MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Diajukan sebagai salah satu persyaratan memenuhi tugas mata kuliah mikroteknik
OLEH
BELLA TRIANA
17032051/2017
JURUSAN BIOLOGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan pada tuhan Allah SWT yang telah menberikan rahmat
dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktikum mikroteknik
tumbuhan dengan tepat sesuai waktu yang ditentukan.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah
mikroteknik, yang sebelumnya dilakukan pembuatan preparat tumbuhan yaitu preparat
permanen tumbuhan metode parafin tumbuhan bayam duri ( Amaranthus spinosus.), lalu
pembuatan preparat polen bunga pukul sembilan ( Portulaca grandiflora.), dan maserasi
jaringan kayu pohon ketapang ( Terminalia catappa.).
Penulis berharap semoga laporan ini memberikan manfaat bagi pembaca, penulis
menyadari bahwa laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penulisan yang lebih bak lagi.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………….……....…......... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
BAB V PENUTUP………………………………………………………. 24
A. KESIMPULAN………………………………………………….. 24
B. SARAN…………………………………………………………... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu organisme baik hewan maupun tumbuhan merupakan suatu unit kehidupan
yang lengkap. Organisme mempunyai susunan yang terdiri dari organ, jaringan dan sel
yang fungsi dan hubungannya merupakan ciri khas suatu individu maupun spesies. Bentuk
kehidupan yang paling sederhana suatu organisme dapat terdiri dari satu sel. Setiap
organisme hidup ataupun hasil pertumbuhannya merupakan suatu sumber yang penting
sebagai bahan mikroteknik. Tingkat kekerasan jaringan tumbuhan pada umumnya
ditentukan oleh tingkat pertumbuhannya yang berkaitan dengan lignifikasinya. Jaringan
tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan, sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Membran
tersebut berasal dari sel, sedangkan membran sitoplasma yang asli, yang sesuai dengan
membran luar pada sel hewan berada sedikit di sebelah dalam (Lachumy & Sasidharan,
2012).
Semua sel yang menyusun tubuh tumbuhan dewasa berasal dari kegiatan sel-sel
jaringan muda. Pada proses pencapaian dewasa sel-sel tersebut tidak hanya bertambah
volumenya, tetapi strukturnya lebih termodifikasi untuk memenuhi fungsi fisiologis
tertentu pada tumbuhan dewasa. Modifikasi untuk memiliki fungsi yang khusus tersebut
dinamakan deferensiasi dan merupakan tahap pematangan sel (Sumardi & Pudjoarinto,
2002).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dinding sel yang didalamnya terdapat tempat
berlangsungnya reaksi kimia yang diperlukan untuk kehidupan sel. Pengamatan tentang sel
hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Dalam hal ini, mempelajari ukuran, dan
bentuk sel merupakan hal penting, namun tanpa memahami isi dari sel (unit sel) serta
hubungannya dengan sel-sel lain yang melapisinya tidak akan didapat pengetahuan yang
mendalam tentang sel itu sendiri (Damayanti, 2014).
1
Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode
pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis
preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi
perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan
mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan
preparat mikroskopis tumbuhan (Arimurti, 2001).
Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir
semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari
suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau
diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode parafin. Pembuatan preparat
dengan metode parafin adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan
preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan (Navid et al., 2004).
Butir pollen adalah mikrospora tumbuhan berbiji yang mengandung mikro
gametofit masak atau belum masak. Serbuk sari atau pollen adalah alatreproduksi jantan
yang terdapat pada tumbuhan dan mempunyai fungsi yang samadengan sperma sebagai alat
reproduksi jantan pada hewan. Serbuk sari berada dalamkepala sari (anthera) tepatnya
dalam kantung yang disebut ruang serbuk sari (theca).Setiap anthera rata-rata memiliki dua
ruang serbuk sari yang berukuran relatif besar(Septina, 2006).
B. TUJUAN PRAKTUKUM
1. Melihat bentuk morfologi serbuk sari dari bunga pukul sembilan ( Portulaca
grandiflora.)
2. Melihat bentuk morfologis tumbuhhan dengan metode paraffin dari tumbuhan
bayam duri ( Amaranthus spinosus.)
