FARIDAH TSURAYA
01311750010003
Program Pascasarjana
Departemen Biologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2017
1. Pendahuluan
Schinopsis brasiliensis Engl. adalah tanaman golongan Anacardiaceae, hidup pada habitat
arboreal, dengan tinggi kurang lebih 15 m. Tanaman ini merupakan tanaman asli Brasil pada hutan
Caatinga dan Atlantik. Daun, buah, dan terutama kulit kayu pada tanaman ini digunakan dalam
pengobatan tradisional seperti pengobatan untuk peradangan, influenza, batuk, diare, disentri, dan
sebagainya. Daun dan ekstrak kulit kayu dari S. brasiliensis memiliki aktivitas antioksidan dan
antimikroba, sedangkan ekstrak kulit batang digunakan untuk pestisida.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa daun S. brasiliensis mengandung senyawa tanin
dan polifenol, seperti metil gallate, asam gallic, turunan asam ellagic dan flavonoid. Pada ekstrak
dengan MeOH pada batang terkandung biflavonoid dan chalcone, sedangkan dari kulit kayu terdapat
alkil fenol dan turunan steroid. Tujuan penelitian ini adalah untuk memvalidasi beberapa aktivitas
biologis pada S. brasiliensis.
2. Metodologi
2.1 Instrumen
Identifikasi senyawa dilakukan dengan pengukuran IR menggunakan spektrometer Bruker IFS-
48 dan pengukuran UV menggunakan spektrofotometer UVevisible.
Percobaan NMR menggunakan spektrometer Bruker DRX-600 dan 2D-NMR (DQF-COZY, HSQC,
dan HMBC). Data NMR diproses menggunakan TOPSPIN 3.2 software.
Pemisahan HPLC dilakukan pada waters 590 sistem yang dilengkapi dengan detektor indeks bias
waters R401, Kolom Waters XTerra Prep MSC18 (300 x 7,8 mm i.d.), dan Injektor Rheodyne.
Spektrum HRESIMS dilakukan oleh LTQ Orbitrap XL mass spectrometer dalam mode ion negatif.
2.3 Ekstraksi
Kulit kayu S. brasiliensis (4 Kg) dikeringkan pada suhu ruang, dijadikan bubuk dan diekstraksi
menggunakan ethanol-air (9:1) selama 5 hari.
Disaring dan diuapkan dari pelarutnya sampai kering dalam vacum, diperoleh 420 g ekstrak
hydralcoholic.
1
2.5 Aktivitas Antioksidan (Uji TEAC)
Nilai TEAC berdasarkan kemampuan antioksidan untuk mencari kation radikal 2,20-azinobis(3-
ethylbenzothiazoline-6-sulfonate) ABTS dengan analisis spectrophotometric.
Penambahan 1,5 mL ABTS yang diencerkan dengan 15 mL larutan sampel.
Aktivitas antioksidan dibandingkan dengan aktivitas TEAC
2
3. Hasil dan Pembahasan
Ekstrak etanol kulit batang S. brasiliensis yang dikumpulkan di Musim panas menunjukkan
kandungan total fenol yang tinggi dan setara dengan asam galat (403.26 mg GAE / g ekstrak).
Sehingga dapat dilakukan metode fraksinasi, pemurnian, dan uji-uji biologis lainnya.
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang mempunyai elektron tidak
berpasangan, sehingga mempunyai sifat tidak stabil, paramagnetik, dan sangat reaktif. JIka radikal
bebas ini sudah terbentuk di dalam tubuh, maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan
radikal bebas baru yang pada akhirnya jumlahnya akan terus bertambah. Radikal bebas dalam tubuh
akan sangat reaktif dan dapat merusak komponen-komponen sel, sehingga dapat menyebabkan
penyakit berbahaya seperti kanker dan kardiovaskular. Oksidan atau radikal bebas melibatkan
senyawa oksigen reaktif (ROS), seperti radikal hidroksi, peroksida, hidroksi peroksida, dan lain
sebagainya.
