Anda di halaman 1dari 15

35

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Determinasi Simplisia
Bahan uji yang digunakan yaitu simplisia herba calincing yang diperoleh

dari kebun percobaan Manoko-Lembang. Herba calincing segar dideterminasi di


Laboratorium Taksonomi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Jatinangor. Dari hasil determinasi
diketahui bahwa tumbuhan yang dimaksud adalah tumbuhan calincing yang
termasuk suku Oxalidaceae, marga Oxalis, jenis Oxalis corniculata Linn. Hasil
determinasi dapat dilihat pada Lampiran A, Gambar 4.3.

4.2

Pemeriksaan Karakteristik Simplisia


Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan organoleptik,

makroskopik, dan mikroskopik.

4.2.1

Pemeriksaan Organoleptik
Hasil pemeriksaan organoleptik herba calincing diantaranya warna

simplisia berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau dan rasa khas.

4.2.2

Pemeriksaan Makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik herba calincing dapat dilihat pada Tabel

4.1.

36

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Makroskopik Herba Calincing

1.

Bagian yang
dikarakterisasi
Daun

2.

Batang

3.

Bunga

No.

4.2.3

Karakterisasi
Warna : Hijau kekuningan
Bentuk :
- Daun majemuk menjari tiga, anak daun
berbentuk jantung terbalik
- Pangkal helaian daun lancip atau tumpul, ujung
berlekuk
- Pangkal tangkai daun melebar bentuk serupa
pelepah, warna kecoklatan
Ukuran :
- Panjang : 1 sampai 2 cm
- Lebar : 1 sampai 2,5 cm
Warna : Hijau
Bentuk :
- Lunak dan bercabang-cabang
Warna : Kuning
Bentuk :
- Bunga keluar dari ketiak daun dengan 2-8
bunga, berbentuk seperti payung

Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa herba calincing

memiliki rambut penutup, trakea, kristal oksalat, dan jaringan epidermis atas.
Gambar mikroskopik herba calincing dapat dilihat pada Lampiran C, Gambar 4.5.

4.3

Penapisan Fitokimia
Hasil penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak dan fraksi herba

calincing. Penapisan fitokimia ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa


metabolit sekunder yang terkandung di dalam herba calincing. Hasil penapisan
fitokimia ditunjukkan pada Tabel 4.2.

37

Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Herba Calincing (Oxalis corniculata Linn.)
No.

Metabolit sekunder

1.
2.
3.
4.

Alkaloid
Polifenolat
Tanin
Flavonoid
Monoterpenoid dan
5.
sesquiterpenoid
6. Steroid
7. Triterpenoid
8. Kuinon
9. Saponin
Keterangan : (+) = terdeteksi
( - ) = tidak terdeteksi

Ekstrak
etanol
+
+

Fraksi
nheksana
+
+

Fraksi
etil asetat

Fraksi
air

+
-

+
+
+

+
+
-

+
+
+

+
+

Dari hasil penapisan fitokimia diatas dapat dilihat bahwa ekstrak etanol
mengandung senyawa golongan polifenolat, flavonoid, steroid, kuinon, saponin,
monoterpenoid dan sesquiterpenoid. Fraksi n-heksana mengandung senyawa
golongan

polifenolat,

flavonoid,

steroid,

kuinon,

monoterpenoid

dan

seskuiterpenoid. Fraksi etil asetat mengandung senyawa golongan flavonoid,


steroid, kuinon, saponin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Fraksi air
mengandung senyawa golongan polifenolat, kuinon dan saponin.
4.4

Penetapan Kadar Air Ekstrak


Kadar air dalam ekstrak herba calincing diperoleh sebesar 4,98%. Kadar

air ditetapkan untuk menjaga kualitas ekstrak. Kadar air dalam ekstrak tidak boleh
lebih dari 10%. Hal ini bertujuan untuk menghindari cepatnya pertumbuhan jamur
dalam ekstrak.
4.5

Ekstraksi Simplisia dan Fraksinasi


Ekstraksi dilakukan terhadap 257,74 g simplisia herba calincing dengan

cara maserasi selama 3 x 24 jam dengan penggantian pelarut tiap 1 x 24 jam

38

menggunakan etanol 70% sebagai pelarut. Maserat ditampung, kemudian


dipekatkan dengan evaporator pada suhu 40 C lalu dikeringkan dalam cawan
penguap di atas penangas air hingga didapat ekstrak kental. Dari penelitian
diperoleh 36,8 g ekstrak kental sehingga rendemen yang diperoleh sebesar:
Rendemen (%) = Berat ekstrak total (g)
Berat simplisia (g)

