimpanan
l. Sediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama sediaan
farmasi, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa. Sediaan farmasi yang
mendekati kedaluarsa (3-6 bulan) sebelum tanggal kadaluarsa disimpan
terpisah dan diberikan penandaan khusus
m. Sediaan farmasi harus disimpan dalam kondisi yang menjaga stabilitas
bahan
aktif hingga digunakan oleh pasien. Informasi terkait dengan suhu
penyimpanan obat dapat dilihat pada kemasan sediaan farmasi
n. Untuk menjaga kualitas, vaksin harus disimpan pada tempat dengan
kendali
suhu tertentu dan hanya diperuntukkan khusus menyimpan vaksin saja
o. Penanganan jika listrik padam. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan
tindakan pengamanan terhadap sediaan farmasi dengan memindahkan
sediaan farmasi tersebut ke tempat yang memenuhi persyaratan. Sedapat
mungkin, tempat penyimpanan sediaan farmasi termasuk dalam prioritas
yang mendapatkan listrik cadangan.
p. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan sediaan
farmasi
q. Tempat penyimpanan obat (ruangan dan lemari pendingin) harus selalu
dipantau suhunya menggunakan termometer yang terkalibrasi.
Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu lemari penyimpanan
dapat berupa termometer eksternal dan internal
Stock opname sediaan farmasi, BMHP dan alkes dilakukan secara
berkalacsekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan. Khusus untuk
Narkotika dancPsikotropika stock opname dilakukan secara berkala sekurang-
kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan. Aspek khusus yang perlu diperhatikan:
1) Obat High Alert
Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan serius (sentinel event),
dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome). Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah dijangkau dan tidak harus
terkunci. Disarankan pemberian label high alert diberikan untuk menghindari
kesalahan. Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi
label khusus sehingga petugas dapat lebih mewasapadai adanya obat
LASA/NORUM.
2) Obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
Lemari khusus penyimpanan Narkotika dan Psikotropika harus
mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker
dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan. Apabila
Apoteker berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada pegawai lain.
Apotek harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi di tempat
penyimpanan obat yang aman berdasarkan analisis risiko.
5. Pemusnahan dan Penarikan
Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan farmasi
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan. Resep yang telah
disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan
Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain
di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang-kurangnya memuat nama sediaan farmasi, tanggal kedaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
sediaan farmasi di apotek. Pengendalian persediaan obat terdiri dari:
a. Pengendalian Ketersediaan
b. Pengendalian Penggunaan
c. Penanganan Ketika Terjadi Kerusakan, Recall, dan Kadaluwarsa
7. Pencatatan dan Pelaporan
1) Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di apotek. Adanya pencatatan
akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu
sediaan farmasi yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan
dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang
umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok. Kolom-kolom
pada kartu stok diisi sebagai berikut:
a. Tanggal penerimaan atau pengeluaran
b. Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran
c. Sumber asal perbekalan farmasi atau kepada siapa perbekalan farmasi
dikirim
d. No. Batch/No. Lot
e. Tanggal kedaluwarsa
f. Jumlah penerimaan
g. Jumlah pengeluaran
h. Sisa stok
i. Paraf petugas yang mengerjakan
2) Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan. Banyak tugas/fungsi penanganan informasi dalam
pengendalian perbekalan farmasi (misalnya, pengumpulan, perekaman,
penyimpanan, penemuan kembali, meringkas, mengirimkan dan informasi
penggunaan sediaan farmasi) dapat dilakukan lebih efisien dengan komputer
daripada sistem manual.
Sistem komputer harus termasuk upaya perlindungan yang memadai
terhadap aktivitas pencatatan elektronik. Untuk hal ini harus diadakan prosedur
yang terdokumentasi untuk melindungi rekaman yang disimpan secara elektronik,
terjaga keamanan, kerahasiaan, perubahan data dan mencegah akses yang tidak
berwenang terhadap rekaman tersebut.
2.5.1 Pelayanan Farmasi Klinik (Kemenkes RI, 2019)
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP, termasuk peracikan obat dan
penyerahan disertai pemberian informasi. Pengkajian dan pelayanan resep
dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa kriteria pasien.
b. Dispensing
Dispensing bertujuan untuk menyiapkan, menyerahkan dan memberikan
informasi obat yang akan diserahkan kepada pasien. Dispensing dilaksanakan
setelah kajian administratif, farmasetik dan klinik memenuhi syarat.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam penyediaan dan pemberian informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
d. Konseling