Senyawa fenolik umumnya mempunyai aktivitas antioksidan. Semakin banyak gugus hidroksi
yang terikat pada cincin aromatis akan semakin tinggi pula aktivitas antikosidannya. Pada penelitian
ini digunakan salah satu metode menguji aktivitas antikosidan suatu senyawa, yaitu dengan uji TEAC.
Ekstrak etanol kulit batang S. brasiliensis diuji dengan TEAC menghasilkan aktivitas yang signifikan
pada scavenging radikal bebas (3,04 mg / mL). Produksi scavenging reaktif oksigen (ROS) atau
nitrogen (RNS) spesies telah ditunjukkan untuk pengembangan beberapa penyakit berbahaya.
Polifenol mampu bereaksi langsung dengan ROS dan RNS dan dapat mencegah agar tidak mencapai
tingkat intraseluler yang berbahaya.
Analisis LC-ESIMSn dalam mode ionisasi negatif ekstrak etanol kulit batang S. brasiliensis
menunjukkan adanya enam belas puncak.
3
Untuk menjelaskan secara jelas struktur senyawa-senyawa oleh percobaan NMR, ekstrak
etanol dimurnikan dengan size exclusion kromatografi, dilanjutkan dengan tahap pemurnian lebih
lanjut oleh fase terbalik HPLC-RI, untuk mendapatkan enam belas senyawa. Struktur tersebut
dibentuk oleh eksperimen 1D dan 2D-NMR dengan analisis ESIMS dan HRESIMS (Gambar 2).
4
Perbandingan dengan data NMR yang dilaporkan dalam literatur memungkinkan kami
mengidentifikasi senyawa yang dikenal sebagai asam gallic 4-O-β-D-glucopyranoside (1) (Fotiric Aksic
et al., 2015), asam gallic 4-O-β-D- (60-Ogalloyl) - glukopiranosida (2) (Lee et al., 2011), nikoenosida
(3) (Meng et al., 2010), etil-O-β-D- (60-O-galloyl) -glucopyranoside (4) (Kang et al., 2008), 4-hidroksi-
3-methoxyphenol-1-O- (60-O-galloyl) - β-D-glukopiranosida (5) (Shi et al., 2010), 4-hidroksi-2-
methoxyphenol-1-O-β-D- (60-O-galloyl) glukopiranosida (6) (Saijo et al., 1989), asam 3,4-di-O-galloyl-
quinic (7) (Zhu et al., 2012), catechin (9) (Benavides et al., 2006), 4,9-dihydroxypropiophenone- 9-O-
β-D-glukopiranosida (13) (Meng et al., 2010), 4-hidroksi-2- methoxyphenol-1-O-β-D-glucopyranoside
(15) (Shi et al., 2010) dan schizandriside (16) (Kim et al., 2012).
Profil kualitatif Ekstrak S. brasiliensis diuji apakah dipengaruhi oleh perubahan musim.
Ekstrak etanol dari kulit batang yang dikumpulkan di musim dingin. Namun, tidak adanya perubahan
profil kualitatif di ekstrak musim dingin. Hal ini membuktikan bahwa musiman bukanlah faktor yang
mempengaruhi terjadinya unsur kimia tanaman. Aktivitas antioksidan senyawa 1-16 diuji oleh Uji
TEAC. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar senyawa (2, 5-7, 10 dan 12) menunjukkan
scavenging radikal bebas yang lebih tinggi aktivitasnya dari kuersetin 3-O-glukopiranosida. Senyawa
8, 10-12 dan 14 yang tidak pernah diteliti sebelumnya juga menunjukkan aktivitas scavenging radikal
bebas yang baik di kisaran 1.10-1.86 mM.
Aktivitas sitotoksik senyawa 1-16 yang sudah didapatkan tersebut diuji pada dua macam sel
kanker, A549 dan Hela, oleh metode MTT kadar logam. Tidak terdapat senyawa dalam kisaran
konsentrasi antara 12,5 dan 100 mM yang dapat menyebabkan penurunan jumlah sel kanker secara
signifikan.