Anda di halaman 1dari 7

Nama : Anggi oktavia

Nim : 482011805006

Kelas : 4.a Farmasi

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari Rimpang

Lengkuas Merah (Alpinia purpurata)

Telah dilakukan penelitian tentang Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari
Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi senyawa golongan alkaloid dari ekstrak rimpang lengkuas merah (Alpinia
purpurata). Penapisan fitokimia simplisia kering diketahui bahwa terdapat senyawa golongan
alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid. Hasil karakterisasi dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis menghasilkan panjang gelombang maksimal pada 338 nm. Analisis
menggunakan FTIR terdapat gugus C-N,C=O amida, C=C aromatik, C-O eter, dan C-H alifatik.
Analisis menggunakan LC-MS diperoleh berat molekul sebesar 286,28 g/mol [M+H]+.
Berdasarkan data-data dari hasil tersebut diduga dalam isolat murni mengandung senyawa
piperin (C17H19NO3).

Rimpang lengkuas merah banyak digunakan sebagai obat dengan umbi berserat kasar, bagian
luar mengkilat dan berwarna merah, bagian dalam berwarna putih serta mempunyai aroma
yang khas [2]. Rimpang Alpinia purpurata secara luas digunakan pada pengobatan penyakit
perut, kudis, panu, dan menghilangkan bau mulut. Rimpang lengkuas merah juga dianggap
memiliki khasiat sebagai anti tumor dan anti kanker terutama tumor di bagian mulut dan
lambung. Selain itu lengkuas merah ternyata juga mempunyai peran dalammemperpanjang
umur simpan atau mengawetkan makanan karena aktifitas antimikroba . Kandungan senyawa
kimia dari tumbuhan yang memiliki bioaktifitas umumnya berasal dari metabolit sekunder
seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid dan lain-lain. Sedangkan hasil uji fitokimia dalam
fraksi etil asetat rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata) dilaporkan mengandung senyawa
alkaloid, terpenoid,saponin, flavonoid, fenolik dan steroid.
A. Metode Penelitian

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

- gelas standar penelitian

- vial

- soxhlet

- pipet kapiler

- satu set Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

- corong pisah

- kolom kromatografi

- oven

- lemari pengering

- blander

- penangas air

- hot plate.

- rotary evaporator

- neraca analitik

- pH meter

- Spektrofotometer UV-Vis

- FTIR dan LC-MS.


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

- rimpang lengkuas merah

- n-heksana

- etanol 96%

- amonium hidroksida

- etil asetat

- kloroform

- ammonia 25%

- HCl (1:10)

- HCl pekat

- HCl 2N

- metanol p.a

- diklorometana p.a

- n-butanol p.a

- aseton p.a

- amilalkohol

- anhidrida asam asetat

- H2SO4 pekat

- silika gel 60GF254 pereaksi Meyer (HgCl2 dan KI)

- pereaksi Dragendorff (Bi(N02)3 dan KI)

- serbuk Mg

- H2SO4 pekat dan akuades.


B.Pembuatan Simplisia Serbuk

1. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia untuk menguji golongan kimia yang ada di dalam sampel. Sampel yang
digunakan, yaitu simplisia rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata). Uji penapisan fitokimia
yang dilakukan,yaitu uji alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid/triterpenoid

2. Isolasi alkaloid

Sebanyak 0,616 kg serbuk rimpang lengkuas merah dimaserasi dengan pelarut n-heksana
hingga jernih, kemudian ampas yang telah kering dimaserasi kembali menggunakan pelarut
etanol. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak etanol. Ekstrak etanol ditambahkan HCl 2M hingga pH 3, larutan asam ini
selanjutnya diekstraksi dengan etil asetat hingga diperoleh dua lapisan, lapisan etil asetat dan
lapisan air. Pada lapisan air ditambahkan NH4OH hingga pH 8-9, dilanjutkan ekstraksi dengan
etil asetat kembali. Lapisan etil asetat yang diperoleh diuapkan kembali dan diperoleh alkaloid
total.

3. Analisis isolat

Isolat alkaloid total diidentifikasi menggunakan pereaksi Dragendorff dan Mayer untuk
memastikan bahwa senyawa yang diisolasi merupakan senyawa alkaloid. Setelah itu dianalisis
menggunakan KLT untuk mengetahui komponen penyusunnya. Kemudian komponen tersebut
dipisahkan dengan menggunakan kromatografi kolom dan KLT preparatif dan diuji
kemurniannya dengan berbagai jenis eluen. Identifikasi struktur alkaloid yang dihasilkan
dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Vis, FTIR dan LC-MS

C. Hasil dan Pembahasan

1. Penapisan Fitokimia

Rimpang lengkuas merah yang telah menjadi simplisia kering kemudian dilakukan uji fitokimia.
Berdasarkan uji fitokimia diketahui bahwa rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata)
mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, steroid, dan saponin.

2. Ekstraksi

Sebanyak 0,616 kg serbuk rimpang lengkuas merah diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana
dengan alat Soxlet yang bertujuan untuk mengikat senyawa–senyawa metabolit sekunder
pada rimpang lengkuas merah yang bersifat non polar seperti: steroid dan triterpenoid.
Ampas hasil ekstraksi dengan pelarut n-heksan selanjutnya diekstraksi dengan pelarut etanol
96% menggunakan metode maserasi hingga filtratnya tidak berwarna yang menunjukkan sudah
tidak ada senyawa yang terekstrak lagi. Filtrat hasil maserasi kemudian dipekatkan
menggunakan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental etanol. Ekstrak kental
etanol ini kemudian digunakan untuk isolasi selanjutnya.