100%

36,8

= 257,74 100%
= 14,28%
Sebanyak 12 g ekstrak kental diambil untuk fraksinasi. Fraksinasi
dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan air, diperoleh
tiga fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dengan berat
fraksi kental masing-masing 0,92 g, 1,28 g dan 6,04 g. Rendemen fraksi nheksana, fraksi etil asetat dan fraksi air yang diperoleh terhadap jumlah simplisia
yang digunakan adalah masing-masing sebesar 1,09%, 1,52%, dan 7,19%.

4.6

Hasil Kromatografi Lapis Tipis


Profil kromatografi lapis tipis dari ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi

etil asetat, dan fraksi air dilihat dengan menggunakan plat silica gel GF 254
menggunakan pengembang kloroform : metanol (9 : 1). Nilai Rf pada sinar
tampak, sinar UV 254, sinar UV 366 nm, dan penampak bercak larutan DPPH
dapat dilihat pada Tabel 4.3, Tabel 4.4 dan Tabel 4.5. Gambar kromatogram lapis
tipis terdapat pada Lampiran D, Gambar 4.6.
Tabel 4.3 Hasil Kromatografi Lapis Tipis dengan Pendeteksi Sinar Tampak

39

No
bercak

Harga
Rf

Ekstrak Etanol

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

0,05
0,4875
0,55
0,75
0,85
0,8875
0,9125
0,9625

Hijau
Kuning
Hijau

Sinar Tampak
Fraksi nFraksi Etil
Heksana
Asetat
Hijau
Hijau
Kuning
Hijau
Hijau
-

Fraksi Air
Coklat
-

Tabel 4.4 Hasil Kromatografi Lapis Tipis dengan Pendeteksi Sinar UV 254 nm
No
bercak

Harga
Rf

Ekstrak Etanol

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

0,05
0,4875
0,55
0,75
0,85
0,8875
0,9125
0,9625

Hijau
Kuning
Hijau

Sinar UV 254 nm
Fraksi nFraksi Etil
Heksana
Asetat
Kuning
Kuning
Kuning
Hijau
Hijau
-

Fraksi Air
Ungu
-

Tabel 4.5 Hasil Kromatografi Lapis Tipis dengan Pendeteksi Sinar UV 366 nm
No

Rf

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

0,1
0,1375
0,15
0,1875
0,2125
0,2375
0,3
0,35

Ekstrak Etanol
Biru
Biru
Ungu

Sinar UV 366 nm
Fraksi nFraksi Etil
Heksana
Asetat
Biru
Biru
Biru
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu

Fraksi Air
Biru
Biru
Biru
-

40

9.
10.
11.
12.
13.
14.

0,4875
0,55
0,75
0,8875
0,9125
0,9625

Ungu
Merah muda

Ungu
Ungu
Merah muda
-

Ungu
Biru
-

Tabel 4.6 Hasil Kromatografi Lapis Tipis dengan Penampak Bercak DPPH
No
bercak

Harga
Rf

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

0,05
0,25
0,425
0,475
0,4875
0,5
0,55
0,8875
0,9125
0,9625

Ekstrak
Etanol
Kuning muda
Kuning tua
Kuning tua

Penampak Bercak DPPH


Fraksi nFraksi Etil
heksana
Asetat
Kuning muda
Kuning muda Kuning muda
Kuning muda Kuning muda
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua
-

Fraksi Air
Kuning tua
-

Hasil kromatografi lapis tipis dengan menggunakan pengembang


kloroform : metanol (9 : 1) menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki 7 bercak,
fraksi n-heksana memiliki 7 bercak, fraksi etil asetat memiliki 10 bercak, dan
fraksi air memiliki 4 bercak senyawa. Berdasarkan tinjauan pustaka, senyawa
yang diduga berpotensi memiliki aktivitas antioksidan yaitu golongan polifenol
dan flavonoid. Pada hasil kromatografi lapis tipis dengan penampak bercak
larutan DPPH (0,02 % b/v), adanya perubahan warna menjadi kuning dengan latar
belakang warna ungu pada bercak senyawa dari ekstrak maupun fraksi-fraksinya
menunjukkan keberadaan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan dengan

41

nilai Rf 0,5, 0,55, dan 0,9625 pada ekstrak etanol dan nilai Rf 0,425, 0,475, dan
0,4875 pada fraksi n-heksana maupun fraksi etil asetat.

