“Lili Pharm”
Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah
dari- Nya kami dapat menyelesaikan proposal tentang “Study Kelayakan
Pendirian Apotek Health Farma” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan proposal yang
menjadi tugas Manajemen Perapotikan dengan judul “Study Kelayakan
Pendirian Apotek Lili Pharm”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan proposal ini berlangsung sehingga dapat menyelesaikan proposal
ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi kami, dan teman-teman
Apoteker yang menjadi gambaran pendirian Apotek yang layak.
Kekurangan adalah hal yang menjadi bagian manusia karena kesempurnaan
hanya milik-Nya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun bagi
penulis sangat diharapkan pada proposal ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
2.6 Alur Perizinan Apotek ............................................................................ 16
2.6.1 Perizinan Apotek ............................................................................. 16
BAB III PELUANG DAN PROSPEK PEMASARAN ............................................ 19
3.1 SWOT Analisis....................................................................................... 19
3.1.1 Strenght (Kekuatan) ........................................................................ 19
3.1.2 Weakness (Kelemahan) ................................................................... 19
3.1.3 Opportunity (Peluang)..................................................................... 20
3.1.4 Threat (Ancaman) ........................................................................... 21
3.2 Prospek pemasaran ................................................................................. 21
3.2.1 Target pasar ..................................................................................... 21
3.2.2 Potensi Pasar ................................................................................... 21
3.2.3 Promosi apotek ................................................................................ 21
BAB IV ANALISIS KEUANGAN ............................................................................. 23
4.1 Modal...................................................................................................... 23
4.1.1 Daftar Pemilik Modal ...................................................................... 23
4.1.2 Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Apotek .................. 23
4.1.3 Rancangan Anggaran Pengeluaran ................................................. 24
4.2 Perhitungan Laba Rugi Tahun Pertama .................................................. 25
4.3 Perhitungan BEP .................................................................................... 25
BAB V KERANGKA KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL PRAKTIK
PELAYANAN APOTEK .............................................................................................. 28
5.1 Rencana Pelayanan ................................................................................. 28
5.1.1 Pelayanan Obat Tanpa Resep / Swamedikasi ................................. 28
5.1.2 Pelayanan Obat dengan Resep dan Copy Resep ............................. 32
5.1.3 Pelayanan Konseling dan KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi) 37
BAB VI KESIMPULAN ............................................................................................... 38
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 39
LAMPIRAN .................................................................................................................... 40
.......................................................................................................................................... 41
.......................................................................................................................................... 42
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Apotek ............................................................ 11
Gambar 2. 2 Logo Apotek ................................................................................... 12
Gambar 2. 3 Papan Nama Apotek ....................................................................... 13
Gambar 2. 4 Papan Nama Apoteker .................................................................... 13
Gambar 2. 5 Denah Lokasi Bangunan Apotek .................................................... 14
Gambar 2. 6 Desain Apotek ................................................................................ 14
Gambar 5. 1 Alur Pelayanan Swakamedikasi ..................................................... 31
Gambar 5. 2 Pelayanan dengan Resep dan Copy Resep ..................................... 36
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendirian Apotek
Usaha untuk mewujudkan masyarakat yang sehat adalah faktor penting untuk
membentuk negara Indonesia yang tentram dan makmur. Oleh karena itu, sangatlah
penting untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta
menjamin pemerataannya. Menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Manusia selalu berusaha untuk mencapai kondisi sehat dengan melakukan berbagai
cara yaitu dengan cara preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), promotif
dan rehabilitative (pemulihan). Untuk mencapai kondisi sehat tersebut perlu adanya
fasilitas yang mampu menyediakan sarana yang diperlukan untuk mencapai kondisi
sehat (Permenkes, 2014b).
Salah satu upaya untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat
indonesia dalam kesehatan tentu perlu peran aktif apoteker membantu pemerintah
untuk terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Diperlukan adanya
sarana pelayanan kesehatan yang mendukung. Salah satunya yaitu dengan
membangun sebuah apotek yang merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (Permenkes, 2014a). Apotek tidak
hanya sebagai tempat jual beli obat yang hanya mementingkan keuntungan semata.