Konseling Obat merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga yang bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Pelayanan dilakukan oleh apoteker yang kompeten, memberikan
pelayanan untuk meningkatkan kesembuhan dan kesehatan serta pencegahan
komplikasi, bersifat rahasia dan persetujuan pasien, melakukan telaah atas
penatalaksanaan terapi, memelihara hubungan dengan tim kesehatan.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
PTO merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuannya ialah meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD), meminimalkan biaya pengobatan, menghormati pilihan pasien.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis. Tujuannya antara lain:
1) Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang
2) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/
mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO
4) Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
5) Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Letak Geografis Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe Saboe
Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe Saboe berlokasi di JL. Aloei
Saboe, Kel. Wongkaditi, Kec. Kota Utara, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
3.2 Jam Operasional Apotek
Dinas Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe Saboe dibagi menjadi
dua shift. Jam operasional apotek kimia farma ini umumnya dari pukul 08.00 pagi
sampai pukul 20.00 malam.
3.3 Kegiatan Instansi
Menurut Kemenkes RI (2019), kegiatan-kegiatan dari apotik antara lain:
3.3.1 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
(BMHP)
1) Perencanaan
2) Pengadaan
3) Penerimaan
4) Penyimpanan
5) Pemusnahan dan Penarikan
6) Pengendalian
7) Pencatatan dan Pelaporan
3.3.2 Pelayanan Farmasi Klinis
1) Pengkajian dan Pelayanan Resep
2) Dispensing
3) Pelayanan Informasi Obat
4) Konseling
5) Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
6) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
kefarmasian di apotek memiliki tujuan yakni meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian; menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety). Standar pelayanan kefarmasian
di apotek yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai; dan pelayanan farmasi klinik (PERMENKES, 2014).
Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah Sakit Aloe Saboe merupakan
salah satu apotek kimia farma yang terletak di dalam RSUD Aloe Saboe, yang
mana apotek ini dimaksudkan sebagai apotek pelengkap apabila terjadi
kekurangan obat ataupun BHP pada apotek-apotek yang ada di RSUD Aloe
Saboe. Proses pelayanan kefarmasian di Apotek Pelengkap Kimia Farma ini yaitu
sebagai berikut
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP)
a. Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP merupakan
tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan. (Kemenkes,
2019). Pada apotek pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe Saboe
menggunakan metode kombinasi di mana menggabungkan metode
konsumsi dan metode epidemiologi. Metode konsumsi digunakan
untuk memperkirakan penggunaan obat berdasarkan pemakaian
sebelumnya sebagai perencanaan yang akan datang, sedangkan metode
epidemiologi dilakukan berdasarkan penyebaran penyakit yang paling
banyak terdapat di lingkungan sekitar apotek. Metode perencanaan lain
yang digunakan yaitu sistem pareto atau yang disebut dengan analisis
ABC. Pada Analisis ABC, item sediaan farmasi berdasarkan
kebutuhan dananya dapat dikelompokkan sebagai berikut (Kemenkes,
2019):
1) Kelompok A:
Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
2) Kelompok B:
Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3) Kelompok C:
Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
b. Pengadaan
Pada tahap pengadaan, apotek pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe
Saboe melakukan pembelian untuk sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan BMHP. Pengadaan sediaan farmasi dilaksanakan berdasarkan
surat pemesanan yang dapat dibuat secara manual maupun melalui
media elektronik. Untuk obat-obat JKN umumnya terpesan secara
otomatis sesuai kebutuhan melalui e-catalog dimana pembeliannya
melalui e-purchasing oleh bagian pengadaan. Pengadaan obat di kimia
farma terdiri dari pemesanan obat reguler (obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras, dan non obat), barang JKN, Obat-obat khusus
seperti narkotika, psikotropika, prekursor, obat-obat tertentu (OOT).
Obat ini dipesan melalui pengadaan BM. Obat/barang dipesan
berdasarkan konsumsi (history penjualan tiga bulan sebelum). Bagian
pengadaan unit bisnis menjalankan forecasting MinMaxP2 di sistem
smart stock setiap 2 minggu sekali disetiap bulannya atau sesuai
jadwal yang telah ditetapkan di unit bisnis. Surat pesanan hasil proses
Forecasting MinMaxP2 dicetak untuk masing- masing distributor,
setiap surat pesanan yang dibuat wajib dibubuhkan tanda tangan basah
dari apoteker penanggung jawab. Obat JKN yaitu Obat-obat BPJS
pemesanannya secara tersendiri dipesan melalui e-catalogue dimana
pembeliannya melalui e-purchasing oleh bagian pengadaan. Obat-obat
tertentu seperti OKT, OOT, dan prekursor pemesananya dibuat surat
pesanan secara manual kemudian diberikan ke pengadaan, untuk
diteruskan ke sales distributor).