4.7

Pengujian Aktivitas Antioksidan


Pengujian aktivitas antioksidan terhadap ekstrak herba calincing dan

fraksi-fraksinya dilakukan dengan menggunakan pereaksi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan metode spektrofotometri uv-visible. Senyawa 1,1-difenil2-pikril-hidrazil (DPPH) merupakan molekul radikal bebas yang stabil dengan
adanya delokalisasi elektron disekitar molekulnya. Delokalisasi elektron ini
memberikan warna ungu pekat yang dicirikan dengan absorbansi pada panjang
gelombang sekitar 520 nm dalam larutan etanol (Molyneux, 2004).
Saat bereaksi dengan senyawa antitoksidan, DPPH akan tereduksi dan
terjadi perubahan warna menjadi kuning. Aktivitas peredaman radikal bebas
DPPH diukur dengan menghitung pengurangan intensitas warna ungu yang diukur
pada panjang gelombang serapan maksimum DPPH yaitu 518 nm (Leit o et al.,
2002).

Gambar 4.1 Spektrum serapan maksimum DPPH 40 ppm


Penurunan intensitas warna yang terjadi disebabkan oleh adanya
penangkapan satu elektron oleh senyawa radikal DPPH dari zat

42

antioksidan

yang

menyebabkan

tidak

adanya

kesempatan

elektron tersebut untuk beresonansi.

Gambar 4.2 Reduksi DPPH dari senyawa peredam radikal bebas


Pengujian aktivitas antioksidan terhadap ekstrak herba calincing dan
fraksi-fraksinya masing-masing dilakukan dengan menggunakan lima variasi
konsentrasi yaitu 500, 400, 300, 200, dan 100 ppm. Sebagai pembanding
digunakan vitamin C dengan menggunakan lima variasi konsentrasi yaitu 10, 8, 6,
4 dan 2 ppm.
Sebelum pengujian aktivitas antioksidan dilakukan terlebih dulu
penentuan operating time larutan DPPH dalam etanol yang bertujuan untuk
mengetahui waktu kerja paling baik atau stabil dari larutan DPPH. Dari hasil
pengukuran diperoleh waktu kerja yang terbaik mulai dari menit ke-27 sampai
menit ke-33 setelah penambahan pelarut etanol. Setelah itu pengukuran
absorbansi DPPH terhadap ekstrak etanol herba calincing dan fraksi-fraksinya
dilakukan pada menit ke-30 dan pengujian dilakukan sebanyak triplo. Kurva
absorbansi untuk operating time larutan DPPH dalam etanol dapat dilihat pada
Lampiran E, Gambar 4.8.

43

Dalam pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan DPPH,


parameter yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil uji adalah IC 50 atau
Inhibition Concentration 50 yaitu konsentrasi substrat yang mampu meredam
aktivitas DPPH sebesar 50 %. Ketika molekul DPPH menerima elektron yang
diberikan oleh senyawa antioksidan dari ekstrak, penurunan intensitas warna ungu
dapat dihitung secara kuantitatif dari perubahan nilai absorbansinya. Nilai IC 50
dihitung dari persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara
konsentrasi ekstrak (pada sumbu x) dan persen inhibisi (pada sumbu y) yang
menunjukkan aktivitas peredaman DPPH. Persen inhibisi dihitung dari
pengurangan absorban hitung DPPH blanko dengan absorban hitung bahan uji.
% Inhibisi =
Hasil pengujian aktivits antioksidan ekstrak etanol herba calincing dan
fraksi-fraksinya dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Data Persentase Inhibisi Larutan Uji terhadap DPPH
No
1
2
3
4

Sampel
Uji
Ekstrak Etanol
Fraksi n-Heksana
Fraksi Etil Asetat
Fraksi Air

500
50,39
22,33
51,52
41,62

Persen inhibisi (%)


Konsentrasi (ppm)
400
300
200
41,48
31,21
22,34
20,02
15,33
10,07
42,55
34,29
24,49
34,97
26,86
19,77