Apoteker wajib melakukan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional (PP No. 51, 2009). Untuk itu dalam pendirian apotek perlu
diperhatikan kondisi yang dapat mendukung pekerjaan kefarmasian.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker. Dalam peraturan ini seorang apoteker bertanggung
jawab atas pengelolaan apotek, sehingga pelayanan obat kepada masyarakat akan
lebih terjamin keamanannya, baik kualitas maupun kuantitasnya (PP No 51, 2009).
Apotek merupakan suatu institusi yang di dalam pelaksanaanya mempunyai dua
1
fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan (patient oriented) dan unit bisnis
(profit oriented). Dalam fungsinya sebagai unit pelayanan kesehatan, fungsi apotek
adalah menyediakan obat‐obatan yang dibutuhkan masyarakat untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal sedangkan fungsi apotek sebagai institusi bisnis
yaitu apotek bertujuan untuk memperoleh keuntungan, dalam hal ini dapat
dimaklumi mengingat investasi yang ditanam pada apotek dan operasionalnya juga
tidak sedikit. Pada saat ini kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya
berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang berfokus
pada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Melihat kenyataan yang beredar di masyarakat banyak obat-obat palsu dan
banyaknya salah penggunaan obat sehingga tugas apoteker adalah menjamin
kualitas obat yang dijual dan menginformasikan kepada pasien mengenai obat-obat
tersebut, dan memberikan pemahaman agar tidak terjadi kesalahan penggunaan
obat. Apotek merupakan suatu usaha yang memperdagangkan obat dan alat
kesehatan sehingga tidak dapat terlepas dari sisi ekonomi yang mebutuhkan
keuntungan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Apoteker
sebagai penanggung jawab apotek dituntut untuk memiliki kemampuan managerial
serta profesionalitas yang tinggi untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup
apotek sebagai tempat pengabdian profesinya kepada masyarakat, memperluas
wawasan dan pengetahuannya, dan meningkatkan citra apoteker di mata
masyarakat.
Apoteker dituntut memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta
keterampilan dalam bidang kefarmasian baik mengenai manajemen apotek maupun
pelayanan kefarmasiaan. Oleh karena itu, maka perlu dibentuk apotek baru sebagai
tempat pengabdian profesi apotek dalam upaya untuk menjamin tersebarnya
perbekalan farmasi serta memberikan informasi dan komunikasi yang tepat
mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan rekan sesama profesi
kesehatan, serta sebagai sarana untuk memperkenalkan profesi apoteker kepada
masyarakat dengan memberikan pelayanan secara optimal sehingga eksistensi
apoteker dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Melihat pada pentingnya peranan apotek dan apoteker, maka direncanakan
pendirian suatu apotek baru yang dapat membantu masyarakat memperoleh
2
pelayanan kesehatan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Pendirian
“Lili Pharm” ditujukan untuk memudahkan memenuhi kebutuhan masyarakat atas
obat dan alat kesehatan serta informasi yang terkait kesehatan. Studi kelayakan
apotek perlu dilakukan sebelum mendirikan apotek untuk menjamin
berlangsungnya kegiatan operasional apotek.
Dalam suatu studi kelayakan perlu diperhatikan tentang lokasi yang paling
menguntungkan untuk apotek, keadaan masyarakat sekitar apotek, pelayanan yang
akan diberikan pada masyarakat, produk dan jasa yang akan ditawarkan, prasarana
dan sarana apotek, target pasar yang dituju, competitor, penentu harga, prioritas
pelanggan (anak-anak, orang tua, dll), promosi dan pemasaran, penampilan,
program yang akan dilakukan, SDM (Sumber Daya Manusia) apotek, proses
kegiatan di apotek, pertumbuhan ekonomi dan siklus bisnis, serta peraturan
setempat terkait otonomi daerah apotek yang akan didirikan.
3
• Misi :
a. Menyediakan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi lainnya
yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
b. Mempermudah pasien untuk mendapat swamedikasi.
c. Mengedepankan dalam hal penghematan waktu tunggu pasien.
d. Melaksanakan Pharmaceutical Care secara professional.
e. Mengevaluasi kinerja di apotek secara rutin dan menyeluruh serta
senantiasa melakukan perbaikan.
f. Mengutamakan keselamatan dan kepentingan pasien.
g. Melaksanakan sistem manajemen yang efektif dan efisien.
4
BAB II
ASPEK-ASPEK APOTEK
2.1 Nama dan Alamat Apotek
Nama Apotek : Apotek “Lili”
5
2.3 Sarana dan Prasarana di Apotek
2.3.1 Bangunan Apotek
- Luas Bangunan : 9 x 12 meter2
- Luas Tanah : 9 x 15 meter2
- Tempat Parkir : Ada
- Ruang Peracikan
- Ruang Apoteker
- Kamar Mandi
2.3.3 Perlengkapan
a. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracika, yaitu :
No Alat Jumlah
1 Mortir dan Stamper 1
2 Timbangan milligram 1
balance
3 Pinset 2
4 Ayakan 1
5 Serbet 2
6 Etiket (biru+putih) 100
7 Wastafel 1
8 Sendok tanduk 2
6
b. Alat perbekalan farmasi, yaitu :
•Obat
•Bahan obat
•Kosmetik
•Alat Kesehatan
No Alat Jumlah
1 Plastik Klip 100
2 Kantong Plastik 100
3 Cangkang Kapsul 100
4 Perkamen 50
d. Alat Administrasi
No Alat-alat
1 Lembar SP
2 Blanko Kartu Stok Obat
3 Blanko Salinan Resep
4 Blanko Faktur dan blanko Nota penjualan
5 Buku Defecta
6 Stambel Apotek
7 Kalkulator
8 Solasi
9 Gunting
7
e. Perlengkapan Apotek
No Alat-alat Jumlah
1 Pengatur suhu (termohigrometer) 2
2 Pendingin ruangan (AC) 1
3 Etalase Kaca depan ukuran 1x1 buah 2
4 Lemari pendingin untuk obat dengan penyimpanan khusus 1
5 Lemafri Penyimpanan Obat 4
6 Lemari penyimpanan buku kefarmasian 1
7 Instalasi Listrik 1
8 Tempat sampah 2
9 Penerangan 2
10 Toilet (umum dan khusus karyawan) 1
11 Kursi tunggu 3
12 Wifi 1
13 Genset 1
14 Timbangan Badan 1
15 Mesin Kasir 1
16 Meja 1
17 Komputer 1
18 Telepon 1
19 Papan Nama 1
20 Jam dinding 1
21 Alat kebersihan 1
22 Alat pemadam kebakaran 1
8
2.4 Penggolongan Sumber Daya Manusia
2.4.1 Tenaga Kerja
Tenaga kerja di Apotek “Lili” terdiri atas :
9
2.4.2 Deskripsi Kerja Tenaga Kerja
1. Pemilik Sarana Apotek (PSA)
3. Apoteker Pendamping
10
2.4.3 Struktur Organisasi
(Apoteker Pendamping)
Apt.Siti Maisarah, S.Farm
(TTK)
1. Hari dan jam buka apotek : Senin – Sabtu, 07.00 – 22.00 WIB.
11
Shift 07.00 -
15.00 Shift
15.00 -22.00
3. Apotek memberikan pelayanan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras,
obat tradisional, kosmetik, suplemen dan alat kesehatan lainnya.
12
2.5.2 Papan Nama
13
Gambar 2. 5 Denah Lokasi Bangunan Apotek
14
I : Lahan Parkir
II : Mushola
2 : Tempat KIE
3 : Komputer
6 : Gudang sementara
7 : Meja peracikan
9 : Lemari generik P-Z, obat tetes mata, hidung dan telinga, salep S-Z
14 : Ruang tunggu
15 : Toilet karyawan
16 : Toilet umum
19 : Lorong
15
2.5.5 Data Pendukung
a. Kepadatan Penduduk
Lokasi terletak di dekat perumahan yang dijaga oleh satpam 24 jam, dekat
universitas, polsek dan juga hotel yang juga dijaga satpam 24 jam
16
2) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
Cara untuk mendapatkan Surat Izin Apotek (SIA) yaitu dengan membuat
permohonan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdapat pada BAB III pasal
13 yang menyatakan bahwa:
3) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan
dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif
Pemerintah Daerah Kabupaten/kota menugaskan tim pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan
menggunakan Formulir 2.
17
5) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat
yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
6) Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai
POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi
dengan menggunakan Formulir 4.
18
BAB III
PELUANG DAN PROSPEK PEMASARAN
3.1 SWOT Analisis
3.1.1 Strenght (Kekuatan)
1. Pemilik sarana adalah seorang apoteker sehingga apotek dikelola
dengan prinsip-prinsip keprofesian dan managerial yang baik.
2. Apoteker yang selalu stand‐by di apotek, siap memberikan layanan
dan konsultasi,informasi dan edukasi seputar obat.
3. Apotek menyediakan layanan on call dimana pasien lebih bisa
meminimalkan waktu tunggu untuk pengambilan obat
4. Pelayanan tidak hanya dilakukan diapotek saja tapi bisa secara
online
5. Harga yang bersaing, dimana harga obat lebih murah dibandingkan
apotek lain.
6. Apotek merupakan bangunan baru yang memilik sarana dan
prasarana yang memadai
7. Apotek menerapkan layanan berbasis patient oriented
8. Lokasi strategis sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat karena
berada pada daerah pemukiman penduduk dan dilalui oleh
kendaraan umum.
9. Apoteker akan melakukan pelayanan “Home Care” jika pasien
meminta. Dimana Apoteker akan melakukan pendampingan dalam
pelayanan kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang belum
dapat menggunakan obat atau alat kesehatan dengan cara yang
benar.
10. Menyediakan majalah atau brosur kesehatan untuk dibaca
pengunjung saat menunggu pembuatan obat resep dokter.
19
2. Akan banyak pasien yang datang untuk berkonsultasi terkait obat-
obatan,sehingga apoteker harus bisa menentukan pasien yang harus
diberikan pelayanan terlebih dahulu.
5. Ketika terjadi perubahan harga dari PBF, apotek bisa saja hanya
mendapat keuntungan yang minim dibandingkan dengan apotek-
apotek yang lain
20
2. Pelanggan apotek dengan latar belakang sosial yang beragam
sehingga perlu konsep sedemikian rupa agar dapat menarik
pelanggan dari semua kalangan.
21
kita cepat dikenal. Seperti dibagikan di depan sekolah, di kampus, jalan
umum, mall, menempel di mading atau papan yang khusus bisa ditempel
brosur-brosur.
22
BAB IV
ANALISIS KEUANGAN
4.1 Modal
4.1.1 Daftar Pemilik Modal
Tabel 4. 1 Daftar Pemilik Modal
No Jenis Total
1 Obat OTC (Obat Bebas dan Bebas Terbatas) Rp.7.000.000
2 Obat Generik Rp. 20.000.000
3 Obat Paten Rp. 20.000.000
4 Alkes Rp. 3.000.000
5 Suplemen dan Non Obat Rp. 2.000.000
Total Rp. 52.000.000
No Jenis Total
1 Alat peracikan Rp. 3.000.000
2 Wadah dan Pembungkus Rp. 500.000
3 Alat Administrasi Rp. 1.500.000
4 Sarana pra sarana dan lain-lain Rp.12.000.000
5 Promosi Rp. 1.000.000
6 Cadangan Modal Rp. 10.000.000
Total Rp. 28.000.000
4.1.2.3 Rancangan Anggaran Pendapatan
Tabel 4. 4 Rancangan Anggaran Pendapatan
Penjualan obat
resep Rp.100.000 Rp.36.000.000
1 25% Rp.3.000.000
20 lembar
x50.000
Rp.
2 Penjualan OTC 10% Rp. 350.000 Rp.10.500.000 126.000.000
Rp.144.000.00
Penjualan
10% Rp. 400.000 Rp.12.000.000 0
3 Generik
Penjualan Obat
15% Rp. 250.000 Rp.7.500.000 Rp90.000.000
4 Paten
Penjualan
Suplemen dan Rp.108.000.00
5 10% Rp. 300.000 Rp.9.000.000 0
Non-obat
Apoteker Pendamping
(1 Orang) Rp. 3.500.000 Rp. 42.000.000
No Keterangan Jumlah
1 Pemasukan Rp. 576.000.000
2 Pengeluaran Rp. 342.000.000+Rp162.600.000= Rp.
504.600.000
3 Laba Kotor Rp. 71.400.000
Pajak (0.5%xLaba Kotor) Rp. 357.000
4 Laba Bersih Rp. 71.043.000
1
= 𝑥 𝑅𝑝162.600.000
𝑅𝑝 179.400.000
1−
𝑅𝑝 576.000.000
= 𝑅𝑝 236.151.286/𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= 𝑅𝑝 19.679.274/𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
= 𝑅𝑝 655.976/𝐻𝑎𝑟𝑖
D. Margin
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝐸𝑃
𝑅𝑝 162.600.000
= 𝑥 100%
𝑅𝑝 236.151.286
= 68,85%
E. Persentase BEP
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
%𝐵𝐸𝑃 = 𝑥 100%
(𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒)
𝑅𝑝162.600.000
= 𝑥 100%
(𝑅𝑝576.000.000 − 𝑅𝑝179.400.000)
= 41%
F. Kapasitas BEP
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝐸𝑃 = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐵𝐸𝑃 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑝 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 41% 𝑥 6000 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝
= 2460 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝/𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= 205 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝/𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
= 7 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝/𝐻𝑎𝑟𝑖
G. Target Penjualan
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝐿𝑎𝑏𝑎
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛
𝑅𝑝162.600.000 + 𝑅𝑝71.043.000
=
68,85%
= 𝑅𝑝339.350.762/𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
= 𝑅𝑝28.279.230 /𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
= 𝑅𝑝942.641/𝐻𝑎𝑟𝑖
H. TOR (Turn Over Ratio)
𝐻𝑃𝑃 (𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛)
𝑇𝑂𝑅 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 = 𝑥 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
2
Rp. 56.000.000
𝑇𝑂𝑅 = = 37,74
𝑅𝑝. 1.484.000
BAB V
KERANGKA KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL PRAKTIK PELAYANAN APOTEK
5.1 Rencana Pelayanan
5.1.1 Pelayanan Obat Tanpa Resep / Swamedikasi
Apoteker dapat melayani obat non resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker wajib
memberikan edukasi kepada pasien yang membutuhkan obat non resep untuk penyakit ringan.
Apoteker dapat memilihkan obat bebas atau bebas terbatas golongan obat wajib apotek (OWA)
yang sesuai. Obat bebas adalah obat yang bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Tanda khusus yang tertera pada kemasan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi
berwarna hitam. Sedangkan obat bebas terbatas adalah obat keras tetapi masih dapat dijual atau
dibeli tanpa resep dokter dengan disertai tanda peringatan. Tanda khusus yang tertera pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas yaitu lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Serta
obat wajib apotek (OWA) merupakan obat keras yang dapat diserahkan apoteker kepada pasien
tanpa resep. Terdapat beberapa kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep, antara lain :
1. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan lanjut usia
diatas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksudkan untuk tidak memberikan risiko lebih lanjut
terhadap penyakitnya
3. Dalam penggunaannya tidak diperlukan alat atau cara khusus yang hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan, seperti injeksi
4. Obat yang digunakan memiliki resiko efek samping minimal dan dapat
dipertanggungjawabkan khasiatnya untuk pengobatan sendiri
5. Obat yang digunakan dalam swamedikasi harus didukung dengan informasi tentang
bagaimana cara penggunaan obat; efek terapi yang diharapkan dari pengobatan dan
kemungkinan efek samping yang tidak diharapkan; bagaimana efek obat tersebut
dimonitoring; interaksi yang mungkin terjadi; perhatian dan peringatan mengenai obat;
lama penggunaan; dan kapan harus menemui dokter.
H = How long have the symptom been present (Sudah berapa lama merasakan gejala
tersebut)
A = Action been taken (Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut)
b. Dibuat suatu kesimpulan terkait kondisi pasien apabila kondisi pasien masih dalam
keadaan ringan maka dilakukan swamedikasi ke tahap berikutnya. Jika kondisi pasien
telah menunjukkan gejala serius maka dianjurkan untuk periksa ke dokter terlebih
dahulu.
c. Diberikan rekomendasi obat yang sesuai dengan gejala yang timbul pada pasien
disertai dengan penjelasan mengenai fungsi obat dan harga obat kepada pasien.
d. Jika pasien setuju maka dilakukan pembayaran serta pemberian informasi mengenai
cara pemakaian, dosis, frekuensi, waktu penggunaan, kemungkinan efek samping
yang terjadi dan cara penyimpanan obat kepada pasien. Jika pasien belum pernah
menggunakan obat tersebut sebelumnya dan obat memiliki kriteria penggunaan
khusus maka harus dilakukan konseling oleh apoteker.
e. Disampaikan kepada pasien jika pengobatan tersebut telah dilakukan dalam waktu
tertentu namun tidak menunjukkan perbaikan maka harus segera dirujuk ke dokter.
Jika ada pasien yang datang hendak membeli atau berkonsultasi mengenai produk obat
tertentu maka tahapannya yakni:
a. Apabila pasien sudah pernah menggunakan produk tersebut sebelumnya maka hal-hal
yang perlu ditanyakan adalah :
• Tujuan penggunaan obat
• Perlu atau tidak informasi terkait obat tersebut
• Apakah obat tersebut digunakan bersama dengan obat-obat lain
b. Jika pasien belum pernah menggunakan produk tersebut sebelumnya maka hal-hal
yang perlu ditanyakan adalah :
• Keluhan apa yang dirasakan pasien.
• Bagaimana pasien bisa mengetahui produk obat tersebut (iklan, rekomendasi
kerabat, dan lain-lain).
• Apakah pasien telah mengetahui cara pemakaian obat tersebut
• Dipastikan bahwa keluhan yang dirasakn pasien dapat dilakukan pengobatan
sendiri atau dirujuk ke rumah sakit/dokter.
Apabila jenis obat yang akan digunakan oleh pasien telah ditetapkan maka apoteker atau
asisten apoteker menginformasikan harga dan pasien membayar obat tersebut. Kemudian obat
diambilkan dan diserahkan kepada pasien disertai dengan pemberian informasi yang
diperlukan.
Pasien ke apotek dengan gejala Pasien ingin membeli obat tertentu
yang dirasakan
Pemilihan obat
Perhitungan harga
Pengemasan
Dalam pelayanan obat dengan resep atau copy resep, pasien dapat memberikan
langsung pada apoteker atau bagi pasien yang tidak memiliki waktu banyak atau sedang sibuk
dapat memfoto resep tersebut dan mengirimkan resep tersebut melalui media sosial apoteker
(WhatsApp). Lalu apoteker harus melakukan skrining dengan melakukan pengkajian resep
meliputi persyaratan administrasi, farmasetik dan klinis. Berikut adalah persyaratan
administrasi, farmasetik dan klinis:
1. Persyaratan administrasi resep asli terdiri data pasien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, berat badan, dan alamat. Data dokter meluputi nama, no. SIP, alamat,
nomor telepon, dan paraf dokter serta tidak tertinggal tanggal penulisan resep.
2. Adapun persyaratan administrasi untuk copy resep diantaranya nama dan alamat
apotek tempat menebus resep sebelumnya, nama, SIPA, SIA apoteker yang
bertanggung jawab serta paraf apoteker pembuat copy resep, stempel apotek.
Tanggal penulisan resep dan tanggal pembuatan copy resep, nama pasien,
alamat, umur, berat badan.
Jika terdapat hal yang perlu dikonfirmasi kembali, hubungi dokter penulis resep.
Kemudian hasil konfirmasi dengan dokter dicatat pada resep. Apabila dari hasil skrining
diduga terdapat resep palsu maka resep tidak dilayani dan menolaknya secara halus. Apabila
resep memenuhi persyaratan maka dilakukan pengecekan ketersediaan obat dan dihitung
kebutuhan obat. Jika obat tidak tersedia di apotek maka dilakukan pengecekan ketersediaan
obat subtistusi (generik atau merek lainnya). Jika demikian maka harus meminta persetujuan
pasien. Jika tidak ada substitusi maka diusahakan meminta ke apotek lain dan meminta
kesediaan pasien untuk menunggu. Jika tidak ada di apotek lain dan pasien tidak berkenan
menunggu maka diberikan obat yang ada disertai copy resep. Apabila pasien setuju maka
dilakukan perhitungan harga dan diberitahukan kepada pasien. Setelah pasien setuju dengan
harga obat maka dilakukan pembayaran secara tunai. Kasir kemudian akan memberikan struk
pembayaran yang tercantum nomor resep dan struk tersebut juga berfungsi untuk pengambilan
obat. Kasir juga mencetak struk pembayaran yang tertulis jumlah obat yang dibeli. Struk
tersebut disatukan dengan salinan resep/resep asli, kemudian diserahkan ke bagian penyiapan
obat dan peracikan.
Ketika pasien tidak banyak waktu yang digunakan untuk menunggu obat dari resep
dokter, maka apotek dapat menyediakan layanan online yaitu dengan mengirimkan foto dari
resep yang akan ditebus dengan format file dan resep harus tetap dibawa pasien ketika akan
mengambil obat. Pasien akan diberikan informasi mengenai harga dan waktu pengambilan
obat dengan demikian pasien tidak merasa waktunya terbuang untuk menunggu proses
peracikan terlebih ketika apotek dalam keadaan ramai pasien. Dan disediakan petunjuk
pemakaian obat atau informasi mengenai obat yang telah disampaikan apoteker ketika
dilakukan KIE dalam bentuk file yang akan dikirimkan pada pasien melalui media sosial
(WhatsApp) untuk mencegah pasien lupa terkait cara pemakaian dan apasaja yang boleh dan
tidak dilakukan ketika akan minium obat agar didapatkan efek terapi yang tepat untuk
pengobatan pasien.
3. Proses Dispensing
Kegiatan untuk menyiapkan, menyerahkan dan memberikan informasi obat yang akan
diserahkan kepada pasien. Dispensing dilaksanakan setelah kajian administratif, farmasetik
dan klinik memenuhi syarat.
c. Ruang dispensing harus terjaga kebersihannya dan tidak kotor. Tersedia jadwal
pembersihan secara reguler dan disiapkan alat-alat kebersihan terutama jika
terjadi tumpahan obat.
Pelaksanaan Dispensing:
3. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat serta menghindari penggunaan yang salah.
4. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan double check terkait
nama pasien. Pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep).
5. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien dan memeriksa ulang identitas dan
alamat pasien.
6. Memastikan 5 tepat sebelum menyerahkan obat pada pasien yakni, tepat obat,
tepat pasien, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu pemberian.
