SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
NIM : 101424011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
NIM : 101424011
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atas bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam
Penulis
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
NIM : 101424011
Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya yang berjudul:
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran nilai rotasi optik spesifik larutan galaktosa, laktosa,
dan fruktosa. Pengukuran acuan dan larutan sampel dilakukan secara bersamaan.
Berkas laser HeNe dipecah menggunakan beam splitter. Analisator diputar oleh
motor listrik. Data direkam secara kontinyu oleh komputer selama analisator
diputar. Data dianalisa dengan menggunakan dua metode. Metode yang pertama
dengan fitting data berdasar hukum Malus. Metode kedua dengan grafik intensitas
cahaya pengukuran sampel terhadap intensitas cahaya acuan. Metode pertama,
untuk konsentrasi 1 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm larutan galaktosa, laktosa,
dan fruktosa secara berturut-turut memutar bidang getar cahaya terpolarisasi
sebesar (80 8), (51 5), dan (89 13). Metode kedua, untuk konsentrasi 1 gr
ml-1 dan panjang larutan 1 dm larutan galaktosa, laktosa, dan fruktosa secara
berturut-turut memutar bidang getar cahaya terpolarisasi sebesar (80 5), (52
6), dan (86 9). Hasil menunjukkan bahwa besarnya perputaran bidang getar
cahaya terpolarisasi tergantung jenis larutan.
Kata kunci: spesifik rotasi optik, galaktosa, laktosa, fruktosa, laser HeNe, beam
splitter, hukum Malus, acuan, sampel
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Keyword: spesific optical rotation, galactose, lactose, maltose, HeNe laser, beam
splitter, Malus law, reference, sample
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
memberikan kasih yang luar biasa. Berkat kasih dan kuasaNya, penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya ini penulis beri judul
1. Bapak Dr. Ig. Edi Santosa, M.S. selaku dosen pembimbing dan Kaprodi
2. Ibu Sri Agustini, M.Si. selaku dosen mata kuliah Optika yang telah
4. Bapak Otto dan Bapak Kayat selaku laboran Laboratorium Fakultas Farmasi
5. Keluarga di Cawas, Ibu, Mbak Ta, dan Mas Awa yang selalu mendoakan dan
memberi semangat.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
segala perasaan, baik senang maupun susah, dan semua doa serta dukungan
7. Teman-teman bimbingan skripsi, Bekti, Nino, Sherly, El, Mba Ayas, Mba
Willy, Mba Ari, Mba Osri, Mba Galuh yang menjadi penyemangat dan
penginspirasi.
8. Para Mondhol Kristin, Yuli, Gita, Ruth, Rita, Hesti dan sahabatku Rinda yang
9. Seluruh mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2010 yang telah berjuang dan
berdinamika bersama.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang secara langsung
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis dengan rendah hati menerima kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………………………………….… vi
ABSTRAK……………………………………………………………………...… vii
ABSTRACT……………………………………………………………………...… viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..… ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….… xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………...… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..… 5
C. Batasan Masalah…………………………………………………….… 6
D. Tujuan Penelitian…………………………………………………...… 6
E. Manfaat Penelitian…………………………………………………...… 7
F. Sistematika Penulisan………………………………………………..… 7
BAB II DASAR TEORI
A. Polarisasi Cahaya…………………………………………………...… 8
B. Rotasi Optik………………………………………………………..… 11
C. Pengenceran Larutan………………………………………………...… 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Persiapan Alat……………………………………………………….… 16
B. Persiapan Bahan…………………………………………………….… 19
C. Pengambilan Data…………………………………………………..… 20
D. Analisa Data………………………………………………………..… 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1 Hubungan intensitas berkas cahaya satu dan intensitas berkas
cahaya dua terhadap sudut putaran analisator. Konsentrasi
larutan galaktosa 0,2 gr ml-1 dan panjang larutan 1
dm…............................................................................................. 24
TABEL 4.2 Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan
galaktosa sepanjang 1 dm……………………………………… 27
TABEL 4.3 Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan
galaktosa sepanjang 1 dm…………………………………….... 30
TABEL 4.4 Hubungan intensitas berkas cahaya satu dan intensitas berkas
cahaya dua terhadap sudut putaran analisator. Konsentrasi
larutan laktosa 0,541 gr ml-1 dan panjang larutan 1
dm................................................................................................. 31
TABEL 4.5 Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan
laktosa sepanjang 1 dm………………………………................ 34
TABEL 4.6 Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan
laktosa sepanjang 1 dm................................................................ 36
TABEL 4.7 Hubungan intensitas berkas cahaya satu dan intensitas berkas
cahaya dua terhadap sudut putaran analisator. Konsentrasi
larutan fruktosa 0,38 gr ml-1 dan panjang larutan 1
dm……………..............………................................................... 38
TABEL 4.8 Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan
fruktosa sepanjang 1 dm……………................……………….. 40
TABEL 4.9 Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan
fruktosa sepanjang 1 dm……………………………………...... 42
TABEL 4.10 Tabel hasil pengukuran nilai rotasi optik spesifik hasil analisa
Hukum Malus, grafik elips dan acuan [Blitz, Grosch, Scieberle,
2009]............…………......................................…….................. 47
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Peristiwa polarisasi cahaya oleh polarisator kemudian
cahaya melewati analisator [Young, 2003].........……...... 9
GAMBAR 2.2 Grafik hubungan intensitas cahaya melewati analisator
terhadap sudut putaran analisator mengikuti persamaan
(2.1)................................................................................... 11
GAMBAR 2.3 Berkas cahaya terpolarisasi melewati larutan yang
bersifat optis aktif ……………….................................... 12
GAMBAR 2.4 Grafik intensitas cahaya yang tidak melewati larutan
optis aktif (biru) dan intensitas cahaya yang melewati
larutan bersifat optis aktif (merah) terhadap sudut
putaran analisator.............................................................. 14
GAMBAR 2.5 Grafik intensitas cahaya satu terhadap intensitas cahaya
dua…………………......................................................... 15
GAMBAR 3.1 Susunan alat eksperimen……………………………....... 18
GAMBAR 4.1 Grafik hubungan intensitas cahaya terhadap sudut
putaran analisator. Intensitas berkas cahaya satu
(intensitas cahaya yang tinggi) sebagai acuan dan
intensitas berkas cahaya dua (intensitas cahaya yang
rendah) sebagai berkas cahaya yang melewati larutan.