100
14,49
5,20
13,55
11,09

Tabel data diatas memperlihatkan bahwa persen inhibisi menurun


bersamaan dengan semakin kecilnya konsentrasi. Besarnya persen inhibisi ekstrak
maupun fraksi tergantung dari besarnya absorbansi DPPH dalam larutan uji

44

tersebut. Semakin besar konsentrasi larutan uji yang digunakan maka semakin
kecil absorbansi larutan DPPH sehingga persen inhibisi larutan uji semakin besar.
Hasil pengukuran daya antioksidan ekstrak etanol herba calincing dan
fraksi-fraksinya selanjutnya dibandingkan dengan vitamin C. Sebagai antioksidan,
vitamin C bekerja dengan memberikan atom hidrogen untuk menangkap elektron
yang tidak berpasangan pada radikal bebas. Vitamin C juga mempunyai kelarutan
yang baik dalam pelarut yang polar. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dari
larutan pembanding dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Data Inhibisi dari Larutan Pembanding (Vitamin C) terhadap DPPH
No. Konsentrasi
(ppm)
1.
10
2.
8
3.
6
4.
4
5.
2

% Inhibisi
56,62
45,98
30,33
20,48
8,10

Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 16.0 (Statistical Package for


Social Science) terhadap aktivitas antioksidan empat sampel uji pada lima
perlakuan. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Tabel ANAVA Kombinasi Sampel dan Konsentrasi

45

Sumber Variasi

Jumlah
Kuadrat

Derajat
Bebas

Model
53428,950
20
Sampel
3294,037
3
Konsentrasi
7001,752
4
Sampel *
484,625
12
Konsentrasi
Error
23,204
40
Total
53452,154
60
Keterangan : p < 0,05 dinyatakan bermakna

Kuadrat
Tengah

Fhitung

2671,448
1098,012
1750,438

4605,163
1892,012
3017,485

0,000
0,000
0,000

40,385

69,618

0,000

0,580

Tabel ANAVA menunjukkan pada tingkat kepercayaan 95% faktor jenis


sampel memberikan pengaruh signifikan terhadap daya inhibisi berdasarkan
perbandingan nilai signifikan = 0,000 < = 0,05. Faktor variasi konsentrasi juga
memberikan pengaruh signifikan terhadap daya inhibisi berdasarkan perbandingan
nilai signifikan = 0,000 < = 0,05. Kombinasi perlakuan sampel dan konsentrasi
menunjukkan bahwa keduanya saling memberikan pengaruh yang signifikan
berdasarkan nilai signifikan = 0,000 < = 0,05. Oleh karena itu diperlukan uji
lanjut untuk mengetahui faktor yang memberikan pengaruh lebih besar
menggunakan uji LSD (Least Significant Difference).
Uji lanjut LSD dilakukan untuk mengetahui pengaruh sampel dan
konsentrasi terhadap nilai persen inhibisi. Hasil uji lanjut terhadap pengaruh
sampel dan konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.
Tabel 4.10 Uji Lanjut Pengaruh Sampel
Sampel Uji
Ekstrak Etanol
Fraksi n-Heksana

Sampel Pembanding
Fraksi n-Heksana
Fraksi Etil Asetat
Fraksi Air
Ekstrak Etanol

p
0,000
0,000
0,000
0,000

46

Fraksi Etil Asetat


Fraksi Air
Fraksi Etil Asetat
Ekstrak Etanol
Fraksi n-Heksana
Fraksi Air
Fraksi Air
Ekstrak Etanol
Fraksi n-Heksana
Fraksi Etil Asetat
Keterangan : p < 0,05 dinyatakan bermakna

0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000

Tabel 4.11 Uji Lanjut Pengaruh Konsentrasi


Konsentrasi Uji
Konsentrasi 100

Konsentrasi Pembanding
Konsentrasi 200
Konsentrasi 300
Konsentrasi 400
Konsentrasi 500
Konsentrasi 200
Konsentrasi 100
Konsentrasi 300
Konsentrasi 400
Konsentrasi 500
Konsentrasi 300
Konsentrasi 100
Konsentrasi 200
Konsentrasi 400
Konsentrasi 500
Konsentrasi 400
Konsentrasi 100
Konsentrasi 200
Konsentrasi 300
Konsentrasi 500
Konsentrasi 500
Konsentrasi 100
Konsentrasi 200
Konsentrasi 300
Konsentrasi 400
Keterangan : p < 0,05 dinyatakan bermakna

p
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000

Dari kedua tabel di atas diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna


secara statistik antara nilai inhibisi DPPH ekstrak etanol dengan nilai inhibisi
DPPH fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air serta terdapat perbedaan
bermakna antara lima variasi konsentrasi yang digunakan dalam penelitian.

