SUPOSITORIA
Skripsi
r ISLAM
*mmvm\
Oleh
WIDIARTISUPRAPTI
99613075
JURUSAN FARMASI
JOGJAKARTA
2004
PENGARUH BASIS CAMPURAN PEG 4000 DAN PEG 400 TERHADAP
SUPOSITORIA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.F)
Oleh:
WIDIARTI SUPRAPTI
99613075
JURUSAN FARMASI
JOGJAKARTA
2004
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul
SUPOSITORIA
WIDIARTISUPRAPTI
99613075
Oleh:
WIDIARTI SUPRAPTI
99613075
Ketua Penguji,
Mj^t
Dra. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt
Mengetahui
Dekan Iakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
/^Q \ Unj/ersitas Islam Indonesia
graha,M.Si
>j [ \
in
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
Penulis
Widiarti Suprapti
IV
QK&S&G
fiesurja (H^Q^J^Myusfim )
Jlmu. \Xax. hacyufoaa binalan^ Wmon <W tu&Aan. aZallaJk lolli peruiifea^aaa.
OJeina modern, ia, not aJexwX 3oitva. vmal oVtwaa 3o. tijcwux mocWn. i& afbauX.
utiaeAA&andinti the, liAtc oj, Bawva VniricL . . . anxl Ha/Gina. the. auto, to to/he, the,
VI
"SeswiA,ggu.hiA,ya zkalatfcu, ibadakku, hidu-pku davv. matiku adalah
kartv^a Allah , TuhaiA, s>tru ztkaliaiA, alam. Tidak ada sefeutu bngi-
Sija^nya
vn
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim
vm
7. Mas Hartanto atas kebaikan dan kesabarannya membantu menyediakan
alat-alat laboratorium.
9. Niek, Dodo, Endah, Nizam, Ratna, Mindho, Ali, Zohir, Doyok, Pikri atas
11. Teman-teman kos Anjaweni: Ayu, Suli, Efi, Ulil, Mba Rini, Winarni, Erna
13. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
tidak disengaja dalam penulisan skripsi ini, semoga menjadi manfaat bagi kita
semua.
Amin...
A lhamdulillahirrobbil 'alamin
Penulis
IX
DAFTARISI
JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN iv
HALAMAN MOTTO v
DAFTAR ISI x
DAFTAR LAMPIRAN xv
INTISARI xvii
ABSTRAKSI xviii
BAB I. PENDAHULUAN 1
B. Perumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
A. Tinjauan Pustaka 4
1. Supositoria 4
4. Kpcepatan Pelarutan 15
5. Konsep Dissolution Efficiency 18
6. Pemerian Bahan 20
a. Natrium Salisi)a| 20
b. Polietilengljkpl 400 2}
c. Polietilenglikol 4000 22
B. Landasan Teori 22
C. Hipotesis 23
D. Jalan Penelitian 24
B. Jalannya Penelitian 26
C. Analisis Hasil 32
A. Keseragaman Bobot 33
B. Kekerasan Supositoria 34
XI
C. Waktu Melarut 37
L| TpcLebur 39
E. Displusi Supositoria 41
B- Sarp 4,7
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 52
Xll
DAFTAR TABEL
Tabel V Hasil uji waktu melarut supositoria natrium salisilat dengan berbagai
perbandingan persen PEG 400 37
Tabel VI Hasil uji titik lebur supositoria natrium salisilat dengan berbagai
perbandingan PEG 4000 dan PEG 400 39
Tabel VII Hasil uji DE 60 dan AUC supositoria natrium salisilat dengan
berbagai persen perbandingan PEG4000dan PEG400 50
Tabel VIII Hasil uji DE 60(%) titik lebur serta waktu melarut supositoria
natrium salisilat dengan berbagai macam % penambahan PEG 400..52
xui
DAFTAR GAMBAR
(Rosemann<iM,1981) 18
Gambar 2. Kurva hubungan antara prosentase zat terlarut dan waktu (t) 19
Gambar 7. Grafik dua fase antara kekerasan supositoria dengan PEG 400
Gambar 8. Grafik dua fase antara waktu melarut dengan PEG 400 dan
Gambar 9. Grafik dua fase antara titik lebur dengan PEG 400 dan
Gambar 11. Grafik dua fase antara DE 60(%) supositoria natrium salisilat
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3 Hasil uji waktu melarut supositoria natrium salisilat dengan berbagai
Lampiran 4 Hasil uji titik lebur supositoria natrium salisilat dengan berbagai
gelombang 526 nm 63
gelombang 526 nm 64
formula 1 68
xv
Lampiran 10 Perhitungan kadar natrium salisilat hasil uji "DE 60" untuk
formula II 71
Lampiran 11. Perhitungan kadar natrium salisilat hasil uji "DE60" untuk
formula III 73
formula V 77
Lampiran 17. Analisis variansi satu arah untuk waktu melarut (menit) dengan
Lampiran 18 Analisis variansi satu arah untuk titik lebur (°C) dengan
xvi
Lampiran 21 Certificate ofAnalyze natrium salisilatdari THE MERCK
(AlfaKimia) 94
xvu
INTISARI
Kata Kunci:
xvin
ABSTRACT
Research had been done about effect base mixed of PEG 4000 and PEG
400 which used sodium salicylate suppository in various proportions, there are
85%: 15%; 75%:25%; 65%:35%; 55 :45% and 45%:55% This research were
begun to know the influence of formulation suppository base of sodium salicylate
suppository on physical characteristic and to look for the best formula which
given best physical characteristic and given optimal dissolution rates. From 5
formulas we have a test for physical characteristic like uniformity weight
(deviation), hardness and brittleness test, melting time and melting point test in 5
replication. Fifth formula have uniform weight because their Coefficients
Variants (CV) were less from 5%. Hardness, melting point and melting time were
descending with addition percent PEG 400. Melting time for 5 formulas in range
37-46 second but in melting point test just formula V which have melting point
nearest body temperature 38,6 °C and the other formula have melting point over
the body temperature in range 41-48 °C. From dissolution rate test we used
"Dissolution Efficiency" method at 60 minute , in this test the dissolution rates
ascending with addition percent PEG400. Data from hardness test, melting point
test, melting time test and dissolution rate test we use statistic analysis with one
way anova with 95% confidence interval. Then we use correlations analysis too,
and there were a strong correlations between addition PEG 4000 and PEG 400 to
the physical characteristic and dissolution of sodium salicylate suppository. From
this research we found that formula V which has composition PEG 400 and PEG
4000 55% : 45% was the best formula because they have melting time at ±37,02
minute , have melting point nearest body temperature 38,6° C and have the
highest dissolution rates 92,17 % therefore drug absorption morerapid.
Key phrases :
xix
BAB I
PENDAHULUAN
Rektum dan usus besar mampu mengabsorpsi banyak obat yang dapat larut,
dan penggunaan obat secara rektal untuk maksud kerja sistemiknya lebih disukai
terutama untuk obat-obat yang tidak dapat diberikan secara oral apabila obat tersebut
dipengaruhi oleh mukosa pencernaan. Pemberian obat melalui rektum juga dapat
juga disarankan apabila cara oral terhalang oleh muntah atau bila pasien tidak sadar
atau tidak mampu menelan obat dengan baik (Lachman dkk, 1986). Obat yang
diabsorbsi melalui rektum tidak melewati hati sebelum masuk ke dalam sirkulasi
sistemik, suatu faktor yang penting apabila mengingat bahwa obat-obat cepat dirusak
pemberian obat melalui rektum tidak menyenangkan dan absorpsi obat seringkali
Untuk tipe basis supositoria yang larut dalam air, obat tersebut dilepaskan
ketika pembawanya melarut, maka garam yang larut dalam air merupakan salah satu
pilihan untuk mempercepat absorpsi obat. Sebagai contoh, untuk meningkatkan laju
absorpsi obat dari supositoria, efedrina sulfat, kinin klorida, barbital natrium serta
natrium salisilat akan lebih disukai daripada bentuk asam atau basanya. Beberapa
peneliti melaporkan absorpsi obat yang memadai dari supositoria. Enesco dan rekan-
1
rekan mengkaji perbandingan waktu absorpsi dari enam obat, yaitu natrium salisilat,
kloralhidrat, biru metilen, atropina dan morfina diabsorpsi melalui rektal lebih cepat,
dan secara terapetis levelnya lebih efektifdibandingkan dengan pemberian secara oral
Di dalam tubuh obat akan diabsorpsi dalam bentuk larutan oleh karena itu
obat harus dilepaskan terlebih dahulu dari bahan pembawa kemudian larut dalam
cairan tubuh. Dengan demikian pengujian kecepatan pelarutan sangat penting artinya
terutama untuk obat-obatan yang sukar larut. Kecepatan pelarutan obat selain
dipengaruhi oleh sifat fisik bahan obatnya juga dipengaruhi oleh formulasi sediaan
obatnya. Formulasi ini menyangkut kadar zat aktif, basis dan cara pembuatannya.
Supositoria basis PEG tidak melebur pada suhu tubuh , tetapi perlahan- lahan
melarut dalam cairan tubuh sehingga tidak perlu diformulasi supaya melebur pada
suhu tubuh serta memberi kemungkinan yang tepat bagi penyimpanannya diluar
lemari es dan tidak akan melunak bila terkena panas (Ansel, 1995)
Basis PEG melepaskan obat dari basisnya secara perlahan dan dengan mudah
larut dalam cairan rektum sehingga akan mempercepat proses difusi obat.
terutama basis polietilenglikol. Oleh karena itu penelitian mengenai sifat fisis dan
1. Bagaimanakah pengaruh penambahan basis larut air, PEG 4000 dan PEG 400
2. Pada konsentrasi campuran PEG 4000 dan PEG 400 berapa supositoria natrium
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh formulasi basis supositoria yang larut dalam air
(campuran basis PEG 4000 dan PEG 400) terhadap sifat fisik dan disolusi
2. Mencari formula terbaik yang memberikan sifat fisik dan disolusi yang optimal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Supositoria
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh, supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan
setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik (Anonim,
1995)
inchi). USP menetapkan beratnya 2 gram, untuk orang dewasa bila oleum cacao yang
digunakan sebagai basis. Supositoria untuk bayi dan anak-anak, ukuran dan beratnya
setengah dari ukuran dan berat untuk orang dewasa, bentuknya kira-kira seperti
pensil. Supositoria untuk vagina yang juga disebut pessarium biasanya berbentuk
bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 5 gram, apabila
basisnya oleum cacao. Supositoria untuk saluran urin disebut bougie bentuknya
ramping seperti pensil. Supositoria urin untuk pria bergaris tengah 3-6 mm dengan
panjang + 140 mm, apabila basisnya oleum cacao beratnya 4 gram. Supositoria urin
untuk wanita panjang dan beratnya setengah dari ukuran untuk pria,
panjang + 70 mm dan berat 2 gram apabila oleum cacao sebagai basis. Supositoria
untuk hidung dan untuk telinga disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk
sama dengan supositoria saluran urin tetapi lebih pendek, biasanya 32 mm (Ansel,
1995)
a. Efek lokal pada rektum, biasanya digunakan sebagai anestetik lokal seperti
b. Untuk mendorong pengosongan usus, obat laksatif seperti gliserol dan bisocadyl.