Konsentrasi larutan galaktosa 0,2 gr ml-1 dan panjang
larutan 1 dm………………………………….................. 25
GAMBAR 4.2 Grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap
sudut putaran analisator. …………………...................... 26
GAMBAR 4.3 Grafik hubungan intensitas berkas cahaya dua terhadap
sudut putaran analisator. Konsentrasi larutan galaktosa
0,2 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm………………….... 26
GAMBAR 4.4 Grafik hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi
larutan galaktosa sepanjang 1 dm ……………................ 28
GAMBAR 4.5 Grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
arah polarisasi cahaya akan berputar. Peristiwa ini disebut rotasi optik.
Peristiwa rotasi optik dijumpai salah satunya pada gula. Pengukuran rotasi
spesifikasi bahan obat dan produk obat [WHO, 2005]. Selain itu, pengukuran
rotasi optik dalam bidang kimia digunakan untuk memeriksa kualitas minyak
ini bekerja berdasar prinsip polarisasi cahaya. Berkas cahaya alami dilewatkan
yang keluar dari analisator berubah. Perubahan ini tergantung posisi sumbu
analisator maka intensitas cahaya yang keluar analisator minimal. Oleh karena
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudut rotasi optik, arah polarisasi cahaya harus ditentukan terlebih dahulu
diletakkan larutan yang bersifat optis aktif. Intensitas cahaya yang keluar dari
arah polarisasi cahaya berubah. Arah polarisasi cahaya ini berubah karena
diputar oleh larutan yang bersifat optis aktif. Peristiwa berputarnya arah
polarisasi cahaya ini disebut rotasi optik. Untuk mengetahui besarnya sudut
terbatas.
mendeteksi intensitas cahaya yang keluar dari analisator. Susunan alat pada
melewati analisator. Berkas cahaya yang keluar dari analisator ditangkap oleh
kemudian membaca intensitas berkas cahaya yang keluar dari analisator. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dicatat pada keadaan ini digunakan sebagai acuan. Setelah acuan
aktif. Kemudian analisator diputar secara manual dan sudut putaran analisator
cahaya terhadap sudut putaran analisator. Grafik acuan dan sampel terhadap
sudut putaran analisator ditampilkan pada satu bidang. Rotasi optik diperoleh
dari selisih sudut lembah acuan dan lembah sampel yang berdekatan.
intensitas cahaya, tetapi acuan dan sampel diperoleh tidak bersamaan. Sumber
cahaya yang digunakan pada penelitian ini adalah laser HeNe. Laser HeNe
resonator akibat pemuaian tabung [Santosa, 2011]. Oleh karena itu, intensitas
cahaya saat menentukan acuan mungkin berbeda dengan intensitas cahaya saat
menentukan sampel. Intensitas laser yang tidak konstan ini juga dapat
putaran analisator tidak tepat satu titik. Hal ini menyulitkan peneliti untuk
cahaya yang sama. Dua berkas cahaya yang sama dapat diperoleh dari satu
[Santosa, 2014]. Salah satu berkas cahaya langsung menuju analisator dan
berkas cahaya yang lain melewati larutan yang bersifat optis aktif kemudian
Santosa, 2014]. Pengukuran rotasi optik spesifik dapat pula dilakukan dengan
sudut rotasi optik tetapi cukup sulit dilakukan bila lembah grafik hubungan
intensitas cahaya terhadap sudut putaran analisator tidak hanya satu titik.
Sudut rotasi optik dapat ditentukan menggunakan fitting data dengan hukum
Malus. Software yang memiliki fasilitas fitting data seperti LoggerPro dapat
data dengan Hukum Malus, sudut rotasi optik dapat ditentukan dari grafik
digunakan. Komputer merupakan media yang sudah tidak asing bagi siswa.
Eksperimen berbasis komputer ini dapat digunakan oleh siswa pada tingkat
salah satu jenis karbohidrat. Masih ada banyak jenis karbohidrat yang lain
memutar cahaya terpolarisasi disebut rotasi optik spesifik. Nilai rotasi optik
optis aktif. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran pada beberapa jenis
B. Rumusan Masalah
3. Berapa nilai rotasi optik spesifik dari beberapa jenis karbohidrat yang
diperoleh dari fitting data dengan Hukum Malus dan grafik hubungan
C. Batasan Masalah
adalah LoggerPro.
D. Tujuan Penelitian
3. Mengetahui nilai rotasi optik spesifik dari larutan galaktosa, fruktosa dan
laktosa dengan sumber cahaya laser HeNe dan suhu larutan 27C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
pengenceran larutan.
menganalisa data
BAB V Penutup
BAB II
DASAR TEORI
A. Polarisasi Cahaya
gelombang tali. Seutas tali pada arah sumbu x kemudian digetarkan searah
sumbu y, tali tersebut membentuk gelombang transversal pada bidang xy. Bila
transversal pada bidang xz. Bila getaran sebuah gelombang hanya searah
Medan listrik dan medan magnetik berosilasi saling tegak lurus. Medan listrik
dan medan magnetik berosilasi tegak lurus terhadap arah rambatannya. Arah
Cahaya dari lampu pijar menyebar ke segala arah. Cahaya yang dipancarkan
lampu pijar adalah campuran acak gelombang terpolarisasi linier dalam semua
arah transversal yang mungkin. Cahaya ini adalah cahaya tak terpolarisasi atau
cahaya alami.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2003).
analisator
polarisator
Sumbu polarisasi Sumbu polarisasi
polarisator analisator
Gambar 2.1. peristiwa polarisasi cahaya oleh polarisator kemudian cahaya melewati analisator
(Young, 2003)
10
analisator.
Imaks = intensitas maksimum dari cahaya yang diteruskan analisator pada saat
=0
analisator.
hanya berlaku jika cahaya yang masuk analisator itu sudah cahaya
11
Gambar 2.2. Grafik hubungan intensitas cahaya melewati analisator terhadap sudut putaran
analisator mengikuti persamaan (2.1)
B. Rotasi Optik
aktif. Arah getaran cahaya berputar sejauh terhadap arah getaran gelombang
cahaya sebelum melewati larutan bersifat optis aktif. Fenomena ini disebut
rotasi optik [Pedrotti dan Pedrotti, 1962; Sarojo, 2011]. Fenomena rotasi optik
12
Gambar 2.3. berkas cahaya terpolarisasi melewati larutan yang bersifat optis aktif.
desimeter dan konsentrasi bahan (c) dalam gram per mililiter, mengikuti
persamaan (2.2)
𝜃 = 𝛼𝑐𝑙 (2.2)
[Kraftmakher, 2009].
larutan, panjang larutan dan konsentrasi larutan. Bila panjang larutan tetap,
maka nilai rotasi optik spesifik larutan dapat ditentukan dengan memvariasi
optik yang mengikuti persamaan (2.2). Untuk mendapatkan nilai rotasi optik
13
konsentrasi larutan c ini berupa grafik linier. Nilai spesifik rotasi optik
melewati larutan yang bersifat optis aktif, maka arah polarisasi cahaya
setelah melewati larutan yang bersifat optis aktif arah cahaya terpolarisasi
𝐼2 = 𝐼0 cos 2 𝜑 + 𝜃 (2.3)
optis aktif terhadap sudut putaran analisator bila disatukan dalam satu bidang
dengan grafik hubungan intensitas cahaya yang melewati larutan bersifat optis
aktif terhadap sudut putaran analisator akan membentuk grafik seperti yang
14
analisator
Gambar 2.4 grafik intensitas cahaya yang tidak melewati larutan optis aktif (biru) dan
intensitas cahaya yang melewati larutan bersifat optis aktif (merah) terhadap sudut putaran
analisator
Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa kedua grafik tidak berimpit. Hal ini terjadi
karena diantara keduanya terdapat beda fase. Beda fase antara kedua grafik
disebabkan oleh peristiwa rotasi optik. Gambar 2.4 menunjukkan beda fase
kedua grafik sebagai jarak antara lembah dari kedua grafik yang berdekatan.
Besar sudut diperoleh dari selisih fase grafik hubungan intensitas cahaya
satu terhadap sudut putaran analisator dan grafik hubungan intensitas cahaya
cahaya yang tidak melewati larutan bersifat optis aktif (I2) terhadap intensitas
cahaya melewati larutan bersifat optis aktif (I2) [Kraftmakher, 2009]. Grafik I1
15
I1
b A
I2
𝑎 𝑏
sin 𝜃 = 𝐴 = 𝐵 (2.4)
C. Pengenceran Larutan
grafik rotasi optik terhadap konsentrasi c, oleh karena itu dibutuhkan larutan
𝑉1 𝑐1 = 𝑉2 𝑐2 (2.5)
Keterangan:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai rotasi optik spesifik dari
larutan galaktosa, laktosa dan fruktosa. Untuk menentukan nilai rotasi optik
spesifik ada beberapa tahapan. Tahapan yang pertama adalah persiapan alat.
Tahapan yang kedua adalah persiapan bahan. Tahapan ketiga pengambilan data.
A. Persiapan Alat
1. Laser HeNe
2. Beam splitter
lainnya.
3. Cermin datar
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4. Polarisator
5. Analisator
6. Cuvette
dalam penelitian ini terbuat dari akrilik. Bahan akrilik dipilih karena
7. Sensor cahaya
8. Komputer
9. Interface
18
11. Diafragma
cahaya.
H I J
F
A B E K
H I
C D G
Keterangan gambar
E : Cuvette K : Komputer
F : Analisator
berkas cahaya laser menjadi dua, sebagian berkas dipantulkan dan sebagian
berkas cahaya ini melewati diafragma lalu ditangkap oleh sensor cahaya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berkas cahaya satu. Intensitas berkas cahaya satu (I1) mengikuti persamaan
(2.1).
Kemudian berkas cahaya ini melewati larutan bersifat optis aktif dan
oleh sensor cahaya. Berkas cahaya yang melewati larutan bersifat optis aktif
ini kemudian disebut berkas cahaya dua. Intensitas berkas cahaya dua (I2)
intensitas berkas cahaya satu dan berkas cahaya dua secara bersamaan.
Sehingga dapat digunakan untuk menentukan acuan dan berkas cahaya yang
melewati larutan bersifat optis aktif secara bersamaan. Keadaan berkas cahaya
yang digunakan untuk menentukan acuan dan berkas cahaya yang melewati
B. Persiapan Bahan
pertama yang dibuat adalah laktosa. Bubuk laktosa 72,8 gram dilarutkan
Larutan kedua yang dibuat adalah larutan galaktosa. Larutan galaktosa dibuat
dengan cara yang sama seperti membuat larutan laktosa dan diperoleh
konsentrasi larutan 0,44 gr ml-1. Larutan ketiga yang dibuat adalah fruktosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Fruktosa ini berbentuk cair dan sangat pekat. Fruktosa cair ini tidak dapat
Fruktosa pada konsentrasi ini sudah dapat ditembus laser. Larutan-larutan ini
C. Pengambilan Data
Setelah alat dan bahan siap, kemudian larutan dituang pada cuvette.
Cuvette diletakkan diantara polarisator dan analisator dan diatur agar posisinya
sama.
D. Analisa Data
software LoggerPro. Terdapat dua cara untuk menentukan sudut rotasi optik,
yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(2.3). Hasil fitting data menunjukkan nilai fase dari masing-masing grafik.
Kemudian ditentukan selisih fase dari kedua grafik. Selisih fase ini
merupakan sudut rotasi optik () oleh larutan untuk satu konsentrasi.
larutan yang lain. Sehingga diperoleh sudut rotasi optik dari beberapa
spesifik (α) ditentukan dari gradien grafik hubungan sudut rotasi optik
intensitas cahaya dua (I2). Grafik ini berbentuk elips seperti gambar 2.5.
22
Menurut persamaan (2.2) nilai rotasi optik spesifik diperoleh dari gradien
grafiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
A. Hasil
Bahan yang diteliti pada penelitian ini yaitu galaktosa, laktosa dan
fruktosa. Ketiga bahan diteliti dengan metode yang sama untuk menentukan
intensitas cahaya yang keluar dari analisator. Oleh karena itu komputer
0,05 detik selama 30 detik sehingga data yang diperoleh sangat banyak.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tabel 4.1. Hubungan intensitas berkas cahaya satu dan intensitas berkas cahaya dua
terhadap sudut putaran analisator. Konsentrasi larutan galaktosa 0,2 gr ml-1 dan panjang
larutan 1 dm.
Intensitas berkas cahaya Intensitas berkas cahaya
No. Sudut (rad)
satu (lux) dua (lux)
1 2,737 599 397
2 2,956 647 417
3 3,176 673 434
4 3,394 692 411
5 3,613 678 374
6 3,832 574 295
7 4,051 432 200
8 4,271 246 95
9 4,498 95 23
10 4,708 14 2
11 4,928 4 21
12 5,146 68 89
13 5,365 186 178
14 5,585 372 287
15 5,803 647 426
16 6,023 684 430
17 6,242 647 388
18 6,46 603 335
19 6,68 529 258
20 6,898 397 169
Data dapat dianalisa dengan dua cara, yaitu dengan fitting data
analisator. Data disajikan dalam bentuk grafik agar dapat difit dengan
hukum Malus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Gambar 4.1. Grafik hubungan intensitas cahaya terhadap sudut putaran analisator.
Intensitas berkas cahaya satu (intensitas cahaya yang tinggi) sebagai acuan dan intensitas
berkas cahaya dua (intensitas cahaya yang rendah) sebagai berkas cahaya yang melewati
larutan. Konsentrasi larutan galaktosa 0,2 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
bergerser ke kiri atau kanan. Pergeseran ke kiri atau ke kanan ini dialami
oleh kedua grafik secara bersamaan. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan
lembah grafik intensitas cahaya dua berada di sebelah kiri dari lembah
persamaan (2.3).
putaran analisator yang ditampilkan pada gambar 4.2 dan grafik hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 4.2. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap sudut putaran
analisator
Gambar 4.3. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya dua terhadap sudut putaran
analisator. Konsentrasi larutan galaktosa 0,2 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
Gambar 4.2 dan gambar 4.3 memperlihatkan grafik yang difit dengan
persamaan (2.3). Garis yang mengikuti titik data pada gambar 4.2 dan 4.3
27
cahaya satu terhadap sudut putaran analisator sebesar 3,11±0,05 rad dan
fase grafik intensitas berkas cahaya dua terhadap sudut putaran analisator
sebesar 3,38±0,05 rad. Selisih fase kedua grafik merupakan sudut rotasi
rad atau 16±4. Ralat yang dihasilkan dari fitting data cukup besar. Hal ini
Tabel 4.2. Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan galaktosa sepanjang
1 dm.
No. Konsentrasi (gr ml-1) Sudut rotasi optik ()
1 0,2 16±4
2 0,25 23±3
3 0,305 25±2
4 0,344 28±3
5 0,367 29±4
6 0,44 37±2
galaktosa maka sudut rotasi optik juga semakin besar. Untuk menentukan
nilai rotasi optik spesifik larutan galaktosa menurut persamaan (2.2) dibuat
28
Gambar 4.4. grafik hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan galaktosa
sepanjang 1 dm.
nilai rotasi optik spesifik ditentukan dari nilai gradien grafik. Bila panjang
larutan galaktosa satu desimeter maka nilai rotasi optik spesifik larutan
cahaya dua. Dari grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap
intensitas berkas cahaya dua dapat ditentukan besar sudut rotasi optik
29
Gambar 4.5. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap intensitas berkas
cahaya dua. Konsentrasi larutan galaktosa 0,2 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
Untuk satu kali putaran analisator tebentuk grafik elips yang baik, namun
software LoggerPro. Mengacu pada gambar 2.5, dari gambar 4.5 diperoleh
nilai B sebesar 360,5 lux dan nilai b sebesar 108,5 lux. Menurut
dengan cara yang sama. Sudut rotasi optik dari beberapa konsentrasi
30
Tabel 4.3. Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan galaktosa sepanjang
1 dm.
No. Konsentrasi (gr ml-1) Sudut rotasi optik ()
1 0,2 18±3
2 0,25 22±3
3 0,305 26±2
4 0,344 28±3
5 0,367 33±4
6 0,44 36±5
galaktosa maka sudut rotasi optik juga semakin besar. Untuk menentukan
nilai rotasi optik spesifik larutan galaktosa dibuat grafik hubungan sudut
gambar 4.6.
Gambar 4.6. grafik hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan galaktosa
sepanjang 1 dm.
Sesuai dengan persamaan (2.2) maka gradien grafik 4.6 merupakan nilai
rotasi optik spesifik larutan galaktosa sebesar (80 ± 5) derajat ml gr-1 dm-1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
untuk larutan laktosa ditampilkan pada tabel 4.4. Tidak semua data yang
Tabel 4.4. Hubungan intensitas berkas cahaya dua dan intensitas berkas cahaya satu
terhadap sudut putaran analisator. Konsentrasi larutan laktosa 0,541 gr ml -1 dan panjang
larutan 1 dm.
Sudut Intensitas berkas cahaya Intensitas berkas cahaya
No.
(rad) satu (lux) dua (lux)
1 3,256 488 236
2 3,454 457 194
3 3,653 362 149
4 3,851 252 103
5 4,049 194 58
6 4,247 112 27
7 4,446 74 8
8 4,644 23 0
9 4,842 4 14
10 5,041 33 54
11 5,239 109 122
12 5,437 254 207
13 5,636 393 289
14 5,834 488 320
15 6,032 576 341
16 6,23 570 335
17 6,429 634 306
18 6,627 595 287
19 6,825 545 254
20 7,024 508 202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Gambar 4.7 Grafik hubungan intensitas cahaya terhadap sudut putaran analisator.
Intensitas berkas cahaya satu (intensitas cahaya yang tinggi) sebagai acuan dan intensitas
berkas cahaya dua (intensitas cahaya yang rendah) sebagai berkas cahaya yang melewati
larutan. Konsentrasi larutan laktosa 0,541 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
cahaya dua berada di sebelah kiri lembah grafik intensitas berkas cahaya
satu. Grafik intensitas berkas cahaya satu dan grafik intensitas berkas
33
Gambar 4.8. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap sudut putaran
analisator
Gambar 4.9. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya dua terhadap sudut putaran
analisator. Konsentrasi larutan laktosa 0,541 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
Fase grafik intensitas berkas cahaya satu sebesar 3,15±0,04 rad dan fase
grafik intensitas berkas cahaya dua sebesar 3,50±0,04 rad. Selisih fase
kedua grafik merupakan sudut rotasi optik. Untuk larutan laktosa dengan
34
kemudian sudut rotasi optik untuk konsentrasi lain dihitung dengan cara
Tabel 4.5. Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan laktosa sepanjang 1
dm.
No. Konsentrasi (gr ml-1) Sudut rotasi optik ()
1 0,541 20±3
2 0,565 22±2
3 0,592 24±3
4 0,622 23±4
5 0,654 25±2
6 0,691 28±4
7 0,728 30±4
laktosa maka sudut rotasi optik juga semakin besar. Nilai rotasi optik
4.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Gambar 4.10. grafik hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan laktosa
sepanjang 1 dm
satu terhadap intensitas berkas cahaya dua yang ditunjukkan pada gambar
4.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 4.11. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap intensitas berkas
cahaya dua. Konsentrasi larutan laktosa 0,541 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
Grafik 4.11 dianalisa dengan cara yang sama dengan yang dilakukan pada
2.5, dari gambar 4.11 diperoleh nilai B sebesar 284,5 lux dan nilai b
Tabel 4.6. Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan laktosa sepanjang 1
dm.
No. Konsentrasi (gr ml-1) Sudut rotasi optik ()
1 0,541 21±6
2 0,565 22±4
3 0,592 23±5
4 0,622 23±5
5 0,654 25±4
6 0,691 28±4
7 0,728 31±3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Gambar 4.12. grafik hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan laktosa
sepanjang 1 dm.
Nilai rotasi optik spesifik larutan laktosa diperoleh dari gradien grafik
1 dm. Nilai spesifik rotasi optik larutan laktosa dari gambar 4.12 sebesar
38
Tabel 4.7. Hubungan intensitas berkas cahaya satu dan intensitas berkas cahaya dua
terhadap sudut putaran analisator. Konsentrasi larutan fruktosa 0,38 gr ml-1 dan panjang
larutan 1 dm.
Sudut Intensitas berkas cahaya Intensitas berkas cahaya
No.
(rad) satu (lux) dua (lux)
1 1,559 153 27
2 1,678 99 21
3 1,798 39 10
4 1,918 6 2
5 2,037 2 2
6 2,156 39 0
7 2,276 128 8
8 2,396 264 21
9 2,515 442 43
10 2,635 564 62
11 2,754 618 74
12 2,873 694 81
13 2,993 715 87
14 3,112 682 91
15 3,232 676 91
16 3,351 661 87
17 3,471 616 85
18 3,59 543 79
19 3,71 459 68
20 3,83 368 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 4.13. Grafik hubungan intensitas cahaya terhadap sudut putaran analisator.
Intensitas berkas cahaya satu (intensitas cahaya yang tinggi) sebagai acuan dan intensitas
berkas cahaya dua (intensitas cahaya yang rendah) sebagai berkas cahaya yang melewati
larutan. Konsentrasi larutan fruktosa 0,38 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
Cara menentukan sudut rotasi optik untuk larutan fruktosa ini sama
dengan larutan galaktosa dan laktosa. Grafik 4.14 dan grafik 4.15 difit
Gambar 4.14. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap sudut putaran
analisator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 4.15. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya dua terhadap sudut putaran
analisator. Konsentrasi larutan fruktosa 0,38 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
Fase grafik intensitas berkas cahaya satu sebesar 1,59±0,04 rad dan fase
grafik intensitas berkas cahaya dua sebesar 1,37±0,04 rad. Selisih fase
kedua grafik merupakan sudut rotasi optik. Untuk larutan fruktosa dengan
konsentrasi 0,38 gr ml-1 diperoleh nilai rotasi optik sebesar 0,22±0,06 rad
atau 12±3.
diperoleh dengan cara yang sama kemudian ditampilkan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan fruktosa sepanjang 1
dm.
No. Konsentrasi (gr ml-1) Sudut rotasi optik ()
1 0,38 12±3
2 0,4 13±3
3 0,42 14±4
4 0,44 18±3
5 0,46 20±2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Gambar 4.16. grafik hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan fruktosa
sepanjang 1 dm.
Dari grafik 4.16 dapat diketahui besarnya nilai rotasi optik spesifik larutan
terhadap intensitas berkas cahaya dua yang dinyatakan pada gambar 4.17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Gambar 4.17. Grafik hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap intensitas berkas
cahaya dua. Konsentrasi larutan fruktosa 0,38 gr ml-1 dan panjang larutan 1 dm.
Dari grafik 4.17 berdasarkan gambar 2.5 dipeoleh nilai B sebesar 71,5 lux
dan nilai b sebesar 18 lux sehingga diperoleh sudut rotasi optik 15±4.
Tabel 4.9. Hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan fruktosa sepanjang 1
dm.
No. Konsentrasi (gr ml-1) Sudut rotasi optik ()
1 0,38 15±4
2 0,4 17±1
3 0,42 18±5
4 0,44 21±3
5 0,46 21±3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 4.18. grafik hubungan sudut rotasi optik terhadap konsentrasi larutan fruktosa
sepanjang 1 dm.
Dari grafik 4.18 dapat diketahui besarnya nilai rotasi optik spesifik larutan
B. Pembahasan
diputar bidang getarnya. Peristiwa ini disebut rotasi optik. Rotasi optik
dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, panjang larutan, dan jenis larutan yang
dilewati. Penelitian ini meneliti beberapa jenis larutan yang bersifat optis aktif
terlebih dahulu. Pada penelitian sebelumnya acuan dan berkas cahaya yang
berubah. Oleh karena itu pada penelitian ini, acuan dan berkas cahaya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
melewati larutan bersifat optis aktif diukur secara bersamaan. Untuk dapat
mengukur acuan dan berkas cahaya yang melewati larutan bersifat optis aktif
laser. Berkas cahaya acuan kemudian disebut berkas cahaya satu dan berkas
cahaya yang melewati larutan bersifat optis aktif disebut berkas cahaya dua.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini diatur posisinya. Sensor cahaya
diatur agar tegak lurus terhadap arah datangnya berkas cahaya. Analisator
diberi pelumas agar dapat berputar dengan lancar. Posisi cuvette diatur agar
Sumber cahaya yang digunakan pada penelitian ini adalah laser HeNe. Laser
Oleh karena itu, sebelum digunakan laser dinyalakan terlebih dahulu selama
Berkas cahaya dilewatkan pada diafragma yang diameternya kecil agar hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
bagian tengah berkas cahaya laser yang sampai di sensor cahaya. Diafragma
Data yang ditampilkan pada gambar 4.1, 4.7, dan 4.13 masih terdapat
kecil ini diakibatkan oleh adanya getaran. Sumber getaran antara lain
karena sumber getaran ini berada pada meja yang sama dengan diafragma.
dipindahkan ke meja yang lain. Getaran dari motor listik masih menggetarkan
diafragma karena motor listrik terhubung dengan analisator yang berada pada
meja yang sama sehingga terkadang bukan pusat berkas cahaya yang sampai
di sensor cahaya.
komputer. Data yang dicatat komputer adalah tabel hubungan intensitas berkas
cahaya terhadap waktu. Tabel ini kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik
46
Malus. Cara pertama untuk menentukan sudut rotasi optik dengan fitting data
menurut persamaan (2.3). Hasil fitting data dapat menunjukkan fase grafik.
Menurut persamaan (2.1) dan (2.3), beda fase dari grafik intensitas berkas
cahaya satu dan grafik intensitas berkas cahaya dua merupakan besar sudut
rotasi optik.
hubungan intensitas berkas cahaya satu terhadap intensitas berkas cahaya dua.
Grafik ini berbentuk elips karena antara sumbu horisontal dan sumbu vertikal
persamaan (2.4).
maka grafik intensitas cahaya terhadap sudut putaran analistor dapat terbentuk
dengan baik. Meskipun analisator tidak berputar dengan konstan metode ini
masih dapat digunakan karena fasilitas fitting data pada software LoggerPro
dapat menampilkan hasil fitting yang paling mendekati persamaan grafik yang
tepat. Fitting data ini menggunakan semua titik data yang dihasilkan untuk
intensitas berkas cahaya satu terhadap intensitas berkas cahaya dua tidak
intensitas terhadap sudut. Analisator tidak harus diputar konstan, karena cara
47
intensitas berkas cahaya satu terhadap intensitas berkas cahaya dua digunakan
untuk menentukan sudut rotasi optik untuk satu konsentrasi larutan. Nilai
rotasi optik spesifik ditentukan dari grafik sudut rotasi optik terhadap
pula sudut rotasi optik. Konsentrasi larutan yang semakin tinggi menunjukkan
Gradien dari grafik ini merupakan nilai rotasi optik spesifik larutan yang
diteliti.
Tabel 4.10 Tabel hasil pengukuran nilai rotasi optik spesifik dari analisa Hukum Malus, grafik
Elips, dan Acuan [Belitz, Grosch, Scieberle, 2009]
Nilai rotasi optik spesifik
No. Jenis Gula (derajat ml g-1 dm-1)
Hukum Malus Grafik Elips Acuan
1 Galaktosa 80 ± 8 80 ± 5 80,2
2 Laktosa 51 ± 5 52 ± 6 53,6
3 Fruktosa 89 ± 13 86 ± 9 92
Nilai rotasi optik spesifik yang dihasilkan dari analisa dengan Hukum
Malus menghasilkan ralat yang cukup besar. Ralat yang cukup besar ini
diafragma dan putaran analisator yang tidak konstan. Hal ini terlihat dari garis
fitting data yang tidak tepat mengikuti titik-titik data. Terdapat pergeseran
antara titik data dengan garis fitting data. Sedangkan untuk analisa dengan
48
cahaya dua juga menghasilkan ralat yang cukup besar karena grafik yang
Ralat pada larutan fruktosa bila dibanding dengan ralat dari larutan
galaktosa dan laktosa merupakan ralat yang terbesar. Ralat dari larutan
fruktosa ini besar karena fruktosa memiliki karakteristik yang berbeda dengan
Larutan laktosa dan galaktosa ini berwarna putih kekuningan sehingga lebih
mudah dilewati berkas cahaya. Fruktosa berbentuk cair dan berwarna coklat
pekat. Fruktosa cair ini kemudian diencerkan agar dapat dilewati berkas
berkas cahaya ini lebih luas dibanding dengan penyebaran berkas cahaya yang
intensitas berkas cahaya semakin tidak baik sehingga ralatnya pun besar.
analisa dengan Hukum Malus dan grafik hubungan intensitas berkas cahaya
satu terhadap intensitas berkas cahaya dua hampir sama. Namun bila hasil ini
Ketidaksamaan terjadi karena nilai rotasi optik spesifik pada pengukuran yang
589 nm sebagai sumber cahaya dan diteliti pada suhu 20C-25C [Belitz,
49
HeNe dengan panjang gelombang 632,8 nm sebagai sumber cahaya dan suhu
ruangan 27C.