3. Isolasi Alkaloid Total dari Ekstrak Etanol

Ekstrak etanol yang telah didapatkan, ditambahkan larutan HCl 2M hingga pH larutan menjadi
3-4 agar terbentuk garam alkaloid.

Setelah terbentuknya garam alkaloid tersebut selanjutnya dilakukan ekstraksi cair-cair


menggunakan pelarut etil asetat. Garam alkaloid yang telah terbentuk akan larut dalam air
sedangkan senyawa lain akan larut dalam fase etil asetat akibat perbedaan kelarutan. Hasil
ekstraksi akan terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan bawah merupakan lapisan asam sedangkan
lapisan atas adalah lapisan etil asetat.

Kedua lapisan tersebut kemudian dipisahkan, kemudian lapisan asam yang mengandung garam
alkaloid ditambahkan NH4OH hingga pH larutan mencapai 8-9. Perlakuan tersebut bertujuan
agar garam alkaloid membentuk alkaloid kembali. Hasil ekstraksi akan membentuk 2 lapisan
yaitu lapisan etil asetat dan lapisan asam.. Selanjutnya kedua lapisan dipisahkan dan lapisan etil
asetat dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental alkaloid total
sebanyak 2,61 gr.

4. Pemisahan dengan Kromatografi

Terhadap ekstrak alkaloid total selanjutnya dilakukan pemisahan komponen menggunakan


tehnik kromatografi. Analisis kandungan kimia awal dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60GF254 dan fase gerak yang digunakan
adalah campuran eluen kloroform dan etil asetat perbandingan 3:1.
Tabel 1: Rf dan warna noda KLT ekstrak alkaloid total

Noda Nilai Rf Warna noda

1 0,46 Kuning

2 0,56 Ungu

3 0,73 Orange

4 0,79 Hijau Kebiruan

5 0,96 Biru

Selanjutnya ekstrak alkaloid total dilakukan pemisahan dengan metode kromatografi kolom
menggunakan eluen kloroform : etil asetat (3:1).

Tabel 2: Fraksi–fraksi hasil kromatografi kolom

Fraksi No.Vial

I 1 dan 2

II 3 – 8

III 9 – 42

IV 43 – 65

V 66 – 93

VI 94 – 144

VII 145 – 170

Dari hasil pengelompokan, fraksi III merupakan fraksi terbanyak. Kemudian terhadap fraksi III
dipisahkan kembali dengan metode KLT preparatif menggunakan eluen campuran
kloroform:etil asetat (9:1)
D. Kesimpulan

Senyawa yang telah diisolasi dari rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata) merupakan
golongan alkaloid. Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR dan LC-MS
menunjukkan bahwa isolat alkaloid diduga mengandung senyawa piperin (C17H19NO3).

E. Daftar Pustaka

[1] Fajar Budi Laksono, Enny Fachriyah, Dewi Kusrini, Isolasi dan Uji Antibakteri Senyawa
Terpenoid Ekstrak N-Heksana Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata), Jurnal Kimia Sains
dan Aplikasi, 17, 2, (2014) 37-42

[2] Fauziah Muhlisah, Temu-temuan dan Empon-empon Budidaya dan Manfaatnya, Kanisius,
Yogyakarta, (1999) 51-52

[3] Ratna Susilaningsih, Isolasi, Identifikasi dan Uji Toksisitas Senyawa Alkaloid Fraksi Etil Asetat
Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga), Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang

[4] Hasnah Mohd Sirat, Md Liamen, Chemical constituents of Alpinia purpurata, Pertanika
Journal of Science & Technology, 3, 1, (1995) 67-71

[5] D Manohara, K Mulya, A Purwantara, D Wahyuno, 6.4 Phytophthora capsici on Black Pepper
in Indonesia, Diversity and management of Phytophthora in Southeast Asia, (2004) 132

[6] V Junise, P Shibin, S Senthila, RS Rajesh, Isolation,V Junise, P Shibin, S Senthila, RS Rajesh,
Isolation, identification and antimycobacterial evaluation of piperine from Piper longum, Der
Pharmacia Lettre, 4, 3, (2012) 863-868

[7] Reimmel Kwame Adosraku, James Oppong Kyekyeku, Isaac Yaw Attah, Characterization and
HPLC quantification of piperine isolated from Piper guineense (fam. Piperaceae), International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5, Issue 1, (2013)

[8] Xiu-Mei Wang, Qi-Zhi Zhang, Jian Yang, R_H Zhu, Jun Zhang, Li-Jing Cai, Wen-Xing Peng,
ValidatedHPLC–MS/MS method for simultaneous determination of curcumin and piperine in
human plasma, Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 11, 4, (2012) 621-629
http://dx.doi.org/10.4314/tjpr.v11i4.13

[9] Narendra Kumar Singh, Pramod Kumar, Devendra

Kumar Gupta, Satyendra Singh, Varun Kumar Singh, UV-spectrophotometric method


development for estimation of piperine in Chitrakadi Vati, Der Pharmacia Lettre, 3, 3, (2011)
178-182.

Anda mungkin juga menyukai