dibanding penggunaan obat secara oral, yaitu (Lowenthal dan Borzelleca, 1965):
d. Absorpsi melalui rektum lebih cepat dan lebih teratur dibanding dengan absorpsi
Variasi bobot pada supositoria dapat terjadi karena tidak konsistennya proses
1986)
2. Basis supositoria
dikandungnya dan oleh sebab itu pula tersedianya obat untuk diabsorpsi untuk efek
(Voigt, 1984):
a. Secara fisiologis netral (tidak menimbulkan rangsangan pada usus; hal ini
disebabkan oleh massa yang tidak fisiologis atau tengik, terlalu keras, juga oleh
d. Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (dengan demikian
e. Interval yang rendah antara titik lebur mengalir dengan titik lebur jernih (sangat
penting artinya bagi kemantapan bentuk dan juga daya penyimpananya khususnya
i. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan, pewarnaan,
pengerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik dan stabilitas yang
kimia dapat diramalkan jika komposisi formula yang tepat diketahui termasuk
Angka hidroksil merupakan suatu ukuran posisi yang tidak diesterifikasi pada
molekul-molekul gliserida dan mencerminkan kandungan monogliserida dan
digliserida suatu basis lemak Angka ini menunjukkan mg KOH yang akan
menetralisasi asam asetat yang digunakan untuk menetralisasi 1gram lemak.
e. Titik memadat
Harga ini meramalkan waktu yang dibutuhkan oleh basis untuk menjadi padat
bila basis tersebut didinginkan dalam cetakan. Jika interval antara kisaran
leleh dan titik memadatnya adalah 100 °C atau lebih, maka waktu yang
dibutuhkan untuk memadat dapat diperpendek dengan menambah pendiginan
sehinggaprosedur pembuatan lebih efisien.
f. Angka penyabunan
g. Angka iod
Angka ini menyatakan banyaknya gram iod yang bereaksi dengan 100 gram
lemak atau bahan lain yang tidak jenuh. Peruraian mungkin disebabkan oleh
lembab, asam-asam, dan oksigen (yang mengakibatkan ketengikan dalam
lemak) meningkat dengan harga yang tinggi.
h. Angka air
Jumlah gram air yang dapat dimasukkan dalam 100 gram lemak dinyatakan
dengan harga ini, angka air meningkat dengan adanya penambahan zat aktif
i. Angka asam
Angka asam yang rendah atau tidak adanya asam, penting untuk basis
lebih rumit, karena asam-asam bebas bereaksi dengan bahan-bahan lain dan
Basis-basis yang digunakan untuk efek lokal lambat melarut dan lambat
melepaskan obat, berbeda dengan basis yang digunakan untuk efek sistemik. Efek
lokal umumnya terjadi dalam waktu setengah jam sampai paling lama 4 jam
(Lachman dkk, 1986). Basis supositoria dibagi menurut sifat fisiknya ke dalam
kelompok (Ansel, 1995 ):
dinyatakan apa-apa. Minyak cokelat tidak berbahaya, lunak, dan tidak reaktif, serta
meleh pada suhu tubuh tetapi dapat menjadi tengik, meleleh pada udara panas,
10
menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat tertentu dan pemanasan yang terlalu
lama, terisomerisasi dengan titik leleh yang lebih rendah dan tidak dikehendaki
Gelatin gliserin dan polietilen glikol termasuk dalam kelompok basis yang
larut dan campur dalam air. Basis gelatin gliserin sering digunakan dalam pembuatan
supositoria vagina karena efek setempat yang cukup lama dari unsur obatnya. Basis
supositoria gelatin gliserin cenderung menyerap uap air, akibat sifat gliserin yang
higroskopis sehingga harus dilindungi dari udara lembab, supaya terjaga bentuk dan
konsistensi supositorianya. Supositoria ini jugamenunjukkan pengaruh dehidrasi dan
iritasi terhadap jaringan waktu penggunaannya. (Ansel, 1995)
Kelarutan yang baik dalam air disebabkan oleh adanya gugus alkoholik,
Kelarutannya baik dalam etanol , kloroform, aseton dan benzen , hampir tidak larut
(Aulton, 1991):
g. Stabil dalam iklim panas, tetapi stabilitas akan turun dengan adanya air
12
Kelompok basis lainnya termasuk campuran bahan bersifat seperti lemak dan
larut dalam air atau bercampur dengan air, mungkin berbentuk zat kimia atau
campuran fisika. Beberapa diantaranya berbentuk emulsi, umumnya dari tipe air
dalam minyak atau mungkin dapat menyebar dalam cairan berair, umunya
mempunyai titik leleh antara 39° C dan 45° C. salah satu dari basis ini adalah
polioksil 40 stearat suatu zat aktif yang digunakan dalam perdagangan (Ansel, 1969)
dalam mukosa rektal kemudian diabsorpsi oleh jaringan dan ditransfer ke dalam
sirkulasi darah. Tergantung pada absorpsi yang terjadi di dalam rektum obat tersebut
masuk ke dalam inferior, pertengahan atau vena superior hemoroid dimana vena
inferior paling dekat dengan anus. Obat-obat yang dibawa oleh vena inferior tengah
secara langsung dibawa ke sirkulasi melalui vena cava inferior dan melewati hati,
dimana obat tersebut berada dalam vena superior (dan di dalam darah dari usus besar
pada pemberian obat secara oral). Obat-obat dari supositoria sebagian besar ditransfer
oleh vena hemoroid inferior serta vena tengah, berarti pemberian obat melalui rektal
menghindari degradasi obat oleh hati dan juga dapat menghindari kerusakan hati
Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih
kecil daripada obat yang dipakai secara oral, tergantung kepada faktor-faktor seperti
keadaan tubuh pasien, sifat fisika kimia obat dan kemampuan obat melewati
penghalang fisiologi untuk absorpsi dan sifat basis supositoria serta kemampuannya
melepaskan obat supaya siap untuk diabsorpsi (Ansel, 1995)
a. Faktor Fisiologi
Rektum manusia panjangnya + 15-20 cm, pada waktu isi kolon kosong,
1) Kandungan kolon
Apabila diinginkan efek sistemik maka absorpsi akan lebih banyak terjadi
2) Jalur sirkulasi
tidak ada, maka obat yang digunakan lazimnya tidak berubah oleh
lingkungan kimia.
dalam lemak dan air serta ukuran partikel dari obat yang menyebar. Faktor
melarut pada suhu tubuh, kemampuannya melepaskan bahan obat dan sifat
1) Kelarutan lemak-air
obat dari basis tersebut. Suatu lipofilik yang terdapat dalam suatu basis
dibandingkan bila ada bahan hidrofilik pada basis berlemak, dalam batas-
rektum, melepaskan untuk diabsorpsi baik obat yang larut dalam air
2) Ukuran partikel
Obat dalam supositoria yang tidak larut maka ukuran partikelnya akan
semakin kecil ukuran partikel maka semakin mudah larut dan semakin
3) Sifat basis
dengan obat ketika dilepas, maka absorpsi obat akan terganggu atau malah
4. Kecepatan pelarutan
tubuh dikontrol oleh sifat fisika kimia dari obat dan bentuk yang diberikan, serta
sifat-sifat fisika kimia dan fisiologis dari sistem biologis. Lepasnya suatu obat dari
satuan waktu. Hukum yang mendasarinya telah ditemukan oleh Noyes-Whitney dan
Pada saat melarutnya zat padat disekelilingnya akan terbentuk lapisan tipis
dari larutan jenuhnya kemudian akan terjadi difusi ke bagian sisa larutan di
sekitarnya. Dengan pertimbangan hambatan proses difusi ini dalam melarut maka
dc DF.^ ^
1,-lT^-^ <2>
V : volume larutan
Pokok dari fenomena transfer massa yang diterapkan dalam bidang farmasi
adalah disolusi obat dari tablet atau granul,pelepasan bahan obat dari basis salep atau
supositoria serta permeasi dan distribusi molekul obat dalam jaringan hidup.
Disintegrasi, deagragasi, dan disolusi bisa beriangsung secara serentak dengan
melepasnya suatu obat dimana obat tersebut diberikan (Martin dkk, 1993)
Cara yang digunakan untuk uji kecepatan pelepasan obat dari supositoria
secara in vitro dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe umum (Rosemann dkk, 1981):
b. Terdiri dari alat disolusi yang menggunakan basket berupa jala dari kawat
c. Terdiri dari chamber (kamar) untuk sampel yang dipisahkan dari penampung
d. Seperti pada tipe no. 3 tetapi pemisahnya berupa tabung dialisis untuk
supositoria.
-. <-"
•> •"
1. 2. '-' -1
1 •"!
CD- O Js>
8EAKER BASKET
A
4.
Untuk mengungkapkan hasil uji kelarutan dapat digunakan antara lain dengan
a. Cara sederhana yang dapat menunjukkan jumlah zat aktif ( % ) yang terlarut
pada waktu tertentu, yang kemudian dikenal dengan T-20, T-50, T-90 % dan
seterusnya. Cara ini hanya menyebutkan 1 titik saja, maka proses yang terjadi
b. Dissolution Efficiency (DE) yang diungkapkan oleh Khan dan Rhodes yang
antara luas daerah di bawah kurva kecepatan pelarutan pada waktu t dengan
luas daerah empat persegi panjang yang menunjukkan 100% zat aktif terlarut
% zat terlarut
A R
0 t (waktu)
Gambar 2. Kurva hubungan antara prosentase zat terlarut dan waktu (t)
JYdt
DE t(%) = -^ ;cl00%
Yioot (4)
JYdt =luas ABC, yaitu luas daerah di bawah kurva disolusi zat aktif dalam
0
waktu t
Yioo t = luas segiempat ABC'D yang merupakan hasil perkalian antara % zat
19
20
1975):
percobaan in-vivo.