komputer ini relatif lebih mudah digunakan. Komputer merupakan media yang
sudah tidak asing lagi. Metode eksperimen ini dapat pula digunakan dalam
BAB V
A. Kesimpulan
1. Penentuan acuan dan sudut putaran bidang getar cahaya terpolarisasi oleh
oleh larutan sampel ada dua cara, menggunakan fitting berdasar hukum
B. Saran
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
rotasi optik.
sekolah menengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
persamaan (2.1), oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan untuk mengetahui
Gambar Analisator diputar dengan kecepatan sudut . Sumbu polarisasi analisator (anak panah
hitam) membentuk sudut terhadap sumbu polarisasi polarisator (anak panah merah)
𝜑 = 𝜔𝑡 + 𝛿 (1)
keterangan:
polarisasi polarisator
: kecepatan sudut
t : waktu
55
pada gambar 4.2 difit dengan persamaan y=Acos2(t + ), diperoleh nilai:
= 0,438
= 2,7375
= t +
= (0,438 x 0) + 2,7375
= 2,7375 rad
No. C1 V1 C2 V2
(gr ml-1) (ml) (gr ml-1) (ml)
1 0,44 25 0,367 30
2 0,367 30 0,344 32
3 0,344 32 0,305 36
4 0,305 36 0,25 44
5 0,25 44 0,2 55
6 0,2 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Larutan Laktosa
No. C1 V1 C2 V2
(gr ml-1) (ml) (gr ml-1) (ml)
1 0,728 17 0,691 18
2 0,691 18 0,654 19
3 0,654 19 0,622 20
4 0,622 20 0,592 21
5 0,592 21 0,565 22
6 0,565 22 0,541 23
7 0,541 23
3. Larutan Fruktosa
No. C1 V1 C2 V2
(gr ml-1) (ml) (gr ml-1) (ml)
1 0,46 54 0,44 57
2 0,44 57 0,42 60
3 0,42 60 0,4 63
4 0,4 63 0,38 66
5 0,36 66
Konsen-
No. trasi Grafik intensitas terhadap sudut
(gr ml-1)
1 0,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2 0,25
3 0,305
4 0,344
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
5 0,367
6 0,44
59
Konsen-
No. trasi Grafik Elips
(gr ml-1)
1 0,2
2 0,25
3 0,305
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
4 0,344
5 0,367
6 0,44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Sudut Rotasi
Konsentrasi B b
No. Sin (B/b) Optik
(gr ml-1) (lux) (lux)
()
1 0,2 360,5 108,5 0,3 17,52
2 0,25 303,5 113,5 0,37 21,97
3 0,305 226 99 0,44 25,99
4 0,344 124 59 0,5 28,43
5 0,367 145,5 78,5 0,54 32,67
6 0,44 180 106,5 0,6 36,29
Konsen-
No. trasi Grafik intensitas terhadap sudut
(gr ml-1)
1 0,541
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2 0,565
3 0,592
4 0,622
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
5 0,654
6 0,691
7 0,728
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Konsen-
No. trasi Grafik Elips
(gr ml-1)
1 0,541
2 0,565
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3 0,592
4 0,622
5 0,654
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
6 0,691
7 0,728
Sudut Rotasi
Konsentrasi B b Sin
No. Optik
(gr ml-1) (lux) (lux) (B/b)
()
1 0,541 284,5 120 0,36 20,8
2 0,565 380 143,5 0,38 22,2
3 0,592 675,5 267,5 0,4 23,34
4 0,622 826,5 323 0,39 23,02
5 0,654 800,5 343 0,43 25,38
6 0,691 610,5 285 0,49 27,84
7 0,728 50 26 0,52 31,35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Konsen-
No. trasi Grafik intensitas terhadap sudut
(gr ml-1)
1 0,38
2 0,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3 0,42
4 0,44
5 0,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
6 0,48
7 0,50
70
Konsen-
No. trasi Grafik Elips
(gr ml-1)
1 0,38
2 0,4
3 0,42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
4 0,44
5 0,46
Sudut Rotasi
Konsentrasi B b
No. Sin (B/b) Optik
(gr ml-1) (lux) (lux)
()
1 0,38 71,5 18 0,25 14,59
2 0,4 93 27 0,29 16,88
3 0,42 95 29 0,3 17,78
4 0,44 88 31 0,35 20,63
5 0,46 82,5 30 0,36 21,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Hukum Malus
Fase grafik I1 = 3,11±0,05
Fase grafik I2 = 3,38±0,05
= (0,052 + 0,052)1/2
= 0,07 rad
= 4
Grafik Elips
B = 360,5 ± 23,5
b = 108,5 ± 15,5
misal b/B = x maka
2 2
∆𝐵 ∆b
∆𝜃 = sin−1 𝑥 +
𝐵 𝑏
2 2
−1
23,5 15,5
∆𝜃 = sin 0,3 +
360,5 108,5
Gradien grafik = 80 ± 8
α = m/l
= 80/1
=80 ml gr-1 dm-1
α = ((m/l)2)1/2
= ((8/1)2)1/2
= 8 ml gr-1 dm-1