7. Memberikan informasi obat mencakup nama obat, dosis, cara pakai obat,
indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara penyimpanan obat, stabilitas dan
interaksi yang diserahkan kepada pasien dan meminta nomor kontak pasien. Jika
diperlukan pasien dapat diberi konseling obat di ruang konseling. Menyimpan
dan mengarsip resep sesuai dengan ketentuan.
Resep maupun copy resep dikumpulkan sesuai nomor urut dan tanggal resep,
kemudian disimpan di lemari khusus penyimpanan resep. Resep yang telah disimpan melebihi
jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Resep/ copy resep
Pengiriman Resep
Pasien setuju
Mencetak struk
Informasi oleh apoteker terkait harga
pembayaran untuk
dan waktu pengambian secara online
Obat disiapkan
Pengiriman file mengenai KIE obat yang telah
ditebus pasien
Pemberian etiket,
pembuatan salinan resep
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
ibu hamil dan menyusui)
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS,
epilepsi).
4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin,
teofilin).
Permenkes. (2014b). Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 75 tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. 3(2), 1–46. Retrieved from
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/1268/1127
52
Lampiran 6 Standar Prosedur Operasional
53
54
55
56
57
58
59
Lampiran 7 Copy Resep
Dari Dokter :
Untuk :
Umur :
Tertulis Tanggal :
Dibuat tanggal :
No. Resep :
R/
60
Lampiran 8 Etiket dan Label
APOTEK LILI
Jl.Tlogomas No.54, Tlogomas, Kec. Lowokwaru, kota Malang, Jawa timur,
65151 Telp. (0341)222111
No: Tanggal:
X Sehari Tetes/Biji/Semprot
Pada Mata/Telinga/Hidung
Melalui Anus/Vagina
APOTEK LILI
Jl.Tlogomas No.54, Tlogomas, Kec. Lowokwaru, kota Malang, Jawa timur,
65151 Telp. (0341)222111
No: Tanggal:
X Sehari Tetes/Biji/Semprot
Pada Mata/Telinga/Hidung
Melalui Anus/Vagina
61
Lampiran 9 Kwitansi transaksi resep/non-resep
62
Lampiran 10 Surat Pesanan
63
64
65
Lampiran 11 Rincian Keuangan
A. Alat Peracikan
No. Alat Harga
1. Mortir dan stampher serta alas Rp. 400.000
2. Timbangan milligram Rp. 1.255.000
3. Sendok tanduk Rp. 10.000
4. Pinset Rp. 10.000
5. Ayakan Rp. 15.000
6. Serbet Rp. 10.000
7. Buku Literatur 1.300.000
Total Rp. 3.000.000
B. Wadah dan Pembungkus
No Alat Harga
C. Alat Administrasi
No Alat Harga
66
7. Gunting Rp. 30.000
8. Buku defecta Rp. 50.000
9. Kalkulator Rp. 25.000
10. Map laporan obat NAPZA Rp. 35.000
11. Alat tulis Rp. 30.000
12. Perijinan Rp. 950.000
Total Rp. 1.500.000
D. Sarana Prasarana dan Lain-lain
No Alat Harga
1. Komputer Rp. 2.000.000
3. Telefon Rp. 1.500.000
5. CCTV Rp. 1.000.000
6. Mesin kasir Rp. 800.000
7. Alat pengukur suhu Rp. 500.000
8. Thermometer ruang Rp. 300.000
10. Kursi ruang tunggu Rp. 600.000
11. Meja kasir, peracikan, Rp. 800.000
12. AC ½ PK Rp. 2.500.000
14. Tempat sampah Rp. 75.000
17. Rak obat Rp. 1.000.000
18. Alat bersih-bersih Rp. 200.000
19 Timbangan Rp 55.000
20 Genset Rp 200.000
21 Jam dinding Rp 20.000
22 Papan nama Rp 100.000
23. Lain – lain Rp. 370.000
Total Rp. 12.000.000
67