47

Nilai persen inhibisi untuk masing-masing lautan uji dan larutan


pembanding dengan berbagai konsentrasi digunakan untuk membuat persamaan
regresi linier. Kurva regresi linier larutan uji dan larutan pembanding dapat dilihat
pada Lampiran F, Gambar 4.9.
Tabel 4.12 Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan

Sampel uji

Ekstrak
etanol

Fraksi nheksana

Fraksi etil
asetat

Fraksi air

Vitamin C

Konsentrasi
(g/mL)
500
400
300
200
100
500
400
300
200
100
500
400
300
200
100
500
400
300
200
100
10
8
6
4
2

Persen
inhibisi (%)
50,39
41,48
31,21
22,34
14,49
22,33
20,02
15,33
10,07
5,2
51,52
42,55
34,29
24,49
13,55
41,62
34,97
26,86
19,77
11,09
56,62
45,98
30,33
20,48
8,1

Persamaan Regresi
Linier

IC50
(g/mL)

y = 0,0909x + 4,7
R2 = 0,9981

498,35

y = 0,0442x + 1,327

1101,19

R = 0,9844

y = 0,094x + 5,08
R2 = 0,9971

477,87

y = 0,0763x + 3,984

603,09

R = 0,9982

y = 6,127x - 4,46
R2 = 0,9959

8,89

Dari kurva regresi linier di atas, dapat diperoleh persamaan regresi linier
untuk masing-masing sampel uji. Nilai IC50 didapat dari substitusi angka 50 ke

48

dalam nilai y (ordinat). Hasil uji menunjukkan nilai IC 50 untuk masing-masing


ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air secara berturutturut adalah 498,35 ppm, 1101,19 ppm, 477,87 ppm, dan 603,09 ppm. Nilai IC 50
terendah dimiliki oleh fraksi etil asetat yang menunjukkan bahwa fraksi tersebut
memiliki aktivitas antioksidan yang paling kuat kuat dibandingkan dengan ekstrak
atau fraksi-fraksi lain yang diuji, akan tetapi lebih lemah 54 kali dibandingkan
dengan vitamin C dengan nilai IC50 sebesar 8,89 ppm. Hasil analisis secara
statistik mengenai aktivitas antioksidan empat sampel uji terhadap pembanding
vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Uji Lanjut Pengaruh Keempat Sampel terhadap Vitamin C dari
Nilai IC50
Sampel
Sampel Pembanding
p
Fraksi n-Heksana
0,000
Fraksi Etil Asetat
0,157*
Ekstrak Etanol
Fraksi Air
0,000
Vitamin C
0,000
Ekstrak Etanol
0,000
Fraksi Etil Asetat
0,000
Fraksi n-Heksana
Fraksi Air
0,000
Vitamin C
0,000
Ekstrak Etanol
0,157*
Fraksi n-Heksana
0,000
Fraksi Etil Asetat
Fraksi Air
0,000
Vitamin C
0,000
Ekstrak Etanol
0,000
Fraksi n-Heksana
0,000
Fraksi Air
Fraksi Etil Asetat
0,000
Vitamin C
0,000
Ekstrak Etanol
0,000
Fraksi n-Heksana
0,000
Vitamin C
Fraksi Etil Asetat
0,000
Fraksi Air
0,000
Keterangan : p < 0,05 dinyatakan bermakna
* tidak ada perbedaan bermakna

49

Dari tabel 4.13, keempat sampel uji menunjukkan perbedaan yang bermakna
secara statistik dibandingkan dengan pembanding vitamin C berdasarkan nilai IC 50
dengan nilai p = 0,000 < = 0,05. Antara keempat sampel uji juga memberikan
perbedaan yang bermakna secara statistik, kecuali untuk ekstrak etanol dengan
fraksi etil asetat.

Anda mungkin juga menyukai