3. Melihat bentuk morfologi jaringan kayu tumbuhan dengan motode maserasi pohon
ketapang Kencana ( Terminalia mantaly.).
2
C. MANFAAT PRAKTIKUM
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Portulaca grandiflora atau biasa disebut krokot, bunga pukul sembilan, atau
sutra bombay merupakan tanaman yang terdiri dari 100 spesies yang tersebar di
daerah tropis maupun subtropis (Bohm dan Bohm, 1996). Menurut USDA (2017),
Krokot berasal dari kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili
Portulacaceae, genus Portulaca L., dan spesies Portulaca grandiflora Hook.
Krokot merupakan kultivar yang toleran terhadap kekeringan dan cuaca panas.
Tanaman ini biasa digunakan sebagai tanaman hias, tanaman biofarmaka, maupun
sayuran. Pertumbuhan dari tanaman ini sangat cepat sehingga cocok digunakan
sebagai tanaman penutup tanah. Portulaca grandiflora berasal dari Amerika
Selatan (Bohm dan Bohm, 1996). Tanaman yang berbentuk sukulen ini memiliki
cabang dengan panjang 10-30 cm dan mempunyai banyak percabangan. Daun dari
tanaman ini memiliki panjang sekitar 12-35 mm dan lebar berkisar 1-4 mm
liniersubulate, berdaging, dan berbentuk elips runcing. Tangkai bunganya pendek
dengan rambut-rambut halus di bagian ketiaknya. Bentuk mahkota bunga seperti
bunga mawar kecil. Mahkota bunga berwarna merah, merah jambu, atau ungu
dengan diameter 2-4 cm serta benang sari yang terlihat jelas dikelilingi oleh
mahkota (Ashok dan Bashir, 2010).
Portulaca grandiflora atau yang lebih dikenal dengan nama krokot, bunga pukul
sembilan, atau sutra bombay merupakan salah satu tanaman berbunga cantik yang hidup
di daerah tropis. Tanaman ini diperkirakan memiliki 100 spesies yang tersebar di dunia,
namun hanya sekitar 70 spesies yang dipelajari (Jonas et al., 1972).
4
Gambar 1. Bunga pukul sembilan ( Portulaca grandiflora.) ( Triana, 2019)
KLASIFIKASI
Class : Magnoliopsida
Order : Caryophillales
Family : Portulacaceae
Genus : Portulaca L.
Tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus L.) memiliki beberapa nama daerah
seperti di Lampung bayam duri lebih dikenal dengan nama bayam kerui.
Adapula yang mengenalnya senggang cucuk (Sunda), bayam eri, bayam raja, bayam
roda, bayam cikron (Jawa), ternyak duri, ternyak lakek (Madura). Di Bali, namanya
5
bayam kikihan, bayam siap, atau kerug pasih. Sedangkan di Minahasa bernama kedawa
mawaw, karawa rap-rap, karawa in asu, korawa kawayo. Di Makasar namanya sinau
katinting, di Bugis bernama podo maduri. Tapi di Halmahera Utara bayam duri lebih
dikenal dengan nama maijanga atau ma hohoru, di Ternate namanya baya, sedangkan di
Loda bernama loda ( Kriss, 2009:22-23).
Tumbuham bayam duri (A.spinosus L.) mempunyai batang yang tegak, lunak
atau basah, tingginya dapat mencapai 1 meter, kerap bercabang banyak dan berduri. Daun
bulat telur memanjang berbentuk lanset, panjang 5-8 cm, dengan ujung tumpul dan
pangkal runcing. Daun pelindung dan anak daun pelindung runcing, panjangnya sama
dengan tenda bunga. Daun tenda bunga berjumlah 5 dengan panjang 2-3 mm, gundul,
hijau atau ungu dengan tepi transparan (Steenis, 2002:177-178).
Sebagai tanda khas dari tumbuhan bayam duri yaitu pada batang pohon,
tepatnya dipangkal tangkai daun terdapat duri. Bunganya terletak di bawah duduk
diketiak, yang atas terkumpul menjadi karangan bunga di ujung dan duduk di ketiak,
bentuk bunga seperti bulir atau bercabang pada pangkalnya. Bulir ujung sebagian besar
jantan, tidak berduri. Benang sari 5, lepas, tanpa taju yang disisipkan
diantaranya. Kepala putik duduk, bentuk benang. Buah bulat memanjang dengan
tutup yang rontok serta bayam duri juga berbiji (Steenis, 2002:178).
Daun bayam duri (A. spinosus L.) dapat digunakan sebagai obat penyakit
bisul, wasir, dan demam serta sebagai penambah darah. Sedangkan bagian akar dapat
digunakan sebagai obat penyakit dysentri, kencing nanah, kencing tidak lancar, dan
keputihan. Untuk penggunaan seluruh bagian bayam duri dapat digunakan sebagai
obat TBC kelenjar dan eksim (Hariana, 2006:34).
6
Gambar 2. Bayam duri ( Amaranthus spinosus.) (Triana, 2019)
KLASIFIKASI
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Amaranthales
Family : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
7
Gambar 3. Ketapang ( Terminalia catappa.) ( Triana, 2019)
KLASIFIKASI
Class : Magnoliopsida
Order : Myrtales
Family : Combretaceae
Genus : Terminalia L.
Pada setiap daerah tumbuhan ketapang mempunyai nama yang berbeda-beda, antara
lain: hatapang (Batak), katafa (Nias), katapieng (Minangkabau), lahapang (Simeulue),
ketapas (Timor), talisei, tarisei, salrise (Sulawesi Utara), tiliso, tiliho, ngusu (Maluku
Utara), sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Maluku), dan kris (Papua Barat) (Hidayat dan
Napitupulu, 2015).
8
Terminalia catappa termasuk tumbuhan dikotil karena memiliki akar tunggang (radix
primaria). Akar Terminalia catappa termasuk akar tunggang yang bercabang (ramosus),
yaitu akar tunggang berbentuk kerucut panjang yang tumbuh lurus ke bawah, bercabang
banyak sehingga memberi kekuatan pada batang dan dapat membuat daya serap terhadap
air dan zat makanan menjadi lebih besar (Tjitrosoepomo, 2002).
Terminalia catappa merupakan batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang keras
dan kuat serta berbentuk bulat (teres), sifat permukaan batang beralur (sulcatus), yaitu
jika membujur batang terdapat alur-alur yang jelas. Percabangan pada Terminalia
catappa termasuk percabangan simpodial karena batang pokok sukar di tentukan.
Terminalia catappa memiliki cabang yang mendatar (horizontalis), yaitu antara cabang
dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih 90o (Tjitrosoepomo, 2002).
Ketapang (Terminalia catappa) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya
memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Ketapang (Terminalia
catappa) memiliki ujung daun dan pangkal daun meruncing (acuminatus), tepi daun yang
rata (interger), daging daun tipis lunak (herbaceous) dan pertulangan menyirip
(penninervis) yaitu memiliki satu ibu tulang daun dan beberapa tulang cabang yang
berarah dari pusat menuju tepi daun (Tjitrosoepomo, 2002).
9
sekunder, hutan campuran Dipterocarpaceae, hutan rawa, hutan pantai, hutan jati atau
sepanjang sungai (Faizal et al., 2009).
Selain tumbuh secara liar di pantai, tumbuhan ketapang merupakan tumbuhan yang
sering dijumpai tumbuh liar di daratan, pohon ini sering ditanam sebagai pohon peneduh
di dataran rendah. Oleh karena itu, pohon ketapang juga ditanam sebagai pohon hias di
kota kota. Pohon ketapang ini juga merupakan salah satu jenis pohon peneduh dan
(Istarina, 2015).
10
BAB III
METODE
1. pollen
Pollen bunga portulaca grandiflora, FAA, aquades, alcohol 50% dan 70% Asam
Asetat Glasial (AAG)100%, Formalin 37%, Safranin 0,1% dalam alkohol 70%, Kertas
label, Aluminium foil, dll.
2. paraffin
Daun bayam duri ( Amaranthus spinosus.), faa, xylol, Etil Alkohol 70 %, 96/95 %
dan 100 %, Formalin 36 %/40 %, Asam Asetat glasial, Air suling, Xilol, Safranin, Fast
Green, Parafin lunak (480C ), Parafin keras (580C), Kanada balsam/kutek, dll.
3. maserasi
Kayu ketapang ( Terminalia catappa), koh 10%, Asam Kromat 10 %, Asam Nitrat
10 %, Alkohol 70 %, 80 %, 95 %, 100 % , Xilol, Safranin 1% dlm aquades, Canada
balsam/kutek, dll.
11
C. CARA KERJA
1. Pembuatan Preparat permanen daun bayam duri
a) Pematian dan fiksasi
Menggunakan larutan FAA, daun dipotong dengan bentuk kotak selebar 1
cmx1 cm, lalu di fiksasi selama 12 jam.
b) Pencucian
Alkohol 70 % ................... 30 menit
Alkohol 80 %.................... 30 menit
Alkohol 95 %.....................30 menit
Alkohol 100 % I ............... 30 menit
Alkohol 100 % II .............. 30 menit
c) Dehidrasi
Dehidrasi dilakukan dengan campuran etil alkohol dan TBA dalam
konsentrasi tertentuyang masing-masing dinamai larutan Johansen I sampai
V.
Komposisi larutan-larutan Johansen
12
Menyiapkan vial yang baru, yang diisi dengan parafin lunak ¾ nya setelah
parafin mulai dingin akan tetapi belum membeku semuanya, menuangkan bahan
dalam larutan TBA-minyak parafin diatas permukaan parafin.
Sedikitnya 1 jam setelah bahan sampai dasar vial, mengganti parafin dengan
menuangkan seluruh parafin dalam vial ke tempat parafin bekas. Menjaga agar
bahan tidask ikut terbuang. Mengganti segera dengan parafin lunak yang baru
tepat menutupi bahan saja, penggantian dilakukan 3 kali, masing-masing selang
waktu 2-3 jam. Setelah diperiksa bahwa tidak ada lagi bau TBA serta tak tampak
lagi berminyak, mengganti dengan parafin keras lalu memasukkan ke dalam oven
580C, melakukan 3 kali, masing- masing selang waktu 2-3 jam, pada
penggantian ketiga isilah vial agak penuh dengan parafin keras, sehingga bahan
siap untuk ditanam.
d) Embedding
Membuat kotak kertas yang agak tebal dengan ukuran kira-kira 5 x 2,5 x 2
cm (panjang x lebar x tinggi), lalu mengisi dengan parafin keras yang cair
dalam vial tadi, kemudian sebelum parafin memebeku masukkan bahan.
Mengatur bahan tersebut dalam kotak kertas dengan menggunakan jarum
yang dipanaskan dengan lampu alkohol/spiritus dan berisi label.
1 2 2 1
2,5 2,5
1 2 5 2 1
b. Suhu kamar terlalu tinggi. Mendinginkan balok dan pisau dalam air es
atau freezer sebelum penyayatan.
14
c. Sudut pisau yang terlampau kecil.
d. Memungkinkan mata pisau terlapisi dengan parafin. Membersihkan
dengan kapas yang berisi xylol.
g) Pewarnaan
Untuk mewarnai bahan yang telah ditempelkan adalah dengan cara
merendam kaca objek tersebut kedalam bejana pewarna, biasanya dibutuhkan
bejana coplin kira-kira 12 buah tergantung dengan pewaraan yang dipakai.
Masing-masing bejana diberi label dengan nama zat yang berada didalamnya
16
demikian dengan tutupnya.
18
BAB IV
A. HASIL PENGAMATAN
1. PREPARAT POLLEN BUNGA PUKUL SEMBILAN (Portulaca
grandiflora.)
19
2. PREPARAT PERMANEN DAUN BAYAM (Amaranthus spinosus.)
(triana,2019)
20
B. PEMBAHASAN
Bunga portulaca grandiflora atau orang sering menyebutnya krokot atau bunga
pukul Sembilan, karena bunga ini akan mekar pada jam 9 pagi dan pada sore hari akan
kuncup lagi. Bunga ini merupakan tanaman semusim yang mempunyai batang basah
berwana hijau dan tumbuh menjalar, akar nya berupa akar serabut berwarna putih dan
tidak beraroma. Daunnya merupakan daun tunggal dengan tekstur tebal, berair, dan tidak
mimiliki tangkai. Tanaman ini terdiri dari beberapa warna bunga diantaranya, yaitu merah,
putih, dan kuning, dengan 5 mahkota bunga, 2 kelopak bunga, benang sari tak hingga, dan
memiliki 9 putik. Buah pada tanaman ini berbentuk bulat telur memiliki sedikit rambut
dengan warna biji hitam atau coklat berbentuk bulat.
Pada pembuatan preparat pollen bunga pukul Sembilan ini sampel bunga diambil di
jalan gajah 6 pada siang hari, lalu diambil serbuk benang sari dan dimasukkan kedalam
botol vial lalu diberi larutan FAA dan difiksasi selama 12 jam. Akan tetapi praktikum
pollen ini tidak dilanjutkan karena adanya kendala bahan yang kurang. Jadi preparat pollen
bunga pukul Sembilan hanya dikumpulkan dalam botol vial saja.
Serbuk sari pada bunga pukul Sembilan ini berbentuk bulat ada pula yang
berbentuk lonjong atau spheroidal, apabila diperbesar 10-100 mikron terdapat duri kecil di
sekeliling serbuk sari dan terdapat lubang-lubang kecil. Ukuran serbuk sari sebesar 51-
100µm, dengan kelas polen colpate, memiliki bentuk khas monad.
Untuk deskripsi lebih rinci kami tidak bisa menjelaskanya karena tidak adanya
lteratur yang terkait dan juga praktikum yang tidak selesai sampai akhir sehingga kami
tidak bisa melihat bentuk aslidari pollen serbuk sari bunga portulaca grandiflora ini.
Pada pembuatan preparat permanen daun bayam duri menggunakan metode paraffin
yang dilakukan secara berkelompok, sampel daun bayam diambil lalu dipotong berbentuk
kotak 1cmx1cm sebanyak 2 buah lalu dimasukkan botol vial dan diberi larutan FAA, dan
21
di fiksasi selama 12 jam. Fungsi dari fiksasi ini adalah untuk mengawetkan sampel agar
tidak membusuk.
Lalu setelah di fiksasi dilakukan pencucian dengan alcohol seri naik bertujuan untuk
pencucian terhadap larutan fiksasi danjuga untuk menarik kandungan air yang terdapat
dalam daun bayam tersebut, alcohol juga berfungsi sebagai pengawet.
Lalu dehidrasi menggunakan campuran alcohol dengan xilol dan dengan xilol murni,
dehidrasi ini bertujuan untuk menarik kembali sisa-sisa air yang terdapat dalam daun
bayam tersebut. Lalu dilakukan infiltrasi dengan menggunakan paraffin xylol dan dioven
selama 24 jam. Lalu setelah 24 jam selanjutnya adalah embeding dengan menggunakan
paraffin dan dibiarkan sampai mengeras.
Pada proses sectioning kami mengalami kendala karena setelah dilakukan sectioning
ternyata jaringan kami hancur setelah diletakkan diinkubator, mungkin karena suhu
inkubatornya terlalu tinggi sehingga paraffin kami mencair lagi dan akhirnya kami pun
menguang sectioning kembali.
Setelah proses sectioning dilakukan roses pewarnaan, pewarna utama pada metode ini
adalah safranin yang menghasilkan warna keunguan dan juga fast green agar tidak
merusak wana asli daun.
Setelah dilakukan pewarnaan saat kami lihat ternyata jaringan yang kami buat tampak
hancur dan tidak jelas terlihat di mikroskop, mungkin ada kesalahan pada saat sectioning
maka dari itu jaringan yang kami buat tidak tampak stukur anatomi daun bayam nya.
Pada maserasi serat kayu ketapang ini juga dilakukan secara berkelompok, kayu
ketapang diambil di depan lab fisika, setelah itu dilakukan perebusan guna melunakkan
kayu ketapang tersebut.
Setelah melewati proses perebusan dan pemotongan sebesar kayu korek api maka
selanjutnya dilakukan dehidrasi, dan pewarnaan, pewarna utamanya adalah safranin, lalu
dicuci dengan alcohol dan xylol.
