DI APOTEK UAD
PERIODE 8 – 13 JUNI 2020
Disusun Oleh:
Puji syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
runtunannya kami dapat melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan secara
virtual di Apotek UAD periode 8 – 13 Juni 2020 dan menyelesaikan Laporan
Prakter Kerja Lapangan di Apotek UAD. Dilaksanakannya kegiatan PKL ini kami
dapat memperoleh ilmu dan wawasan tentang perapotikan secara luas yang tidak
dapat kami peroleh pada saat perkuliahan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
7. Pelayanan OTC dan Obat Tanpa Resep ................................................... 21
8. Pelayanan OKT Psikotropik .................................................................... 21
9. Pelayanan Narkotika ............................................................................... 21
10. Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi ...................................... 21
11. Pelayanan Resindensial (Home Care) .................................................... 22
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 21
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 21
B.SARAN...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22
LAMPIRAN ...................................................................................................... 23
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PKL
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian dimana dilakukannya
kegiatan kefarmasian oleh apoteker sedangkan, pelayanan kefarmasian adalah
tindakan pelayanan yang dilakukan secara langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang bermaksud
mencapai hasil yang pasti dan dapat meningkatkan mutu kehidupan pasien,
sedangkan kegiatan pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, bahan habis pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan kefarmasian tersebut harus didukung
atas ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang telah ditetapkan pada
peraturan yang berlaku (Kemenkes RI, 2016).
Apotek dipimpin oleh seorang Apoteker selaku Apoteker Pengelola
Apotek (APA) yang dibantu Apoteker Pendamping dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Semua SDM yang ada di apotek wajib memiliki serat tanda
registrasi dan surat ijin praktek kefarmasian. Apoteker merupakan seorang
sarjana farmasi yang telah menempuh pendidikan apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan sebagai apoteker, untuk Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) adalah seorang tenaga farmasi yang membantu apoteker
dalam menjalankan tugas kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, dan Analis Farmasi (Kemenkes RI, 2016).
Besarnya peran dan tanggung jawab yang harus dilakukan seorang TTK di
Apotek perlu adanya suatu proses pembelajaran yang dilakukan secara
langsung di lapangan bagi calon TTK, sehingga peserta didik mendapatkan
gambaran dan pengalaman kerja secara langsung dan menyeluruh. Hal ini
diharapkan calon TTK mampu memberikan pandangan atau kemampuan
untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian di apotek, sehingga tercipta
tenaga teknis kefarmasian yang berkompetan dan profesional.
Sehubungan dengan hal tersebut Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta
mengadakan kerja sama dengan Apotek UAD untuk melatih dan
1
2
3
tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menggunakan formulir
Permohonan Surat Izin Apotek. Permohonan tersebut harus ditanda tangani
oleh apoteker disertai kelengkapan dokumen administrasi yang meliputi:
1. Foto copy STRA dengan menunjukkan STRA asli
2. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
3. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker
4. Foto copy peta lokasi dan denah bangunan
5. Daftar prasarana, sarana dan peralatan (Kemenkes RI, 2017)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017
mengenai Apotek, berikut merupakan persyaratan pendirian Apotek:
1. Lokasi
Pemerintah Derah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian.
2. Bangunan
a. Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak dan orang lanjut usia
b. Bangunan apotek harus bersifat permanen
c. Bangunan bersifat permanen yang dimaksud adalah bagian dan/atau
terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor,
rumah susun, dan bangunan yang sejenisnya
3. Sarana
Paling sedikit bangunan apotek memiliki sarana ruang yang berfungsi
sebagai meliputi:
a. Penerimaan resep
b. Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
d. Konseling
e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
12
f. Arsip
g. Prasarana
Prasanan minimal yang ada di apotek meliputi:
a. Instalasi air bersih
b. Instalasi listrik
c. Sistem tata udara
d. Sistem proteksi kebakaran
4. Peralatan
Peralatan yang harus ada di apotek dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian antara lain meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas
obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi
obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain yang sesuai
kebutuhan. Formulir tersebut merupakan catatan mengenai riwayat
penggunaan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan atas permintaan tenaga
medis dan catatan pelayanan Apoteker yang diberikan kepada pasien.