c. Penerimaan;
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Kemenkes,
2019). Penerimaan sediaan farmasi di apotek pelengkap Kimia Farma
RSUD. Aloe Saboe dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker dan
tenaga kefarmasian. Proses penerimaan barang meliputi pemeriksaan
kondisi fisik, kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, nomor
batch, expired date, jumlah obat berdasarkan surat pesanan dengan
barang yang diterima, dan kesesuaian antara fisik obat dengan faktur
pembelian dan/atau surat pengiriman parang (SPB).
d. Penyimpanan;
Penyimpanan obat di apotek pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe
Saboe berdasarkan obat-obat BPJS, efek farmakologi (Hormon, anti
diabetes, Cardiovaskular, pencernaan, alergi, antibiotik, pernapasan,
analgesik.), generik, bentuk sediaan (sirup, dan sirup kering antibiotik,
krim dan salep, tetes mata, tetes telinga, inhaler.) dan penyimpanan
khusus berdasarkan stabilitas (di lemari es, misalnya insulin,
suppositoria.) masing-masing dikelompokan berdasarkan alfabetis dan
diberikan label dengan warna tertentu untuk memudahkan pencarian.
Obat golongan psikotropik dan narkotik disimpan di lemari khusus
yang selalu terkunci. Obat golongan ini hanya dapat ditebus oleh
pasien dengan resep dokter. Transaksi pembelian dan penyerahan obat
golongan narkotika dan psikotropika terdokumentasi dengan baik dan
dilaporkan secara berkala ke kantor pusat Apotek Kimia Farma dan
pemerintah bagian terkait yakni Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kimia Farma Aloe Saboe juga menerapkan pengeluaran obat
berdasarkan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First
Out (FEFO). Area swalayan merupakan tempat dimana pasien dapat
memilih sendiri obat atau produk lain yang pasien butuhkan. Pada area
swalayan seluruh produk disusun dan dikelompokan berdasarkan
kategori. Kategori tersebut yaitu, skin care, soap and body wash, hair
care, oral care, personal care, tradisioanl medicine, vitamin and
mineral, topical, first aid, baby diapers baby and chld care, milk and
nutrition, food supplement.
e. Pemusnahan;
Tahap pemusnahan apotek pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe
Saboe setiap melakukan stock opname mengumpulkan barang-barang
atau sediaan yang sudah kedaluwarsa dan dimusnahkan oleh pihak
ketiga. Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan sediaan farmasi
kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan farmasi selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Sedangkan pemusnahan resep dilakukan 5 tahun sekali. Biasanya
barang-barang yang 3 bulan sudah kadaluarsa sudah dipisahkan dari
barang lainnya.
f. Pengendalian
Apotek pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe Saboe melakukan stock
opname per 3 bulan dimana hitung fisik baik yang berada di gudang
maupun di display dan di input ke sistem atau melakukan uji petik
yang dapat dilakukan secara acak. Pengedalian menggunakan kartu
stok, kartu stok manual dan stok melalui sistem POS, kemudian tiap
tiga bulan dilakukan stock opname untuk mengetahui kesesuaian
antara stok sistem dan fisik, di cek obat obat yang sudah rusak
kemudian obat tersebut disendirikan.
g. Pencatatan dan pelaporan
Pelaporan dilakukan secara internal dan eksternal, di mana pelaporan
internal untuk apotek seperti stock opname, laporan penjualan, dan
faktur. Sedangkan pelaporan eksternal untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika melalui SIPNAP tiap bulannya
sekurang-kurang pada tanggal 10.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality
of life) terjamin (Kemenkes, 2019). Pada apotek Kimia Farma Pelengkap
RSUD Aloe Saboe, pelayanan farmasi klinik yang dilakukan yaitu
pengkajian dan pelayanan resep; dispensing;. Pelayanan Informasi Obat
(PIO); dan konseling.
a. Pengkajian dan pelayanan resep
Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian
resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP, termasuk
peracikan obat dan penyerahan disertai pemberian informasi
(Kemenkes, 2019). Alur pelayanan resep di Apotek Kimia Farma
RSAS yaitu ketika pasien datang dengan resep, maka apoteker akan
menskrining dan melihat ketersediaan obat. Jika tersedia, maka
dikalkulasi harga yang harus dikeluarkan oleh pasien dan kemudian
diberitahukan kepada pasien. Jika pasien bersedia membayar, maka
resep kemudian dilayani. Untuk pasien BPJS, tagihan copy resep
RSAS dilayani dengan ketentuan tercantum nomor SEP di copy resep
untuk pasien rawat jalan, pelayanan untuk obat satu minggu dan
fotocopy lembaran jaminan SEP untuk pasien rawat inap, pelayanan
obat untuk satu atau tiga hari. Pasien BPJS kronis dilayani jika
memenuhi persyaratan BPJS kronis perbulan melalui sistem aplikasi
BPJS online untuk pelayanan obat tiga minggu.
b. Dispensing;
Dispensing bertujuan untuk menyiapkan, menyerahkan dan
memberikan informasi obat yang akan diserahkan kepada pasien.
Dispensing dilaksanakan setelah kajian administratif, farmasetik dan
klinik memenuhi syarat.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh apoteker dalam penyediaan dan pemberian informasi mengenai
obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti
terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Pelayanan informasi obat baik infomasi
obat resep pasien, maupun informasi obat swamedikasi penting
dilakukan di apotek oleh tenaga kefarmasian. Pelayanan informasi obat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakit
dan pengobatanya (Kemenkes, 2019; Diana dkk, 2019)
d. Konseling
Konseling dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman serta kesadaran pasien terhadap penggunaan obatnya di
samping itu kegiatan tersebut juga dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien (Diana dkk, 2019).
Berdasarkan Nadia dkk (2017), terbukti terdapat pengaruh pemberian
konseling farmasis terhadap tingkat kepatuhan penggunaan obat serta
hasil terapi pasien DM tipe 2 di Puskesmas.. Pemberian konseling obat
bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko
reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-
effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan
obat bagi pasien (patient safety) (Kemenkes, 2019).
3. Masalah yang ditemukan
Masalah yang terjadi selama praktek kerja lapangan (PKL) berlansung
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kesulitan dalam membaca beberapa resep tulisan dokter tertentu sehingga
memperlambat pengerjaan resep.
b. Kurangnya pengetahuan tentang komposisi obat-obat dan khasiatnya
c. Kurangnya pelayanan informasi obat (PIO) pada pasien
d. Banyaknya jenis obat membuat kami sebagai mahasiswa kesulitan untuk
menghafal nama obat, indikasi, dosis, dan efek samping obat
e. Letak dan susunan obat-obatan yang belum semua diketahui, hal ini terjadi
pada saat hari-hari pertama kami mahasiwa PKL di Apotek Kimia Farma
RSAS.
4. Alternatif pemecahan masalah
Berdasarkan masalah yang terjadi, penyelesaian masalah tersebut adalah :
a. Menanyakan hal-hal yang tidak jelas kepada apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian` hal ini sesuai dengan Keputusan KemenKes RI 2019 yang
menyatakan bahwa apoteker harus membangun jejaring dengan apotek dan
fasilitas kesehatan lain dilingkungannya untuk memudahkan komunikasi
dalam melakukan kerja sama dan konfirmasi terkait pealayanan resep.
b. Bila resep tidak jelas menurut TTK, maka ditanya lansung ke dokter yang
bersangkutan. Hal ini sesuai dengan Keputusan KemenKes RI 2019 yang
menyatakan bahwa dalam pengkajian dan pelaksanaan pelayanan resep
jika resep manual tidak terbaca, hubungi dokter penulis resep dan jika ada
hal yang perlu dikonfirmasi, hubungi dokter penulis resep.
c. Memperbanyak membaca buku dan artikel-artikel atau jurnal mengenai
efek farmakologi dan efek samping obat serta aspek-aspek lainnya yang
berhubungan farmasi klinik terutama untuk obat-obat yang banyak
digunakan pasien. Serta terus mengupdate mengenai terapi-terapi klinik.
d. Saat ada waktu luang diisi dengan membaca brosur-brosur atau buku ISO
e. Mahasiwa harus sering melihat, membaca juga menyimpan obat obatan
pada rak obat masing-masing sehingga mempermudah menguasai letak
obat dan lebih sering memperhatikan letak susunan kotak-kotak obat pada
waktu luang
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan serta
paparan yang telah diuraikan diatas dapat di simpulkan bahwa:
1. Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUD Aloe Saboe berlokasi di JL. Aloei
Saboe, Kel. Wongkaditi, Kec. Kota Utara, Kota Gorontalo, Provinsi
Gorontalo. Dinas Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUD. Aloe Saboe
dibagi menjadi dua shift. Jam operasional apotek kimia farma ini
umumnya dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 20.00 malam. Apotek
Pelengkap Kimia Farma RSUD terdiri dari empat karyawan di mana, satu
orang Apoteker Penanggungjawab Apotek dan tiga orang merupakan
Tenaga Kerja Kefarmasian (TKK). Sistem administrasi sebagian besar
sudah menggunakan sistem komputer atau online.
2. Proses Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) di Apotek Kimia Farma RSAS terdiri dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian pencatatan dan pelaporan. Pelayanan farmasi klinik di
apotek tersebut yakni pengkajian/pelayanana resep, dispensing, pemberian
informasi obat (PIO) dan konseling. Sebagian besar sistem pengelolaan
obat di apotek Kimia Farma RSAS sudah sesuai dengan aturan yang
berlaku.
3. Alur pelayanan resep di Apotek Kimia Farma RSAS dibedakan
berdasarkan pasien umum atau pasien BPJS. Pasien umum, pasien datang
dengan resep, maka apoteker akan menskrining dan melihat ketersediaan
obat. Jika tersedia, maka dikalkulasi harga yang harus dikeluarkan oleh
pasien dan kemudian diberitahukan kepada pasien. Jika pasien bersedia
membayar, maka resep kemudian dilayani. Pasien BPJS, tagihan copy
resep dari apotek RSAS dilayani dengan ketentuan tercantum nomor SEP
di copy resep dan kemudian dilakukan penginputan pada sistem BPJS.
5.2 Saran
Saran Apotek Kimia Farma RSAS agar meningkatkan dan
memaksimalkan pelayanan farmasi klinik seperti Pelayanan Kefarmasian di
Rumah (Home Pharmacy Care); Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan Monitoring
Efek Samping Obat (MESO). Serta sering berdiskusi dengan dokter mengenai
terapi yang diterapkan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Raharjo. 2017. Rancang Bangun Aplikasi Transfer Obat Antar Outlet
Berbasis Web (Studi Kasus: Pt Kimia Farma Apotek Unit Bisnis
Surabaya). STIKOM Surabaya: Surabaya

Depkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Depkes RI, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71


tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional, Jakarta.

Depkes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/
Menkes/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Jakarta.

Depkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Diana, Khusnul., Muhamad Rinaldhi Tandah., Muhammad Basuk. 2019.


Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Palu. As-
Syifaa Jurnal Farmasi Juli 2019; 11 (01): 45-54

Johns Hopkins Center for Health Security, Nuclear Threat Initiative,The


Economist Intelligence Unit; (2019) Indeks Ketahanan Kesehatan Global
Asia Tenggara 2019. Diakses https://databoks.katadata.co.id

Kemekes RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Nadia H, Murti AT, Chairun W. Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap


Kepatuhan Penggunaan Obat Serta Hasil Terapi Pasien Diabetes Melitus.
5th Urecol Proceding 2017; : 623–630.

World Health Organization. Definisi Sehat WHO: WHO; 1947 [cited 2016 20
February]. Available from: www.who.int
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Struktur Kimia Farma Apotek

Direktur Utama

Direktur Direktur Direktur Direktur


Produksi & Supply Chain Pengembangan Bisnis Keuangan Umum & Human Capital

General Manager General Manager General Manager General Manager


Supply Chain Pengembangan Bisnis Keuangan Human Capital

General Manager General Manager General Manager Manager Human


Procurement Riset & Development Teknologi Informasi Capital Strategic

Manager Umum Manager Umum


PKBL & CSR PKBL & CSR
General Manager
General Manager Sekretaris Perusahaan
SBU Manufaktur

General Manager
Satuan Pengawasan
Intern

General Manager General Manager


General Manager
SBU Manufaktur SBU Property
National Sales
& Sales Farma
Lampiran 2 : Alur Pengadaan Barang

Dropping
Pemesanan

Ada

Pengiriman
Pemesanan

Tidak
Ada
Pengadaan

Keterangan :
: Rutin
: Cito
LAMPIRAN
Lampiran 3 : SP Narkotika
Lampiran 4 : SP Psikotropika
Lampiran 5 : SP Prekursor
Lampiran 6 : SP Sediaan Farmasi
Lampiran 7 : Surat Pendelegasian Kewenangan
Lampiran 8 : Kartu Stok
Lampiran 9 : Berita Acara Pemusnahan Obat Kedaluwarsa / Rusak
Lampiran 10 : Berita Acara Pemusnahan Resep

Anda mungkin juga menyukai