6. Pemerian Bahan
Bahan aktif yang digunakan adalah natrium salisilat yang mempunyai aksi
a. Natrium Salisilat
lebih dari 100,5 % C7HNa03 dihitung terhadap zat anhidrat merupakan serbuk
mikrohablur atau amorf atau keping , tidak berwarna, atau merah muda
lemah; tidak berbau atau bau khas lemah, dan dipengaruhi cahaya. Larutan
segar (1 dalam 10) bereaksi netral atau asam terhadap kertas lakmus.
dalam 4 ml gliserin, sangat larut dalam air mendidih dan dalam alkohol
mendidih; dan praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. Dosis 300 mg
21
analgetikum.
viskositas sampai terbentuk gel pada konsentrasi salisilat yang tinggi. Efeknya
COONa
b. Polietilenglikol 400
8,2 dan 9,1. Berupa cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak
berwarna; bau khas lemah; agak higroskopik. Suhu beku 4 - 8 °C. Kelarutan
dalam air, dalam etanol, dalam aseton, dalam glikol lain dan dalam
hidrokarbon aromatik; praktis tidak larut dalam eter dan dalam hidrokarbon
c. Polietilenglikol 4000
harga n antara 68-84, merupakan serbuk licin putih atau potongan putih
dalam air, dalam etanol (95 %) P dan dalam kloroform P; praktis tidak larut
B. Landasan Teori
Natrium salisilat merupakan turunan dari asam salisilat yang mempunyai aksi
analgesik antipiretik, antiinflamasi yang sering disebut sebagai analgetik non narkotik
secara oral dapat menyebabkan iritasi pada lambung untuk menghindarinya dapat
diberikan secara rektal. Supositoria natrium salisilat mempunyai efek lokal untuk
23
penyebab penyakit.
Kombinasi basis PEG 4000 dan PEG 400 dilakukan untuk mendapatkan titk
lebur yang sesuai dengan suhu tubuh serta untuk mendapatkan waktu melarut sesuai
yang diinginkan. Basis PEG merupakan pilihan tepat untuk efek lokal karena lambat
melarut dan melepaskan obat sehingga dapat memperpanjang durasi. Oleh karena itu
perlu adanya penelitian dengan mengkombinasikan PEG 400 dengan PEG 4000
untuk supositoria natrium salisilat sehingga akan dihasilkan supositoria dengan sifat-
C. Hipotesis
Penggunaan basis supositoria larut air campuran PEG 4000 dan PEG 400
khususnya waktu lebur dan waktu leleh supositoria dan juga akan mempengaruhi
D. Jalan Penelitian
Pengujian suppositoria
Analisis hasil
Kesimpulan
CARA PENELITIAN
seperangkat alat uji titik lebur ( Pipa "U" dengan diameter 0,8 cm),
spektrofotometer UV VIS (Genesys 10), stopwatch, penangas air, termostat,
25
26
B. Jalannya Penelitian
Cara Percobaan :
Tabel II. Formula supositoria natrium salisilat dengan berbagai perbandingan PEG
4000 dan PEG 400
Formula
I II III IV V
Keterangan
Pembuatan :
a. PEG 4000 dan PEG 400 dilelehkan diatas penangas air, diaduk sampai
homogen.
b. Dicampur dalam mortir hangat natrium salisilat dan campuran PEG sambil
dalam cetakan.
supositoria
berat 3 gram.
c. Diberi beban awal 600 gram dan pada saat yang bersamaan stopwatch
dihidupkan.
d. Beban 200 gram ditambahkan pada setiap interval waktu 1 menit selama
37°C(±0,5°C)
28
29
c. Supositoria dimasukkan dalam bagian spiral alat batang kaca diatur hingga
menyentuh supositoria.
d. Bagian alat dimasukkan ke dalam tabung untuk air mengalir, sehingga skala
f. Stopwacth dihentikan jika tidak terlihat lagi bagian supositoria yang berada
bu paction*
aaihykfti
a. Disiapkan alat untuk uji titik lebur supositoria dengan menggunakan pipa "U"
menggunakan heater.
d. Temperatur dicatat pada saat massa supositoria di dalam pipa "U" mulai leleh
sampai tanda. Larutan stok ini diambil 1 ml, dimasukkan ke dalam labu takar
sampai tanda. Larutan ini diambil 5 macam seri kadar, yaitu : 30,00 pg/ml,
40,00 ug/ml, 50,00 pg/ml, 60,00 pg/ml dan 70,00 jjg/ml, lalu ditambah FeCl3
1% masing-masing 1 ml, setelah itu serapan dibaca pada panjang gelombang
maksimal yaitu 526 nm lalu dibuat kurva sehingga didapat persamaan garis.
formula.
2). Sebuah supositoria dimasukkan ke dalam labu Poole yang telah diisi air
3). Alat disolusi diatur kecepatannya 100 rpm kemudian diatur waktu
pengambilan sampelnya.
4). Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 20, 30, 45 dan 60
C. Analisis Hasil
Keseragaman bobot dapat diketahui dengan cara menghitung CV. Untuk data
titik lebur, waktu melarut dan waktu hancur dianalisis dengan anova satu arah dan
apabila nilai probabilitasnya > 0,05 maka dilanjutkan dengan uji T. Hasil uji disolusi
harga DE dibandingkan dengan menggunakan uji anova satu arah dan dilanjutkan
dengan uji T apabila nilai probabilitasnya > 0,05. Hubungan persen basis dengan sifat
fisik dan disolusi supositoria natrium salisilat dapat diketahui dengan analisis
menggunakan korelasi.
BAB IV
Polietilenglikol merupakan polimer yang larut dalam air yang biasa digunakan
sebagai penyalut, basis salep dan sebagai basis supositoria. Polietilenglikol
mempunyai berat molekul yang bermacam-macam sehingga dalam penggunaannya
sebagai basis supositoria kombinasi dengan persen yang berbeda-beda akan
menghasilkan sifat-sifat fisik yang berbeda, misalnya kelarutannya dalam air, titik
lebur serta kekerasannya.
A. Keseragaman Bobot
melebihi dari 5 %. Pada tabel III dapat dilihat bahwa keseragaman bobot supositoria
dalam berbagai formula mempunyai nilai CV kurang dari 5 % oleh karena itu kelima
Dari kelima formula yang mempunyai nilai CV yang paling kecil adalah
formula V sedangkan yang mempunyai nilai CV yang paling besar adalah formula II.
Variasi bobot supositoria dapat disebabkan pada saat formulasi pencampuran bahan
obat dan pada saat penuangan. Kemudian pada saat membuka dan mengambil
33
34
Tabel III. Data bobot rata-rata supositoria natrium salisilat serta CV dalam berbagai
macam perbandingan persen PEG 400 dan PEG 4000
Keterangan
Supositoria yang dihasilkan mempunyai bobot rata-rata > 3 gram, hal ini
disebabkan karena saat formulasi penimbangan basis dan zat aktif dilebihkan 1/3-nya.
B. Kekerasan Supositoria
wujudnya berupa padatan sehingga untuk campuran basis PEG 4000 dan PEG 400
maka apabila persen PEG 4000 semakin besar akan mengakibatkan supositoria
Tabel IV. Hasil uji kekerasan supositoria natrium salisilat dengan berbagai persen
perbandingan PEG 4000 dan PEG 400
Uji kekerasan dilakukan pada suhu kamar, dari kelima formula tersebut dapat
kita lihat bahwa formula I yang mengandung PEG 4000 paling besar persentasenya
merupakan supositoria yang paling keras hal ini berarti massa supositoria pada
tingkat kekerasannya pada formula II, III, IV dan V seiring dengan semakin kecilnya
10-r t 10
^J> -—*
E 9 9 -
0) 0)
-A
5 8 I- ^- - 8 S
c
(0
0>
7"
—-AC
^*~~~~~~~^ 7 S
(0
2 A: * 6 2
R
0) a>
5~
* *
4
15 25 35 45 55 65 75 85
Gambar 7. Grafik dua fase antara kekerasan supositoria dengan PEG 400 dalam PEG
4000 (% berat)
36
Pada gambar 7 dapat kita lihat jelas bahwa semakin besar persen PEG 400
maka kekerasan supositoria natrium salisilat semakin menurun. Pada saat pembuatan
supositoria basis polietilenglikol massa cair harus dibiarkan menjadi dingin sampai
mendekati titik beku sebelum dituang ke dalam cetakan, kalau tidak, supositoria yang
probabilitasnya 0,342 (>0,05) berarti kelima varian yang diuji homogen sehingga
anova bisa dilanjutkan kemudian dilanjutkan dengan uji T dengan taraf kepercayaan
95% antar formula mempunyai nilai probabilitas 0,000 < 0,05 ini berarti perbedaan
rata-rata antar formula signifikan, benar-benar berbeda secara nyata. Jika data
dianalisis menggunakan korelasi maka terdapat korelasi yang kuat antara kekerasan
supositoria natrium salisilat dengan persen PEG 400 dan PEG 4000 karena
mempunyai nilai probabilitas < 0,05 yaitu 0,00. Dapat dilihat hubungannya bahwa
semakin tinggi persen PEG 400 maka kekerasan supositoria akan menurun (Pearson
Correlation nilainya negatif ) sedangkan semakin tinggi persen PEG 4000 maka
C. Waktu Melarut
Uji waktu melarut untuk supositoria adalah untuk menetapkan waktu melarut
atau menjadi lunaknya suatu sediaan supositoria dalam wadah yang ditetapkan
apabila dimasukkan ke dalam suatu cairan media pada kondisi percobaan yang
Tabel V. Hasil uji waktu melarut supositoria natrium salisilat dengan berbagai
perbandingan persen PEG 400
Waktu untuk melarut pada supositoria rektal adalah 3-7 menit untuk basis
theobroma oil, 30-40 menit untuk gliserin-gelatin, 30-50 menit untuk polietilenglikol
(Parrott, 1971). PEG 400 mempunyai wujud cair dengan kekentalan 6,8 cp- 8,0 cp
pada suhu 210 °F sedangkan PEG 4000 berwujud padat dengan kekentalan
76 cp - 110 cp pada suhu yang sama (Anonim, 1975). Oleh karena itu PEG 400
mempunyai kelarutan yang lebih besar yaitu 100% daripada PEG 4000 yang
mempunyai kelarutan dalam air 62% sehingga PEG 400 lebih berpengaruh pada
waktu melarut. Pada formula I yang mempunyai persentase PEG paling kecil
formula yang lain, sedangkan formula V membutuhkan waktu yang paling sedikit
38
untuk larut dalam media karena formula V mempunyai persentase PEG 400 paling
tinggi yaitu 55%. Waktu melarut supositoria natrium salisilat dengan berbagi persen
perbandingan PEG 400 dapat lebih jelas terlihat dalam gambar 8 bahwa dengan
semakin tingginya persentase PEG 400 maka waktu melarut semakin menurun.