5. Ketenagaan
Apotek biasanya dikelola oleh Apoteker pemegang SIA dan dapat dibantu
oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi. Apoteker dan TTK sebagaimana yang dimaksud wajib
memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
a. Apoteker dapat mendirikan apotek menggunakan modal sendiri dan/atau
modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan
b. Dalam hal apoteker yang mendirikan apotek bekerja sama dengan
pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan
c. Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan dan
kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak dan orang lanjut usia. Bangunan harus bersifat
permanen dan dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat
13
perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun dan
sejenisnya
d. Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi
untuk menerima, pelayanan dan peracikan resep, penyerahan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, serta arsip. Sedangkan prasarana apotek
minimal terdiri dari instalasi air bersih,instalasi listrik, sistem tata udara
dan sistem proteksi kebakaran
e. Ketenagaan apotek meliputi apoteker pemegang SIA dalam
menyelenggarakan apotek dapat dibantu apoeteker lain, TTK dan/atau
tenaga administrasi. Apoteker dan TTK wajib memiliki surat izin praktik
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
f. Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri dari papan nama
apotek, yang memuat minimal informasi tentang nama apotek, Nomor
SIA, dan alamat, dan papan nama praktek apoteker yang minimal terdiri
dari nama apoteker, Nomor SIPA dan jadwal praktik apoteker. Papan
nama harus terpasang pada dinding depan bangunan atau dipancangkan
di tepi jalan, secara jelas dan mudah terbaca. Jadwal apoteker harus
berbeda dengan jadwal praktik apoteker di fasilitas kefarmasian lain
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 Tahun 2018
mengenai perizinan berusaha terintregasi secara elektronik sektor
kesehatan, saat ini perizinan apotek sudah menggunakan sistem Online
Single Submission (OSS). Perizinan tersebut merupakan perizinan
perusahaan yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas nama
mentri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada pelaku
usaha melalui sistem elektronik yang terintregasi. Prosedur perizinan
berdasarkan Permenkes No. 26 Tahun 2018 yaitu:
1. Pelaku usaha wajib mengajukan permohonan izin dan izin komersial
atau operasional melalui OSS. OSS menerbitkan NIB (merupakan
identitas berusaha dan digunakan oleh usaha guna memperoleh izin
usaha dan komersial atau operasional termasuk pemenuhan
14
persyaratannya) setelah melakukan pendaftaran melalui pengisian data
lengkap dan mendapatkan NPWP
2. Pelaku usaha yang telah memperoleh NIB dapat diterbitkan izin usaha
oleh lembaga OSS
3. Pelaku usaha wajib memenuhi komitmen izin usaha komersial atau
operasinal yang telah diterbitkan oleh lembaga OSS dengan
melengkapi pemenuhan komitmen
4. Setelah memiliki NIB dan memenui komitmen sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan perizinan
terintregasi secara elektronik, wajib memenuhi komitmen izin apotek
5. Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pemeriksaan lapangan
paling lama 6 hari sejak pelaku usaha memenuhi komitmen tersebut
6. Berdasarkan hasil evaluasi dan berita acara pemeriksaan tidak terdapat
perbaikan, pemerintah daerah tersebut menyampaikan notifikasi
pemenuhan komitmen izin apotek paling lama 3 hari melalui sistem
OSS
7. Pelaku usaha wajib melakukan perbaikan dan menyampaikan kepada
pemerintah daerah tersebut melalui sistem OSS maksimal 1 bulan
sejak diterimannya hasil evaluasi. Berdasarkan perbaikan yang
disampaikan oleh pelaku usaha dan dinyatakan tidak terdapat
perbaikan, pemerintah daerah tersebut menyampaikan notifikasi
pemenuhan komitmen izin apotek paling lama 3 hari melalui sistem
OSS
8. Penyimpanan notifikasi pemenuhan komitmen izin apotek merupakan
pemenuhan komitmen izi apotek
9. Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi menyatakan pelaku usaha
tidak memenuhi komitme pemerintahan daerah kabupaten/kota
menyampaikan notifikasi penolakan melalui sisten OSS
D. Perlengkapan Apotek
Permenkes Republik Indonesia No. 73 Tahun 2016 mengenai Standar
Kefarmasian di Apotek, perlengkapan di apotek meliputi sarana dan prasarana
15
yang dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai serta kelancaran praktik pelayanan kefarmasian.