Tapi saat perendaman pada xilil kami mengalami kendala dimana xylol pada hari
itu sudah habis dan kami pu akhirnya tidak melalukan perendaman dengan xilol dan
22
langsung pada tahap penyuiran, kayu tadi di suwir-suwir lalu dipisah- pisah
menggunakan jarum, lalu diamati dalam mikroskop.
Serat kayu pada pohon ketapang berbentik panjang dengan kedua ujung yang
runcing, sayangnya mikroskop yang kami gunakan tidak bisa sampai dengann perbesaran
yang lebih besar, karena itu kami tidak bisa melihat jaringan yang terdapat dalam serat
kayu ketapang tersebut.
23
BAB VI
PENUTUP
A. KASIMPULAN
Kasimpulan yang dapat diambil dari pembuatan preparat jaringan tumbuhan ini
adalah :
3. Pembuatan preparat pollen bunga digunakan untuk melihat struktur serbuk sari pada
bunga.
4. pembuatan preparat dengan metode paraffin adalah metode yang paling sering digunakan
karena hasilnya permanen dan lebih tahan lama.
5 Maserasi adalah teknik pemisahan sel kayu untuk melihat kompone-komponen yang
membangun jaringan kayu secara terpisah.
B. SARAN
Saran dalam praktikum mikroteknik tumbuhan ini adalah, sebaiknya disediakan bahan-
bahan yang lengkap agar praktikum berjalan dengan lancar, karena praktikum ini tersendat
karena kurangnya bahan yang digunakan untuk keberlangsungan prosesnya, seperti pada
pembuatn preparat pollen dan pada pembuatan maserasi jaringan. Lalu banyaknya kendala
pad proses pembuatan membuatn pembuatan proses praktikum ini berjalan tidak lancar dan
tidak maksimal.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alfaida, Suleman, S.M., Nurdin, H.M., 2013. Jenis-Jenis Tumbuhan Pantai di Desa Pelawa
Baru Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi Moutong dan
Pemanfaatannya Sebagai Buku Saku. Jurnal. e-Jipbiol Vol. 1 : 19-32, Juni
2013ISSN : 2338-1795.
Bohm, H., L. Bohm. 1996. Medical and Aromatic Plants IX. Springer Science and
Business Media, New Delhi, IN.
Darmanti, Sri. 2015. Penebalan Dinding Sel Xilem Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)
Merr. ] var. Grobogan akibat Cekaman Ganda Interferensi Teki (Cyperus rotundus
L.) dan Kekeringan. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 23(2), pp. 23-28.
Faizal, M. Prastya, N. Rizky, A. 2009. Pengaruh Jenis Pelarut, Massa Biji, Ukuran
Partikel dan Jumlah Siklus Terhadap Yield Ekstraksi Minyak Biji Ketapang.
Jurnal Teknik Kima. 2 (16): 28-34.
Hidayat, R.S. dan Napitupulu, R.M., 2015. Kitab Tumbuhan Obat, AgriFlo, Jakarta.
Hevira, L. Edison, Munaf. Rahmiana, Z. 2015. The use of Terminalia catappa L. fruit
shell as biosorbent for the removal of Pb (II), Cd (II) and Cu (II) ion in liquid
waste. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 7 (10): 79-89.
25
Istirina, D. Siti, Khotimah. Masnur, Turnip. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Metanol Buah Ketapang (Terminalia catappa Linn.) Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus epidermidis dan Salmonella typhi. Protobiont. 4 (30): 98-102.
Kriss., Tim Cahaya. 2009. Kumpulan Obat Tradisional Nusantara. Jakarta: Rama
Edukasitama.
Lachumy S. J & Sasidharan S. 2012. The Usage of Microscopy Method for Herbal
Standardizations. Current Microscopy Contributions to Advances in Science and
Technology. Malaysa: Institute for Research in Molecular Medicine, Universiti
Sains Malaysia.
Navid A. M. D., Anna M & Theisl M. T. A. 2004. Paraffin embedding technique for
specimens obtained by vitrectomy, 122(10): 1537-1538
University Press.
26
LAMPIRAN
Maserasi paraffin
Pollen
27