50 r 50 —
*•* **
E 40 - ^
Jp———
-*-—-~~~ _ 40 I
——it
S s
» *
30 30 ~
3
k* W
20 20 %
E E
4-*
3 10 10 3
5
10
0 II II II II • !I II iI
0 |
15 25 35 45 55 65 75 85
Gambar 8. Grafik dua fase antara waktu melarut dengan PEG 400 dalam PEG 4000
{% berat)
Pada penelitian ini kelima formula supositoria yang ada semuanya memenuhi
persyaratan waktu untuk melarut menurut Parrott, yaitu bahwa supositoria dengan
basis larut air harus larut dalam waktu 30-50 menit. Waktu melarut paling lama
adalah pada formula I dengan % PEG 400 sebanyak 15% yaitu +44,86 menit
sedangkan waktu melarut paling kecil adalah +37,02 menit pada formula V yang
Data waktu melarut jika dihitung secara statistik menggunakan anova terlihat
bahwa kelima formula yang diuji adalah homogen, sehingga dapat dilanjutkan uji T
39
dengan taraf kepercayaan 95%. Pada uji T ini didapatkan hasil bahwa waktu melarut
apakah ada hubungan atau tidak antara persentase PEG 4000 dan PEG 400 dengan
waktu melarut digunakan analisis korelasi, dan dari analisis ini didapatkan bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara persen PEG 4000 dan PEG 400 dengan waktu
melarut supositoria natrium salisilat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas
yang kecil. Semakin tinggi persen PEG 400 maka waktu melarut semakin cepat
namun sebaliknya jika persen PEG 4000 semakin tinggi maka waktu melarut
D. Titik Lebur
PEG 4000 mempunyai kepadatan yang lebih besar dan titik lebur yang lebih
tinggi yaitu 50-56 °C daripada PEG 400 yang mempunyai titik beku pada 4-8 °C.
Oleh karena itu semakin besar persen PEG 400 yang mempunyai titik lebur lebih
Tabel VI. Hasil uji titik lebur supositoria natrium salisilat dengan berbagai
perbandingan PEG 400
Hasil uji menunjukkan pada persen PEG 400 yang paling kecil 15%
menghasilkan titik lebur yang paling tinggi yaitu 47,0 °C selanjutnya titik lebur akan
menurun seiring dengan penambahan persen PEG 400 sehingga pada persen PEG 400
sebanyak 55% supositoria mempunyai titik lebur paling rendah, yaitu ±38,6 °C. Jika
obat lamt dalam basis maka hal ini juga akan menurunkan titik lebur basis, sehingga
hams dipilih basis yang mempunyai titik lebur lebih dari 36-37 °C (Attwood dan
Florence, 1981)
Pada supositoria dituntut bahwa sediaan ini hams melebur pada suhu tubuh
yaitu 36,5 °C , namun lebih baik 1-2 °C dibawahnya (Voigt,1995). Dari hasil uji titik
lebur ini formula V yang menunjukkan titik lebur paling mendekati pada suhu tubuh,
yaitu pada persen PEG 400 sebanyak 55% dengan titik lebur 38,6 °C.
50 r 50
o
40 40 S
3 30 30 *£
_l 20 20 ^
10 10 £
0 -- un
15 25 35 45 55 65 75 85
Gambar 9. Grafik dua fase antara titik lebur dengan PEG 400 dalam persen PEG
4000 (% berat)
41
perubahan area antarmuka pada medium disolusi. Oleh karena kecepatan pelepasan
tergantung pada area antarmuka maka keadaan yang bembah-ubah ini akan
menjadikan reprodusibilitas yang rendah (Roseman dkk,\9&\)
Pada penelitian ini untuk menentukan disolusi obat dari supositoria perlu
dilakukan penetapan panjang gelombang untuk natrium salisilat, dari hasil scanning
pada panjang gelombang 450-550 nm didapat panjang gelombang dengan absorbansi
42
yang tertinggi adalah pada panjang gelombang 526 nm. Panjang gelombang inilah
yang disebut sebagai panjang gelombang maksimal. Setelah didapat panjang
gelombang maksimal dibuat kurva baku dengan menggunakan lamtan baku kerja
natrium salisilat dengan berbagai macam seri kadar yang diamati pada panjang
gelombang 526 nm dengan menggunakan spektrofotometer . Dari pembuatan kurva
baku ini didapatkan slope = 0,005 , intercept = 0,120 dan r = 1,000 yang akan
dimasukkan ke dalam persamaan y= bx + a sehingga persamaannya menjadi y =
0,005x +0,120. Persamaan inilah yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan DE
60.
Tabel VII. Hasil uji DE 60 supositoria natrium salisilat dengan berbagai persen
perbandingan PEG4000 danPEG 400
tertinggi kemudian diikuti formula IV, III, II dan I. Hal ini akan semakin jelas dilihat
taerdisotlu OCOO
pada gambar 10 dan gambar 11.
120
—♦—formula 1
-•-formula 2
w 60 formula 3
CO
10 -*-formula 4
| 40 - * - formula 5
*i_
+•*
CO
Z 20
CO
T3
CO
* o. • 1 1 1 1 1 1 1
c) 5 10 15 20 30 45 60
waktu (menit)
PEG 400 mempunyai kelamtan yang lebih baik di dalam air daripada PEG
4000 sehingga dalam kombinasi basis supositoria apabila jumlah persen PEG 400
semakin banyak maka akan semakin cepat lamt. PEG 400 juga mempunyai titik lebur
karena itu penambahan PEG 400 yang lebih berpengaruh untuk mempercepat
kelamtan obat. DE 60 menunjukkan besar zat aktif yang terdisolusi di dalam medium
44
pada waktu 60 menit. Pada berbagai macam perbandingan PEG 4000 dan PEG 400
supositoria natrium salisilat mempunyai nilai lebih dari 80%. Pada formula I dengan
kandungan PEG 400 15% mempunyai nilai DE 60 terkecil, yaitu 81,92% dan nilai
DE 60 tertinggi pada formula V yang memiliki persen PEG 400 paling tinggi, 55%
yaitu 92,17%.
- 100
100 1
95 -
- 95
-. 90, 90 r
o
to
g
85
80 : V—_- * *- 4 -
85
80
g
g
75 i 75
70 - I 70
15 25 35 45 55 65 75 85
Gambar 11. Grafik dua fase antara DE 60 supositoria natrium salisilat dengan persen
Pada tabel VIII dapat kita lihat dengan jelas bahwa titik lebur yang semakin
semakin meningkat. Supositoria dengan kombinasi basis dengan berat molekul yang
rendah akan semakin cepat meleleh dengan demikian kelamtan obat akan memngkat
namun perlu pemilihan serta kombinasi basis yang tepat, meskipun cepat melamt
Tabel VIII. Hasil uji DE 60( %), titik lebur serta waktu melamt supositoria natrium
salisilat dengan berbagai macam %penambahan PEG 400
Data hasil uji kelamtan (DE 60) dihitung secara statistik menggunakan anova
dengan taraf kepercayaan 95% makadiperoleh nilai probabilitas padaLevene Test >
0,05, yaitu 0,082, sehingga memenuhi syarat untuk uji anova selanjutnya. Terlihat
bahwa nilai F hitung pada anova adalah 5,29 dengan probabilitas < 0,05 yaitu 0,003,
maka berarti kelima formula tersebut memang berbeda secara nyata. Pada uji T
mempunyai nilai probabilitas yang berbeda-beda, tetapi dari rata-rata pada antar
formula pada uji T menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula.
dengan persen PEG 400 dan PEG 4000 karena mempunyai nilai probabilitas < 0,05
yaitu 0,001. Pada analisis menggunakan korelasi dapat dilihat bahwa semakin tinggi
persen PEG 400 maka harga DE 60 juga semakin tinggi ( Pearson Correlation
bernilai positif) sedangkan apabila persen PEG 4000 semakin tinggi maka nilai DE
60 rendah {Pearson Correlations bernilai negatif). Dari analisis ini dapat dilihat juga
bahwa apabila kekerasan supositoria semakin tinggi maka nilai DE 60 semakin kecil
46
demikian juga semakin tinggi titik lebur dan semakin lama waktu melamtnya maka
efisiensi disolusi, misalnya pada saat penuangan ke dalam cetakan pada saat
mendekati titik bekusehingga tidak akan terjadi lubang atau celah yangmenyebabkan
masuknya medium disolusi, air, yang akan memperluas kontak antar muka. Suhu
berpengamh pada penyebaran zat aktif yang terlamt, pada viskositas apabilasemakin
kental masa supositoria maka waktu melamt semakin lama, kombinasi basis
Ansel H.C, 1995, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, Lea & Febiger
Philadelphia, 339-352.
Khan , K. A., Rhodes, C. T., 1975, The Concept ofDissolution Efficiency, J. Pharm.
Pharmac, 27, 48-49.
Lachman . L., Liebermann. H.A., Kanig. J.L., 1986, The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, Lea & Febiger Philadelphia, 1148-1151.
Lowenthal, W., Borzelleca, JF., 1966, Drug Absorption from the Rectum I,J. Pharm.
Sci, 54, 1791-1794.
Martin A., Swarbick, J., Cammarata A., 1993, Physical Pharmacy, Physical
Chemical Principles in the Pharmaceutical Science, Lea & Febiger
Philadelphia, 827-832.
Martindale, 1999, The Complete Drug Reference, Thirty second Edition, Edited By
Kathleen Parfit, BSc, FR Phars., Pharmaceutical Press, USA, 85.
50
Parrot E.L., 1971, Salicylate Absorption from Rectal Suppositories, J. Pharm. Sci, 60,
867-872.
c
s 2x
^
o *•"'
£
h4 c
00 so so loo 00 t-- m so so «n
o
1
© o ©I© © © © © © ©
i 1 i •
in ffl W
m s s S s s s s CN s s OS
CN
00 CNJ 00
m CN
3 CN
"3- Os OS OS o -— <—1 CO OS
© © o © CO CN ^— "3- ^ SO so
1
© © © © © © © o SO CO
s ©
©' d
o
s ©
©
©
©
o
©
©
©
©
©
©
CO
o
co
—
©
m
m
© ©
T3
o ©
co <n co in 00 CO CN
? o
©
©
©
o
©
©
©
s© ©
©
©
©
©
©
©
o
O
o ©
3 CO CO CO CO CO
•
CO CO CO CO CO ©' '
C/l CO
Ctfl X cS
E ^
3 C <=> X oo U
CN CO "3- in so r^ oo Os o
O E
c
OS SO in <n SO 00 so so m
CO in CN © © CN so o 00 >n
© © CN OS CO m oo CO
m w
CO CO
©
©
© © CN so
©
©
in
CN s © <n
© © O OS m © SO © ©
© d
g © © © SO © CO ©' ©'
OS OS OS Os Os Os © OS OS "* >n
5 in © CO oo 00 Os OS so *—1 r^
"n >n © o in m © SO m ^ ^ ^ r-~ oo
© © © © © © © O r^ r-
©' r-~ m
© © ©' © © d © © d ©' CO CO
o CN
O CN
s
so CN 00 co m OS CN CN Os
§ m Os Os OS co Os
**;
00
i
m CO CN co
co co
CO co CO CO co co co CO
co
nj
X «o
§ E *-
S ^ X oo O
CN CO •* m SO r- oo Os ©
o E
>->
so SO SO so so SO SO so oo so
©
i
©
1
©
i
©
i
©
1
©
i
p ©
•
©
•
©
i
©
so W w W W
in s s s s s s s OS
SO rt- CN SO CN SO
3 CO 00 00 OS CO
OS Os OS Os CN © — —
"3- SO
CN CN co CN © CN OS <— m m CO CN
© © © © © O © © © © o © CN CO
© © © © © © © © o © o © CN ^
©
©
© ©' ©' © © ©' © ©' © d d co CO
© o
s © O
00 00 CN CO m CO
o © o © © © © © © o >n
© © p © o o o © © o o
3 CO CO co co CO CO CO CO CO co ©
CO CN
U X oj
E •- Q >
3 ^ X oo u
CN CO "3- m so (•«• 00 Os o
o £
3
—
CN OS SO CO <n so so co SO SO
r» © >n o r- o © rt oo © sO
rt *—i CN r^ m 1 •>+ in t—i r--
© CO CN i—i © W ffl CO •* r-« oo
© © © © o ^-* Os © © © ^1-
© © © oo 00 © © © ©
rS r—1
3 © © o CN CN © © o © 0s-
r- r^ CO CO l-» CO r^- r- r- CO Tf o t-~ r^ -H oo
i—< in o ^H wo m l-H 00 r~~ •* CN ~ t-- r- SO CN
CN in in "<+ r>- © © m so oo SO ** *t co oo
© © © © © O © o © <n r^ oo
<—'
co n © OS
o © © © o © © © © © o CO CO
©
CN
T3
so CN 00 Os CN CO so Os 00 CN r^
CN OS Os oo t^- <n rr 00 CN CO r--
t- 3 CO CN •«*• co CN co CO CN
CO
rr <3-
3 CO CO co co CO CO CO CO CO CO II II II
I <u co
x>
<D
C/3 X £
^-4
X 3
£ SX
^ oo U
—
CN CO ^r m so r~ oo Os © _
s o rt
E
3 —)
so SO 00 m m SO so SO SO m
© © © © © © © © © o ©
• i 1 1 1 1
W W W W W w w w w w
in tj- ti- Tl- CN CN tj- Tf Tl- Tl- Tj" so
oo oo © O 00 00 oo CN
CN so
T3 tt' Tf c«-' CO
CN 00 CN CN CN CN 00 00 oo 00 CN o 00 00 co CO
CN CN © CO CO CN CN CN © CN ,—1 ti- Tt- m OS
© O o © o © © © © © o © © CN 1—1
O © © © o o © © © © o o TT
© o
d ©' d d ©' ©' d ©' © oo
© ©• CO CO
©
t-- CN in oo 00 CN CN Tf- co 00
•a o
©
©
©
©
©
o
o
©
©
©
o
©
©
©
©
©
o
o
©
Ti-
o
3 CO CO co CO co CO CO co co co d
c/l CO
C/3 x =s
JZ •#.
£ u
3 ^ X oo U
CN co Tl- m SO c^ 00 Os o
O
3
£
SO <n CN CN CN CN so CN CN «n ^_
© © 00 >n OS CN © © m o ©
•
1—t sO OS Ti ro r^- oo CN
w W o CN © ro © © in W Tf
in CN © © o © © © o CN
CN CN o © o © © © o CN ©
g so n- o © o © © © © Tl" ©
m in m in in m in in wo in ^^
© >n in CN r^
CN so CO i-* ^^ oo r» so SO SO OS ^H ro ro CN m
© © ^-« m CO uo i—i
CN r» O CN i-» t^- r» T—<
© © o o © © o © © © in OS i—t
d in
ro
o © o o o © o O © © ro ro ,—H.
©
T3
so t^ so m CN CN SO so i^ 00 m
r- so in fN Tl" CO in Os m ro
CO
y m m
CO
SO in SO in Ti
CO
r-
3 co co CO CO ro co ro in II II
« ro
a Xt
«
m x «s
§ T—t
E *-
X 3 ^ X oo U
,—i CN CO Tr in SO t^ oo Os © __
a o r—I
F
H-l 3 *->
58
Lampiran 2. Hasil uji kekerasan dan kerapuhan supositoria natrium salisilat dengan
Formula I
Formula II
Formula III
Lanjutan lampiran 2
Formula IV
Formula V
Lampiran 7. Data absorbansi kurva baku natrium salisilat pada panjang gelombang
526 nm.
1 30.00 0.269
2 40.00 0.318
3 50.00 0.371
4 60.00 0.416
5 70.00 0.467
Curve Fit = Linear
Slope 0.005
Intercept 0.120
Std Dev 0.002
*Corr Coeff 1.000
Tf 60
SO © © o m © © © © O O © m © o © © O © ©
u in
Cu
© © © ©
Cu Cm
JO
o in CN co CO © so 00 CN 00 SO Tf SO oo Tf oo Os CN Os
in Os CO oo 00 Os oo in O Tf CN ro 00 in CN © CN 00 O
CO Tf Tf m in m m Tf Tf Tf m m «n so Tf Tf "n in m SO SO
e>o © ©' © ©' d ©' © © d ©' ©' © ©' ©' © © © © d ©' ©
Tf o © © © © o o Tf © © © © o o © Tf O o © © © © ©
CU cu
cS
cS
CO OO o in CN CO o Tf CO SO Os SO Tf o CN oo CN
3,
Tf © t> CN CO 00 Os CO CO m 00 o Os Tf ro m Tf SO o o CN
Tf Tf m >n m m m CO Tf m m m SO in Tf Tf in m SO SO SO
>- >-
© © ©' © © © © o' d © © d © © © ©' © © © d ©
i
CO © © © © © o © CO o © © © o o o ro © o © © o © ©
CU Oh Cu
CN m CN 00 Os OS r- SO Tf SO Os o Tf Tf Tf in CN © Tf
cS oo Os CN oo CO Tf 00 © m OS OS ro ro CN ro Os
CO oo co SO CO
8 Tf Tf Tf in m m Tf Tf Tf m in m m Tf Tf Tf m in m SO
co
>-
cS d ©' ©' ©' d © © d © © © © © © © © d © © d ©'
CN © © © © © © © CN o o © © o © o CN © © © © © © ©
O Cu CU Cm
3,
3
on
Os OS CO © OS Tf oo CN so Tf 00 CN 00 so in so Tf ©
CN CN CN m in SO 00 CN ^—* CO CN CO SO O OS CN ro in CN m ©
Tf *n Tf Tf m m in SO m Tf Tf Tf in in m so
m m m m m
>- >
©' © ©' ©' © © © ©' ©' © © d © © ©' © d © © ©' o"
O
•s o o © © © o © © © o o o o o o O © © o o O
CO
S CU eu
so
CN
Q in
OS CN o CN so CN so Tf o CN Tf so ro Os m in
Os OS CO Os OO OS so >n Tf 00 OS © Os Tf Tf «n ro Os ©
^ CO
d
CO
d
Tf Tf in m
©' ©' ©'
m
© d
Tf Tf Tf
d © ©
m
©
>n
©' d
m SO
©
? ro
©'
Tf Tf Tf >n
© © © ©'
m
©
so
©'
CS cS CS
3 *-i 3 3
a, •i—f
'3 o OS © o o 3 O OS © © in © 8 © OS © o m o
i o
E
m
CN CO Tf so o
(U
E
in
CN ro Tf so o
PL
OJ
E
>n
CN ro Tf SO
PL PL
m
so in © © o © © © o in © © © © O © o
Cu CU
ro OS 00 00 CN CN 00 00 © o © oo m
m CN 00 CN oo CN CO in so o ro r- so Tf
Tf Tf Tf m m SO SO Tf m m so SO SO SO
>< >-
d d © © © © d © © © © © © ©'
Tf o © o © o O o Tf © © © © o © ©
|Cu Cu
© 00 CN OS m CO Os so 00 r-
Tf m 00 OS OS m 00 co 00 CN oo ro SO 00
i
Tf
d
Tf Tf
© ©
Tf
©
>n
©
m
d
so
©'
? Tf Tf
© ©
in
©
in
©
so
©
so so
© ©
ro © © © o © o © co © © © © O © ©
Cu Cu
00 o m in so Tf so m © Os © 00
ro ro SO SO © Tf OS CO CO in CN m 00 © CN
Tf Tf Tf m in m so Tf in m m in SO SO
>-
d © © © ©' d © © © © © © ©' d
CN © o © o © o © CN © © o o © © o
Cu Cu
oo © r- SO Os CO so CO © so 00 © 00
CN CN 00 in r- CN CN CN so © © ro CN Tf
Tf Tf m m <n SO so Tf Tf m m m SO SO
d © © ©' © © © © © © © d © ©
© © o © o O o o o © © o © ©
CU Cu
cS
>-,
O. CN m CN © Tf CO OS ro Os CN Tf CN Tf
3 Tf Tf so *—4 SO CO m so 00 00 CO
CS
P —
>
*—,
> Tf Tf Tf Tf in m
©
so
© © ©' > £ Tf Tf
©
Tf
o" ©' ©'
in m
©
SO
©
SO
©'
© © ©
8 rS
CS
3 3 4-i
3
'B1 g '3 in
© Os o © vo © '3 m
© Os © o m ©
u CN CO Tf SO o CN ro Tf SO
CS O o
J Pu E Pu E
66
Replikasi 5 (Formula V)
0.005x + 0,120. Serapan pada menit ke-5 adalah 0,468, sehingga akan
2. Kadar mg/1000 ml x P = (kadar mg.1000 ml) x ( P), pada menit ke-5 adalah
Lanjutan lampiran 8
4. Faktor koreksi untuk menit ke-5 adalah 0, sedangkan rumus faktor koreksi
sebelumnya.
500 mg
,_
00 00 oo 00 SO SO CN ' Vi Tf ro Tf 00 so so
Tf 00 CN SO t-- Tf
r- CN CN ^^
SO t/3
_3 vi
3 •n
m
ro
Os
in
Tf CN 00 ©
CO
m' r-'
1
3 so
so
00 Tf CN Tf
Tf
r-
©
3
CN
m
so
ro
so co
m
r-
r-
t^
r-» Tf
so 00
CO Os
Tf Os Os Tf Vi CN 00 Os SO 00
cS SO r^ 00 Os
m SO OS 00 00 Os OS Os
~o
3 3 _ >-
g
£ OS Os Tf ro co CN SO -8 'in CN in r- m Tf CO oo
r- Os SO co m m CN
J3 '35 o o Is-l"» (U cS M SO <—' r-- m SO '—'
<->
3' cS J^ c- r-
,_•
Os r- CO o in cS M OS '-•'
3 2
CS 00 00 00 ro 00 Os
>-*
g 3 g CN
CN SO SO
r~
as o 3 H ro
^*
ro
Tf Tf
m r-
m
©
oo
©
Os ^H so 00 CN so Tf
on OO 00 r--
3
fN 3 © Tf Tf Tf Tf Tf CO co ro Tf Tf
u 8
en L^
CN CO CO Tf Tf Tf VI Jxl •si M
©
so .—
© Os Tf ro CO CN SO o m r- in Tf co oo
r—> OS SO CO in <n CN VI
O l^> l~» co "-1 r- in so *-<
w M l> Os l> ro © m M 00 1—1 co
ii Tf r- so ii CO so © Tf Os CN
a CN m OS Tf OS CO CN \-
Q CN
u-
CN CN O *-* '—' "-"'
O O
PL M PL M
PL M
•»
3
OS Os *-H co o OS Tf © CN m CN oo Os Os r^
r- Os r-- r- CN c-> r-» ©
Tf O © ro CO Tf in SO © SO .—H SO r- O Tf so
r- r— r— SO r- ©
cS E CN (N ro CO Tf Tf Tf m co Tf Tf Tf Tf Tf Tf m CN CO ro ro Tf Tf Tf
.8 "ShO 61)- SO-
c © £ E £ E
5 E m
vi
00 00 CN SO © 00 oo © Tf © Tf so 00 00 Tf
o Tf oo Tf Tf Tf © Tf ©
cS in in ro in CN Tf Os © . *-* ^-* SO SU uo ^h Cs| © _ CN CO CN VI r—* Os ro
© - CJS as © Cu m so r- r- 00 oo Os
t/3
© Cu m m so r» Os OS 00 © a- so 00 oo 00 00
E
3 %* ^* ^
E E fa £ £ E
I3 © 00 00 CN so 00 00 oo © Tf CO Tf SO 00 00 Tf
© Tf oo Tf Tf Tf Tf Tf
Os © © so _
OS
© SO so CN CN <N in ro
c3 ©
in in CO in CN Os © OS Os
© m r- f- 00 00 OS
in in SO i> OS 00 so 00 00 00
3cS
~Bn- ~So_ "So-
£ E fa1 fa E £
u
00
3 © © © © © © o o © o © © o © © ©
o <r> O © o
Cu cu Cu
3
-S r- ns r~ r^ CN Os r^ OS Os _ co
1/1 m
so
in
OS Tf
l^> oo
CN
00
m
CO
CN
00
00 Os
Os CN
OS f*
SO 00
a ^^
Os Os CO Os 00 m SO CN CN
Tf m VI m VI VI ro Tf Tf Tf in in m
Cm ro ro Tf Tf m
©
«n r»
< < o © © © © © < o © © © © © < © © © o © © o
OS
©
S
V*
s m r> in o
CN
o
co
in ©
Tf so
>n o
^-*
m
f-H
o
CN
o
ro
in
Tf
o
SO
in ©
^H
'-'
m © o
CN CO
in
Tf so
8
T—1
'3 '3
O- 2 ii
CN CO
a
E E
g
J
PL >i E
'
69
anjutan lampiran 9
Y4
t mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
(menit) A P ml mlxP ml koreksi koreksi terdisolusi
5 0.403 10 56.6 566 283 0 283 56.6
10 0.478 10 71.6 716 358 3.58 361.58 72.316
15 0.517 10 79.4 794 397 7.55 404.55 80.91
20 0.525 10 81 810 405 11.6 416.6 83.32
30 0.532 10 82.4 824 412 15.72 427.72 85.544
45 0.574 10 90.8 908 454 20.26 474.26 94.852
60 0.583 10 92.6 926 463 24.89 487.89 97.578
Y5
t mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
(menit) A P ml mlxP ml koreksi koreksi terdisolusi
5 0.399 10 55.8 558 279 0 279 55.8
10 0.435 10 63 630 315 3.15 318.15 63.63
15 0.482 10 72.4 724 362 6.77 368.77 73.754
20 0.513 10 78.6 786 393 10.7 403.7 80.74
30 0.583 10 92.6 926 463 15.33 478.33 95.666
45 0.59 10 94 940 470 20.03 490.03 98.006
60 0.586 10 93.2 932 466 24.69 490.69 98.138
sO Tf 00 CN 00 00 00 00 so 00
Tf o *r sO Tf VI
Tf
Os 'Si •N <+ •o n "N 30
~v| SO _3 m m r-* ^H ©
r4 ro sO >
so
3 oo
XI n
sO
-o Os 3 Os' © so ©. n SO
Tf Tf
OS © 00
r-.
OS "3" 00 tN 00 © 3 m CN © 3 <n r- Os Os Os Os
CS 3 n
30 00 sO Os o Vi ro fN in Os © ©
SO r- 00 OS
so 00 30 © »—'
3 m sO Os TJ
t3
3 - u.
_ V-
s? ii £ B
a Os Os OS 00 Tf
,_ 00 CN 00 CN 00 CN Tf .8 'v> SO Tf
CN 00 m so Os r- CN t-~ © m
J3 '55
CS ^ OS Os CN CN *-* CO Tf •sja OS t—4 »-* ro ro so co
C^l in ro m SO CN ©
cS U
co
r-
rN
r-~ Os m
©
Os 00
3 CS| Tf CN ro ^-H OS © CN ro Os Tf Tf Os
3
»—i CN Tf O m
OS Tf Tf 00 Tf m !<n ro ro Tf Tf
Tf co Tf Tf
CN ro
©
so o Tf Os OS OS 00 Tf
00 m so Os r- '53 o CN 00 CN 00;CN Tf '55 r- o m
'55 o CN ro CN OS
W —
«V*> m SO
M
Os CN
© '"•' Os Tf M ii © m .—< Tf
— ;o CN ro
Q 2 r- ^^
setel in »—' CN CO
P fN SO CN
f—^ "-H
1CN O ^H
o
O PL M
PL M
kore .—« CN so CN so Tf ©
PL M
© oo CN so Tf OOiCN 00 ©
©
SO Tf SO
CN SO
Os
00
©
ro
—
r~
Tf
r^
Vi o © OS © r—1 Tf |00 l>
cS o Os Os ro CN so l> 00 CO ro ro ro Tf Tf Tf
ro Tf Tf Tf Tf m CN ro Tf Tf Tf !Tf Tf m
M m CN CN
~Sb- | ~So-
3 ~Bb- £ E
£ E E E |
Tf CN 00 SOTf SO © CN 00 CN 00 © CN 00
Tf CN Tf CN 00 o o so Tf Tf
cS o CN T-M CN Os iso in © ro Tf ro r- so
Vi 00 r- Tf ro Tf so o OS CN
o 00
© CU in SO 00 00 00 iOS Os © Cu so SO r~ r- 00 OS Os
O Cu in in so 00 Os OS Os
£
s,* 1 ^
3
^ E E E E
I
3
E E
© CN 00 CN oo SO CN 00
SO Tf SO
cs* © Cn|tT CN Tf CN oo SO
Os
©
©
so Tf CN 00
© ro Tf ro r»
oo
Tf Tf
© Tf Os CN —
CN Os SO in ©
00 00 t-~ Tf CO o 00 Os Os so so r- r~ OS Os
© in SO 00 00
m m SO 00 OS Os
bo- ~So-
3
"bb- E £
cS £ E E E
60
© © © o ©
setel © O o © © © O o ©
© © © © © © © Cu
Cu CU
'•£
Oh
<L>
_
r^
CN SO CN SO Tf SO
r—1 m Tf 00 Os
kore 00
^
CN
ro
so Tf 00 CN
CN ro SO ©
00
Os
SO Tf SO Os
ro Tf 00 ©
Tf Tf m
m
m OS
_
m
Tf
OS
m
O Tf Tf m SO
in in in Tf <~>
Tf Tf Tf in in m
<: © © © o © © © < © © © o o ©
< o © o o o o
o m o © m © s m o m o © m ©
n © © m © N in
s VI m
ro Tf so "-* CN ro Tf so
CN
CN c- Tf SO
'c
*— ^
'3
»
CN
£ £
*j >—h
B 1
1
>- ~z
setel
70
Lanjutan lampiran 10
Y5
mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
t
mlxP ml koreksi koreksi terdisolusi
(menit) A P ml
281 0 281 56.2
5 0.401 10 56.2 562
298 2.98 300.98 60.196
10 0.418 10 59.6 596
322 6.2 328.2 65.64
15 0.442 10 64.4 644
408 10.28 418.28 83.656
20 0.528 10 81.6 816
416 14.44 430.44 86.088
30 0.536 10 83.2 832
464 19.08 483.08 96.616
45 0.584 10 92.8 928
982 491 23.99 514.99 102.998
60 0.611 10 98.2
30 CN CN sO Tf
1- Tf Tf rN h- rslt^ r-^ Tf 30 '53 00 30
Tf SO o
•!- Tt oo >n ^
© in cn 3 sO 30 OS OS Tf _3 00
CN
Tf
ro
ro in Os ro r-
3 J-s' O ' 1 CN CN m
s° ^ ***: 3 sO K "">. © CN O
ro CN (N Tf Os co
CS 3 n n
in oo sO' 00 *•* Vi sO N 00 00
Os
!N
© SO r> 30 00 Os ©
VI •~- y—^
OS © T3
3 ~0
*o sO 00
_
T3
u.
^—
- ti
_ Vri
v? ii
oN •«->
a ,_
in CN Os jb '55 Tf Tf Os — —
00 CN
sn m m
J3 '55 CN Tf in ro CN r~ CN -3 '53 ro Os 00 00 CN © CS J4 Os SO r-> 00 in m
r- CN H 00 O r- SO cS >4 CN
cS M C> r- ,—i
CN Tf so oo
( ~4 r-» ro CN ro ro 00 00 CN Tf Tf so ^H
3 1—-4 m ^H sO ^-* CN Os ^ ^
ro so © Tf Tf Tf m
3 CN ro Tf ro OS © ro ro Tf Tf Tf m ro ro
ro ro Tf Tf m
d .„
Tf Os — , i
oo CN
so ._
T—* m m CN Os O
,—
Tf r-~ CN o m 00 in
(—) in ro CN 00 © SO r- m
CN
W
Q setel ^
cu
CN
CO
SO
00
OS
©
Tf
r-~ SO
00 ro
M
ii
ro
ro
Os 00
SO o Tf Os Tf
M
P ro SO © Tf Os Tf
CN
kore
'—' '—l
CN O
^— CN O '-1 ^ ^H
o
Pu M PL M
PL M
Tf o r» r- © Tf Tf m CN © r- Tf
Os m © SO m so
© CN Tf SO ro m
Os o ro 00 © OS in © --h
t^ OS
ro *—H i-- 00 © ro in
Tf Tf Tf Tf
CS © r- CN rN CO Tf Tf Tf in CN ro ro
Tf Tf Tf in ro ro ro
in rN ro ro ro
bO-
~SD- bO-
3 £ E £ £
£ £
'55
Tf Tf © oo 00 © Tf © Tf 00
Tf SO 00 o © © CN © CN 00 o
00
3 ©
Tf
00
Tf m
CN
SO ro m L-- © ro r^ r—« 00 © t-» l*- © 00 CN <—< © CN
00
m
Os Os
</3 © 00 00 Os O Cu m SO r- 00
so 00 Os Os © Cu SO so t-» r-
© Cu in SO so
^* ~So- ^
£ E E E
CS
E £
3 Tf Tf © 00 oo —
Tf CN Tf 00
so 00 in r*- © CN r-- CN 00 ©
© Tf oo CN 00 © r- 00
00
so — o m
c3 © Tf Tf in sdlro Os Os © ro 00 r- r-- ©
oo CN
00 Os OS
© r» r- 00 Os in SO
© soloo SO
"3 m so SO
~So-
"bO- ~£o-
E E E E
S E E
00
setel o o © o o © © o © © o o © ©
Cu
O o © O o O O
koreCu Cu
Tf Tf m CN ro r- Tf
SO m so Tf CN r^ t-»
<N Tf so ro Os in m CO r- CN in OS T—H
ro •n r^ r-H m m ©
OS Tf Tf m ro Os o Tf Tf Tf m m so
Cu •—' Tf Tf Tf m in SO c—1
ro Tf Tf Tf in VI SO o
< o © © o © © < © © © o o ©
< < o © © © o o o
© m o - m o m © O in ©
© in © -. m o in © +•»
- m c VI c +j ^H Tf so T-* CN CO Tf so
*. CN Tf SO CN ro
t- T~" ro 3
8
c i. a.
Ii CN
CI
^ £
O * E 1
~*
PL ~ w
'
setel
kore
72
Lanjutan lampiran 11
Y4
t mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
(menit) A P ml mlxP ml koreksi koreksi terdisolusi
5 0.437 10 63.4 634 317 0 317 63.4
Y5
t mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
(menit) A P ml mlxP ml koreksi koreksi terdisolusi
5 0.426 10 61.2 612 306 0 306 61.2
10 0.478 10 71.6 716 358 3.58 361.58 72.316
15 0.504 10 76.8 768 384 7.42 391.42 78.284
20 0.528 10 81.6 816 408 11.5 419.5 83.9
30 0.589 10 93.8 938 469 16.19 485.19 97.038
Tf
00
so
CN
Tf
' Vi so CN
terdisolusi
m
Tf
ro 00 OS © so CO OS f- SO
©
_3 ©
Tf
r-
CN
so
ro
CO
co
f-
Tf
m
in
Os ^
©
m
ro
SO
r-
Os 00
vi
00 ©
so CN Tf 3 so
so
3 Os © Tf so r-- r- 00 OS r-°
00
CN
r- O m
Os
CN
so
cS 00 o
©
00 Os ©
Os
00 r-
r^
00
so
3 T3 T3
- *-> — *•<
ix <D
%
a — 00 Tf m r» SO h- —
m
Tf
r-
r- CN
ro
00 SO ro
CN
in
oo Os 00
koreksi
r-
.8 ' Vi OS in m m
m
m CO"
SO
©
CN
ro in CO
cS M C) CO Os vi
ro
dCN
Tf r^ m Tf CN Tf Os ©
00
so
Tf Tf ro
3 2 Tf f> CN CN CO m co
©
Tf
so
ro ©
CN
Tf m CO Tf V
Tf Tf m 3 o
Tf
mro
CO
* 8
Vi -S^ v\ M
©
SO _
— o Tf m r- so r-»
Tf
m
ro
r-
so r- ro CN
©
m
'53 o Vi
w m 00 Os 00
m
Os in m
SO
CN
m CO o OS
ro
Q Tf Tf
ci
^H
—
so 2 SO ^—
00
©
—
so
T
ro
r-
so
2
f
CN CN CN
CN
o *•* ^ o
Pu M Pu M
F
_
© 00 © m >n so Tf
Os
Os co SO
©
Tf
r- SO
CN
ro
© oo ©
in
Vi
Os © T— Tf Tf 00 CN t-- r-H
Tf
©
OS
so Os ro m
CN
in
cS © ©
Tf Tf Tf m CO CO CO co Tf Tf V)
«n
Tf
m
CO
ro
-3 V> ro ro ro
bO- b0_
3
ml
E £ E £
'53
© SO © o © CN 00 CN
3
00
so
Tf CN 00 SO CN
©
Tf
o SO ©
in 00
o
ro
m
Tf © CN Os r- .—, © Os o _ CO 00 os i> m Tf CN
© Cu SO so so r» 00 OS O
©
© Cu SO l> •> Os
00
00 Os ©
so
SO
E i-^ i—1
1000 mg/1000
3
S,* ^
£ E
I 3
£ E
© so 00 Os r- CN 00 CN
00
©
SO
0
CN Tf 00 so
Tf
CN CN
m0
© SO
CS © SO so r-
so
00°
© 1-- Os OS CO V) Tf CN
oo
00
__ _
©
ro
r--
Tf
o © SO 00 Os ©
©
oo
r-
Os o Os
so
00
SO
cs SO t-
ml "io-
E E £ £
00
© © © o o o ©
©
o
o © O
©
o © © o
Cu
Cu
Cu
00 SO VI m so Tf —
Os
Tf
OS SO
ro
r- CO
CN
00 00 so
m
ii
co Tf so o Tf Os ro
so
Tf
Tf
ro
SO
^H m l> CN ^H
Cu CN
Tf Tf "n V) m so
so
Tf
in
Tf in SO so
©'
m m ©
o
<©©
CN < © ©
< © © o © o o © © o ©
a © V) © o m ©
©©
o © m © m
(menit)
ms
s m o in
Tf so *-H CN CO Tf so
SO
Tf
CN
ro
*-. — CN ro 1-'
"3
'-4
3
Oh ii V
CN C)
£ £
>H ^
t
-1
elah
reksi
74
Lanjutan lampiran 12
Y4
t mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
Y5
t mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
(menit) A P ml mlxP ml koreksi koreksi terdisolusi
5 0.423 10 60.6 606 303 0 303 60.6
10 0.479 10 71.8 718 359 3.59 362.59 72.518
15 0.488 10 73.6 736 368 7.27 375.27 75.054
20 0.528 10 81.6 816 408 11.35 419.35 83.87
30 0.582 10 92.4 924 462 15.97 477.97 95.594
45 0.621 10 100.2 1002 501 20.98 521.98 104.396
60 0.632 10 102.4 1024 512 26.1 538.1 107.62
_ — f- SO
V SO 00 rN Tf Vi V) SO CN r- CN
so Tf CN so Tf 00 SO
r- SO Tf so o © 00 SO O ro Tf 00
Os ro SO oo Os d
> sb © CN i> © so >—' '53 SO 00
SO Tf
sb Tf t^ VI SO —' r-' r»
r-- ©
©
cS so 3 00 00 rN Os © o
3 o CO Tf so SO SO 3 SO f> Os 00 © ©
Os ©
3 O
r- r- Os OS © ,—'
O
t-» r^ •—
*-*•
O
VI
""'
en '-1 1—' VI
T3 3 «.
T3
*•<
- u. _ u.
£ B
•3 ro Tf
ro r- SO 00 CN Tf
Tf
oo
Os
CO
o
Tf v-4
CN
r~
©
m
CN
m
CN
co
m
SO
CO
m
o
in
CO
so
oo
m
V)
V)
ro
ro
Tf
3 © so ro CO JS '53 CI
3
J3 &n ro
cS M ©
in
SO
SO
CO
r^
©
00
ro
ro
o
00
-%'%
t; i>
CO
Tf
CO
00
00
r»
Os
ro
ro
©
CN
CO
in
cS M
~n a
Os
©
00
CO
ro
so
so
oo
CN
©
m
ro
«j Si ro Tf Tf m in co ro Tf m v> B 8- Tf Tf Tf Tf V) m
©
355 -^
q
ro
3 Q 3 q
SO on _S4 vi M
o Tf _
r^ V) m co © V) in SO V) V) ro
W o r- so 00 CN Tf 00
© CO 00 V) ro Tf
Tf so ro Tf Os CN o CN CN V) .—
Q .— O ci
ro l> — so — so M •> j-* vi © vi M Tf 00 CN l> CN r-
M CN CN ^*
— CN CN
CN CN
ii
V-
^^ ^H
2
^h r~l
2 I
o o
O
PL -^ PL M PL M
Vi
Tf CN Tf CO © so 00
—
O 00 so V) © .—i OS © 00
cS Cl r- OS CN
V> © © Tf 00 00 ^ H o CN © CO © CO V) SO 00 o
-3 © ro Tf in SO SO ^ H
CO CO co ro Tf Vi m © CO Tf Tf Tf Tf Tf v>
© O ro ro Tf Tf m m ©
V
3 m m
•—
60- bb- So-
Vi
E E £ £ £ £
3 Tf 00 Tf oo SO © CN CN so © SO CN o © CN 00 © SO
VI so Tf 00 1_,
© o 00 SO t-> ro © V) © r-~ *-* so O ro SO
© so Os ^^ CN CN CN © Os Os OS
r- Os Os © ^-4 © so so f> r-. 00 o o © SO 00 00 ©
© so SO
O CU r— '""' o Cu '—' *-" © Cu ,—l
cS i^ i>* ^
3
E £ E E E £
— oo SO
Tf 00 Tf 00 Tf 00 SO oo CN rN so © SO CN so CN so
so
SO © oo 00 OS
SO Os ,—1
CN CN CN © o SO r- CO V) r-' © ro —
© Os © SO r- r- 00 ^
© o so Os Os ©
SO so r- Os © »—t
© ,—< o »—H
© r—H T—'
© o
©
§ ^H 1—H 1—H
bO
~So- bO- bl)-
E E E E £ E
© © © © © © © © © © © o o © © © © O O
© ©
-S Cu Cu Cu
OS Tf CN Tf CO so — SO 00 CN 00 SO m m — Os SO 00
Cu ro r- CN
00 00 co r- CN Tf © O co SO Tf m CN m r^ 00 CN
m SO l> ©
so Tf V) V) m so
ci Tf Tf Tf m Vi SO SO Tf
o
m V) in
o r->
© © © © © o o © © © © o © O © ©
©
< < <
m © VI © o in o m © m o o v> o m © m o © Vi ©
*-H CN ro Tf SO CN co Tf SO T--
»-* CN ro Tf SO
'3. 3
*-"
3
"-* <-*
'3
i :h +j w e
CN
.1
C)
ix
E
76
Lanjutan lampiran 13
Y4
A P mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
t
ml koreksi koreksi terdisolusi
(menit) ml mlxP
626 313 0 313 62.6
5 0.433 10 62.6
73.8 738 369 3.69 372.69 74.538
10 0.489 10
81.2 812 406 7.75 413.75 82.75
15 0.526 10
93.4 934 467 12.42 479.42 95.884
20 0.587 10
103.6 1036 518 17.6 535.6 107.12
30 0.638 10
108.2 1082 541 23.01 564.01 112.802
45 0.661 10
113.4 1134 567 28.68 595.68 119.136
60 0.687 10
Y5
t A P mg/1000 mg/1000 mg/500 F setelah %
mlxP ml koreksi koreksi terdisolusi
(menit) ml
69.6 696 348 0 348 69.6
5 0.468 10
77.6 776 388 3.88 391.88 78.376
10 0.508 10
90 900 450 8.38 458.38 91.676
15 0.57 10
0.637 10 103.4 1034 517 13.55 530.55 106.11
20
110 1100 550 19.05 569.05 113.81
30 0.67 10
0.668 10 109.6 1096 548 24.53 572.53 114.506
45
0.645 10 105 1050 525 29.78 554.78 110.956
60
77
,. ' l'-
0 10 15 20 30 45 60
Waktu (menit)
% terdisolusi
94.104) x 15}
= 4825.65
Lanjutan lampiran 14
Contoh:
6000
Harga AUC
1 2 3 4 5 Rata-rata
Lampiran 16. Analisis variansi satu arah untuk uji kekerasan (menit) dengan
menggunakan SPSS 12.0for Windows.
Oneway
Descriptives
KEKERASAN
95% Confidence Interval for
Mean
KEKERASAN
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.198 4 20 .342
ANOVA
KEKERASAN
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 17.440 4 4.360 995.433 .000
Total 17.528 24
81
Lanjutan lampiran 16
Mean
95% Confidence Interval
Difference
(J) PERSEN PEG400 (l-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
(1) PERSEN PEG400
.04186 .000 .7727 1.0233
Tukey HSD 15 25 .89800*
.04186 .000 1.0607 1.3113
35 1.18600*
.04186 .000 1.8967 2.1473
45 202200*
.04186 .000 2.2247 2.4753
55 2.35000*
.04186 .000 -1 0233 -.7727
25 15 -89800*
.04186 .000 .1627 .4133
35 .28800*
.04186 .000 9987 1.2493
45 1.12400*
.04186 .000 1.3267 1.5773
55 1.45200*
.04186 .000 -1.3113 -1.0607
35 15 -1.18600*
.04186 .000 -.4133 -.1627
25 -.28800*
.04186 .000 .7107 .9613
45 .83600*
.04186 .000 1 0387 1.2893
55 1.16400*
.04186 .000 -2.1473 -1.8967
45 15 -2.02200*
.04186 .000 -1.2493 -.9987
25 -1.12400*
-.83600* .04186 .000 -.9613 -.7107
35
.04186 .000 .2027 .4533
55 32800*
.04186 .000 -2.4753 -2.2247
55 15 -2.35000*
-1.45200* .04186 .000 -1.5773 -1.3267
25
-1.16400* .04186 .000 -1.2893 -1.0387
35
-.32800* .04186 .000 -.4533 -.2027
45
.89800* .04186 .000 .7660 1.0300
Bonferroni 15 25
1.18600* .04186 .000 1.0540 1.3180
35
2.02200* .04186 .000 1.8900 2.1540
45
2.35000* .04186 .000 2.2180 2.4820
55
-.89800* .04186 .000 -1.0300 -.7660
25 15
.28800* .04186 .000 .1560 .4200
35
1.12400* .04186 .000 .9920 1.2560
45
1.45200* .04186 .000 1.3200 1.5840
55
-1.18600* .04186 .000 -1.3180 -1.0540
35 15
-.28800* .04186 .000 -.4200 -.1560
25
.83600* .04186 .000 .7040 .9680
45
55 1.16400* .04186 .000 1.0320 1.2960
Lanjutan lampiran 16
Homogeneous Subsets
KEKERASAN
45 5 6.4200
35 5 7.2560
5 7.5440
25
5
8.4420
15
1.000 1.000 1 000 1.000 1.000
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
83
Lampiran 17. Analisis variansi satu arah untuk waktu melarut (menit) dengan
menggunakan SPSS 12.0for Windows.
Oneway
Descriptives
WKT MELARUT
95% Confidence Interval for
Mean
WKT MELARUT
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.726 4 20 .058
ANOVA
WKT MELARUT
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 198.022 4 49.506 110.024 .000
Total 207.021 24
oo CN CN CO CO CN CN CO CN CN CN CN
m in in ., CO CN CO co ^r to co
O)
in
CD
(O
w §
O)
&
CN
ro en
O) r*- CO CO *- OO in in
co
O
co
S
r*-
S
co
K)
CM
in
CO
CN
(D
CN
LO
-«-
CO ID ^ CN
in r- 0> 1 CO in CO ID CN
in m m in CN 00 CN CN CN CO CO CO CN
x> •*-> iQ !P. tf) r m ID a 8
co g> t- co CN CO CM
CD CO CO *«- co oo r— cn o in
5) -f- in
CN in CD i< in co oi CO *T CN cn in (D
o f-
5 8 8 5S
88
^f <fr ^T *T ^ T *t ^ . . *r ^t *r ^r *r ^r t
CNCNCNCNCNCNCNCN Si Si Si S
3CN 9CN ^CN 9CN ^S! S^ 3^ vy •^-•^•*<j-*fl-'q-"q'*<r*q- a^T a*
'T 9
^ ;+
^
CNCNCNCNCNCN.CN.CN. CN CN CN CN
*q- ""T ^ ^ ^ ^ v ^" ^" ^ ^" -q- -«t -*r *^-^Si *T
S* Si
^ ^s
CN CN CO CO
^ to r^
uo m in in
B * ssn i- cn co in
B
<n
u o>
o
I o
§ X
+"»
(0
c o
cS
Q_
85
Lanjutan lampiran 17
Homogeneous Subsets
WKT MELARUT
35 5 40.6260
25 5 42.6420
15 5 44.8860
Lampiran 18. Analisis variansi satu arah untuk titik lebur (° C) dengan menggunakan
Oneway
Descriptives
TITIK LEBUR
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
15 5 47.00 .707 .316 46.12 47.88 46 48
25 5 44.80 .447 .200 44.24 45.36 44 45
35 5 42.60 .548 .245 41.92 43.28 42 43
45 5 40.60 .548 .245 39.92 41.28 40 41
55 5 38.80 .447 .200 38.24 39.36 38 39
Total 25 42.76 3.018 .604 41.51 44.01 38 48
TITIK LEBUR
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.342 4 20 .846
ANOVA
TITIK LEBUR
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 212.560 4 53.140 177.133 .000
Within Groups 6.000 20 .300
Total 218.560 24
87
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(1) PERSEN PEG400 (J) PERSEN PEG400 (l-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Tukey HSD 15 25 2.200* .346 .000 1.16 3.24
35 4.400* .346 .000 3.36 5.44
45 6.400* .346 .000 5.36 7.44
55 8.200* .346 .000 7.16 9.24
25 15 -2.200* .346 .000 -3.24 -1.16
35 2.200* .346 .000 1.16 3.24
45 4.200* .346 .000 3.16 5.24
55 6.000* .346 .000 4.96 7.04
35 15 -4.400* .346 .000 -5.44 -3.36
25 -2.200* .346 .000 -3.24 -1.16
45 2.000* .346 .000 .96 3.04
55 3.800* .346 .000 2.76 4.84
45 15 -6.400* .346 .000 -7.44 -5.36
25 -4.200* .346 .000 -5.24 -3.16
35 -2.000* .346 .000 -3.04 -.96
55 1.800* .346 .000 .76 2.84
55 15 -8.200* .346 .000 -9.24 -7.16
25 -6.000* .346 .000 -7.04 -4.96
35 -3.800* .346 .000 -4.84 -2.76
45 -1.800* .346 .000 -2.84 -.76
Bonferroni 15 25 2.200* .346 .000 1.11 3.29
35 4.400* .346 .000 3.31 5.49
45 6.400* .346 .000 5.31 7.49
55 8.200* .346 .000 7.11 9.29
25 15 -2.200* .346 .000 -3.29 -1.11
35 2.200* .346 .000 1.11 3.29
45 4.200* .346 .000 3.11 5.29
55 6.000* .346 .000 4.91 7.09
35 15 -4.400* .346 .000 -5.49 -3.31
25 -2.200* .346 .000 -3.29 -1.11
45 2.000* .346 .000 .91 3.09
55 3.800* .346 .000 2.71 4.89
45 15 -6.400* .346 000 -7.49 -5.31
25 -4.200* .346 .000 -5.29 -3.11
35 -2.000* .346 .000 -3.09 -.91
55 1.800' .346 .000 .71 2.89
55 15 -8.200* .346 .000 -9.29 -7.11
25 -6.000* .346 .000 -7.09 -4.91
35 -3.800* .346 000 -4.89 -2.71
45 -1.800* .346 ooo -2.69 -.71
* The mean differenceis significant at the 05 level.
88
Lanjutan lampiran 18
Homogeneous Subsets
TITIK LEBUR
45 5 40.60
35 5 42.60
5 44.80
25
5 47.00
15
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
89
Lampiran 19. Analisis variansi satu arah untuk DE 60 dengan menggunakan SPSS
12.0for Windows.
Oneway
Descriptives
DE60
95% Confidence Interval for
Mean
DE60
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.243 4 20 .101
ANOVA
DE60
Sum of
Squares df Mean Square Sig.
Between Groups 334.921 4 83.730 5.882 .003
Total 619.636 24
90
Lanjutan lampiran 19
Mean
95% Confidence Interval
(1) PERSEN PEG400 (J) PERSEN PEG400 (l-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
TukeyHSD 15 25 -1.266000 2.386270 .983 -8.40661 5.87461
Lanjutan lampiran 19
Homogeneous Subsets
DE60
TukeyHSD3 15 5 81.92980
25 5 83.19580
35 5 83.44500
45 5 84.35580
55 5 92.17440
Sig. .845 1.000
Lampiran 20. Analisis korelasi sifat fisik dan disolusi supositoria natrium salisilat
menggunakan SPSS 12.0for Windows.
Correlations
Descriptive Statistics
Correlations
N 25 25 25 25 25 25
N 25 25 25 25 25 25
N 25 25 25 25 25 25
N 25 25 25 25 25 25
N 25 25 25 25 25 25
N 25 25 25 25 25 25
http:«ctr«flM«««.m»rfcli.fk
B«klv«iM,
M.MJIM
iuum
*»»« t *f T
I ' • ' * .
TOTAL P. 0]
S1NO --JAPAN CHEMICAL CO., LTD.
CERTIFICATE OF ANALYSIS
SJC-9157S
Sop 27, 2002
PACKAGE NUMBER x 13
Moislure(%) 0.06
?H(5%aq) 0.18
C.C. Ilk
WU.CHUNG CHEN • ' •. "...-, '••.
CHEMIKA VICE DIRECTOR SALES DEPARTMENT;
;*• t.\ W j / \ r ,-»».> *.- *jt s.^ • *.-. v.- w
\f(r
/ CERTIFICATE OF AJN'ALVS:
V
BRATACO
CHEMIKA
ITEM o IN-'"'•-'- - - -
LOT NO.
APPEARANCE
PACKAGE NUM3i:K
PVi. (5%aq)
* C C Wu
v/UCHUNu-CHEN
VICE DIRECTOR 5 A Lli