1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi sarana yang berfungsi:
a. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer.
Ruang penerimaan resep ditempatkan dibagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
b. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai dengan
kebutuhan dan meja peracikan. Di dalam ruang peracikan minimal
terdapat peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral)
untuk pengenceran, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, termometer ruang, blanko salinan resep, etiket dan lebel obat.
Ruangan memiliki cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat juga
dilengkapi pendingin ruangan.
c. Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan resep
d. Ruang Konseling
e. Ruang konseling minimal mempunyai satu set meja dan kursi konseling,
lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling,
buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien
f. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruangan juga dilengkapi dengan rak/lemari obat,
pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
16
khusus narkotika dan psikotropika, lemari obat khusus, pengukur suhu
dan kartu suhu
g. Ruang Arsip
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan dokumen terkait dengan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
serta pelayanan kefarmasian dalam waktu jangka waktu tertentu
2. Prasarana yang ada di Apotek minimal yaitu:
a. Instalasi air bersih
b. Instalasi listrik
c. Sistem tata udara
d. Sistem proteksi kebakaran
E. SDM dan Personalia Apotek
Apotek memiliki sumber daya manusia dan personalia yang terdiri dari
Apoteker pemegang SIA dan dapat dibantu dengan Apoteker lain, Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) dan/atau tenaga administrasi. Apoteker dan TTK
sebagaimana yang dimaksud wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku (Permenkes RI, 2017). Mengenai Standar
Pelayanan Kefarmasian yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016, bahwa apotek diselenggarakan
oleh Apoteker, dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah mempunyai Surat Tanda Registrai (STR) dan
Surat Izin Praktik (SIP).
Apoteker yaitu Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker, merekalah yang dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai Apoteker. Apoteker mempunyai kewajiban menyediakan,
menyimpan dan melakukan penyerahan Sediaan Farmasi yang bermutu dan
keabsahannya terjamin. Apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker
Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka
apotek ialah Apoteker Pendamping. Apoteker pendamping ini ditunjuk oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA) apabila APA berhalangan hadir pada jam
17
buka apotek. Sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah tenaga
yang tugasnya membantu Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.
TTK ini terdiri dari Sarjana Farmasi,Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi
(Menkes RI, 2002).
Semua tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki STR. Surat tersebut di peruntukkan bagi:
1. Apoteker berupa STRA
2. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK
Cara mendapatkan STR yang dioeruntukkan Apoteker (STRA), Apoteker harus
memenuhi persyaratan:
1. Memiliki ijazah Apoteker
2. Memiliki sertifikat kompetensi profesi
3. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker
4. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik
5. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi (Depkes RI, 2009).
18
keamanan dan ketepatan penggunaan serta keamanan dalam
pendistribusiannya.
2. Penggolongan obat
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan
untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan
distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek (obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek,
diserahkan oleh apoteker), obat keras, psikotropika dan narkotika. Untuk
obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter maka pada kemasan dan
etiketnya tertera tanda khusus.
3. Perbekalan farmasi
Perbekalan farmasi adalah meliputi :
a) Obat
b) Bahan baku obat
c) Obat tradisional
d) Alat Kesehatan
e) Kosmetika
19
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Waktu, Tempat, dan Teknis PKL
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek UAD pada tahap 1 dilaksanakan
pada hari senin tanggal 8 Juni 2020 pada pukul 14.00-selesai yang
dilaksanakan secara virtual di rumah masing-masing. Pelaksanaan PKL
dilakukan secara virtual dikarenakan adanya pandemi virus covid-19. Teknis
pelaksanaan PKL secara virtual pada tahap 1 yaitu Diskusi Pembuatan Laporan
(DPL) dengan dipaparkan materi selama 90 menit oleh Tetie Herlina, M.
Farm., Apt tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dilanjutkan diskusi
selama 20 menit. Apotek UAD menerapkan konsultasi obat kepada pasien
yang dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) selama jam buka
apotek (08.00-21.00) oleh apoteker yang bertugas. Jika APA sedang
berhalangan hadir di apotek, konsultasi dapat dilakukan oleh Apoteker
Pendamping (APING).
Teknis pelaksanaan PKL virtual tahap 2 dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 12 Juni 2020 pukul 14.00-selesai dengan diskusi studi kasus yang
diberikan oleh Tetie Herlina, M. Farm., Apt. Mahasiswa mengerjakan kasus
secara masing-masing kemudian didiskusikan dan dibahas bersama-sama.
20
Sarana Apotek (PSA) yaitu Universitas Ahmad Dahlan yang diwakili oleh
Rektor . PSA Apotek UAD adalah Bapak Drs. Kasiyarno, M.Hum. Sedangkan
APA Apotek UAD adalah Ibu Tetie Herlina, M.Farm., Apt.
Apotek UAD didirikan dengan tujuan untuk mendukung upaya pemerintah
guna meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan menuju
Indonesia sehat. Selain itu apotek juga sebagai tempat pelayanan informasi
kesehatan, baik pengetahuan masyarakat tentang obat dan cara penggunaan
obat yang tepat untuk mencapai keberhasilan terapi.Apotek merupakan salah
satu sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat pengabdian profesi apoteker
juga berfungsi sebagai sarana farmasi yang menyiapkan, menyediakan, dan
menyerahkan obat dan bahan obat yang dibutuhkan oleh masyarakat, sarana
penyaluran perbekalan farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik,
alat kesehatan dan lain sebagainya).
C. Tujuan Pendirian Institusi PKL
Apotek UAD yang berlokasi di Jalan Cendana No. 9A Yogyakarta,
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker.
2. Tempat dan media pembelajaran calon apoteker Fakultas Farmasi UAD.
3. Menyediakan obat yang bermutu guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
4. Memberikan informasi tentang kesehatan.
5. Memberikan kesempatan/peluang kerja bagi masyarakat.
D. Sumber Daya Manusia
Apotek UAD memiliki 1 orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), 1
orang Apoteker Pendamping (Aping), 1 orang Asisten Apoteker (AA) dan 1
orang administrasi umum.
21
E. Struk Organisasi Apotek
Pengawas Apotek
22
13
e. Efisiensi biaya.
f. Memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan, penyimpanan, dan
biaya distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP.
Perencanaan sediaan farmasi dan BMPH di Apotek UAD
menggunakan metode kombinasi yaitu gabungan antara metode konsumsi,
metode morbiditas, dan metode Proxy Consumption. Metode tersebut
merupakan metode perencanaan berdasarkan jumlah pemakaian
(konsumsi) periode sebelumnya dan pola penyakit. Perencanaan di
puskesmas pakualaman dilakukan setiap 1 tahun sekali ditambah buffer
stock 10 – 25 %. Analisa rencana kebutuhan di Apotek UAD yaitu sebagai
berikut:
a. Analisis ABC
Analisis ABC mengelompokkan item sediaan farmasi berdasarkan
kebutuhan dananya, yaitu:
1) Kelompok A
Kelompok A adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
2) Kelompok B
Kelompok B adalah jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3) Kelompok C
Kelompok C adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
b. Analisis VEN
Analisis VEN adalah salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan dana sediaan farmasi yang terbatas dengan pengelompokan
sediaan farmasi berdasarkan manfaat tiap jenis sediaan farmasi terhadap
kesehatan.
14
1) Kelompok V (Vital)
Kelompok Vital adalak kelompok sediaan farmasi yang mampu
menyelamatkan jiwa (life saving).
Contoh: obat shock anafilaksis
2) Kelompok E (Esensial)
Kelompok Esensial adalah kelompok sediaan farmasi yang bekerja
pada sumber penyebab penyakit dan paling dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan.
Contoh:
a) Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan pokok (contoh:
antidiabetes, analgesik, antikonvulsi).
b) Sediaan farmasi untuk mengatasi penyakit penyebab kematian
terbesar
3) Kelompok N (Non Esensial)
Kelompok Non Esensial merupakan sediaan farmasi penunjang,
yaitu sediaan farmasi yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan
untuk meninbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan
ringan.
Contoh: Sumplemen.
2. Pengadaan
Tujuan pengadaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di
apotek, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Pengadaan di Apotek UAD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Sediaan farmasi diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang
memiliki izin.
b. Alat Kesehatan dan BMHP diperoleh dari Penyalur Alat Kesehatan
(PAK) yang memiliki izin.
c. Terjaminnya keaslian, legalitas, dan kualitas setiap sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang dibeli.
15
d. sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang dipesan datang tepat
waktu.
e. Dokumen terkait sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP mudah
ditelusuri.
f. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP lengkap sesuai dengan
perencanaan.
Ketentuan surat pesanan dalam melaksakan pengadaan di Apotek UAD
yaitu sebagai beriku:
a. Ditandatangani Apoteker pemegang SIA dengan mencantumkan nomor
SIPA.
b. Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 2 (dua) serta tidak
dibenarkan dalam bentuk faksimili dan fotokopi. Satu rangkap surat
pesanan diserahkan kepada distributor dan 1 (satu)rangkap sebagai
arsip.
c. Apabila Surat Pesanan tidak bisa dilayani baik sebagian atau
seluruhnya, maka Apotek harus meminta surat penolakan pesanan dari
pemasok.
d. Surat Pesanan Narkotika hanya dapat diperoleh dari PT Kimia Farma
Trading and Distribution.
e. Surat Pesanan Psikotropika dibuat dengan jumlah 3 (tiga) rangkap.
f. Pengadaan sediaan farmasi yang merupakan prekursor menggunakan
pesanan precursor.
g. Surat Pesanan dapat menggunakan sistem elektronik. Surat pesanan
secara elektronik yang dikirimkan ke distributor harus dipastikan
diterima oleh distributor, yang dapat dibuktikan melalui adanya
pemberitahuan secara elektronik dari pihak distributor bahwa pesanan
tersebut telah diterima.
h. Dalam hal terjadi kekurangan jumlah akibat kelangkaan stok di fasilitas
distribusi dan terjadi kekosongan stok di Apotek, maka Apotek dapat
melakukan pembelian kepada Apotek lain.
16
3. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMPH)
merupakan kegiatan pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang diterapkan. Tujuan dari
penyimpanan obat yaitu sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
petugas farmasi dalam melakukan penyimpanan obat.
Aspek umum yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat di
Apotek UAD antara lain:
a. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup.
b. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-
langit minimal 50 cm.
c. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor.
d. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu.
e. Tersedia sistem pendingin yang dapat menjaga suhu ruangan dibawah
25oC.
f. Lokasi bebas banjir.
g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu.
h. Tersedia alat pemantau suhu ruangan dan lemari pendingin.
i. Pengeluaran obat menggunakan Sistem First In First Out (FIFO), First
Expired First Out (FEFO).
j. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi sediaan farmasi serta disusun secara alfabetis.
k. Kerapihan dan kebersihan ruang penyimpanan.
l. Sediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat
nama sediaan farmasi, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa. Sediaan
farmasi yang mendekati kedaluarsa (3-6 bulan) sebelum tanggal
kadaluarsa disimpan terpisah dan diberikan penandaan khusus.
17
21
DAFTAR PUSTAKA
Pariang, N. F. E., 2013. Peran dan Kesiapan Apoteker dalam Menyongsong
Diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2014. Palangkaraya:
Ikatan Apoteker Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Mentri Kesehatan
Republik Indonesi Nomor 1332/MENKES/SK/X/1 993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019 tentang Apotek. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan.Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
22
LAMPIRAN
23
24
= 1000+100+100-100
= 1100
43
= 500+50+50-50
= 550
= 1500+150+150-200
= 1600
= 10+1+1-3
=9
5. Degirol 12000
= { + 100 +
12
3
(30x1000)−200}
= 1000+100+100-200
= 1000
6. Bodrex tablet 24000
= { + 200 +
12
3
(30x2000)−200}
= 2000+200+200-200
= 2200
7. PK Kristal 1200 3
={ + 10 + (30x100)−6}
12
= 100+10+10-6
= 114
8. Asam 12000 3
={ + 100+ (30x1000)−150}
12
Mefenamat
= 1000+100+100-150
= 1050
44
3. Seorang ibu datang ke apotek untuk membeli obat diare untuk anaknya Adi 5
tahun. Anaknya sudah BAB cair sebanyak 4x sejak tadi pagi, tidak berlendir
dan berdarah. Diare terjadi setelah makan makanan yang dibeli di pinggir jalan.
Terapi yang diberikan:
Oralit 3x sehari 1 bungkus
Lacto B 2x sehari 1 bungkus
Guanistrep 3x sehari 5 ml
1. Sudah tepatkah pemberian obat dan dosis obat untuk pasien tersebut?
Jelaskan
2. Berikan KIE yang tepat untuk pasien ketika penyerahan obat
Jawab:
1. * Terapi Oralit untuk anak 5 tahun belum tepat, seharusnya penggunaan 6
gelas pada 3 jam pertama, selanjutnya satu setengah gelas tiap kali diare.
*Terapi probiotik Lacto B bisa diberikan 3x sehari 1 bungkus
*Terapi guanistrep diberikan tiap diare 1 sendok takar
2. Obat diserahkan kepada orangtua pasien, karena pasien termasuk anak-
anak sehingga KIE lebih mudah. Mengkonfirmasi resep berdasar hasil
skrining administrasi. Penjelasan aturan minum, mengenai cairan rehidrasi
oralit tiap gelas dilarutkan dalam 200 ml air dengan menggunakan air
biasa, tidak panas juga tidak dingin. Lacto B bisa diberikan langsung
maupun dicampurkan ke makanan. Hindari makanan atau jajan
sembarangan, hindari makanan asam maupun pedas rajin cuci tangan
setelah melakukan aktivitas apapun terutama selesai bermain, serta
istirahat yang cukup.
46
Kasus 1
Kasus 2
Seorang ibu datang ke apotek untuk membeli obat diare untuk anaknya Adi 5
tahun. Anaknya sudah BAB cair sebanyak 4x sejak tadi pagi, tidak berlendir dan
berdarah. Diare terjadi setelah makan makanan yang dibeli di pinggir jalan.
Terapi yang diberikan:
Oralit 3x sehari 1 bungkus
lacto B 2x sehari 1 bungkus
Guanistrep 3x sehari 5 ml
1. Sudah tepatkah pemberian obat dan dosis obat untuk pasien tersebut? Jelaskan!
2. Berikan KIE yang tepat untuk pasien ketika penyerahan obat!
Jawaban :
Kasus 1
*Per bulan = per tahun : 12 bulan
*Buffer stok = 10% ( 0,1) x per bulan
*Leat time = 3 hari/30 hari (0,1) x per bulan
47
*Rumusnya menggunakan A = (B + C + D) - E
* SP Prekursor
APOTEK UAD
Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor
No. SP :
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Tetie Herlina, S.Far., Apt.
Jabatan : Apotek Pengelola Apotek
Alamat : Jatimulyo TR I No. 399 Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta
SIPA : 19850911/SIPA-3471/2016/2774
Mengajukan permohonan kepada:
Nama distributor : PT. Maju Sehat
Alamat : Jl. Mataran, Yogyakarta
Jenis obat mengandung prekursor farmasi sebagai berikut :
No. Nama Obat Zat aktif Bentuk Jenis dan isi Jumlah Ket.
prekursor sediaan kemasan
1 Decolgen Tab Tablet 1600
2 Decolgen Syr Syrup 9
3 PK Kristal Pot 114
Prekursor tersebut digunakan untuk keperluan :
Apotek : Apotek UAD
Alamat : Jl. Cendana No. 9A Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta
No. Ijin/SIA : 503/8037
No. Telp : 0274555229
Yogyakarta, 13 Juni 2020
* Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, isi kemasan antara arsip
surat pesanan dengan obat yang diterima.
* Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur pembelian dan/atau Surat
Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi:
a. kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk,
kekuatan sediaan obat dan isi kemasan
b. nomor bets dan tanggal kedaluwarsa
Kasus 2
1) a. Sudah tepat
b. Dosisnya : * Oralit, 6 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 1,5 gelas tiap
diare. Cara mengonsumsinya dilarutkan dalam 200ml air putih
biasa, aduk hingga larut.
* Lacto B, 3x sehari 1 bungkus.
Cara mengonsumsinya dengan dilarutkan dalam air putih biasa,
atau diberikan bersama makanan anak dan susu formula.
* Guanistrep, 3x sehari 5 ml
Cara meminum setelah makan, menggunakan sendok takar /
sendok obat.
2) KIE
* Hindari jajan di tempat sembarangan (tidak hignis), tidak makan yang
pedas atau asam
* Konsumsi makanan yang bergizi
* Banyak minum air putih
* Istirahat yang cukup
* Jika diare belum sembuh, segera periksa ke dokter
50
Nama : Noviani
NIM :1708067022
Kelas : 6A