Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FARMAKOGNOSI FITOKIMIA

PENENTUAN PARAMETER BOBOT JENIS DENGAN


METODE PIKNOMETER EKSTRAK BAHAN ALAM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Farmakognosi Fitokimia II

Dosen Pengampu:

Vivi Anggia, M.Farm., Apt

Hendri Aldrat, S.Si., Apt

Andzar Fikranus Shofa. M.Farm

Eka Putri, M.Si, Apt

Disusun oleh: Kelompok 6 C

Rere Devianti 11201020000033

Rani Aulia yuda 11201020000035

Raisa Agustina 11201020000036

Muhammad Arkan Wicaksono 11201020000042

Maulidya Khairun Nisa 11201020000044

Lisa Rahmawati 11201020000046

Halimah Dewi 11201020000052

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
JUNI/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, pengembangan teknologi dan bentuk pemanfaatan


tanaman obat (herbal) di Indonesia telah banyak dikenal dan digunakan
oleh masyarakatnya, yakni berupa ekstra. Ekstrak memiliki berbagai
macam manfaat, salah satunya untuk pelayanan kesehatan. Ekstrak
tanaman obat yang berasal dari simplisia dapat digunakan dalam bentuk
ekstrak kering, kental, dan cair, yang mana jenis ekstrak disesuaikan
dengan bahan aktif yang terkandung di dalamnya dan juga maksud dari
penggunaan ekstrak tersebut.

Ekstrak merupakan salah satu bahan baku ataupun produk yang


dimanfaatkan di dunia kefarmasiaan. Ekstrak yang di pasarkan tentunya
selain harus memenuhi persyaratan monografi bahan baku (simplisia),
tetapi juga harus memenuhi persyaratan parameter standar ekstrak.
Parameter mutu ekstrak terdiri dari parameter non spesifik dan spesifik.
Parameter non spesifik yang dilakukan salah satunya adalah parameter
bobot jenis.

Bobot jenis merupakan massa persatuan volume pada suhu kamar


tertentu (25 derajat celcius) yang ditentukan dengan alat khusus. Salah satu
cara penentuan bobot jenis dapat dilakukan dengan metode piknometer.
Piknometer merupakan sebuah alat yang terbuat dari kaca dan dapat
digunakan untuk mengukur nilai massa jenis/densitas fluida. Tujuan dari
penentuan bobot jenis dengan metode piknometer yakni memberikan
parameter khusus ekstrak cair dan atau ekstrak kental yang masih dapat
dituang. Selain itu, penentuan bobot jenis juga dapat dikaitkan dengan
kemurnian dari suatu ekstrak dan kontaminasi zat pengotor.

Pada praktikum kali ini, kami akan menentukan bobot jenis dari
ekstrak kental bahan alam, yakni ekstrak jahe merah

1
B. Tujuan Praktikum

- Mahasiswa dapat menentukan bobot jenis ekstrak bahan alam dengan


metode piknometer

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc)

Jahe merah adalah suatu tanaman obat berupa tumbuhan rumpun


berbatang semu. Tanaman jahe termasuk kedalam suku temu-temuan
(zingiberaceae). Tanaman jahe termasuk kedalam tanaman rumput-
rumputan tegak dengan ketinggian 30 cm-100, terkadang hingga mencapai
120 cm. Daunnya berwarna hijau, bunganya kuning kehijauan dengan
bibir bunga ungu gelap, serta rimpang berwarna merah dan akarnya
bercabang, berwarna kuning dan berserat. (widiyanti, 2009).

Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (volatile oil),


minyak tak menguap (non- volatile oil), dan pati,minyak menguap yang
disebut sebagai minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma khas.
sementara minyak yang tak menguap disebut oleoresin yang memberikan
komponen rasa pahit dan pedas. Jahe segar digunakan sebagai anti muntah
(antiemetic), anti batuk (antitussive/expectorant), merangsang pengeluaran
keringat, dan menghangatkan tubuh. Jahe merah mengandung senyawa
volatile yakni terpenoid dan non volatile yang terdiri dari gingerol,
shogaol, paradol, zingerone dan senyawa turunan serta senyawa-senyawa
flavonoid dan polifenol. Gingerol dan shogaol merupakan kandungan
utama senyawa flavonoid pada jahe yang memiliki efek antioksidan.
Taksonomi Jahe Merah adalah sebagai berikut:

● Divisi : Spermatophyta
● Sub Divisi : Angiospermae
● Kelas : Monocotyledonae
● Ordo : Zingiberales
● Famili : Zingiberaceae
● Marga : Zingiberis
● Spesies : Zingiber officinale Roscoe
● Varietas :Zingiber officinale

3
B. Parameter Bobot Jenis

Parameter bobot jenis merupakan massa persatuan volume pada


suhu kamar tertentu (25’C) yang ditentukan dengan alat khusus
piknometer atau alat lainnya. Tujuannya yaitu memberikan batasan tentang
besarnya massa persatuan volume yang merupakan parameter khusus
ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang. Bobot
jenis juga terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi (Depkes
RI, 2000).

Parameter bobot jenis bertujuan memberikan batasan tentang


besarnya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus
ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang.
parameter non spesifik termasuk kedalam parameter non spesifik.
Parameter Bobot jenis bertujuan untuk mengetahui bobot jenis yang dapat
menentukan kemurnian dari suatu larutan.

Penetapan bobot jenis ekstrak dapat dilakukan dengan cara


menimbang piknometer dalam keadaan kosong, lalu piknometer diisi air
dan ditimbang. kerapatan air dapat ditentukan. piknometer dikosongkan
dan diisi penuh dengan ekstrak lalu ditimbang. selanjutnya bobot jenis
ekstrak ditetapkan dengan menggunakan rumus :
𝑾 −𝑾
d= 𝑾𝟐 −𝑾𝒐
𝟏 𝒐

Keterangan ;

d = Bobot Jenis

Wo= Bobot piknometer kosong

W1= bobot piknometer + air

W2= bobot piknometer + ekstrak

4
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

- Piknometer

- Timbangan analitik

B. Bahan

- Ekstrak jahe merah

- Aquades

C. Cara Kerja

1. Piknometer yang bersih, kering dan telah dikalibrasi ditimbang


terlebih dahulu (Wo)

2. Piknometer diisi dengan aquades yang telah dididihkan pada suhu


25℃ kemudian ditimbang (W1)

3. Ekstrak cair (5%) diatur kurang lebih pada suhu 20℃ lalu dimasukkan
ke dalam piknometer kosong, atur suhu piknometer yang telah diisi
hingga suhu 25℃ kemudian ditimbang (W2)

4. Hitung bobot jenis ekstrak dengan menggunakan rumus:

𝑾 −𝑾
d= 𝑾𝟐 −𝑾𝒐
𝟏 𝒐

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No. Penimbangan Hasil

1. Bobot piknometer kosong + tutup (Wo) 14,3080 g

2. Bobot piknometer berisi air (pembanding) 24,850 g


(W1)

3. Bobot piknometer berisi ekstrak jahe 24,9973 g


merah (W2)

Dari hasil pengamatan, didapatkan bobot jenis minyak atsiri jahe


merah sebesar 1,014 g/mL. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
bobot jenis minyak atsiri jahe merah berkisar antara 0,8720 – 0,8890.

B. Perhitungan Bobot Jenis

Diketahui
W0 = 14,3080 g
W1 = 24,850 g
W2 = 24,9973 g
Perhitungan
𝑾 −𝑾
d= 𝑾𝟐 −𝑾𝒐
𝟏 𝒐

24,9973 − 14,3080
d= 24,85 − 14,3080
10,6893
d=
10,542

d=1,0139 ~ 1,014 g/mL

6
C. Pembahasan

Bobot jenis termasuk salah satu kriteria yang penting dalam


penentuan mutu dan kemurnian suatu ekstrak bahan alam. Dari hasil
praktikum didapatkan bahwa bobot jenis dari ekstrak jahe merah yaitu
sebesar 1,014 g/mL. Nilai tersebut lebih tinggi dari nilai kisaran SNI bobot
jenis minyak atsiri jahe merah yang sebesar 0,8720 – 0,8890.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat


adalah :

 Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur


berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot
jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah
dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk
menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu
dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu
kamar)

 Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka


kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.

 Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan
berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana
ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari
suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.

 Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat


jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus : V = k x d x t. Dari
rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis.
Jadi semakin besar viskositas suatu zat maka semakin besar pula
berat jenisnya.

