Hidrolisat pati sagu dapat digunakan sebagai sumber karbon bagi R. eutropha untuk tumbuh dan memproduksi PHA. Pada
rentang konsentrasi total gula awal 10-50 g/L, R. eutropha tumbuh paling baik pada konsentrasi gula awal 30 g/L dengan
laju pertumbuhan spesifik maksimal 0,188/jam. PHA yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki kemiripan suhu
pelelehan dan gugus-gugus fungsional dengan PHB murni sebagai pembanding. Titik leleh produk PHA hasil analisis
DSC adalah 163,96oC, sedikit lebih rendah daripada titik leleh PHB murni 170,15oC. Gugusgugus fungsional penting
yang muncul pada analisis FTIR sebagai penciri khas struktur PHB adalah C=O ester, -CH3, -CO-, -(CH)2-, (C-O-C)
polimer dan -C-Cyang terdeteksi berturut-turut pada bilangan gelombang 1726, 1456-1382, 1284, 1456-1228, 1056-1184
dan 979 cm 1 .
4 JU
RN
AL
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan zona hambat bakteri (Tabel 1) menunjukkan ekstrak etanol daun S. pinnata memiliki
aktivitas antibakteri terhadap semua bakteri uji. Zona penghambatan yang diperoleh berkisar 4,48-7,49 mm (konsentrasi
ekstrak 6 mg/sumur). Bakteri yang paling rentan adalah P. aeruginosa (zona hambat 7,49±0,23 mm) dan yang paling
tahan adalah L. monocytgenes (zona hambat 4,48±0,28. Zona hambat terhadap berbagai bakteri yang dihasilkan dari
penelitian ini menunjukkan nilai yang lebih kecil.
Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan metode pengeringan dan metoda ekstraksi yang
dilakukan yaitu menggunakan pengeringan udara pada suhu ruang dan teknik ekstraksi yang diguna kan adalah maserasi
menggunakan shaker selama 5 hari. Faktor penyebab lain adalah karena perbedaan kandungan komponen bahan aktif
yang antara lain disebabkan oleh wilayah tumbuh yang berbeda.
Daya sitotoksisitas ekstrak etanol daun S. pinnata
Bahan
umur 7,8,9 bulan
1. Rimpang temulawak yang telah yang diperoleh dari
dicuci bersih diiris tipis dengan Tembalang,
ketebalan ±5mm. Semarang, Jawa
2. Dikeringkan dioven dengan suhu Tengah.
40°C hingga kering.
3. Setelah kering, sampel dibuat
menjadi serbuk dengan ukuran
100mesh.
4. Untuk ekstraksi, digunakan
perbandingan 1:10 dengan pelarut,
ekstraksi dilakukan menggunakan
cara maserasi selama 24 jam
dengan pengadukan.
5. Ekstrak kemudian dipekatkan
dengan vakum rotavapor yang
kemudian dikeringkan dengan
pengering bekuan.
0 Aktivitas antioksidan dari temulawak dengan umur
Hasil dan 1
7,8, dan 9 bulan menggunakan tiga metode diatas
menghasilkan nilai yang bervariasi pada tabel 1.
0
1. Rendemen, aktivitas antioksidan, kadar
Aktivitas antioksidan, kurkuminoid, dan xantorizol cenderung
kurkuminoid, dan xantorizol meningkat seiring dengan bertambahnya umur dari rimpang
3 temulawak.
4
mempengaruhi kuantitas kurkuminoid dan xantorizol
yang dipengaruhi oleh unsur hara yang digunakan
dalam proses biosintesis.
Hasil dan
Pembahasan
2. Korelasi antara metabolit terhadap
aktivitas antioksidan
Hasil dan 1
menunjukkan profil spectrum yang identic dengan perbedaan
hanya terlihat pada nilai serapannya (Gambar 1).
4
dari senyawa metabolit rimpang temulawak.
Pada rimpang temulawak berumur 9 bulan terlihat
puncak yang sangat khas.
Kesimpulan
Ekstrak rimpang temulawak dengan umur Rimpang temulawak dengan umur 9 bulan
rimpang yang berbeda menunjukkan memiliki interpretasi spectrum IR yang lebih
aktivitas antioksidan, kurkuminoid, dan jelas dan nilai absorbans yang lebih tinggi
xantorizol yang relatif meningkat seiring dibandingkan dengan rimpang berumur 7
dengan bertambahnya umur rimpang. dan 8 bulan.
Kesimpulan