Teori menyatakan bahwa jika nilai bobot jenis rendah maka


menunjukkan semakin kecil berat fraksi yang terkandung di dalam ekstrak.
Begitupun sebaliknya, semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam
ekstrak maka semakin tinggi pula bobot jenisnya.

7
Dalam hal ini, bobot jenis dari ekstrak jahe merah yang diukur nilainya
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bobot jenis minyak jahe merah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hasil tersebut dapat
disebabkan fraksi berat yang terkandung di dalam ekstrak jahe merah
masih cukup banyak. Fraksi berat yang banyak menandakan suatu ekstrak
kurang murni. Perlu dilakukan evaporasi kembali agar bisa mendapatkan
ekstrak yang lebih murni sehingga nilai bobot jenis jahe merah dapat
sesuai dengan standar nasional yang telah ditentukan.

Teori menyatakan bahwa jika nilai bobot jenis rendah maka


menunjukkan semakin kecil berat fraksi yang terkandung di dalam ekstrak.
Begitupun sebaliknya, semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam
ekstrak maka semakin tinggi pula bobot jenisnya. Dalam hal ini, bobot
jenis dari ekstrak jahe merah yang diukur nilainya lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai bobot jenis minyak jahe merah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Hasil tersebut dapat disebabkan fraksi berat
yang terkandung di dalam ekstrak jahe merah masih cukup banyak. Fraksi
berat yang banyak menandakan suatu ekstrak kurang murni. Perlu
dilakukan evaporasi kembali agar bisa mendapatkan ekstrak yang lebih
murni sehingga nilai bobot jenis jahe merah dapat sesuai dengan standar
nasional yang telah ditentukan.

8
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa nilai bobot


jenis ekstrak jahe merah yang diujikan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh fraksi berat yang
terkandung dalam ekstrak jahe merah masih cukup banyak yang menandakan
bahwa ekstraknya kurang murni, untuk itu perlu dilakukan evaporasi kembali agar
nilai bobot jenis yang didapatkan sesuai dengan SNI yang telah ditetapkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat Edisi I. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Ibnu Arobi. (2010). Pengaruh Ekstrak Jahe Merah (Zingiberis officinale Rosc)
Terhadap Perubahan Pelebaran Alveolus Paru-Paru Tikus (rattus
norvegicus) Yang Terpapar Allethrin. UIN Maulana Malik Ibrahim,
Malang. skripsi. diakses pada laman http://etheses.uin-
malang.ac.id/1093/1/06520039%20Skripsi.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Khathir, Rita. dkk. (2016). Kajian Pengoksidasian Bahan Baku Terhadap Mutu
Minyak Atsiri Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian Unsyiah. Vol.1 No.3: hal.173. Diakses pada tanggal
11 Juni 2022 melalui
http://www.jim.unsyiah.ac.id/JFP/article/download/1157/1449

Komala, Ismiarni,dkk. (2020). Modul Penuntun Praktikum Farmakognosi


Fitokimia II. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.

Nana, Januarti. (Tanpa Tahun). Penetapan Bobot Jenis dan Rapat Jenis fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, . (PDF)
JURNAL PENETAPAN BOBOT JENIS DAN RAPAT JENIS | Aditya
Saputra - Academia.edu

Rahmadani, Santi, dkk. (2015). Optimasi Ekstraksi Jahe Merah (Zingiber


officinale Roscoe) dengan Metode Maserasi. Jurnal Online Mahasiswa
Farmasi 1(1). diperoleh dari
https://jom.unpak.ac.id/index.php/Farmasi/article/view/714

Rahmadiah. (2009). Penetapan Beberapa Parameter Spesifik dan Non Spesifik


Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.). Universitas
Indonesia, Jakarta.

10
Sri Adi Sumiwi dkk. (2016). Penetapan Parameter Standarisasi Ekstrak Herba
Putrimalu (Mimosa pudica Linn.) Dan uji toksisitas Akut nya Pada
Mencit. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Bandung. diakses pada
laman PENETAPAN-PARAMETER-STANDARISASI-EKSTRAK-
HERBA-PUTRIMALU.pdf (unpad.ac.id)

Tritanti, Asi, dkk. (2018). Pembuatan Natural Essential Oil Jahe Merah (Zingiber
officinale Rovb. Var. Rubra). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
diperoleh dari
https://simppm.lppm.uny.ac.id/uploads/5570/laporan_akhir/laporan-akhir-
5570-20180731-215039.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai